Anda di halaman 1dari 2

Kenaikan BBM yang direncanakan mulai 1 April 2012 lalu membuat hangat pemberitaa n di mana-mana dan membuat panas

masyarakat Indonesia pada satu bulan lalu, akhi r Maret. Televisi, radio, dan media cetak dihiasi berita terkait rencana kenaika n BBM. Demonstrasi besar-besaran oleh buruh, mahasiswa, dan organisasi masyaraka t lainnya selama beberapa hari menjadi tontonan menarik pemacu semangat bagi rak yat yang berharap-harap cemas dengan kebijakan pemerintah itu. Demonstrasi juga menjadi suatu sarana penyampaian aspirasi yang mewakili suara rakyat sesungguhny a dalam menyikapi rencana tersebut. Tidak ada salah jika demo dilakukan dengan m enjaga ketertiban umum. Namun sebaik-baiknya demo, setertib-tertibnya demo akan tetap meninggalkan kesan kurang nyaman bagi sebagian orang, pengguna jalan. Mema cetkan lalu lintas, membuat kebisingan, serta kesan demo berakhir anarkis menjad i teror tersendiri bagi mereka yang dalam perjalanan terjebak oleh demo. Di beberapa kota besar seperti Medan, Jakarta, dan Makassar demo besar gencar di lakukan, bahkan berakhir dengan tidak adanya solusi dan hanya menambah masalah y aitu demo anarkis. Entah siapa yang memulai kerusuhan itu, ialah oknum yang meru sak sarana demokrasi Indonesia. Terlebih lagi ada isu santer yang mengatakan aka n adanya kudeta terhadap SBY apabila kenaikan BBM benar-benar terjadi. Adanya is u ini muncul spekulasi adanya demo-demo yang ditunggangi kelompok berkepentingan . Gambaran umum demo anarkis ini menandakan belum siapnya wakil rakyat kita yang berdemo dalam menyikapi rencana-rencana kebijakan ataupun kebijakan yang lahir yang men urut mereka tidak pro rakyat. Hal yang demikian menjadi kesenangan tersendiri bagi med ia-media informasi yang hobi meliput demo-demo anarkis. Pemberitaan penuh dengan aksi buruh dan mahasiswa yang berdemo anarkis mengalahkan kisah mantan Puteri I ndonesia kita yang terjerat kasus Nazarudin cs. Memang, akhir-akhir Maret lalu pemberitaan terkait kasus Nazarudin yang menyeret beberapa nama sedang hangat dibicarakan. Tiba-tiba seolah hilang oleh rencana k enaikan harga BBM bersubsidi ini. Tidak lupa juga kita dengan kasus Century yang sangat merugikan Indonesia dengan angka 6,7 Triliun-nya namun keberlanjutan pen yelesaian kasus itu tidak ada seolah hilang tergantikan dengan kasus demi kasus. Sampai-sampai kita pun lupa apa yang membuat kasus tersebut hilang. Sekarang, setidaknya mulai dari satu bulan ke belakang, demo-demo berhasil dijin akkan dengan suatu keputusan yang menyimpulkan bahwa BBM bersubsidi baru akan na ik enam bulan lagi. Sidang tersebut memang hebat. Tidak ada lagi pemberitaan ren cana kenaikan BBM di tivi-tivi ataupun di koran-koran, yang ada hanyalah sisa-si sa rencana tersebut yang berdampak nyata di masyarakat. Apakah itu?? Ya, naiknya harga-harga bahan pangan dan makanan seperti daging, telur dan banyak lagi. Bah kan kenaikan harga bahan pangan sudah terjadi sebelum tanggal di mana BBM rencan anya akan dinaikkan harganya. Ckck, tak kalah dengan kasus Century, baru rencana saja kenaikan harga BBM sudah berdampak sistemik. Lalu apa yang seharusnya dipersiapkan untuk menyambut tanggal di mana BBM benarbenar naik harganya enam bulan lagi? Tidak ada yang dipersiapkan. Rakyat kecil s eperti buruh, supir, dan pegawai kecil lainnya mau mempersiapkan seperti apa? Ya ng mereka bisa lakukan hanyalah memanfaatkan waktu enam bulan ini dengan bekerja sebaik-baiknya tanpa ada kenaikan gaji dan kenaikan tarif angkutan umum dari pa ra supir. Kita pun pasti tidak setuju apabila tarif angkot naik walaupun harga b arang kebutuhan pangan sudah merangkak naik. Di televisi, beberapa minggu lalu tersiar berita tentang beberapa pengusaha lici k dan orang berduit dalam mempersiapkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Mereka ad alah penimbun, penimbun BBM. Ya, mereka sengaja menimbun BBM bersubsidi untuk di jual saat hari itu datang dengan maksud keuntungan yang berlipat. Untungnya kegi atan ini terendus pihak yang berwajib sehingga permainan kotor para penimbun dap at dibongkar. Ini bukanlah jiwa pengusaha yang jelih memanfaatkan kesempatan, te tapi mengambil keuntungan memanfaatkan kelicikan. Dan ini benar-benar bukanlah k esempatan dalam berusaha. Dalam agama, penimbunan bahan kebutuhan masyarakat itu diharamkan. Pelakunya akan sangat menzalimi orang lain. Ada cerita dari seorang teman di timur Indonesia, Papua. Seorang teman bercerita tentang sikap mereka terhadap kenaikan BBM pada saat itu. Menurutnya, Papua tid ak seramai dan sepanas Medan dan Jakarta dalam menyikapi rencana kenaikan harga

BBM. Mengapa demikian? Faktanya BBM bersubsidi dengan harga mahal bukan seperti anak bau kencur, namun telah terjadi sehari-hari sejak lama dan BBM sewaktu-wakt u harganya bisa naik tanpa menunggu kebijakan pemerintah. Hal yang membuat itu d apat terjadi adalah distribusi yang tidak merata dan sering terjadinya kelangkaa n. Memang, distribusi tidak merata selalu menjadi kambing hitam. Padahal lebih j auh lagi dapat ditelusuri apa yang menyebabkan kelangkaan. Bukan mutlak kesalaha n distribusi, namun penimbunan yang marak dilakukan adalah faktor utama harga BB M di Papua sangat mahal. Pernah suatu ketika BBM sangat langka, harga normal yang biasanya Rp. 18.000 per liter dapat melonjak menjadi sekitar Rp. 78.000 Rp. 80.000 per liter. Dan masyara kat di sana harus membelinya karena di sana BBM menjadi sumber energi utama dan sangat penting. Ironis memang di negeri kaya tanah Papua, rakyatnya dipermainkan oleh cukong-cukong minyak yang kebanyakan adalah orang luar Papua bahkan luar n egri. Jadi menurut seorang teman kita ini, demo rusuh yang dilakukan oknum mahas iswa dan masyarakat di Jakarta dan Medan beberapa waktu lalu sangat lebay. Bahka n menurut kajiannya bersama teman-temannya ketidaknaikkan BBM makin menambah kes ejahteraan para cukong minyak di Jakarta untuk menimbun dan membawanya ke Papua untuk dijual dengan harga selangit. Janganlah melihat penderitaan yang terjadi d i kota-kota besar saja, tetapi jika mau melihat penderitaan lihatlah secara kese luruhan karena Papua masih Indonesia. Dan penderitaan Papua tidak pernah dirasak an oleh Jakarta. Itulah dua penggal paragraf yang menyimpulkan email dari teman kita dari Papua terkait masalah kenaikan harga BBM. Kembali ke Bogor. Sebagai mahasiswa, saya dan mungkin teman-teman yang lainnya p un tidak lagi memikirkan rencana kita menyambut kenaikan harga BBM nanti. Setiap hari kuliah tidak ada lagi aksi turun ke jalan. Aksi yang ada hanyalah belajar dan membangun karya-karya kita untuk Indonesia yang hasilnya dapat dipetik bert ahun-tahun kedepan. Berbeda dengan aksi turun ke jalan yang hasilnya telah kita rasakan, yaitu penundaan kenaikan harga BBM. Apa pun itu, Alhamdulillah kerja sa ma dari teman-teman mahasiswa, buruh, dan masyarakat telah membuahkan hasil. Banyak sekali hal yang dilahirkan dengan adanya wacana kenaikan harga BBM. Semua yang terjadi dapat dijadikan pelajaran dalam berdemokrasi. Mudah-mudahan aksi a tau demo yang dilakukan teman-teman Maret lalu terdorong dari hati yang ikhlas k arena melihat kondisi yang memang belum pas untuk dinaikannya harga BBM, bukan k arena ketidaktahuan yang ikut-ikutan dan bukan melihat kondisi pribadi semata. Tulisan ini bukan Belum Ada Judul , tetapi mungkin memang tidak ada judul karena akan s angat bingung untuk memberi judul jika membahas persoalan BBM. Tulisan ini bukan mengarahkan kita bersikap untuk memihak, tetapi untuk membuka mata hati kita un tuk bersikap yang benar terhadap suatu masalah. Semoga tujuan dari tulisan ini dapat tersampaikan. Mohon maaf apabila tulisan in i masih jauh dari kesempurnaan. Manusia tidak luput dari kekhilafan dan dunia me rupakan tempat terjadinya kesalahan dan fitnah, termasuk kesalahan dari penulis, yang benar hanya datang dari Allah Subhanahu Wa Ta ala. Salam Semangat Salam Muda!! (AP).

Anda mungkin juga menyukai