Anda di halaman 1dari 3

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA Yth. 1. Para Gubernur. 2. Para Bupati / Walikota. 3.

Para Kepala Dinas / Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan provinsi. 4. Para Kepala Dinas / Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Kabupaten / Kota. Se Jawa - Bali

25 Juli 2008

SURAT EDARAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SE. 304/MEN/PHI-KPHI/VII/2008 TENTANG

PELAKSANAAN PENGOPTIMALAN BEBAN LISTRIK MELALUI PENGALIHAN WAKTU KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA DAN BALI

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Perindustrian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara nomor 47/M_IND/PER/7/2008, Nomor 23 Tahun 2008, Nomor PER.13/MEN/VII/2008, Nomor 35 Tahun 2008, dan Nomor PER. 03/MBU/08 tentang Pengoptimalan Beban Listrik Melalui Pengalihan Waktu Kerja Pada Sektor Industrial di Jawa Bali, maka perlu kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Perusahaan industri, selain perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Peraturan Bersama, melakukan pengalihan hari kerja ke hari Sabtu dan / atau Minggu sebagai berikut : a. Perusahaan industri yang menerapkan pola 5 ( lima ) hari kerja dalam seminggu, mengalihkan hari kerjanya 2 ( dua ) hari dalam sebulan ke hari Sabtu dan minggu. b. Perusahaan yang telah memberlakukan hari kerja 6 hari dalam 1 minggu ( hari Senin sampai dengan hari Sabtu ) maka perusahaan tersebut dianggap memenuhi ketentuan Peraturan Bersama Menteri Perindustrian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Badan Uasaha Milik Negara tentang Pengoptimalan Beban listrik melalui Pengalihan Waktu Kerja pada Sektor Industri di Jawa Bali. 2. Pengaturan waktu kerja dalam Pasal 77 Undang undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaa, meliputi : a. 7 ( tujuh ) jam dalam 1 ( satu ) hari dan 40 ( empat puluh ) jam 1 ( satu ) minggu untuk 6 ( enam ) hari kerja dalam 1 ( satu ) minggu ; atau b. 8 ( delapan ) jam 1 ( satu ) hari dan 40 ( empat puluh ) jam 1 ( satu ) minggu untuk 5 ( lima ) hari kerja dalam 1 ( satu ) minggu. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka istirahat mingguan tidak harus jatuh pada hari Sabtu dan / atau hari Minggu. 3. Dalam hal perusahaan industri telah menetapkan hari Sabtu dan / atau Minggu sebagai hari istirahat mingguan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama, maka hari istirahat mingguan tersebut dialihkan ke hari lain. 4. Dengan mengalihkan istirahat mingguan pada hari lain maka hari Sabtu dan / atau hari Minggu menjadi hari kerja biasa. 5. Bagi pekerja / buruh yang bekerja melebihi waktu kerja pada hari kerja sebagaimana dimaksud pada butir 4 ( empat ), maka pekerja / buruh berhak atas upah lembur. 6. Bagi pekerja / buruh yang bekerja pada hari istirahat mingguan yang telah dialihkan sebagaimana dimaksud pada butir 3 ( tiga ), maka pekerja / buruh berhak atas upah lembur pada hari istirahat mingguan. 7. Pekerja / buruh yang bekerja pada hari Sabtu dan Minggu harus diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan yang berlaku. 8. Instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di propinsi kabupaten / kota agar memfasilitasi pengalihan hari istirahat mingguan sebagaimana dimaksud dalam butir 3 ( tiga ). Demikian atas perhatian dan kerjasama Saudara diucapkan terima kasih.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,

ttd Dr. Ir. Erman Suparno, MBA., M.Si. Tembusan : 1. 2. 3. 4. 5. Presiden Republik Indonesia ; Wakil Presiden Republik Indonesia ; Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu ; Ketua DPN Apindo ; Ketua Serikat Pekerja / Serikat Buruh di Tingkat Nasional

Anda mungkin juga menyukai