Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Timbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakikatnya merupakan proses perkembangan hubungan antar Negara, karena kepentingan dua Negara tidak dapat menampung kehendak banyak Negara. Dalam membentuk organisasi internasional, negara negara melalui organisasi itu akan berusaha untuk mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama, dan kepentingan itu menyangkut bidang kehidupan internasional. Di bidang perhubungan misalnya, negara negara Eropa dalam tahun 1815 telah mengatur hubungan pelayaran melalui Sungai Rhine ( Cenral Commission for Navigation of the Rhine ), dan di dalam Kongres Paris 1856 juga telah disepakati suatu persetujuan pelayaran melalui Sungai Danube bagi negara negara yang dilalui oleh sungai ini ( Danube Commission ). Di bidang perdagangan, dalam tahun 1933 telah ada International Wheat Agreement yang mangatur produksi dan pemasaran gandum internasional, dan dalam tahun 1934 beberapa negara telah menyetujui tentang pengaturan produksi dan eksport karet melalui Regulation of the Production and Export of Rubber, sampai kepada Havana Charter 1948 untuk membentuk International Trade Organization khususnya yang mengatur tentang komoditi. Demikian juga di bidang moneter ketika negara negara Amerika Selatan dalam tahun 1865 mengadakan peraturan bersama melalui Latin Monetary Union.Sejak pertengahan abad 17 perkembangan organisasi internasional tidak saja diwujudkan dalam berbagai konferensi internasional yang kemudian melahirkan persetujuan persetujuan, tetapi lebih dari itu telah melembaga dalam berbagai variasi dari komisi ( commission ), perserikatan bangsa bangsa ( united nations ), persemakmuran ( commonwealth ), masyarakat (community), kerjasama ( cooperation ), dan lain lain. Pembahasan hukum organisasi internasional ini hanya menyangkut pada organisasi organisasi internasional tingkat pemerintahan karena lebih melibatkan pada pemerintah negara negara anggotanya sebagai pihak, oleh sebab itu organisasi internasional dalam pengertian ini dapat disebut sebagai organisasi internasional public ( public international organization ). Sebaliknya ada pula organisasi internasional yang bersifat non pemerintah yang melibatkan badan badan atau lembaga lembaga swasta di dalam berbagai negara (private international organization).Agar sesuatu organisasi internasional mempunyai status pemerintahan ( public ), organisasi itu harus dibentuk dengan suatu persetujuan internasional, mempunyai badan badan, dan arena mempunyai persetujuan internasional maka pembentukkan itu di bawah hukum internasional. Organisasi organisasi internasional yang tidak memenuhi syarat syarat bagi organisasi internasional dimasukkan dalam jenis organisasi internasional privat. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi organisasi internasional privat di cakup oleh hukum privat dan bukan hukum public. Karena hukum privat merupakan hukum privat dari suatu negara, maka organisasi internasional privat tersebut dicakup oleh hukum nasional, sedangkan organisasi internasional public dicakup oleh hukum internasional. B. PERMASALAHAN 1. Bagaimanakah aspek umum dari status Hukum Organisasi Internasional? 2. Bagaimanakah kaitan Personalitas Hukum dengan Hukum Internasional ? 3. Bagaimanakah Personalitas Hukum dari Organisasi Internasional ? 4. Apakah Fungsi pembuat Hukum dari Organisasi Internasional ?
1

BAB II PEMBAHASAN A. Aspek Umum Siapakah yang merupakan pihak pihak dalam organisasi internasional ? Bagi organisasi organisasi internasional yang dibentuk atau didirikan melalui perjanjian, diperlukan negara negara sebagai pihak dan bukan pemerintah, karena pemerintah hanya bertindak atas nama negara. Setelah menjadi pihak dari suatu perjanjian untuk membentuk suatu organisasi internasional, sesuatu negara menerima kewajiban kewajiban yang pelaksanaannya akan dilakukan oleh pemerintah negara itu dan bukan negara sebagai keseluruhan. Atas dasar itu maka tidaklah tepat dikatakan sebagai organisasi antar pemerintah (inter governmental organization ). Organisasi internasional dapat membentuk organisasi internasional yang lebih baru dalam rangka melaksanakan beberapa kegiatan yang lebih aktif lagi. Dengan di bentuknya organisasi internasional yang baru yang merupakan organisasi internasional generasi kedua ini maka organisasi itu secara terpisah dapat menjalankan fungsinya secara bebas, apalagi mempunyai anggaran dasar dan aturan tata cara tersendiri. Kasus ini terjadi pula dalam sistem PBB dan Dewan Eropa ( Council of Europe ). Dalam rangka PBB, Majelis Umum PBB dalam tahun 1965 membentuk United Nations Institute for Training and Research ( UNITAR ) sebagai lembaga otonom dalam kerangka PBB khususnya, untuk melaksanakan kegiatan latihan dan riset agar dalam mencapai tujuan pokoknya PBB dapat berfungsi secara efektif. Sedangkan dalam tahun 1967 PBB juga telah membentuk organisasi baru lainnya yang disebut dengan United Nations Industrial Development Organization ( UNIDO ). Organisasi ini juga bersifat otonom dengan tugas memajukan dan meningkatkan industrialisasi negara negara berkembang dan untuk mempersatukan kegiatan pengembangan industri dalam sistem PBB. B. Personalitas Hukum Organisasi Internasional Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk instrument pokok apa pun akan memiliki suatu personalitas hukum di dalam hukum taurat internasional. Personalitas hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kapasitasnya untuk melaksanakan fungsi hukum seperti membuat kontrak, membuat perjanjian dengan suatu negara atau mengajukan tuntutan dengan negara lainnya. Seperti juga di singgung oleh Maryan Green . Dalam hal organisasi seperti Liga Bangsa Bangsa yang di dalam Convenant-nya tidak secara khusus memuat masalah personalitas hukum, pada waktu itu pernah timbul masalah. Namun demikian masalah itu kemudian dapat diselesaikan oleh pemerintah Swiss dengan Liga Bangsa Bangsa melalui modus vivendi 1921. Dari uraian tersebut maka personalitas hukum organisasi internasional dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum negara di mana negara itu menjadi tuan rumah atau markas besar organisasi internasional ( personalitas hukum dalam kaitannya dengan hubungan internasional ), dan personalitas hukum dalam kaitannya dengan negara negara atau subjek hukum internasional lainnya (personalitas hukum dalam kaitannya dengan hukum internasional).

C. Personalitas Hukum dalam Kaitannya dengan Hukum Nasional Walaupun di dalam Convenant Liga Bangsa Bangsa masalah personalitas hukum tidak secara khusus dimuat, namun masalah keistimewaan dan kekebalan badan tersebut, termasuk keistimewaan dan kekebalan bagi para pejabat sipil internasional serta para wakil negara negara anggotanya secara jelas disebutkan : Di samping itu terdapat juga beberapa Headquarters Agreement yang dibuat oleh PBB dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Negeri Belanda, Switzerland dan Austria dimana terdapat Markas Markas besar PBB. Dalam Headquarters Agreement, PBB telah diberi keistimewaan dan kekebalan tambahan yang diperlukan karena lokasi dari kemudahan kemudahan PBB beserta para stafnya yang berada dalam lingkungan wilayah sesuatu negara anggota. D. Personalitas Hukum Dalam Kaitannya Dengan Hukum Internasional Personalitas hukum dari sesuatu organisasi internasional dalam kaitannya dengan hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi internasional tersebut dalam memiliki suatu kapasitas untuk melakukan prestasi hukum, baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara negara anggotanya, termasuk kesatuan ( entity ) lainnya. Kapasitas itu telah diakui dalam hukum internasional itu sendiri sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga karena organisasi itu harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya. Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuan ( entity ) yang telah memiliki kedudukan personalitas tersebut, sudah tentu akan mempunyai wewenangnya sendiri untuk mengadakan tindakan tindakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan organisasi internasional tersebut, yang telah disetujui oleh para anggotanya. Namun hal ini banyak menumbuhkan perselisihan karena secara eksplisit tidak disebutkan di dalam instrumen pokok. Masalah tersebut kemudian dimasukkan sebagai mata acara dalam agenda Sidang Majelis Umum PBB yang ke-3 atas rekomendasi Sekjen, dan selanjutnya diputuskan oleh Majelis untuk dibahas dalam satu Komite Utamanya yang menangani masalah hukum ( Komite VI ). Pada waktu dibicarakan di Komite VI masalahnya telah berkisar apakah PBB memiliki personalitas hukum secara internasional ( international legal personality ), dan jika demikian halnya apakah PBB juga mempunyai kekuasaan untuk mengajukan tuntutan pada tingkat internasional. Dari pembicaraan di Komite VI dapat ditarik beberapa pandangan sebagai berikut : Pertama, satu kelompok wakil negara tidak menyetujui satu pandangan yang telah dikemukakan Sekjen. Wakil Yunani, Spiroppulos, menyatakan hampir yakin bahwa PBB tidak mempunyai kapasitas de lege lata dalam mengambil tindakan untuk mempertahankan pejabat utusannya. Juga wakil Syria, Tarazi, menanggapi bahwa PBB tidak menikmati hak semacam itu, karena tidak ada ketentuan dalam hukum yang memberikan untuk itu dan belum pernah juga terjadi sebelumnya yang dapat dijadikan contoh. Yang ada hanya hukum yang mengakui personalitas internasional sesuatu negara tetapi bukan personalitas hukum secara internasional dari PBB itu sendiri. Kedua, menurut anggapan wakil Inggeris, Sir Gerald Fitzmaurice, ada peluang untuk menyangsikan mengenai kedudukan yang tepat bagi PBB dan haknya untuk
3

mengajukan suatu tuntutan dalam taraf internasional. Ia juga menyatakan bahwa selama kapasitas di bawah hukum nasional telah diberikan kepada suatu kesatuan ( entity ) di bawah Piagam,maka tidak diberikan lagi kapasitasnya di bawah hukum internasional. Sedangkan wakil Belgia, Kaeckenbeeck, menyatakan bahwa di Konperensi San Fransisco negaranya telah mengusulkan bahwa Piagam memuat suatu Pasal terpisah mengenai personalitas hukum secara internasional ( international legal personality ). Ia juga mengakui dokumen tersebut sudah merupakan secara khusus bahwa PBB dapat mengajukan tuntutan dalam taraf internasional. Tetapi ia menyarankan bahwa kesimpulan yang dapat ditarik bahwa tidak ada ketentuan bagi PBB secara tersendiri, mengenai personalitas hukum secara internasional. Karena itu ia menganggap bahwa hal itu tidak pasti bahwa para perancang Piagam telah menghilangkan ketentuan semacam itu tidak memasukkan personalitas yang dimaksudkan atau memang untuk menyebutnya. Ketiga, ada juga kelompok wakil negara negara lainnya seperti Maktos dari Amerika Serikat yang tetap beranggapan bahwa PBB dapat mengajukan tuntutan internasional. Namun ia membatasi hak PBB pada kerugian kerugian yang dideritanya akibat pelanggaran hukum internasional. Ia juga berpendapat, hak untuk memprakarsai suatu tuntutan atas nama korban merupakan hak negaranya, dan PBB tidak dapat mengambil alih kekuasaan dari suatu negara untuk mengajukan tuntutan atas nama warga negaranya. Keempat, kelompok negara negara lainnya justru mempunyai doktrin yang paling maju, dan yakin bahwa PBB mempunyai kemampuan untuk mengajukan suatu tuntutan internasional untuk dua jenis kerugian. Seperti halnya Chaumont dan Abdoh, masing masing wakil dari Perancis dan Iran, yang menyatakan bahwa yang penting ialah mengikuti semangat Piagam bukan secara harfiah, karena kesatuan mempunyai personalitas hukum dalam hukum internasional. Chaumont menegaskan bahwa personalitas internasional diatur dalam Pasal 104 Piagam dan diakui dalam Pasal 1 Convention on Privileges anf Immunities. Di samping itu ia berpendapat bahwa menurut Pasal 105, Majelis Umum PBB dapat menentukan status internasional para pejabatnya. Kelima, wakil Uni Soviet, Morozov, menganggap bahwa setelah PBB memberikan konpensasi kepada wakilnya, maka Sekjen telah berkonsultasi dengan negara yang warga negaranya menjadi korban, haruslah mengajukan tuntutan kepada pengadilan dari negara bertanggung jawab untuk menutupi kerugian, atau dengan kata lain untuk mendapatkan pembayaran ganti rugi Pandangan Morozov ini kemudian oleh wakil Mesir dianggap sebagai amandemen dari resolusi yang dimajukannya, yaitu mengenai kapasitas hukum yang dimiliki oleh PBB untuk mengajukan tuntutan internasional. E. Fungsi Pembuat Hukum dari Organisasi Internasional Organisasi internasional yang dibentuk oleh negara negara anggotanya melalui instrument pokok yang telah disetujui bersama pada hakikatnya merupakan suatu mekanisme untuk mengadakan kerjasama dalam suatu kegiatan di berbagai sektor kehidupan internasional yang menjadi kepentingan bersama. Di dalam mencapai tujuan organisasi internasional tersebut dan untuk menghadapi berbagai tantangan akan adanya perkembangan dan kemajuan sektor sektor dalam kehidupan internasional, kadang kadang ketentuan ketentuan yang tercermin dalam instrument pokok kurang atau bahkan tidak dapat menampungnya.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setiap masyarakat, bagaimanapun kecilnya, memerlukan suatu organisasi di antara para anggota, agar kehidupan mereka berjalan dengan lancar dan tertib. Wujud dan luas sempitnya organisasi itu tergantung dari sifat tata hidup dan jumlah kepentingan kepentingan para anggota masyarakat. Di dunia ada banyak kelompok masyarakat yang tergantung dalam suatu organisasi kemasyarakatan terbesar yang disebut negara, di mana masing masing menjadi anggota dari apa yang dinamakan masyarakat internasional. Organisasi hukum dari masyarakat internasional ini merupakan organisasi yang luas fungsinya mencakup kepentingan kepentingan dari semua negara yang menjadi anggota masyarakat internasional. Pembahasan Hukum Organisasi internasional tidak dapat terlepas dari aspek aspek filosofis maupun administrative dari organisasi internasional itu sendiri, mengingat dua aspek tersebut merupakan faktor yang penting dalam pembentukan suatu organisasi internasional. Sebelum memasuki aspek hukum dan organisasi internasional perlu dibahas kedua aspek tersebut yaitu aspek filosofis yang menyangkut nilai nilai histories dan aspek administratif yang lebih banyak menentukan tingkat personalitas dan kapasitasnya. Organisasi internasional adalah suatu proses organisasi internasional juga menyangkut aspek aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional diperlukan dalam rangka kerjasama, menyesuaikan dan mencari kompromi untuk meningkatkan kesejahteraan serta memecahkan persoalan bersama, serta mengurangi pertikaian yang timbul. Dari aspek hukumnya, organisasi internasional lebih menitik beratkan antara lain seperti wewenang dan pembatasan pembatasan (restrictions) baik terhadap organisasi internasional itu sendiri maupun anggotanya sebagaimana termuat di dalam ketentuan ketentuan instrumen dasarnya termasuk di dalam perkembangan organisasi secara praktis. B. Saran 1. Intervensi organisasi internasional jangan sampai menyalahi falsafah dan pandangan hidup dari negara negara yang menjadi anggotanya. 2. Sebaiknya hukum dari organisasi internasional dapat mewakili seluruh aspirasi dari negara negara yang menjadi anggota organisasi tersebut. 3. Sebaiknya organisasi internasional harus menjalankan fungsinya secara efektif sesuai dengan mandat yang telah dipercayakan oleh para anggotanya

DAFTAR PUSTAKA Starke, J. G., Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1997. Batra, T. S., Institusi Internasional, Some Legal Essay, ( New Delhi : Bookhive, 1982 ). Suryokusumo, Sumaryo, Hukum Organisasi Internasional, UI PRESS, Jakarta, 1990. Bowett, D. W., Hukum Organisasi Internasional, Sinar Grafika, Jakarta, 1991. Prodjodikoro Wirjono, S.H., Dr., Asas Asas Hukum Publik Internasional, PEMMAS, Jakarta, 1967.

Anda mungkin juga menyukai