Anda di halaman 1dari 72

Chapter 14

Wireless LAN

Magister Sistem Informasi


Universitas Diponegoro
2015

Copyright © The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.
CONTENTS
A. IEEE 802.11
Architecture
Basic Service Set
Extended Service Set
Station Types
MAC Sublayer
Fragmentation
Frame Format
Addressing Mechanism
Hidden and Exposed Station Problems
Physical Layer
B. BLUETOOTH
Architecture
Bluetooth Layers
Radio Layer
Other Upper Layers
WIRELESS LAN – IEEE 802.11

Stallings,
2007
IEEE 802.11
 IEEE medefiniskan dari Wireless LAN, disebut
sebagai IEEE 802.11
 Arsitektur dari IEEE 802.11 terdiri dari 2 jenis
yaitu :
 basic service set (BSS)
 extended service set (ESS)
BASIC SERVICE SETS (BSS)
 Konfigurasi BSS minimal terdiri dari sebuah
Access Point yang terhubung ke jaringan kabel
atau internet. AP dikenal dengan managed
network.
 BSS tanpa AP (Access Point) disebut ad hoc
network, sedangakan BSS dengan AP (Access
Point) disebut infrastructure network
Gambar 14.1 Basic service sets (BSSs)

14.6
EXTENDED SERVICE SET (ESS)
 Extended Service Set (ESS) terdiri dari beberapa
BSS yang saling overlap dan masing-masing
mempunyai Access Point.
 Access Point yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan Distributed System (DS).
 DS bisa berupa kabel atau Wireless.
Gambar 14.2 Extended service sets (ESSs)

14.8
STATION TYPES

 no-transition
 piranti (computer) yang diam, seperti PC biasa, atau
bergerak tetapi hanya di dalam BSS yang sama
 BSS-transition
 station dapat berpindah dari BSS satu ke BSS
tetangganya, tetapi masih di dalam satu ESS
 ESS transition
 station dapat berpindah dari satu ESS ke ESS lain

Dalam hal ini, tak seperti komunikasi seluler, IEEE


802.11 tak menjamin komunikasi berlangsung secara
kontinyu ketika sebuah station sedang berpindah
dari satu sel ke sel yang lain.
MAC SUBLAYER
 Distributed Coordination Function (DCF)
 Point Coordination Function (PCF)
Gambar 14.3 MAC layers in IEEE 802.11 standard

14.11
MAC SUBLAYER
DISTRIBUTED COORDINATION FUNCTION
(DCF)

 DCF menggunakan metode akses CSMA/CA (Carrier Sense


Multiple Access/Collision Avoidance).
 Dalam hal ini wireless LAN tidak dapat mengimplementasi
CSMA/CD, sebagaimana LAN dengan kabel. Hal ini
disebabkan karena:
 Pada collision detection, sebuah station harus mampu mengirim
dan menerima isyarat tabrakan (collision) data pada saat yang
sama. Hal ini pasti membutuhkan hardware station yang tak
murah serta memerlukan bandwidth lebih banyak.
 Tabrakan mungkin tidak terdeteksi karena masalah adanya
station yang tersembunyi.
 Jarak antara station-station dapat saja sangat dekat. Isyarat
fading dapat menyebabkan sebuah station tak mendengar
adanya tabrakan data.
Gambar 14.4 CSMA/CA flowchart

14.13
 Sebelum mengirim frame data, station sumber men-sense medium dengan
mengecheck lever energi frekuensi pembawa.
 Dgunakan strategi pemantauan terus-menerus dengan back-
off sampai dirasakan bahwa kanal sedang sepi (idle).
 Setelah station sumber merasakan adanya idle, station itu
menunggu beberapa saat, (dinamakan DIFS=distributed
interframe space); kemudian station sumber itu mengirim
sebuah frame permintaan untuk mengirim, request to send
(RTS)
 Ketika menerima RTS dan kemudian diam beberapa saat (dinamakan
SIFS=short interframe space), station tujuan mengirim sebuah frame
kontrol, yang disebut clear to send (CTS) kepada station sumber. Frame
control ini mengindikasikan bahwa station tujuan itu siap menerima data.
 Station sumber mengirim data setelah diam beberapa saat selama SIFS.
 Station tujuan setelah menerima data dan diam beberapa saat (selama
SIFS) mengirimkan tanda terima (acknowledgement) untuk
memberitahukan bahwa frame telah diterima. Acknowledgement ini
diperlukan pada protocol ini karena station sumber tidak mempunyai piranti
untuk menge-check keberhasilan bahwa data sampai tujuan.
 Bagaimana dengan station-station yang lain mampu
berdiam diri tak mengirim data ketika salah satu
station sedang aktif?
 Bagaimana pencegahan tabrakan dapat dilakukan
dengan protocol ini?
 Solusi : NAV (Network Allocation Vector )
 Ketika sebuah station mengirim frame RTS, itu sudah termasuk
pemesanan selang waktu yang dibutuhkan untuk memakai kanal.
 Station-station yang lain kemudian akan membangkitkan timer
(NAV) untuk kemudian berdiam diri selama waktu itu.
 Setelah diam selama NAV, barulah mereka menge-check kembali
kekosongan kanal.
 Setiap kali sebuah station mengakses kanal dan mengirim RTS,
station-station yang lain akan mulai mengaktifkan NAV nya.
Maka sebelum sebuah station men-sense apakah kanal kosong,
terlebih dahulu ia menge-check NAV-nya apakah sudah sampai
waktunya men-sense.
Gambar 14.5 CSMA/CA and NAV

14.16
MAC SUBLAYER
POINT COORDINATION FUNCTION (PCF)

 PCF hanya dapat diimplementasikan pada jaringan


infrastruktur, bukan pada ad-hoc dan menggunakan
contention-free polling access method.
 PCF diterapkan di atas DCF dan digunakan untuk
transmisi yang bersifat time-sensitive.
 Untuk memberi prioritas pada PCF di atas DCF,
dipakai interframe baru, PIFS dan SIFS. Di sini SIFS
sama dengan yang di DCF. Sedangkan PIFS (PCF
IFS) lebih pendek dibandingkan dengan SIFS.
Berarti bahwa apa bila pada saat yang sama sebuah
station ingin menggunakan hanya DCF, sedangkan
AP ingin memakai PCF, maka prioritas diberikan
pada AP (yang akan memakai PCF).
 prioritas lebih pada PCF atas DCF dapat
menyebabkan station-station yang hanya mampu
memakai DCF tidak dapat mengakses medium.
 Untuk mencegah hal ini, sebuah repetition
interval dibuat untuk meng-cover baik lalu lintas
PCF maupun DCF.
Gambar 14.6 Example of repetition interval

14.19
FRAGMENTASI
 Lingkungan wireless sangat riskan dengan noise,
sehingga setiap frame yang rusak harus
ditransmisikan kembali.
 Solusi  fragmentasi.
 Fragmentasi merupakan pembagian frame besar
menjadi bentuk frame-frame yang lebih kecilagar
pengiriman ulang dapat dilakukan dengan lebih
mudah dan efisien.
FRAME FORMAT
 Frame control (FC)
 Duration (D

 Addresses (alamat)

 Sequence control (SC)

 Frame body

 Frame Check Square (FCS)


Gambar 14.7 Frame format

14.22
FRAME FORMAT ~PENJELASAN
1. Frame control (FC), atau pengontrol frame.
 Panjang field untuk FC adalah 2 byte dan berisi tipe
frame dan beberapa informasi kontrol.
Tabel 14.1 Subfields in FC field

Field Penjelasan
Version Versi saat ini adalah 0

14.24
Type Tipe dari informasi: management (00), control (01), atau data
(10)
Subtype Subtipe dari setiap tipe (lihat tabel 14.2)
ToDS Jika bernilai 1, frame menuju ke distribution system (DS)
FromDS Jika bernilai 1, frame dikirim dari DS
More flag Jika bernilai 1, berarti tambah fragmen
Retry Jika bernilai 1, berarti frame ditransmisikan ulang
Pwr mgt Jika bernilai 1, berarti station dalam mode power
management
More data Jika bernilai 1, berarti station masih memiliki data lain untuk
dikirim
WEP Privasi yang ekuivalen dengan wired LAN, implementasi
enkripsi
Rsvd Reserved
FRAME FORMAT ~PENJELASAN
2. Duration (D)
 pada hampir semua tipe frame, field ini mendefinisikan durasi
transmisiyang digunakan untuk menge-set nilai dari NAV (Network
Allocation Vector). Pada frame control, field ini mendefinisikan ID
dari frame.
3. Addresses (alamat).
 Terdapat 4 field alamat yang masing-masing memiliki ukuran 6 byte.
Pengertian dari setiap field alamat tergantung dari nilai subfield
ToDS dan FromDS yang ada dijelaskan di subtopik berikutnya.
4. Sequence control (SC),
 mendefinisikan angka urutan dari frame yang digunakan dalam flow
control.
5. Frame body,
 dapat berukuran antara 0 – 2312 bytes, yang berisi informasi
berdasarkan tipe dan subtipe yang telah didefinisikan dalam field
FC.
6. Frame Check Square (FCS),
 berukuran 4 byte dan berisi rangkaian deteksi error CRC-32.
FRAME TYPES
Sebuah wireless LAN yang didefinisikan dalam
IEEE 802.11 memiliki 3 kategori frame, antara
lain:
 Management frames
 Management frames digunakan untuk komunikasis
inisiasi antara station dengan AP (access point).
 Control frames
 Control frame digunakan untuk mengakses kanal
dan frame ACK.
 Data frames
 Data frames digunakan untuk membawa data dan
informasi kontrol.
Gambar 14.8 Control frames

14.27
14.28
Tabel 14.2 Values of subfields in control frames

Subtipe Penjelasan
1011 Request to send (RTS), status permintaan
pengiriman
1100 Clear to send (CTS), status siap menerima
pengiriman
1101 Acknowledgement (ACK)
MEKANISME PENGALAMATAN
(ADDRESSING)
 Mekanisme pengalamatan 802.11 dapat dibagi
secara spesifik dalam 4 kasus, yang didefinisikan
dari nilai-nilai pada subfield ToDS dan FromDS
pada field FC.
 Interpretasi dari 4 alamat (addresses, yang telah
dijelaskan pada format frame pada penjelasan
sebelumnya) pada frame MAC bergantung pada
nilai-nilai ini.
14.30
Tabel 14.3 Addresses (Isi alamat dari dari interpretasi field ToDS dan FromDS)

Kasus ToDS FromDS Alamat 1 Address 2 Address 3 Address


4
1 0 0 Destination Source BSS ID N/A
2 0 1 Destination AP pengirim Source N/A
3 1 0 AP penerima Source Destination N/A
4 1 1 AP penerima AP pengirim Destination Source
 Kasus 1: 00
Pada kasus ini ToDS = 0 dan FromDS = 0, yang artinya
frame tidak akan menuju ke DS/ distribution system (ToDS
= 0) dan tidak berasal dari DS. Frame berasal dari station
pada suatu BSS menuju BSS lain tanpa melalui DS. Frame
ACK akan dikirim ke pengirim yang merupakan station
asal.
 Kasus 2: 01
Pada kasus ini, ToDS = 0 dan FromDS = 1, yang artinya
frame datang dari DS. Frame datang dari suatu AP menuju
ke station tujuan sehingga ACK akan dikirim ke AP. Pada
kasus ini alamat 3 pada frame akan diisi dengan pengirim/
station asal (di BSS lain).
 Kasus 3: 10
Pada kasus ini, ToDS = 1 dan FromDS = 0, yang artinya
frame menuju ke DS. Frame datang dari staiun asal
menuju ke AP, sehingga ACK dikirim ke pengirim/ station
asal. Alamat 3 pada frame berisi tujuan akhir (di BSS
lain).
 Kasus 4: 11
Pada kasus ini, ToDS = 1 dan FromDS = 1, yang dapat
dipastikan jaringan distribusi adalah juga wireless.Frame
berjalan dari satu AP ke AP yang lain di dalam jaringan
distribusi yang wireless. Dalam jaringan distribusi kabel
(wired), alamat tak perlu didefinisikan, karena format
frame jaringan kabel telah mendefinisikan alamat tersebut
(contohnya: Ethernet). Dalam jaringan distribusi wireless,
perlu 4 alamat untuk mendefinisikan pengirim asal,
tujuan akhir, dan ke dua alamat AP dari masing-masing
BSS.
Gambar 14.9 Mekanisme pengalamatan

14.33
PERMASALAHAN ‘HIDDEN STATION’

 Station B mempunyai jangkauan transmisi range oval


di sebelah kiri, setiap station di dalam kawasan
tersebut dapat mendengar sinyal yang dipancarkan
oleh station B.
 Station C mempunyai jangkauan transmisi range oval
di sebelah kanan, sehingga station-station di kawasan
itu dapat menangkap sinyal yang dipancarkan oleh C.
 Station C terletak di luar jangkauan B, demikian juga,
station B terletak di luar jangkauan C.
 Station A, yang terletak di dalam jangkauan baik B
dan C, dapat mendengar sinyal-sinyal yang
dipancarkan keduanya, B atau C.
PERMASALAHAN ‘HIDDEN STATION’

 Misalkan kita anggap bahwa B mengirim data ke A, maka


pada saat proses pengiriman masih berlangsung, C juga
mengirim data ke A.
 Dalam hal ini C berada di luar jangkauan B dan kiriman
data dari B tak akan menjangkau C.
 Dari sini, C mengira medium bebas/sepi.
 Station C mengirim data ke A, menyebabkan tabrakan data
di station A, karena menerima kiriman data dari dua pihak,
B dan C.
 Dalam kasus ini, station B dan C tak saling melihat (tersembunyi)
satu sama lain dengan keberadaan A.
 Station-station yang tersembunyi semacam ini dapat
mengurangi kapasitas jaringan karena adanya
kemungkinan tabrakan data seperti kasus di atas.
Gambar 14.10 Hidden station problem

14.36
Gambar 14.11 Solusi menghindari permasalahan ‘hidden station’
dengan penggunaan ‘handshaking’

14.37
PERMASALAHAN ‘EXPOSED STATION’

 Permasalahan ‘exposed station’ terjadi ketika sebuah


station tampak seolah-olah sedang berkomunikasi di
sebuah area, padahal ia berkomunikasi kepada station
yang berada di area yang lain.
 Sebuah station tercegah untuk berkomunikasi walau
kanal dalam kondisi kosong.
Gambar 14.12 Exposed station problem

14.39
PERMASALAHAN ‘EXPOSED STATION’

 Misal, station A mengirim data ke B.


 Pada saat yang sama station C mengirim data ke D
tanpa saling berinterferensi dengan komunikasi antara
A dan B.
 Tetapi C tercegah untuk berkomunikasi oleh A, yaitu C
mendengar A mengirim data sehingga C tidak jadi
mengirim data.
 Dengan kata lain, C sebenarnya menyia-nyiakan kanal
yang sedang kosong ke D.
Gambar 14.13 Permasalahan ‘exposed station’ tidak dapat diatasi
dengan penggunaan ‘handshaking’

14.41
LAPISAN FISIK
14.43
Tabel 14.4 Physical layers
Gambar 14.14 Industrial, scientific, and medical (ISM) band

14.44
IEEE 802.11 FHSS
 Menggunakan metode frequency hopping spread
sprectum (FHSS)
 FHSS menggunakan pita 2.4-Ghz ISM.

 Pita dibagi ke dalam 79 sub-pita dari 1 Mhz (dan


sebuah pita penjaga).
 Sebuah pseudorandom menghasilkan angka
yang telah dipilih secara berurutan dalam hop.
 Teknik modulasi pada spesifikasi ini salah satu
yaitu dua level FSK atau empat level FSK
dengan 1 atau 2 bits1baud yang hasilnya dalam
kecepatan data 1 atau 2 Mbps seperti
ditunjukkan gambar 14.15.
Gambar 14.15 Physical layer of IEEE 802.11 FHSS

14.46
IEEE 802.11 DSSS
 Menggunakan metode direct sequence spread
sprectum (DSSS)
 DSSS menggunakan pita 2.4-Ghz ISM. Teknik
modulasi dalam spesifikasi ni adalah PSK pada 1
Mbaud/s.
 Mengijinkan 1 atau 2 bits1baud (BPSK atau
QPSK).
 Hasilnya dalam kecepatan data 1 atau 2 Mbps
seperti ditunjukkan gambar 14.16.
Gambar 14.16 Physical layer of IEEE 802.11 DSSS

14.48
IEEE 802.11 INFRARED
 IEEE 802.11 Infrared menggunakan sinar
inframerah dengan rentang dari 800 hingga 950 nm.
 Teknik modulasi disebut pulse position modulation
(PPM).
 Untuk sebuah 1-Mbps kecepatan data, sebuah 4 bit
berurutan pertama dipetakan ke dalam 16-bit
berurutan yang hanya 1 bit diatur 1 dan berhenti
pada 0.
 Untuk sebuah 2-Mbps kecepatan data, sebuah 2 bit
berurutan pertama dipetakan ke dalam 4 bit
berurutan yang hanya satu bit di beri nilai 1 dan
berhenti pada 0.
 Pemetaan berurutan adalah dengan mengubah sinyal
optik; keberadaan cahaya diberi nilai 1 dan ketidak
beradaan cahaya diberi nilai 0 seperti gambar 14.17.
Gambar 14.17 Physical layer of IEEE 802.11 infrared

14.50
IEEE 802.11A OFDM
 Beroperasi pada band frekuensi ISM 5 GHz.
 Menggunakan metode orthogonal frequency
division multiplexing (OFDM).
 Band frekuensi dibagi menjadi 52 subband: 48 data
dan 4 informasi control.
 Prinsip ini mirip dengan ADSL. Pembagian band
frekuensi menjadi subband-subband akan
mengurangi interferensi luar.
 Modulasi PSK dan QAM
 Laju data: 18 Mbps (PSK) dan 54 Mbps (QAM)
IEEE 802.11B DSSS
 Menggunakan metode high rate direct sequence
spread spectrum (HR-DSSS) pada band frekuensi
ISM 2.4 GHz
 Prinsip kerja HR-DSSS mirip dengan DSSS
kecuali pada metode encode-nya
 dengan complementary cose keying (CCK)
 Versi 5.5 Mbps menggunakan BPSK
 mengirimnya pada 1.375 Mbaud/s dengan encoding
4-bit CCK
 Versi 11 Mbps memakai QPSK
 mengirimnya di 1.375 Mbaud/s dengan encoding 8-bit
CCK
Gambar 14.18 Physical layer of IEEE 802.11b

14.53
IEEE 802.11G
 Menggunakan kode untuk koreksi error.
 OFDM, Laju data sampai dengan 54 Mbps.

 Beroperasi di pita 2.4 Ghz ISM

 Kompatibel dengan 802.11b meski OFDM


BLUETOOTH
 Standar IEEE 802.15
 Personal Area Network (PAN) nirkabel
 Beroperasi di range ruangan atau aula

 Tipe jaringan:
 Piconet
 Scatternet
PICONET
 Dapat memiliki hingga delapan station, salah
satunya disebut utama, sisanya adalah
secondary
 Komunikasi antara primary dan secondary
 satu-ke-satu atau satu-ke-banyak
 Secondary ke delapan berada dalam keadaan
parked state.
 Sebuah secondary dalam keadaan parked state
disinkronisasikan dengan primary, tapi tidak dapat
mengambil bagian dalam komunikasi sampai
dipindahkan dari parked state.
Gambar 14.19 Piconet

14.57
SCATTERNET
 Kombinasi beberapa piconet
 Sebuah station secondary dalam satu piconet
dapat menjadi primary dalam piconet lain.
 station ini dapat menerima pesan dari primary
dalam piconet pertama (sebagai secondary)
kemudian bertindak sebagai primary, mengantarkan
pesan tersebut ke dalam piconet kedua.
Gambar 14.20 Scatternet

14.59
BLUETOOTH LAYERS
 Menggunakan beberapa layer yang tidak benar-benar
sama dengan model internet
 Radio Layer pada bluetooth hampir setara dengan
lapisan fisik dari model Internet
 Berdaya rendah, jangkauan 10 m.
 ISM band 2.4 GHz: 79 saluran @ 1MHz
 Frekuensi hopping spread spectrum metode (FHSS)
 Modulasi GFSK
 Baseband Layer:
 Hampir setara dengan sublayer MAC di LAN
 Metode akses TDD TDMA (half duplex)
 primary dan secondary berkomunikasi menggunakan slot
waktu (time slot)
 Single and Multiple-Secondary Communication
Gambar 14.21 Bluetooth layers

14.61
Gambar 14.22 Single-secondary communication

14.62
Gambar 14.23 Multiple-secondary communication

14.63
PHYSICAL LINK
 Terdiri dari 2 jenis:
 SCQ (synchronous connection-oriented) links
 menghindari latency (keterlambatan pengiriman data)
lebih diprioritaskan dibanding integritas (pengiriman bebas
dari kesalahan)
 digunakan untuk audio real-time untuk menghindari delay

 ACL (asynchronous connectionless link)


 integritas lebih diprioritaskan daripada menghindari
latency
 jika konten dikemas dalam frame rusak, maka akan
dikirim ulang
FRAME FORMAT
 Terdiri dari:
 Access code
 Field dengan ukuran 72-bit berisi bit sinkronisasi dan
identifier primary untuk membedakan frame piconet satu
dengan lainnya
 Header
 Field berukuran 54-bit dengan pola 18-bit berulang
 Data
Gambar 14.24 Frame format types

14.66
FRAME FORMAT; HEADER
 Address (Alamat). Field berukuran 8-bit memuat
tujuh secondary (l sampai 7)
 Jika alamat adalah nol, maka komunikasi adalah
broadcast dari primary ke semua secondary
 Type. Field berukuran 4 bit mendefinisikan tipe data
dari lapidan di atasnya (upper layer)
 F (Flow). Field berukuran 1 bit untuk kontrol aliran
 A (Acknowledment). Field berukuran 1 bit untuk
acknowledgment
 S (Sequence). Field berukuran 1 bit memuat nomor
urut (sequence number)
 HEC (Header Error Correction). Field berukuran 8
bit
L2CAP (LOGICAL LINK CONTROL AND
ADAPTATION PROTOCOL)
 Hampir setara dengan LLC sublayer di LAN
 Digunakan untuk pertukaran data pada link
ACL
Gambar 14.25 format paket data L2CAP

14.69
TUGAS UTAMA L2CAP

 multiplexing
 Pada pengirim: menerima data dari protokol layer di atasnya,
mengkonversinya dalam bentuk frame-frame dan mengantarkannya
ke baseband layer
 Pada penerima: menerima frame dari baseband layer, ekstrasi data
dan mengirim ke layer protokol yang tepat
 segmentation dan reassembly
 Segementasi data-data besar yang kemudian di kembalikan ke
bentuk semula di tujuan
 quality ofservice(QoS)
 group management
 Membut pengalamatan logik (logical adressing) untuk perangkat
lainnya sehingga terbentuk grup dan dapat melakukan prosedur
semacam multicast (pesan dari primary ke beberapa secondary)
REFERENCES
 Forouzan, 2007, Data Communications and
Networking 4th edition, McGraw-Hill Companies
Inc. [chapter 14]
HW
 Resume
 Exercise

 Enjoy 

Anda mungkin juga menyukai