Anda di halaman 1dari 33
DOA AWAL DAN AKHIR TAHUN 1. Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu definisi Rebo Wekasan agar kita memahami akar | permasalahannya. Rebo wekasan secara bahasa diarabil i dari bahasa jawa. Rebo artinya hari rabu dan wekasan F artinya terakhir. ‘Adapun yang dimaksuidkan i sini adalah acura * ritual yang biasa dilakukan sebagaian masyarakat pads hori rabu akhir bulan Shafar karena menurut persepsi ) mereka saat itu adalah saat petaka, Acaranya adalah |. shalat empat rakaat. Setiap rakaat membaca surat Al- Fatihah satu kali, surat Al-Kautsar tujuh belas kali, surat Al-Tkhlas lima belas kali, sucat Al-Falaq dan An-Nas dua kali kemudian membaca de‘a buatan mereka yang berisikan kalimat syirik. Demikian juga mereka berkumpul-kumpul di masjid menunggw rajah-rajah " bikinan kyai mereka lalu menaruhnya di gelas dan meminumnya, Tidak hanya sampai disitu, mereka juga mengadakan perayaan makan-makan lalu berjalan di rumput-rumput agar semmbuh dari segala peayakit, Tidak syak lagi bahwa semua amalan di atas " termasuk ritual jahiliyyah yang meruyak karena sebab Kejahilan terhadap agama, lemahnya tauhid. subuenya "abl bid’ah dan penyesat umat serta minimnya para da'i tauhid. (Lihat Tahdzinel Muslimin ‘anil Hotida’ fi » Ad-Din hal. 281 karya Ibnu Hajar Al-Butamiy, [shiadied Masajid hal, 116 karya Jamaluddin Al-Qasimiy dan Al- _ Bida'wl Hauliyyah hal, 126-132 karya Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiri). Perlu ditandaskan bahwa merasa sial dengan bulan Shafar termasuk keyakinan jahiliyyah yang dibatilkan Islam sebagaimana dalam hadits berikut: dn Uy OT ame AY Dari Abu Hurairalt ois bohwasanya Raswlillah 38 bersabda: “Tidak ada penyakit menular, riyarah (merasa sial kerena mettivat burwig ata selainnya), haimah (buring gagak) dan Shefar". (HR. Bukhari no. 5757 dan Muslim no. 2220). ‘Yang menarik perhatian kita dari hadits inl adalah sabda Nabi 58: “dan Shafar’. Sebagian ulama’ menjelaskan bahwa maksudaya adalah bulan Shafer. Imara Abu Daud meriwayatkan dalam Sunannya (3915) -dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani- dari Muhammad bin Rasyid berkata: 2 oO fia By jpidic ed Saya pernak mendengar bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu merasa sial dengan bilan Shafer maka Nabi bersabda (membatalkan kevakinan tersebut): “Tidak ada Shofar” Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Thau Rojab dalam Latha-ifal Ma‘arif hal. 74 dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Al-Qaulal Mufid (2/82) Dalam kitab Taisir Aziz Hamid hal.380 dijelaskan begini: “Kebanyakan orang-orang jahil ‘merasa sial dengan bulan Shafar dan kadang mereka melarang bepergian pada bulan tersebut. Tidak ragu lagi hal ini ¢ermasuk éiyarah (merasa sial) yang dilarang dalam agama. Demikian pula merase sial dengan. kami jawab berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih Masalah pertama: Membaca Al-Qur'an untuk orang yang telah meninggal dunia, Hukumnya terbagi menjadi santa-sar VA-Qur' att yarakat, maka ritual ini adalah bid’ah dan setiap bid'ah pasti sesat karena tidak dikenal oleh Rasulullah 33% dan seorangpun dati katangan para sahabat, tbi‘in, tabi? tabi"in bata imam empat sekalipun, baik dilaksanakan di rumah, di magfid -apalagi di kuburan, Dan apabila si mayit berwasiat untuk dilaksanakannya rit maka wasiatnya tidak boleh dilakukan karena hal itu marupakan wasiat yang bat Rasulullah gg bersabda 2g ct He Jab 38 Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada contohnya dari kami (Nabi dan para sahabat), maka dia tertatak, (HR. Muslim na. 1718), OO0000 suatu hari seperti hari Rabu. Dahulu orsng-orang hiliyyah juga merasa sial untuk mengadakan acara pemnikahan pada bulan Syawal” Dengan keterangan di atas, pertanyaan saudara dapat kami jawab dengan singkat sebagai berikut: 1. Asal-usul rebo wekasan adalah dari keyakinan orang-orang jahiliyyah dahulu yang diwarisi oleh sebagian katim muslimia sekerang ini seperti kelampok Sufi dan sejenisnya Rebo wekasai bukan ajaran Islam dan Islam berlepas diri darinya 3. Hukum menggunakan rajah-rajah kyai tersebut haram, bahkan wajib diingkari secara tegas, 4. Keyakinan wrunnya bala’ pada bulan tersebut merupakan khurafat buatan orang-orang bodoh. 2. Tidak ragu lagi bahwa do's merupakan ihadsh mulia yang diperintahkan oleh Allah wt dan Rasul- Nya. Tetapi ibadah itu harus dibangun di atas ittiba’ (mencontoh sunnah nabi), bukan ibiica’ (membuat bid’ah). “Adapun tentang do'a awal dan akhir tahun ini telah dijelaskan oleh Al-Allamah Syaikh Muhammad Jamaluddin Al-Qasimiy dalam kitabnya yang berharga “Ishlahu! Masajid” (hal. 129 -tahqiq Al-Albani-); “Orang-orang awam di berbagai masjid biasa mengikuti para imam shalainya dalam membaza do’a awal dan akhir tahun selama dua malam Padahal do'a ini adalah do’a yang diada-adakan, tidak dinuwkil dari Nabi dan seorangpun dari kalangan para sahabat dan para tabi'in. Tidak juga dirtwayatkan dalam kitab-kitab musnad maupun kitab-kitab maudhu’ (kita yang berisi hadits-hadite lemak dan palsu). Do'a ini hanyalah dibuat-buat oleh arang-orang yang sok pintar dan berlagak zuhud (orang-orang Shufi -pent)". ‘Wallahu a'lam. See Tk ee ee -hatl mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. ingatiah, hanya © _dengan mengingat! Allah-lahi hati)” lca pat ca id a Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabat) kemudian generasi setelah mereka (tabi'in) dan generasi setelak mereka (1abi’ tabi'in}, (Mutawatir. Bukhari no. 3651 dan Muslim na, 2533). Ibadah yang paling baik apabila sesuai dengan petunjuk Nabi 4 dan pata sahabatnya. Imam Ibnu Qoyyim berkata dalam jaadul Ma‘ad (1/508): “Termasuk petunjuk Nabi 3 adalah menta’ziyah si mayit tetapi tidak termasuk petunjuknya yaitu erkumpul-kumpul untuk ta"ziyah (selametan-pent-)dan pembacaan Al-Que’an baik di kuburan maupun lainnya. Semua ini adalah bid’ah yang tercela", (Lihat pula Majmu' Fatawe (24/321-323) dan Fatawa Lajnah Da'imah 940). 2. Apabila membaca Al-Qur'an secara sendirian haik tertimpa musibah kematiiin maupun musibah lainnya untuk: menenangkan hatinya, maka hal ini tidak mengapa bukumnya. Allah ge: berfirman: ite ial opi Yaiiu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, Jagatiah, hanya dengan mengingali Allah-lalt frati menjadi fenteram. (QS. Ar-Ra’du: 28). Dan Nabi # menganjurkan kepada mereka yang tertimpa musibah supaya mengatakan: Mele ey ay Leta ot AT eh Ya Allah, beritah aku pahaie daiam musibahkue dan gantilah nusibohku dengan vang lebth baik darinya, (Lihat Nur ‘ata Darb fatwa Syaikh Toru Utsaimin hal 31). Masalah kedua: Menghadiahkan bacaan Al-Qur'an. Hukumnya adalah bid'ah karena tidak pernah dinukil dari Nabi #8, para sahubat, tabi"in, tabi’ tabi'in dan scorangpun dari imam kaum mustimin bahwa mereka menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an kepada si mayit, Seandainya hal itu baik, tentu Nabi $f dan para sahabat adalah orang yang terdepan melakukannya, Dan perlu dikerahui befsama bahwa ini merupakan madhaty imam Syafi'i yeng banyak djanut oleh mayoritas pelaku bid'ah ini sendiri, Perhatikanlali perkataan berharga berikut dari Imam ahli tafsir yang bermadztiab Syati'i yaitu Ibnu Katsir, heliau berkata dalam Tafsirnya ketika menjelaskan surat An-Najm ayat 38 Fist gw (Yaitu) bohwasanya seorang yang berdosa vielak akan mmemikul dasa oreurg tain. Z “Yakni sebagaimana dia tidak memikul dasa orang lain, dia juga tidak mendapatkan pahala kecuali apa yang dia usahakan sendiri, Darl‘ayat inilah, imam Syafi'i dan para pengikutnya ber-istindath (mengarbil hukum) bahwa pabala hadish bacasn Al-Qur'an tidak sampei kepada si mavit, karena hal itu bukan dari amalan dan usahanya, Oleh karens itu, Rasulullah 32% Gdak pernah mencontohkan kepada umatnya, tidak juga menganjurkan dan menyuruh umatnya baik secara nash (dalil yang jelas) maupun secara isyorat, Perbuatan ini juga tidak diaukil dari seorangpun dari kalangan sahabat. ‘Seandainya perbustan itu baik, tentu mereka adalah orang terdepan yang mempraktekkannya. Dan masalah ibadah hanyalah berlandaskan dalil, bukan akal fikiran dan pendapat manusia, Adapun do’a dan sedekah maka hal itu telah menjadi kesepakatan akan sanipainya pahala kepada meeeka..." Syaikh Musthafa Al-Adawi berkaia dalam “As- Shahihul Musiraed min Adhoarid Yau wa Laitah” hal, 441: “Departemen Agama Mesir telah menerbitkan sebuah riselah berharga yang disusun oleh Muhammad Ahmad Abdus Salim, beliau tclah mengumpulkan perkataan para ulania ahli tafsir, hadits, fiqih, ushul dan impulkan bahwa bacaan Al- Quc'an tidak sampai puhalanya kepada si mayit. Beliaw mengikis habis beberapa argumen-argumen yang rapuh dan menyebutkan bahwa mengadakan acara selamatan dan tablilan termasuk perkara bid'ah, dimana para undangan bertablil sebanyak seribu kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada si mayil. Kata beliau: Asal ritual ini adalah dari mimpi orang-orang sufi yang disebackan kepada saudara mereka yang jahil sehingge dijadikan amatan sunnah”. (Lihat pula Alrkamuet Jena? hal, 220-221 karya Al-Albani dan Fatawa Lajnah Da‘imnab #43). s

Anda mungkin juga menyukai