Anda di halaman 1dari 20

50

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang bertujuan melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala dan sebagainya yang merupakan obyek penelitian. Pelaksanaannya meliputi pengumpulan, analisa dan interprestasi data. Dalam pengumpulan data digunakan metode survai, yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara pengamatan atau penyelidikan untuk mendapatkan keterangan tentang sesuatu persoalan dalam suatu daerah tertentu. Dari hasil pengumpulan data selanjutnya disusun dan dianalisis secara kualitatif kuantitatif dengan menggunakan statistik sebagai alat ujinya. 4.2. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari, dengan pertimbangan bahwa Kota Kendari merupakan salah satu sentra produksi usaha ternak ayam broiler, yang sebagian besar petaninya berada diseputaran Kota Kendari dan mendapat distribusi media cetak brosur tentang beternak ayam broiler. 4.3. Penentuan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sensus, yaitu pengambilan sampel secara keseluruhan peternak yang mengusahakan ternak ayam broiler di Kota Kendari yaitu sejumlah 75 peternak. 4.4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: maupun

51

1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara secara mendalam kepada peternak dengan menggunakan kuesioner, yang berupa pertanyaan semi tertutup dan terbuka, yang bertujuan mendapatkan informasi secara mendalam dan persepsi dari responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi baik pemerintah maupun swasta yang berkaitan dengan penelitian ini untuk melengkapi data primer. 2. Pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat hal-hal yang belum tercantum dalam daftar pertanyaan (kuesioner). 3. Observasi, yaitu pengumpulan data dengan mengamati secara langsung obyek yang diteliti untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pencatatan. 4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Untuk mempermudah pengukuran terhadap variabel-variabel yang diamati maka perlu dijelaskan pengertian, dan batasan operasional sebagai berikut: A. Pengaruh media cetak brosur 1. Brosur adalah merupakan media tercetak dalam format buku kecil berukuran sekitar 14 x 21 Cm dengan jumlah halaman minimal 10, memuat informasi tentang peternakan ayam. Materi atau isi dibahas secara detail dan lengkap,

memberikan informasi lengkap dan jelas menyangkut aspek teknis, ekonomi, sosial dan sebagainya. Disajikan dalam bentuk publikasi semi populer, dengan kalimat-kalimat yang sederhana, singkat, padat dan mudah dimengerti yang dilengkapi dengan foto/gambar.

52

2. Penilaian terhadap pengaruh media cetak brosur terhadap penyebaran inovasi beternak ayam broiler diartikan sebagai kemampuan atau keberhasilan media cetak brosur sebagai sumber informasi, yang mempengaruhi pengetahuan, motivasi kerja dan sikap peternak. 3. Bahasa yang mudah dipahami diartikan sebagai penggunaan gaya bahasa, katakata/istilah yang digunakan dalam media cetak brosur harus mudah dipahami, kalimatnya ringkas dan tidak bermakna ganda. Bahasa yang mudah dipahami diukur dengan menggunakan skoring. 4. Sesuai kebutuhan isi/materi media cetak brosur diartikan sebagai kecocokan informasi yang dimuat dalam media cetak brosur sesuai dengan

kebutuhan/permasalahan yang ada. Sesuai kebutuhan isi/materi media cetak brosur diukur dengan menggunakan skoring. 5. Penyajian yang menarik diartikan bahwa isi/materi yang disajikan dilengkapi ilustrasi foto/gambar, kertas yang baik, dan bentuknya menarik untuk dibaca. Penyajian yang menarik diukur dengan menggunakan skoring. B. Adopsi inovasi 1. Tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler adalah tingkat kemampuan peternak dalam melaksanakan atau menerapkan serangkaian inovasi siap pakai yang disusun secara sistematis dan siap diterapkan dilapangan. Paket inovasi ini adalah (a) penggunaan bibit, (b) pengandangan, (c) pakan, dan (d) pemeliharaan.

53

Tingkat adopsi inovasi diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu kategori tingkat adopsi tinggi dan kategori tingkat adopsi rendah. Pengukuran tingkat adopsi menggunakan teknik skoring. 1.1. Penggunaan bibit diartikan sebagai kegiatan pemilihan bibit DOC (day old chicken). Aspek yang diukur adalah (a) melakukan pemilihan bibit pada saat membeli diberi skor 2, (b) tidak melakukan pemilihan pada saat membeli diberi skor 1. 1.2. Pengandangan diartikan sebagai bangunan yang dibuat sebagai tempat tumbuh, berlindung dari pengaruh luar dan tempat untuk memperoleh makan dan minum. Aspek yang di ukur adalah (a) menggunakan sistem alas kandang hasil teknologi baru (sistem alas litter) di beri skor 1, dan menggunakan sistem alas kandang tanpa litter diberi skor 0, (b) menggunakan sistem pengandangan All In All Out, artinya pada saat anak ayam broiler berada di satu tempat sejak mulai dipelihara yaitu umur 0 hari sampai saat dijual, diberi skor 0, dan melakukan pemindahan (pemisahan), artinya sistem ini menganut keselamatan pada masa awal anak ayam broiler berumur 0 hari sampai dengan umur 2 minggu dipelihara dalam box atau tempat khusus anak ayam broiler diberi skor 1, (c) jarak rumah dari kandang lebih dari 5 m diberi skor 1 dan jarak rumah kurang dari 5 m diberi skor 0. 1.3. Pakan diartikan makanan yang mengandung cukup zat-zat yang diperlukan, guna pertumbuhan ternak ayam broiler. Kriteria yang diukur (a) untuk pakan; pakan lengkap (mulai dari stater dan finisher diberi skor 1 dan pakan tidak

54

lengkap (hanya untuk stater atau hanya finisher) diberi skor 0, (b) untuk vitamin; memberikan vitamin lengkap (stater dan finisher diberi skor 1, dan tidak memberikan vitamin lengkap diberi skor 0. 1.4. Pemeliharaan adalah usaha membudidayakan ternak ayam broiler yang baik dan benar. Aspek yang diukur adalah (a) melakukan sanitasi dalam kandang dan sekitarnya; melakukan sanitasi diberi skor 1, dan tidak melakukan

sanitasi diberi skor 0, (b) memberikan vaksinasi; melakukan vaksinasi diberi skor 1 dan tidak melakukan vaksinasi diberi skor 0. (c) untuk pemberian obat; memberikan obat-obatan jika perlu diberi skor 1, dan tidak memberikan obat-obatan diberi skor 0. 2. Pengetahuan peternak adalah proses pemikiran yang terbentuk oleh pemahaman dan penilaian responden terhadap adopsi inovasi. Pengetahuan responden diukur berdasarkan pemahaman dalam penggunaan bibit unggul, pengandangan, pakan, dan pemeliharaan. Kriteria pengukuran; pengetahuan bertambah banyak diberi skor 2, bertambah sedikit diberi skor 1 dan tetap diberi skor 0. 3. Motivasi peternak adalah kekuatan atau dorongan pada diri peternak baik dari dalam maupun dari luar dirinya untuk mengadopsi inovasi beternak ayam broiler. Ukuran kekuatan motivasi dilihat dari (1) keinginan peternak untuk melaksanakan penerapan inovasi sesuai dengan anjuran, (2) kerelaan meninggalkan kewajiban dan tugas lain, (3) kerelaan peternak mengeluarkan biaya (4), keinginan untuk menyebarluaskan informasi kepada peternak lain.

55

Tingkat motivasi peternak diukur dengan menggunakan teknik skoring yaitu; motivasi tinggi diberi skor 2, motivasi sedang diberi skor 1 dan motivasi rendah diberi skor 0. 4. Sikap peternak adalah pendapat atau tanggapan peternak terhadap inovasi beternak ayam broiler yang dilihat dari (sikap positif, netral dan negatif) terhadap adopsi inovasi. Kecepatan adopsi inovasi, diklasifikasikan berdasarkan: a. Keunggulan relatif yaitu perbandingan keuntungan relatif antara peternak yang mengadopsi inovasi beternak ayam broiler dengan peternak yang tidak mengadopsi. Kriteria yang digunakan untuk memilih suatu inovasi, yaitu biaya, status sosial, kemudahan pemakaian dan tingkat kepuasan yang diperoleh, yang dinyatakan dalam skor. Kriteria pengukuran; sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3 ragu-ragu diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0. b. Kompatibel adalah selaras atau tidaknya inovasi beternak ayam broiler dengan kebiasaan peternak yang sudah ada, yang diukur dengan menggunakan skor. Kriteria pengukuran; sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3 ragu-ragu diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0. c. Kompleksitas (kerumitan) adalah rumit atau tidaknya dalam mengusahakan inovasi beternak ayam broiler, yang diukur dengan menggunakan skor. Kriteria pengukuran; sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3 ragu-ragu diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0.

56

d. Triabilitas (dapat dicoba) adalah mudah tidaknya inovasi beternak ayam broiler dapat dicobakan berdasarkan sumberdaya yang ada, yang diukur dengan skor. Kriteria pengukuran; sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3 ragu-ragu diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0. e. Observabilitas (dapat diamati) adalah mudah tidaknya untuk dapat diamati hasilnya oleh peternak lain, yang diukur dengan skor. Kriteria pengukuran; sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3 ragu-ragu diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 1 dan sangat tidak setuju diberi skor 0. 5. Tingkat Pendidikan adalah lama atau jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh peternak (tamat/tidak tamat SD, SLTP, SLTA, sarjana muda dan sarjana) yang dinyatakan dalam tahun. 6. Pengalaman peternak adalah lamanya peternak dalam mengusahakan kegiatan adopsi inovasi beternak ayam broiler. Pengukuran pengalaman dinyatakan dalam tahun. 7. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang tersedia dan aktif bekerja dalam beternak ayam broiler, yang dinyatakan dalam jiwa. 8. Modal usahatani adalah jumlah modal kerja yang digunakan dalam adopsi inovasi beternak ayam untuk pembelian sarana produksi dan upah tenaga kerja selama 1 kali proses terakhir yang dinyatakan dalam rupiah. 9. Ketersediaan sarana produksi adalah tersedianya sarana produksi baik jumlah dan kualitasnya yang dibutuhkan peternak dalam mendukung usahataninya secara

57

lokal; seperti bibit, pakan, dan obat-obatan, diukur berdasarkan pernyataan peternak mengenai ketersediaan sarana produksi tersebut. Pengukuran dengan mengklasifikasikan kedalam 3 kategori yaitu tidak tersedia diberi skor 0, kadangkadang tersedia diberi skor 1 dan sangat tersedia diberi skor 2. 10. Pasar adalah proses transaksi jual beli ternak ayam broiler, yang diukur dengan menggunakan skoring. C. Difusi inovasi Difusi inovasi diartikan sebagai proses terdifusinya inovasi beternak ayam broiler kepada peternak lain. Difusi inovasi diukur berdasarkan skor rata-rata dari seluruh peternak yang ditunjuk sebagai responden. Kriteria pengukuran; bila inovasi beternak ayam hanya disampaikan kepada peternak lain (anggota keluarga) diberi skor 0, disampaikan pada satu sampai dua komponen saluran difusi (anggota keluarga dan tetangga sedesa) diberi skor 1 dan bila disampaikan lebih dari dua kompenen saluran (anggota keluarga, tetangga sedesa dan tetangga luar desa) diberi skor 2. 4.6. Asumsi-asumsi 1. Media cetak brosur merupakan media sumber informasi yang pernah diterima peternak dalam penyelenggaraan kegiatan beternak ayam broiler. 2. Data yang dikumpulkan adalah data kegiatan beternak ayam broiler selama satu kali proses produksi. 3. Usaha ternak tidak diklasifikasikan berdasarkan jumlah ternak, tetapi berdasarkan lokasi.

58

4.7. Teknik Analisis 4.7.1. Teknik pemberian skor Menurut Suryabrata (2000), untuk variabel-variabel yang bersifat kualitatif agar dapat diolah dengan statistik parametrik, maka datanya harus dalam bentuk skala interval, dimana salah satu cirinya adalah ada informasi jarak antara obyek yang satu ke obyek yang lainnya pada item yang dipersoalkan. Adapun teknik pemberian skor dengan menggunakan skala model Likert yang ditetapkan melalui pendekatan

deviasi normal dengan memberi skor dari masing-masing jawaban pertanyaan. Penentuan skor dengan melihat pernyataan respon yang diberikan oleh responden yang mengadung alternatif jawaban pernyataan yang positif (diharapkan) sampai dengan taraf jawaban pernyataan negatif (tidak diharapkan). Jawaban penyataan yang positif (diharapkan) diberi skor lebih tinggi dari pada jawaban pernyataan negatif (yang tidak diharapkan). 4.7.2. Validitas alat ukur Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang perlu diukur. Valid-tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Ancok, 1997, Azwar, 2002). Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menguji validitas item (pertanyaan) adalah dengan menggunakan persamaan korelasi Product Moment, sebagai berikut:

59

rXY =

[N X

N ( X i Yi ) ( X i Yi )
2 i

( X i) 2 N Yi 2 ( Yi ) 2

][

Keterangan:
rxy X Y N = Koefisien korelasi Product Moment = skor item = skor item total = jumlah responden

Kesimpulan : Apabila nilai r XY hitung > r tabel (N-2; 5 %), maka hasil pengukuran tersebut valid atau bila r XY hitung > 0,3 maka item tersebut dinyatakan cukup valid (Suryabrata, 2000; Azwar, 2001) 4.7.3. Reliabilitas alat ukur Reliabilitas alat ukur adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok, 1997, Suryabrata, 2000). Pada penelitian ini reliabilitsas alat ukur dihitung dengan menggunakan estimasi Teknik Belah Dua, yaitu skor perolehan dibela menjadi dua bagian setara. Item-item yang bernomor ganjil dikelompokkan menjadi satu kelompok, dan nomor yang genap dijadikan kelompok yang lain. Koefisien reliabilitas dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Suryabrata, 2000). rtt = Keterangan:
Bila r tt = koefisien reliabilitas r hh = koefisien korelasi belahan ganjil dan belahan genap

2rhh 1 + rhh

60

Kesimpulan : Bila r tt hitung > r tabel (n 2; 5 %) maka variabel tersebut reliabel (Santoso, 2000). 4.7.4. Analisis pengaruh media cetak brosur Untuk mengukur pengaruh media cetak brosur terhadap faktor internal petani (pengetahuan, motivasi kerja dan sikap peternak) dalam proses adopsi dan difusi inovasi beternak ayam broiler, digunakan analisis regresi. 4.7.5. Tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler Tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler dihitung dengan menggunakan teknik skoring yang ditetapkan oleh Setda Bimas Deptan, yang menggunakan metode Skala Trurstone. Selanjutnya skor yang dicapai oleh responden pada tiap komponen dijumlahkan menjadi total skor, dimana skor minum 0 dan skor maksimum 50. Teknik skoring dapat dilihat seperti pada Tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1. Teknik Skoring Tingkat Adopsi Usaha Ternak Ayam Broiler Tahun 2003 Total skor Skor dicapai tiap komponen Kategori (skala) Nomor Peternak Responden 1 1. 2. 3 . . . 75 NFx NB NM 2 3 4 5 6

Sumber : Setdal Bimas Deptan, yang dimodivikasi (2000). Keterangan:


NF NB NM = Nilai faktor, yaitu nilai komponen inovasi yang diperoleh dilapangan = Nilai bobot, yaitu nilai bobot maksimum dari komponen inovasi = Nilai maksimum, yaitu nilai dari setiap atribut komponen inovasi

61

1. Penggunaan bibit unggul nilai maksimum 14 2. Pengandangan nilai masimun 6 3. Pakan nilai maksimum 13 4. Pemeliharaan nilai maksimum 6

Penggolongan tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler dibagi dalam dua kategori yaitu kategori rendah dan kategori tinggi. Adapun cara penggolongannya digunakan interval dengan rumus : I= Dimana :
I = Interval kelas

J K

J = Jarak antara skor maksimum (50) dengan skor minimum (0) K = Banyaknya kelas yang digunakan (pada kasus ini dua kelas) 1. Adopsi rendah, apabila jumlah skor (interval) = 0 24 2. Adopsi tinggi, apabila jumlah skor (skala interval) = 25 50

4.7.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler digunakan analisis regresi berganda (Gujarati, 1997). Model regresi berganda adalah sebagai berikut: Y = b o + b 1X1 + b2X2 + b3X3 + + b9X9 + e Keterangan :
Y bo b19.... X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 e = Tingkat adopsi inovasi (skor) = Intersep (konstanta) = koefisien regresi = Pengetahuan = Motivasi = Sikap = Tingkat pendidikan = Pengalaman = Tenaga kerja = Modal = Ketersediaan sarana produksi = Pasar = Eror (pengganggu)

Untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan, dihitung nilai koefisien determinan (R2). Nilai determinan ini menunjukkan besarnya kemampuan

62

menerangkan variabel bebasnya. Nilai R2 ini berkisar antara 0 1 dan bila hasil yang diperoleh nilai R2 nya sama dengan 1 atau mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik. 4.7.7. Hubungan antara tingkat adopsi inovasi dengan tingkat difusi inovasi beternak ayam broiler Hubungan antara tingkat adopsi inovasi oleh peternak dengan tingkat difusi inovasi beternak ayam broiler dianalisis dengan koefisien korelasi Rank Spearman. 4.8. Pengujian Hipotesis 4.8.1.Pengujian hipotesis 1 Untuk menguji hipotesis 1 menggunakan analisis regresi dengan rumus sebagai berikut: Y1, 2, 3, = bo + b 1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :
Y1 Y2 Y3 bo b1 X1 X2 X3 e = Pengetahuan (skor) = Motivasi (skor) = Sikap (skor) = Intersep (konstanta) = koefisien regresi = Bahasa yang mudah dipahami = Sesuai kebutuhan isi/materi = Penyajian yang menarik = Eror (pengganggu)

Hipotesis yang di uji : Ho : b1 = b2 = b3 = 0; Artinya tidak ada pengaruh variabel independen X terhadap variabel dependen Y. Ha : b1

4.8.2. Untuk menguji hipotesis 2 Pengujian hipotesis 2 menggunakan uji parameter proporsi sampel kecil

!     


variabel dependen Y.

63

(n < 30 ) (Dajan, 1986) dengan langkah-langkah sebagai berikut : Ho: p < 50 %, kurang atau sama dengan 50 % peternak mempunyai tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler yang tinggi. Ha: p > 50 %, artinya lebih dari 50 % peternak mempunyai tingkat adopsi inovasi beternak ayam broiler yang tinggi. Z- hitung diperoleh dengan rumus : Z hit = p po 1 po po n

Dimana :
p po n = persentase parameter hasil pengamatan . = Persentase parameter hasil pengamatan yang diterapkan (50 %) = Jamlah sampel hitung

Kriteria pengujian adalah : Ho ditolak apabila Z

>Z

tabel,

maka signifikan yang

berarti menolak hipotesis nol (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha). 4.8.3. Pengujian Hipotesis 3 Untuk menguji hipotesis 3 menggunakan uji regresi. Untuk melihat apakah tingkat adopsi peternak terhadap inovasi beternak ayam broiler dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, motivasi kerja, sikap, tingkat pendidikan, pengalaman, tenaga kerja, modal, ketersediaan sarana produksi dan pasar, digunakan rumus sebagai berikut: Y = b o + b 1X1 + b2X2 + b3X3 + + b9X9 + e

64

Keterangan:
Y bo b1 X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 e = Tingkat adopsi inovasi (skor) = Intersep (konstanta) = koefisien regresi = Pengetahuan = Motivasi = Sikap = Tingkat pendidikan = Pengalaman = Tenaga kerja = Modal = Ketersediaan sarana produksi = Pasar = Eror (pengganggu)

Berdasarkan hasil analisis model regresi berganda, maka untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan uji F. Hipotesis yang di uji : Ho : b1 = b2 = b3 b9 = 0 ; artinya tidak ada pengaruh variabel independen X secara keseluruhan terhadap variabel dependen Y. Ha : b1

F .hitung = Keterangan:

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak yang berarti ada pengaruh nyata variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen digunakan statistik uji t. Hipotesis yang diuji adalah :

! $    # "


secara keseluruhan terhadap variabel dependen Y. JKR db(k 1) JKE db(n k )
JKR JKE n k = = = = Jumlah Kuadrat Regresi Jumlah Kuadrat Error Jumlah sampel Jumlah variabel

65

Ho; b1 = b2 = b3 b9 = 0, artinya tidak pengaruh setiap variabel independent X terhadap variabel dependen Y. Ha ; b1

t hitung = Keterangan:

bi = Koefisien regresi ke i dengan derajat bebas n k-1 Se (bi) = Akar varian (bi). t-tabel = t (x / 2, n k).

Jika t-hitung > t-tabel, maka, Ho ditolak, berarti ada pengaruh nyata setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel independen dengan dependen dan antar variabel independen dilakukan analisis teknik korelasi (Pearsons Correlation). Untuk mengetahui seberapa besar hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dan hubungan antar variabel independen, maka dilakukan analisis jalur (path analysis) Mueller et. al (dalam Hariadi, 1998). Koefisien jalur (path coefisient = p) dicari melalui persamaan yang mengandung koefisien korelasi ( r ) sebagai berikut: rij = pij +

Berdasarkan anggapan bahwa hubungan antar variabel merupakan hubungan kausal yang saling berkaitan satu sama lain sebagai satu sistem maka dalam path analysis untuk menghitung koefisien jalur adalah sebagai berikut:

! $&   %# "


terhadap variabel dependen Y. bi Se(bi ) Keterangan :
r = Koefisien korelasi P = Koefisien jalur ijk = Varibel i,j,k

( ( '

66

r1 . y 1 r y r 2 . 2 .1 r3. y r3.1 r4. y r4.1 r5 . y = r5.1 r6 . y r6.1 r y r 7 . 7. 1 r.8 y r8.1 r y r 9 . 9 .1


Keterangan:

r1.2 1 r3.2 r4.2 r5.2 r6.2 r7.2 r8.2 r9.2

r1.3 r2..3 1 r4.3 r5..3 r6.3 r7.3 r8.3 r9.3

r1.4 r2.4 r3.4 1 r5.4 r6.4 r7.4 r8.4 r9.4

r1.5 r2.5 r3..5 r4.5 1 r6.5 r7.5 r8.5 r9.5

r1.6 r2.6 r3.6 r4.6 r5.6 1 r7.6 r8.6 r9.6

r1.7 r2.7 r3.7 r4.7 r5.7 r6.7 1 r8.7 r9.7

r1.8 r2.8 r3.8 r4.8 r5.8 r6.8 r7.8 1 r9.8

r1.9 p y .i r2.9 p y ..2 r3.9 p y .3 r4.9 p y .4 r5.9 r X p y ..5 r6.9 p y .6 r7.9 p y .7 r8.9 p y .8 1 p y ..9

r = koefisien korelasi; p = koefisien jalur y = variabel dependen 1,2,3, 9,- variabel independen 1,2,3 9.

Secara teoritik variabel yang diamati dalam penelitian ini akan mempunyai hubungan pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung di antara variabel-variabel. Hubungan ini dapat dijelaskan melalui diagram matrik seperti pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Diagram Matrik Adopsi Inovasi Beternak Ayam Broiler.
Variabel yang dipengaruhi Variabel yang mempengaruhi

Jumlah 8 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 4 9 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 6 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 5 5 2 4 3 6 5 2 9 45

1 2 1 0 1 2 1 0 3 1 1 4 1 1 5 1 1 6 0 0 7 0 1 8 0 1 9 0 1 10 1 1 Jumlah 5 8 Keterangan :
1. 2. 3. 4. 5. Pengetahuan Motivasi Sikap Tingkat Pendidikan Pengalaman

3 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 6

4 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 6

5 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4
6. 7. 8. 9. 10.

6 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 3

7 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3

Tenaga kerja Modal Ketersediaan sarana produksi Pasar Adopsi Inovasi

67

Menurut Sosrodihardjo (1986) bahwa hubungan antara variabel-variabel tersebut harus memenuhi n (n-1)/2, dimana n adalah jumlah variabel. Pada tabel tersebut di atas hubungan antar variabel terjadi maksimum sebanyak 45. Pemberian angka 0 diasumsikan bahwa posisi variabel tersebut tidak mempunyai hubungan kausal, sedangkan angka 1 diasumsikan bahwa ada hubungan kausal antara variabel tersebut. Dari matrik tersebut di atas dapat digambarkan jalur atau lintasan seperti pada Gambar 4.1. 8 3 6 9 7 5 4 2 1 10

Gambar 4.1. Diagram jalur atau lintasan secara teoritis. Keterangan:


: Pengaruh langsung terhadap adopsi inovasi : Pengaruh tidak langsung terhadap adopsi inovasi.

Berdasarkan tabel 4.2. dapat dikemukakan bahwa variabel 1 mempengaruhi variabel 2,3,4,5,10, variabel 2 mempengaruhi variabel 1,3,4,5,7,8,9,10, variabel 3 mempengaruhi variabel 1,2,5,7,8,10, variabel 4 mempengaruhi variabel 1,2,3,5,7,10, variabel 5 mempengaruhi variabel 1,2,3,10, variabel 6 mempengaruhi variabel 7,8,10,

68

variabel 7 mempengaruhi variabel 6,8,10, variabel 8 mempengaruhi variabel 6,7,9,10, dan variabel 9 mempengaruhi variabel 2,3,6,7,8,10. Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen secara bersamasama terhadap suatu variabel dependen dihitung dengan menggunakan rumus: R2y, 1,2,3.9 = py.1 r1,y + py.2 r 3,y + py.3 r3,y + py.4 r4,y + p.y5 r,5y + py. 6 r6,y + py.7 r7,y + py.8 r,8 y + py.9 r,9y. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel diluar model yang mempengaruhi variabel dependen (tingkat adopsi ) dihitung dengan menggunakan rumus: p ye = 1 R 2 y.1, 2,.3....9. Dimana hal ini merupakan pengaruh langsung dari faktor-faktor sisa terhadap variabel dependen Y (adopsi inovasi beternak ayam broiler). 4.8.4. Pengujian hipotesis 4 Pengujian hipotesis 4 menggunakan uji Koefisien Korelasi Rank Sperman (rs) dengan formula sebagai berikut:

rs = 1

6 di N N

i=1

Keterangan:

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman di = Perbedaan antara dua rangking N = Banyaknya sampel

Bila terdapat sejumlah besar angka yang sama dalam observasi maka digunakan rumus sebagai berikut:

69

rs

X =
2

X Y
2

+ Y 2 d 2
2

N3 N dimana X = Tx 12
2

Y 2 =
Keterangan :

N3 N Ty 12

t3 t 12 t3 t T y = Himpunan y berangka sama, dimana T y = 12 Langkah-langkah yang dilakukan:

Tx =

Himpunan x berangka sama, dimana

Tx =

Ho: P = 0, semakin rendah tingkat adopsi inovasi oleh peternak maka semakin tinggi tingkat difusi inovasi beternak ayam broiler.

Ha: P

  &    $0 &0 &0     )& % ) )


tinggi pula ti ngkat difusi inovasi beternak ayam broiler.

Anda mungkin juga menyukai