Anda di halaman 1dari 18

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan definisi 2.1.1 Air bersih Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat dimanfaatkan sebagai air minum setelah mengalami proses pemasakan terlebih dahulu. Batasan air bersih yaitu air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air, yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologi, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Persyaratan tersebut juga memperhatikan pengamanan terhadap sistem distribusi air bersih dari instalasi air bersih hingga ke konsumen (Ketentuan Umum PP No. 82 tahun 2001 dan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Berdasarkan UU nomor 7 tahun 2004 air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat 2.1.2 Air Minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga aman untuk dikonsumsi manusia. Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari penentuan standar kualitas air minum adalah efek yang ditimbulkan oleh tiap-tiap parameter apabila dosisnya melebihi batas yang telah ditetapkan. Pengertian dari standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitas dengan memasukkan pertimbangan non teknis, seperti kondisi sosial-ekonomi, target tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada, dan teknologi yang tersedia. Sedangkan kriteria kualitas air merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan hubungan dosis dan respon efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja unsur-unsur pengotor mencapai atau melebihi batas maksimum yang ditetapkan dalam waktu tertentu. Dengan begitu, kriteria kualitas air merupakan referensi dari standar kualitas air. Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IX/2010, yang membedakan kualitas air bersih dan air minum adalah standar kualitas tiap parameter fisik, kimia, biologi, dan radiologi maksimum yang diperbolehkan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492/Menkes/PER/IV/2010, yang dimaksud dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih merupakan air yang telah memenuhi persyaratan kesehatan, tetapi belum dapat digunakan untuk minum. 2.2 Jenis Sumber Air Baku Air Baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah menjadi air minum untuk keperluan rumah tangga dan sehari-hari Berikut adalah jenis sumber air baku : (DPU Cipta Karya, 2002). 1. Air tanah ( sumur dangkal, sumur permukaan ) Air tanah adalah air yang tersimpan/ terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Air tanah secara umum mempunyai sifat sifat yang menguntungkan khususnya dari segi bakteriologis, namun demikian dari segi kiiawi mempunyai beberapa karateristik yang tertentu yaitu tingkat kesadahan, Kalsium,Magnesium, Bicarbonat, Clorida. Keuntungan dan kerugian pemanfaatan air tanah: a. Pada umumnya bebas dari bakteri patogen. b. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut. c. Paling praktis dan ekonomis. Kerugian : a. Air tanah sering kali mengandung banyak mineral mineral Fe, Mn, Ca dan sebagainya. b. Biasanya membutuhkan pemompaan 2. Air permukaan ( mata air, sungai, danau ) Pada umumnya sumber air permukaan baik berupa sungai, danau maupun waduk adalah merupakan air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, karena itu perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan. Air permukaan pada hakekatnya banyak tersedia di alam. Kondisi air permukaan sangat beragam karena dipengaruhi oleh banyak hal yang merupakan elemen meteorologi dan elemen daerah pengaliran. Pada umumnya kekeruhan air pemukaan cukup tinggi karena banyak mengandung lempun, dan substansi organik. Sehingga ciri air permukaan yaitu memiliki

padatan terendap rendah, dan bahan tersuspensi cukup tinggi. Atas dasar kandungan bahan terendap dan bahan tersuspensi tersebut maka kualitas air sungai relatif rendah dari pada kualitas air danau, rawa, dan reservoar. Air permukaan tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, setelah melalui proses tertentu. 3. Air hujan Pada umumnya kualitaas cukup baik, namun air yang berasal dari sini akan mengakibatkan kerusakan kerusakan terhadap logam (korosi). Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada besar kecil hujan sehingga tidak mencukupi jika digunakan penyediaan air bersih. Dalam PP No. 82 tahun 2001, air diklasifikasikan menurut mutunya ke dalam empat kelas, yaitu : 1. Kelas 1, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kelas 2, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3. Kelas 3, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas 4, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2.3 Kebutuhan Air Bersih Keberadaan air di bumi ini sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup, khususnya manusia. Manusia dalam kehidupannya membutuhkan air, karena hampir 90% dalam tubuhnya mengandung air, sehingga tanpa air manusia tidak dapat melanjutkan kehidupannya. Selain itu, air juga digunakan untuk keperluan lainnya, misalnya memasak, mandi, mencuci, proses industri, pelarut bahan kimia dan sebagainya.

Secara garis besar, kebutuhan manusia akan air bersih ini mencakup kebutuhan domestik (memasak, mencuci, mandi, dan lainnya) dan kebutuhan non domestik seperti kebutuhan air untuk sosial, perkantoran, sekolah, pasar, industri, pelabuhan, mesjid, rumah sakit, dan sarana umum lainnya. Kebutuhan air yang dikonsumsi oleh masing-masing pemakai pun berbeda-beda, dimana dipengaruhi oleh : a. Jenis dan jumlah pemakai air. b. Karakteristik pemakai air. Hal-hal yang mendorong adanya perbedaan tingkat pemakaian air tersebut, terutama di kota-kota besar, Metcalf dan Eddy (1991: 23-24) menyebutkan beberapa faktor, sebagai berikut : a. Iklim. b. Jumlah Penduduk. c. Pembangunan. d. Ekonomi e. Kualitas air baku f. Konservasi air. Kegunaan air bersih secara umum, yaitu : 1. Keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya. 2. Keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkut air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya. 3. Keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga listrik. 4. Keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, penatu 5. Keperluan pertanian dan peternakan. 6. Keperluan pelayaran dan lain sebagainya. Standar kebutuhan air bersih manusia menurut WHO minimal 60 l/orang/hari disamping itu air tersebut harus memenuhi syarat dari segi kualitas. Dari segi kualitas air harus memenuhi syarat-syarat fisika, kimiawi dan bakteriologi. Tabel 2.1. Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Kota Kategori I, II, III, IV No Sektor Nilai Satuan

1 2 3 4

Sekolah Rumah Sakit Puskesmas Masjid Kantor

10 200 2.000 3.000 10 12.000 150 100 60 0,2 -0,8 0,1 -0,3 10 50 10

Liter/murid/hari Liter/bed/hari Liter/pegawai/hari Liter/hari Liter/pegawai/hari Liter/hari Liter/bed/hari Liter/tempat duduk/hari Liter/orang/hari Liter/hektar/hari Liter/hektar/hari Liter/hari Liter/hari Liter/hari

6 7 8 9 10 11 12 13

Pasar Hotel Rumah Makan Militer Kawasan Industri Kawasan Pariwisata Lapangan Terbang Pelabuhan Stasiun KA/Terminal

Sumber : Dirjen Cipta Karya (1991) 2.4 Standar Kualitas Air Minum Standar kualitas air minum yang ada di Indonesia saat ini masih menggunakan Peraturan Pemerintah No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum. Daftar ini memuat nilai parameter-parameter yang boleh terkandung dalam air minum sehingga aman untuk konsumsi manusia. 2.1.1 Parameter Fisika a. Bau Air minum yang berbau mengurangi nilai estetisnya sehingga masyarakat konsumen tidak akan menyukainya. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Misalnya bau amis dapat disebabkan oleh tumbuhnya algae. b. Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS) TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam organik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan anik pula. Selanjutnya efek TDS maupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. c. Kekeruhan

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya. Bakteri ini juga merupakan zat organik tersuspensi, sehingga pertambahannya akan meningkatkan kekeruhan air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, terutama bila mikroba itu patogen. d. Rasa Air minum biasanya tidak memberikan rasa/tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Rasa logam/amis, rasa pahit, asin, dan sebagainya. Efeknya tergantung pada penyebab timbulnya rasa tersebut. e. Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar : 1. Tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan 2. Menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluran/pipa 3. Mikroorganisme patogen tidak mudah berkembang biak 4. Bila air diminum dapat menghilangkan dahaga f. Warna Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda dan menyerupai urine, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena khlor dapat membentuk senyawa-senyawa khloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri. 2.1.2 Parameter Kimia

a.

Kimia Anorganik 1. Air Raksa Air raksa atau hydrargyrum (Hg) adalah metal yang menguap pada temperatur kamar. Karena sifat kimia-fisikanya, merkuri pernah digunakan sebagai campuran obat. Saat ini merkuri banyak digunakan di dalam industri pembuatan amalgam, perhiasan, instrumentasi, fungisida, bakterisida, dan laian-laian. Hg merupakan racun sistemik dan diakumulasi di hati, ginjal, limpa, dan tulang. Oleh tubuh Hg diekskresikan lewat urine, feces, keringat, saliva, dan air susu. Keracunan Hg akan menimbulkan gejala susunan saraf pusat (SSP) seperti kelainan kepribadian, tremor, convulsi, pikun, insomnia, kehilangan kepercayaan diri, iritasi, depresi, dan rasa ketakutan. Gejala gastro intestinal (GI) seperti stomatitis, hipersalivasi, colitis, sakit saat mengunyah, dan lain-lain. Pada kulit dapat terjadi dermatitis dan ulcer. Hg organik cenderung merusak SSP sedangkan Hg anorganik biasanya merusak ginjal dan menyebabkan cacat bawaan. Di alam, Hg anorganik dapat berubah menjadi organik begitu pula sebaliknya, karena adanya interaksi dengan mikroba. Genus Pseudomonas dan Neurospora dapat mengubah Hg anorganik menjadi organik. Staphilococcus aureus antara lain dapat mereduksi Hg2+ menjadi Hg elemental. 2. Aluminium Aluminium (Al) adalah metal yang dapat dibentuk oleh karena itu banyak digunakan manusia, sehingga terdapat di lingkungan dan dalam berbagai jenis makanan. Sumber alamiah Al terutama adalah bauxit dan cryolit. Industri pengilangan minyak, peleburan metal, dan industri pengguna Al merupakan sumber buatan. Dalam dosis tinggi Al dapat menimbulkan lluka pada usus. Al yang berbentuk debu akan terakumulasi dalam paru-paru. Al juga dapat menyebabkan iritasi, kulit, selaput lendir, dan saluran pernapasan. 3. Arsen Arsen (As) adalah metal yang mudah patah, berwarna keperakan, dan sangat toksik. As elemental didapat di alam dalam jumlah yang sangat terbatas bersama-sama dengan Cu, sehingga didapatkan sebagai produk sampingan pabrik peleburan Cu. As sudah sejak lama sering digunakan untuk racun tikus. Keracunan As pada manusia sudah sangat dikenal,

baik yang disengaja maupun tidak. Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber, disusul dengan koma, dan bila dilanjutkan akan menyebabkan kematian. Secara kronis, keracunan As dapat menimbulkan anorexia, kolik, mual, diare atau konstipasi, dan sebagainya. As juga dapat menimbulkan iritasi, alergi, dan cacat bawaan. Dahulu As dalam dosis kecil digunakan sebagai campuran tonikum, tetapi ternyata As dapat menimbulkan kanker kulit pada peminumnya. 4. Barium Barium (Ba) juga suatu metal berwarna putih. Sumber alamiahnya adalah BaSO4 dan BaCO3. Ba digunakan dalam industri gelas, keramik, tekstil, car, plastik, dan lain-lain. Seperti halnya Al, Ba juga banyak terdapat di alam. Dalam bentuk debu, Ba terakumulasi di dalam paru-paru dan menyebabkan fibrosis yang terkenal dengan sebutan Baritosis. Ba yang larut dalam cairan tubuh adalah Barium khlorida atau Barium sulfida yang bersifat toksis. Efek keracunan Ba yaitu dapat menghentikan otot-otot jantung dalam waktu satu jam yang dapat berakhir pada kelumpuhan urat saraf. 5. Besi Besi atau ferrum (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Di alam didapat sebagai hematit. Di dalam air minum Fe menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya Fe dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Oleh karena itu mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Dalam dosis besar, Fe dapat merusak dinding usus yang jika berkelanjutan bisa menyebabkan kematian. Debu Fe juga dapat diakumulasi dalam alveoli yang bisa menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru. 6. Fluorida Fluorida adalah senyawa fluor. Fluor (F) adalah halogen yang sangat reaktif, sehingga di alam selalu didapat dalam bentuk senyawa. Fluorida anorganik bersifat lebih toksis dan lebih iritan daripada yang organik. Keracunan kronis menyebabkan tubuh menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu, fluorosis gigi serta kerangka, dab gangguan pencernaan yang dapat disertai dehidrasi. Pada kasus pencernaan berat akan terjadi cacat

tulang, kelumpuhan, dan kematian. Baru-baru ini penelitian tentang senyawa fluorida pada tikus memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara fluorida dengan kanker tulang. Hal ini meresahkan para dokter gigi yang menggunakan senyawa fluor bagi pencegahan caries gigi. Juga para ahli penyediaan air bersih perlu meninjau lagi kembali manfaat fluoridasi air, serta standar air minum bagi fluorida. 7. Cadmium Cadmium (Cd) adalah metal yang berbentuk kristal putih keperakan. Cd diperoleh bersama-sama dengan Zn, Cu, Pb dalam jumlah yang kecil. Cd didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain-lain. Tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun bagi manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal dan penyakit ginjal. Gejala klinis keracunan Cd sangat mirip dengan penyakit glomerulo-nephritis biasa, hanya pada fase lanjutan dari keracunan Cd ditemukan pelunakan dan fraktur (patah) tulang-tulang punggung yang multipel. Di jepang sakit pinggang ini dikenal sebagai penyakit Itai-itai Byo . Gejalanya adalah sakit pinggang, patah tulang, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influenza, dan sterilisasi pada laki-laki. 8. Kesadahan Kesadahan dapat menyebabkan pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi sebagian besar disebabkan oleh Calcium, Magnesium, Strontium, dan Ferrum. Masalah yang dapat timbul adalah sulitnya sabun membusa, sehingga masyarakat tidak suka memanfaatkan air bersih tersebut. 9. Khlorida Khlorida adalah senyawa halogen khlor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCl sangat tidak beracun, tetapi karbonil khlorida sangat beracun. Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak Cl, akan menimbulkan rasa asin, korosi pada pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, residu khlor di dalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi khlor ini dapat terikat pada senyawa organik dan membentuk halogen-hidrokarbon (Cl-HC) banyak di antaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsinogenik. Oleh karena itu, di

berbagai negara maju sekarang ini, khlorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan. 10. Khromium Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Cr didapatkan pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat iritan dan korosif, dapat menimbulkan ulcus yang dalam pada kulit dan selaput lendir. Inhalasi Cr dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, Cr dapat menimbulkan kanker. 11. Mangan Mangan (Mn) adalah metal kelabu kemerahan. Keracunan seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan saraf : insomnia, lemah kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan terus berlanjut, maka bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi, clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita Parkinsonism. Selanjutnya akan terjadi paralysis bulbar, post enchepalitic Parkinsonism, multiple sclerosis, amyitophic lateral sclerosis, dan degenerasi lentik yang progresif (penyakit Wilson). Keracunan Mn adalah salah satu contoh dimana kasus keracunan tidak menimbulkan gejala muntah berak, sebagaimana orang awam selalu memeperkirakannya. Di dalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna, yaitu ungu/hitam. 12. Natrium Natrium elemental (Na) sangat reaktif, karenanya bila berada di dalam air akan terdapat sebagai suatu senyawa. Natrium sendiri bagi tubuh tidak merupakan benda asing, tetapi toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. NaOH atau hidroksida Na ini sangat korosif, tetapi NaCl justru dibutuhkan oleh tubuh. 13. Nitrat, Nitrit Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI, diare campur darah, disusul konvulsi, koma, dan bila tidak ditolong akan meninggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama akan

bereaksi dengan hemoglobin membentuk Methemoglobin (MetHb). Dalam jumlah melebihi normal, MetHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi

Methemoglobinaemia sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk menguraikan MetHb menjadi Hb masih belum sempurna. Akibatnya, bayi akan kekurangan oksigen, maka mukanya akan tampak membiru, dan karenanya penyakit ini dikenal sebagai penyakit blue babies. 14. Perak Perak atau Argentum (Ag) adalah metal berwarna putih. Ag didapat pada antara lain inustri alloy, keramik, gelas, fotografi, cermin, dan cat rambut. Bila masuk ke dalam tubuh, Ag akan diakumulasi di berbagai organ dan menimbulkan pigmentasi kelabu, disebut Argyria. Pigmentasi ini bersifat permanen, karena tubuh tidak dapat mengekskresikannya. Sebagai debu, senyawa Ag dapat menimbulkan iritasi kulit, dan menghitamkan kulit (argyria). Bila terikat pada nitrat, Ag akan menjadi sangat korosif. Argyria sistemik dapat juga terjadi, karena perak diakumulasi dalam selaput lendir dan kulit. 15. pH Air minum sebaiknya netral, tidak asam atau basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. 16. Selenium Selenium adalah logam yang berbau bawang putih yang diperoleh bersama-sama dengan Cu, Au, Ni, dan Ag. Selenium juga didapat anatara lain pada industri gelas, kimia, plastik, dan semikonduktor. Dalam dosis besar Se akan menyebabkan gejala GI seperti muntah dan diare. Bila pemaparan berlanjut maka akan terjadi gejala gangguan susunan saraf, seperti hilangnya refleks, iritasi cerebral, konvulsi, dan dapat terjadi kematian. Se merupakan racun sistemik dan mungkin juga bersifat karsinogenik. 17. Seng Seng (Z) adalah metal yang didapat pada insutri alloy, keramik, kosmetik, pigmen, dan karet. Toksisitas Zn pada hakikatnya rendah. Tubuh memerlukan Zn untuk proses

metabolisme, tetapi dalam kadar tinggi dapat bersifat racun. Di dalam air minum akan menimbulkan rasa kesat dan dapat menimbulkan gejala muntaber. Seng menyebabkan warna air menjadi opalescent dan bila dimasak akan timbul endapan seperti pasir. 18. Sianida Sianida adalah senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis menimbulkan malaise dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai tumbuhan. Apabila ada di dalam air minum, maka untuk menghilangkannya memerlukan pengolahan khusus. Selain itu hidrocyanida juga mudah terbakar. 19. Sulfat Sulfat bersifat iritan bagi saluran GI, bila dicampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales), demikian pula pada heat exchangers. 20. Sulfida Senyawa sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif, dan iritan. Dalam dosis tinggi merusak SSP. Keracunan biasanya jarang terjadi, karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka ia tidak akan keracunan. Tetapi bila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat, sehingga orang tidak sempat melarikan diri, maka orang dapat menderita keracunan akut yang mematikan dalam waktu yang singkat karena asphyxia. 21. Tembaga Tembaga (Cu) sebetulnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Namun dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing, lemah, anemia, kram, konvulsi, shock, koma, dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah, menimbulkan rasa kesat, warna, dan korosi pada pipa, sambungan, dan peralatan dapur. 22. Timbal Timbal atau Plumbum (Pb) adalah metal kehitaman. Dahulu digunakan sebagai konstituen/unsur dalam cat, batere, dan saat ini banyak digunakan dalam bensin. Pb organik

(TEL : Tetra Ethyl Lead) sengaja ditambahkan ke dalam bensin untuk meningkatkan nilai oktan. Pb adalah racun sistemik. Keracunan Pb akan menimbulkan gejala rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, gangguan GI, anorexia, muntah, kolik, encephalitis, wrist drop, irritable, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan kebutaan. Basophilic stippling dari sel darah merah merupakan gejala patognomonis bagi keracunan Pb. Gejala lain dari keracunan ini berupa anemia dan albuminaria. Pb organik cenderung menyebabkan encephalopathy. Pada keracunan akut, terjadi gejala meninges dan cerebral, diikuti dengan stupor, koma, dan kematian. a. 1. Kimia Organik Aldrin dan Dieldrin Aldrin (C12H8Cl6), merupakan racun sistemik berbentuk kristal yang digunakan sebagai insektisida. Aldrin dapat menimbulkan keracunan yang akut maupun kronis. Efeknya menimbulkan iritasi, konvulsi, depresi, dan dapat merusak hati dalam 1-4 jam. Bila dipanaskan aldrin akan terurai dan mengeluarkan fosgen dan HCl yang toksis. Dieldrin (C12H10Cl6) juga berbentuk kristal dan digunakan sebagai insektisida. Toksisitasnya belum diketahui dengan jelas, sekalipun dapat diabsorbsi oleh kulit sehat. Susunan saraf pusat (SSP) dapat terstimulasi dan terjadi anorexia, konvulsi, dan koma. Pada hewan, LD50-nya adalah 5 kali LD50 DDT. Dieldrin menyebabkan kulit telur unggas menjadi tipis sehingga mudah pecah. Pada tikus percobaan, baik aldrin maupun dieldrin dapat menimbulkan kanker dan mutasi. 2. Benzene Benzene atau benzol (C6H6) digunakan dalam industri sebagai pelarut lemak. Toksisitasnya dapat akut lokal, akut sistemik, maupun kronis. Benzene menyebabkan erythyema, vesikel, dan udema. Pengaruhnya terhadap SSP bersifat narkotik dan anestetik. Pemaparan kronis menimbulkan hypoplasia ataupun hyperplasi sumsum tulang yang berakibat anemia, leucopenia, thrombocytopenia, dan sangat mungkin

menyebabkan leukemia. 3. Benzo(a)pyrene (B(a)P) B(a)P adalah suatu polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH), hasil pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna. Didapat di dalam asap rokok, gas buang

kendaraan bermotor, dan jelaga. B(a)P cepat menghilang dalam udara segera terkena cahaya. B(a)P dan senyawa-senyawa PAH lainnya menarik perhatian para ahli karena sifat karsinogenik dan merupakan mutagen yang potensial. 4. Chlordane Chlordane (C10H6Cl8) adalah insektisida, tergolong hidrokarbon terchlorinasi dan seringkali didapat sebagai pencemar air. Chlordane mudah sekali diabsorbsi kulit, menimbulkan hyperexitasi dan konvulsi, dan disebut juga sebagai penyebab kelainan gambaran darah. Bila dipanaskan akan berdekomposisi dan mengeluarkan gas Cl2. 5. Chloroform Chloroform (CHCl3) juga merupakan hidrokarbon terchlorinasi, suatu anestetik yang menimbulkan iritasi, dilatasi pupil, dan merusak hati, jantung, dan ginjal. Keracunan chloroform dapat menimbulkan toksisitas akut dan sistemik, sedangkan efek kronis belum diketahui dengan jelas. Dahulu chloroform digunakan sebagai anestetik, tetapi saat ini sudah disubstitusi dengan zat yang lebih aman. 6. 2,4 dichlorophenoxyl acetic acid (2,4-D) 2,4 D merupakan herbisida, mematikan tanaman berdaun lebar dengan mengganggu sistem hormonal tumbuhan. Bersifat iritan terhadap mata dan pencernaan. Di dalam air tumbuhan akan mudah membusuk, maka pertumbuhan mikroba pembusuk bertambah cepat sehingga oksigen terlarut (DO) cepat menurun. Secara tidak langsung, hal itu memperceoat kematian fauna dan flora yang aerobik. Pada burung zat ini menimbulkan kelainan bawaan, sehingga tergolong teratogen. Pada tumbuhan terjadi abrasi kromosom dan menyebabkan berubahnya warna dan bentuk tumbuhan. 7. Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT) DDT adalah insektisida yang pertama kali dibuat orang dan telah ditemukan secara luas dan lama untuk keperluan kesehatan. DDT bersifat persisten sehingga terakumulasi dalam rantai makanan dan terjadi biomagnifikasi. Keracunan ini dapat menyebabkan pusing, mual, tremor, konvulsi, dan kerusakan hati, SSP, serta ginjal. Dosis kecil yang berulang lebih berbahaya daripada dosis tunggal. 8. Detergen Detergen ada yang bersifat kationik, anionik, maupun nonionik. Kesemuanya membuat zat lipofilik mudah larut dan menyebar di perairan. Selain itu, ukuran zat

lipofilik menjadi lebih halus sehingga mempertinggi toksisitas racun. Detergen juga mempermudah absorpsi racun melalui insang. Detergen ada pula yang persisten, sehingga terjadi akumulasi. 9. 1,2 dichloroethane dan 1,3 dichloroethane dichloroethame (CH3CHCl2) adalah cairan tidak berwarna, berbau wangi, berasa manis, dan mudah terbakar. Ia dapat menimbulkan toksisitas sistemik akut, kerusakan ginjal dan hati. Bila dipanaskan dapat timbul fosgen yang toksik. 10. Heptachlor dan Heptachlorepoxide Kedua zat ini tergolong hidrokarbon terchlorinasi. Bahaya dapat timbul bila zat ini dipanaskan sehingga timbul gas beracun. Kedua zat ini juga menimbulkan kanker pada tikus dan menyebabkan kulit telur unggas menjadi tipis. 11. Gamma Hexachlorobenzene Zat ini juga dissebut benzene hexachlorida (BHC), C6H6, isomer gammanya disebut lindane yang termasuk insektisida yang menimbulkan toksisitas akut maupun kronis sistemik. Lindane adalah insektisida jenis racun perut atau racun kontak. 12. Methoxychlor Zat ini disebut juga DMDT, yaitu singkatan dari dimethoxyphenyl-dyphenyltrichloroethane, suatu derivatif DDT yang toksisitas dan persistensinya lebih kurang daripada DDT. Apabila dipanaskan akan menimbulkan gas beracun (Cl). Keracunan dapat menyebabkan toksisitas akut lokal, alergi, dan akut sistemik. Sedangkan toksisitas kronisnya sama dengan toksisitas akut. 13. Pentachlorophenol Rumus molekul pentachlorophenol adalah Cl5C6-OH, disingkat sebagai PCP. Toksisitas baik yang akut maupun kronis dapat bersifat lokal, iritan, dan sistemik. Pemaparan yang kronis ternyata menimbulkan kerusakan pada hati dan pada hewan percobaab dapat bersifat teratogenik. Bila dipanaskan juga menguapkan gas Cl2 yang toksis. 14. 4,6 trichlorophenol Trichlorophenol (Cl3C6H2OH) adalah suatu herbisida defoliant. Sama dengan sebelumnya, ia menguapkan gas Cl2 yang toksis. Trichlorophenol mempunyai toksisitas baik akut lokal, iritan, dan akut sistemik maupun toksisitas sistemik.

15.

Zat Organik Zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran. Apabila zat organik yang dapat dioksidasi (BOD) besar, maka ia menunjukkan adanya pencemaran. Berbeda dari standar 1975, zat-zat berikut ini tidak dimasukkan ke dalam standar 1990. CO2 agresif Gas asphyxiant, merusak pipa, dan dapat melarutkan logam Calcium Pada dasarnya Calcium dibutuhkan oleh tubuh, jadi tidak merupakan benda asing. Calcium sendiri dapat merupakan iritan bagi kulit. Derajat toksisitasnya tergantung komponen senyawanya, karena Ca sendiri tidak toksis bagi tubuh, akan tetapi dalam jumlah yang terlalu sedikit atau terlalu besar dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Dengan demikian adanya Ca di dalam daftar standar menunjukkan bahwa penyediaan air minum tidak hanya ditujukan untuk mencegah penyakit, tetapi juga untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini dikarenakan manusia yang kekurangan Ca akan pula menderita hypocalcaemi. Magnesium Mg adalah salah satu unsur yang menimbulkan kesadahan dan menyebabkan adanya rasa pada air. kelebihan unsur ini dapat menimbulkan depresi susunan saraf pusat dan otot-otot. Toksisitasnya banyak tergantung pada anion yang terikat pada Mg. Ammonia Ammonia adalah penyebab iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme, dan mengganggu proses desinfeksi dengan Khlor. Senyawa phenol Phenol mudah masuk lewat kulit sehat. Keracunan akut menyebabkan gejala GI, sakit perut, kelainan koordinasi bibir, mulut, dan tenggorokan. Keracunan kronis menimbulkan gejala GI, sulit menelan, hipersalivasi, kerusakan ginjal dan hati, serta diikuti kematian. Rasa air berubah dan phenol menjadi lebih terasa bila air tercampur Khlor.

2.1.3 Parameter Mikrobiologis Ke dalam parameter mikrobiologis ini hanya dicantumkan koliform tinja dan total koliform. Sebetulnya kedua macam parameter ini hanya berupa indikator bagi berbagai

mikroba yang dapat berupa parasit (protozoa, metazoa, tungau), bakteri patogen, dan virus. 1. Kuman-kuman Parasitik Kelompok ini terdiri atas protozoa, cacing, dan tungau. Penyakit cacing yang sangat banyak didapat di Indonesia antara lain adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Nector americanus, dan Taenia saginata/solium. Protozoa yang banyak didapat adalah Giardia lamblia dan Entamoeba histolitica. Tungau penyebab penyakit bawaan air adalah Scabies scabei. 2. Bakteri dan Virus Bakteri penyebab penyakit bawaan air terbanyak adalah Salmonella

typhi/paratyphi, Shigella, dan Vibrio cholera. Sedangkan yang tergolong virus adalah Rotavirus, virus Hepatitis A, virus Poliomyelitis a.c., virus DHF, dan virus Trachoma. 3. JPT Coli/100 cc air Jumlah perkiraan terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Hal ini tentunya tidak terlalu tepat, sampai saat ini, bakteri inilah yang paling ekonomis dapat digunakan untuk kepentingan tersebut. 2.1.4 Parameter Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat ber-regenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker dan mutasi. Sinar alfa, beta, dan gamma berbeda dalam kemampuannya menembus jaringan tubuh. Sinar alfa sulit menembus kulit, sedangkan beta dapat menembus kulit, dan gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas sinar serta frekuensi dan luasnya pemaparan. 1.Sinar Alfa Sinar alfa karena tidak mempunyai daya tembus, maka efek yang terjadi biasanya bersifat lokal. Apabila tertelan lewat minuman, maka dapat terjadi kerusakan pada sel-sel saluran pencernaan. 2.Sinar Beta

Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktivitasnya. Dengan demikian kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar alfa.

Anda mungkin juga menyukai