Anda di halaman 1dari 13

RESISTENSI INSULIN dan OBESITAS

http://freitagnutrition.wordpress.com/2009/01/26/resistensi-insulin-dan-obesitas/ posted by: harry freitag Obesitas adalah kondisi dimana terjadi penumpukkan lemak secara berlebihan, baik secara umum maupun terlokalisir. Beberapa perubahan telah diketahui terjadi pada individu yang mengalami obesitas seperti perubahan sistem hormonal dan metabolisme. Perubahan ini dapat terjadi berupa gangguan hormon pertumbuhan, peningkatan triiodotironin dan penurunan kadar tiroksin plasma, peningkatan hormon kortisol. Selain itu terjadinya peningkatan hormon luteinzing, estrogen dan androgen serta gangguan pada siklus menstruasi telah dilaporkan terjadi pada wanita yang mengalami obesitas. Pada pria dengan obesitas, terjadi penurunan kadar testosteron yang disertai perubahan androgen menjadi estrogen namun tidak berpengaruh pada libido dan potensi seksual (Hirsch et al., 1995). Individu yang mengalami obesitas sering ditemukan menderita gangguan toleransi glukosa (impaired glucose tolerance). Penderita obesitas yang mengalami penurunan berat badan menunjukkan peningkatan aspek metabolik terutama pada kontrol glikemik, tekanan darah dan penurunan trigliserida plasma. Individu obes yang mengalami penumpukkan lemak di bagian perut memiliki resiko mengalami gangguan toleransi glukosa, non-insulin dependent diabetes mellitus dan gangguan metabolik lain yang lebih tinggi. Obesitas akan menyebabkan terganggunya kemampuan insulin untuk mempengaruhi pengambilan glukosa dan metabolismenya pada jaringan yang sensitif terhadap insulin (yang sering disebut resistensi insulin) serta meningkatan sekresi insulin plasma. Pengurangan pengambilan glukosa yang distimulasi insulin pada jaringan perifer dan peningkatan produksi glukosa hepatik akan mengganggu penghambatan pengeluaran glukosa dari hati oleh insulin pada saat puasa. Dari penelitian pada sel pasien obesitas telah diketahui bahwa terjadi pengurangan hubungan pengikatan insulin dengan reseptor spesifik, pengurangan aktivitas reseptor insulin tirosin kinase, pengurangan aktivitas transpor glukosa dan pengurangan jumlah dan aktivitas glycogen synthase (Hirsch et al., 1995). Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan peningkatan hormon insulin dalam darah. Insulin mengurangi lipolisis (pemecahan lemak) dan meningkatkan pembentukkan dan ambilan lemak. Orang gemuk berespon terhadap makanan berkarbohidrat dengan menaikan insulin dan mengurangi penggunaan asam lemak. Resistensi insulin telah diketahui merupakan salah satu ciri dari obesitas dan diabetes tipe 2. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh kelebihan gizi yang berkepanjangan dan hiperinsulinemia pada penderita obesitas. Salah satu dampak dari resistensi insulin adalah tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) (Ricart dan Real, 2001).

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_mellitus Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel , gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia. Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin. Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak. Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[ antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan. Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat

penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker. Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon triiodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV, menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin, ketiga hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes. Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan apakah metoda ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan homeostasis glukosa. Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin, diketahui menyebabkan:

peningkatan mRNA glukokinase, peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin penurunan ekspresi GLUT2 pada hati penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan menekan 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol asiltransferase penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil, antara lain dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan glukoneogenesis

sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan glukosa-6 fosfatase di dalam hati. Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk, sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.

DIABETES MELITUS Meskipun berbagai lesi dengan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetic biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI) adalah penyakit otoimun yang ditentukan secara genetic dengan gejala-gejala yang pada akhirnya menuju pada proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Individu yang peka secara genetic tampaknya memberikan respons terhadap kejadian-kejadian pemicu yang berupa infeksi virus, dengan memproduksi antibody terhadap sel-sel beta, yang akan mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa. Manifestai klinis dari diabetes mellitus terjadi jika lebih dari 90% selsel beta menjadi rusak. Pada diabetes mellitus yang lebih berat, sel-sel beta telah dirusak semuanya, sehingga terjadi insulinopenia dan semua kelainan metabolic yang berkaitan dengan defisiensi insulin. Bukti untuk determinan genetic dari DMTI adalah adanya kaitan dengan tipe-tipe histokompatibilitas (HLA) spesifik. Tipe dari gen HLA yang berkaitan dengan DMTI (DW 3 dan DW 4) adalah yang member kode kepada protein-protein yang berperan penting dalam interaksi monosit-limfosit. Proteinprotein ini mengatur respons sel Tsebagai bagian normal dari respons imun. Jika terjadi kelainan, fungsi limfosit T yang terganggu akan berperan penting dalam pathogenesis perusakan sel-sel pulau Langerhans. Juga terdapat bukti adanya peningkatan antibody-antibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans yang ditujukan terhadap komponen antigenetik tertentu dari sel beta. Kejadian pemicu yang menentukan proses otoimun pada individu yang peka secara genetic dapat berupa infeksi virus coxsackie B4 dan gondongan. Obat-obat tertentu yang diketahui dapat memicu penyakit otoimun lain jug adapt memulai proses otoimun pada pasien DMTI. Pada pasien-pasien dengan diabetes mellitus tak tergantung insulin (DMTTI), penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampaknya da resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Onsulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkat transpor glukosa menembus membran sel. Pada pasienpasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membran sel. Akibatnya, terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan system transpor glukosa. Kadar glikosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang culup lama dengan

meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin akan enurun, dan jumlah insulin yang beredar tidak memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien DMTTI mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistansi insulin, maka kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus yang pada akhirnya terjadi pada pasien-pasien DMTTI merupakan akibat dari obesitasnya. Pengurangan berat badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.

Obesitas,

Resistensi

Insulin,

dan

sindrom

metabolik

Biasanya

mengawali

perkembangan diabetes melitus tipe II. Diabetes mellitus tipe II berbeda dengan tipe I, dikaitkan dengan peningkatan insulin plasma (hiperinsulinemia). Hal ini terjadi sebagai upaya kompensasi oleh sel beta pankreas terhadap penurunan sensitivitas jaringan terhadap efek metabolisme insulin, yaitu suatu kondisi yang dikenal dengan resistensi insulin. Penurunan sensitivitas insulin mengganggu penggunaan dan penyimpanan karbohidrat yang akan meningkatkan kadar gula darah dan merangsang peningkatan sekresi insulin sebagai upaya kompensasi. Perkembangan resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa biasanya terjadi secara bertahap, yang dimulai dengan penigkatan berat badan dan obesitas. Akan tetapi, mekanisme yang menghubungkan obesitas dengan resistensi insulin masih belum pasti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah reseptor insulin di otot rangka, hati, dan jaringan adiposa pada orang obese lebih sedikit daripada jumlah reseptor pada orang yang kurus.

Obat untuk diabetes Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang teratur, kemudian dilanjutkan dengan obat-obatan yang diminum, atau suntikan insulin. Pada diabetes tipe 1, mutlak memerlukan suntikan insulin setiap hari; sedangkan pada diabetes tipe 2, kadang dengan diet dan olahraga saja glukosa darah bisa menjadi normal, namun umumnya perlu minum obat anti diabetes secara oral atau tablet, pada keadaan tertentu diabetes tipe 2 memerlukan suntikan insulin,

atau bahkan perlu kombinasi suntikan insulin dan tablet. Di negara yang sudah maju, telah dipikirkan upaya cangkok pankreas untuk mengganti pankreas yang sudah rusak, hanya saja hasilnya sampai saat ini belum ada yang memuaskan. Kemajuan teknologi dewasa ini telah menemukan banyak obat tablet jenis baru dengan hasil yang cukup menggembirakan, demikian pula bermacam-macam insulin baru telah dipasarkan. Sehingga disamping angka kejadian diabetes yang terus meningkat, kemajuan dalam pengobatan diabetes juga terus berpacu untuk mengantisipasinya.

Dalam Bab ini akan dibicarakan tentang bermacam-macam tablet oral untuk menurunkan glukosa darah. Obat tablet ini disebut sebagai Oral Anti Diabetes (OAD) atau Oral Hypoglycemic Agents (OHA). Hingga kini dikenal ada lima macam OAD yang dipasarkan, tiap macam OAD mempunyai susunan kimia yang berbeda dan cara menurunkan glukosa yang berlainan. Ada yang merangsang pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak, yang lain bekerja mengurangi resistensi terhadap insulin, sedangkan yang lainnya menghambat penyerapan karbohidrat dari usus.

Pasien diabetes tipe 2, pada permulaan pengobatan biasanya memakai satu jenis OAD, namun untuk lebih efektif menurunkan glukosa darah, kadang diperlukan lebih dari satu macam OAD.

SULFONYLUREA
Sulfonylurea adalah tablet OAD yang paling banyak dikenal dalam puluhan tahun terakhir ini. Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Jadi syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes tipe 2. Kebanyakan pasien diabetes mengenal obat golongan sulfonylurea ini, yaitu antara lain : * Chlorpropamide * Glibenclamide atau Glyburide

Saat ini yang paling banyak dipakai adalah glimepiride, glibenclamide, dan glipizide. Pemberian obat sulfonylurea biasanya 15 sampai 30 menit sebelum makan.

Glibenclamide adalah OAD yang cukup kuat menurunkan glukosa darah, pada dosis yang tinggi bisa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini di pasaran dikenal dengan nama dagang Daonil atau Euglucon, masih ada lagi buatan lokal, seperti Glimel, Renabetic, Prodiamel, atau yang generik Glibenclamide buatan Indo Farma.

Glimepiride diberikan satu kali sehari, yang ada di pasaran bisa 1 mg, 2 mg, 3 mg, atau 4 mg. Obat ini aman bagi penderita dengan komplikasi ginjal, karena tidak mengganggu absorpsi maupun kerja obat. Obat orisinal adalah Amaryl, yang buatan lokal antara lain Metrix, Gluvas, Amadiab, atau Glamarol. Glipizide relatif lebih ringan dan lebih jarang menimbulkan hipoglikemia, tinggal dalam peredaran darah hanya beberapa jam, kecuali yang tipe XL, beredar dalam darah sampai 24 jam. Contoh yang orisinal adalah Minidiab atau Glucotrol dan Glucotrol XL, ada sediaan 5 mg atau 10 mg.

Efek Samping

Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama bila dipakai dalam 3 4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena lebih mudah timbul hipoglikemia. Namun secara umum obat ini baik untuk menurunkan glukosa darah.
Yang Harus Diperhatikan

Semua usaha menurunkan glukosa darah diluar obat seperti olahraga lebih dari biasanya, tidak makan atau makan terlalu sedikit, apabila dilakukan bersamaan dengan minum sulfonylurea, mudah menyebabkan hipoglikemia.

Demikian bila menggunakan beberapa obat pilek decongestan, atau alkohol, bisa menurunkan glukosa. Sebaliknya pada pemakaian steroid, penyekat beta, niacin, atau obat jerawat retin-A, dapat mengurangi efek obat sehingga glukosa tidak mau turun.

Anda dianjurkan membuat pencatatan semua data obat yang dipakai, semua copy resep dari semua dokter anda, serta catatan bila terjadi kemungkinan efek samping obat.

BIGUANIDES
Obat biguanides memperbaiki kerja insulin dalam tubuh, dengan cara mengurangi resistensi insulin.

Pada diabetes tipe 2, terjadi pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal. Biguanides menghambat proses ini, sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut glukosa dari darah masuk ke sel berkurang, dan glukosa darah menjadi turun. Karena cara kerja yang demikian, obat ini jarang sekali menyebabkan hipoglikemia. Satu-satunya biguanides yang beredar di pasaran adalah Metformin, contohnya Glucophage, masih ada lagi produk lokal misalnya Diabex, Glumin, Glucotika, Formell, Eraphage, Gludepatic, dan Zumamet.

Ada satu keuntungan obat ini adalah tidak menaikkan berat badan, jadi sering diresepkan pada diabetes tipe 2 yang gemuk. Obat ini juga sedikit menurunkan kolesterol dan trigliserida. Obat ini biasanya diminum dua sampai tiga kali sehari sesudah makan. Ada kemasan Glucophage XR yang bekerja 24 jam, diminum sekali sehari. * Gliquidone * Gliclazide * Glipizide * Glimepiride.
Efek Samping

Metformin biasanya jarang memberikan efek samping. Tetapi pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada saluran cerna, misalnya :

* Gangguan pengecapan * Nafsu makan menurun * Mual, muntah * Kembung, sebah, atau nyeri perut * Banyak gas di perut, atau diare * Pada beberapa penderita, dilaporkan bisa menimbulkan ruam atau bintik-bintik di kulit.

Efek samping di atas biasanya timbul pada beberapa minggu pertama penggunaan obat, yang akan berangsur berkurang. Untuk menghindari efek samping ini, dianjurkan minum obat bersama atau sesudah makan, dan dimulai dari dosis kecil yang kemudian dosis ditingkatkan. Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya sulfonylurea, meglitinide, atau insulin, obat

metformin bisa menimbulkan hipoglikemia.


Yang Harus Diperhatikan

Hati-hati jangan minum alkohol, bila alkohol dan metformin diminum bersama, bisa terjadi penimbunan obat dalam tubuh dan timbul lactic acidosis, keadaan ini bisa berbahaya, dengan keluhan sebagai berikut:

* Rasa capai * Nyeri otot * Sukar bernafas * Nyeri perut * Pusing, mengantuk, sampai gangguan kesadaran.

Keluhan perut akibat obat metformin bisa diatasi dengan obat simetidin atau obat perut lain untuk mengatasi keluhan mual, muntah, kembung, dan diare. Bila terjadi lactic acidosis (meskipun jarang), harus menghentikan obat metformin, dan dokter perlu memberi suntikan iv dye (obat kontras yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan radiologi).

ALPHA-GLUCOSIDASE INHIBITORS
Obat golongan ini bekerja di usus, menghambat enzim di saluran cerna, sehingga pemecahan karbohidrat menjadi glukosa atau pencernaan karbohidrat di usus menjadi berkurang. Hasil akhir dari pemakaian obat ini adalah penyerapan glukosa ke darah menjadi lambat, dan glukosa darah sesudah makan tidak cepat naik.

Termasuk obat golongan ini kita kenal dengan Acarbose dan Miglitol. Acarbose ada di pasaran dengan nama Glucobay, dalam kemasan 50 mg dan 100 mg, yang diminum bersamaan dengan makanan, ditujukan terutama untuk mengatasi kenaikan glukosa darah sesudah makan.
Efek Samping

Obat ini umumnya aman dan efektif, namun ada efek samping yang kadang mengganggu, yaitu perut kembung, terasa banyak gas, banyak kentut, bahkan diare. Keluhan ini biasanya timbul pada awal pemakaian obat, yang kemudian berangsur bisa berkurang. Bila diminum bersama dengan suntikan insulin atau tablet sulfonylurea, kadang bisa menyebabkan hipoglikemia. Apabila efek samping ini terjadi, maka dianjurkan minum susu atau suntik glukosa, karena makanan gula atau buah manis akan dihambat penyerapannya

oleh acarbose. Yang Harus Diperhatikan

Karena kerap timbul keluhan perut, maka acarbose jangan diberikan pada keadaan sebagai berikut :

* Irritable bowel syndrome * radang usus kronis, ulcerative colitis atau Crohns disease * gangguan penyerapan usus yang kronis, chronic malabsorption disorder.

Dosis yang tinggi dari acarbose dapat menggangu fungsi hati, tetapi bila dosis obat diturunkan atau dihentikan maka hati akan pulih (reversible).

MEGLITINIDES
Obat ini secara susunan kimiawi berbeda dengan sulfonylurea, namun cara kerjanya sama. Obat ini menyebabkan pelepasan insulin dari pankreas secara cepat dan dalam waktu singkat. Sehubungan dengan sifat cepat dan singkat ini, maka obat ini harus diminum bersama dengan makanan. Termasuk golongan obat ini adalah Repaglinide (Novonorm) dan Nateglinide (Starlix). Efek Samping Meskipun sama seperti sulfonylurea, efek samping hipoglikemia boleh dikatakan jarang terjadi, hal ini disebabkan oleh efek rangsangan pelepasan insulin hanya terjadi pada saat glukosa darah tinggi. Yang Harus Diperhatikan Seperti halnya dengan sulfonylurea, hati-hati bila minum alkohol atau efek interaksi dengan obat lain.

THIAZOLIDINEDIONES
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi insulin, karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin, sehingga insulin bisa bekerja dengan lebih baik, glukosa darahpun akan lebih banyak diangkut masuk ke dalam sel, dan kadar glukosa darah akan turun.

Selain itu, obat thiazolidinediones juga menjaga hati agar tidak banyak memproduksi glukosa. Efek menguntungkan lainnya adalah obat ini bisa menurunkan trigliserida darah. Termasuk kelompok obat ini adalah Pioglitazone (Actos) dan Rosiglitazone (Avandia). Dulu ada Troglitazone (Rezulin), yang ditemukan pada tahun 1997, namun beberapa tahun yang lalu telah ditarik dan dilarang beredar, karena menimbulkan kerusakan hati.
Efek Samping

Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa capai. Efek serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati, sehingga pada pemakaian pioglitazone atau rosiglitazone, perlu pemeriksaan faal hati terutama pada tahun pertama pemakaian obat. Keluhan gangguan hati yang mungkin terjadi antara lain: * Mual dan muntah * Nyeri perut * Rasa capai * Nafsu makan turun * Warna urin kuning tua * Warna kulit kuning
Yang Harus Diperhatikan

Obat ini baik sekali diserap bila diminum bersama dengan makanan, dan tidak menyebabkan hipoglikemia. Akan tetapi bila dikombinasikan dengan sulfonylurea atau insulin, maka mungkin bisa menyebabkan hipoglikemia.

Tabel 24. Obat Anti Diabetes Oral

KOMBINASI OBAT
Obat anti diabetes oral bisa dikombinasikan satu dengan kelompok yang lain, atau kadang perlu dikombinasikan dengan insulin. Tujuan kombinasi ini adalah agar efek obat lebih optimal dalam mengontrol glukosa darah.

Apabila dua obat kombinasi masih belum berhasil baik, dokter bahkan boleh meresepkan tiga jenis obat sekaligus, karena cara kerjanya bisa bersama saling menguntungkan untuk menurunkan glukosa.
Sulfonylurea dan Metformin

Golongan sulfonylurea paling banyak atau paling sering dikombinasikan dengan obat anti diabetes kelompok lain, karena efek kombinasi bisa memperbaiki dan menambah kerja insulin. Kombinasi sulfonylurea dan metformin lebih baik daripada bila kedua obat dipakai secara terpisah sendiri. Metformin bahkan baik karena tidak menaikkan berat badan bahkan kadang menurunkannya. Efek samping kombinasi ini adalah gangguan perut seperti mual atau diare, kadang bisa menimbulkan hipoglikemia. Kini telah dipasarkan kombinasi dua kelompok obat ini, contohnya adalah tablet Glucovance, yang tersedia dalam tiga kemasan, yaitu mengandung metformin/glibenclamide 500 mg/5 mg, 500 mg/2.5 mg, dan 250 mg/1.25 mg. Dalam waktu dekat akan beredar pula kombinasi glimepiride dan metformin dalam satu tablet.
Sulfonylurea dan Alpha-Glucosidase Inhibitor

Pada kasus dimana glukosa darah meningkat banyak pada 2 jam sesudah makan, maka pemakaian sulfonylurea yang dikombinasikan dengan acarbose akan lebih berhasil baik. Efek samping yang bisa terjadi adalah kram perut, banyak gas atau diare. Kadang juga bisa timbul hipoglikemia.
Sulfonylurea dan Thiazolidinediones

Bila penggunaan sulfonylurea sudah maksimal dan masih belum berhasil baik, mungkin penyebabnya adalah resistensi insulin karena kegemukan, bisa dicoba kombinasi baru ini dengan menambahkan thiazolidinediones. Sulfonylurea akan merangsang produksi insulin sedangkan thiazolidinediones memperbaiki kerja insulin.
Metformin dan Alpha-Glucosidase Inhibitor

Penambahan acarbose atau miglitol pada metformin adalah lebih baik dalam menurunkan glukosa darah daripada pemakaian metformin secara tunggal. Efek samping adalah bisa menimbulkan keluhan pada perut.
Metformin dan Thiazolidinediones

Telah diakui efek menguntungkan dari kombinsai pioglitazone atau rosiglitazone dengan metformin. Sekarang sudah beredar di pasaran satu obat yang berisikan kombinasi dua kelompok obat tersebut di atas, yaitu rosiglitazone (avandia) dengan metformin dalam bentuk Avandamet, dan pioglitazone (actos) dengan metformin dalam satu tablet Actos-met.

Anda mungkin juga menyukai