Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.

Latar Belakang Rumusan Permasalahan Tujuan Manfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Luka Bakar Luka bakar atau combustio adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tub uh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, d an lain-lain) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Wim de Jong. 2005). Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan k imia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna B edah RSUD Dr.Soetomo, 2001). Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi (Wim de Jong. 2005). Hal ini dikarenakan luka bakar sringkali ditemukan dengan keadaan sebagai berikut : a. terdapat kuman dengan patogenitas tinggi b. terdapat banyak jaringan yangmati c. mengeluarkan banyak air, serum dan darah d. terbuka untuk waktu yang lama (sehingga mudah terinfeksi dan terkena tr auma) e. memerlukan jaringan untuk menutup luka (Wim de Jong. 2005). B. Penyebab Terjadinya Luka Bakar Luka bakar cenderung bersifat traumatik atau terjadi karena adanya trauma. Hal-h al yang menyebabkan terjadinya luka bakar seringkali berasal dari luar tubuh ata u faktor eksternal. Beberapa faktor eksternal yang menyebabkan luka bakar antara lain adalah sebagai berikut : 1. Termis (suhu ) Benda yang bersuhu panas merupakan penyebab tersering dari luka bakar. Benda ber suhu panas seperti api, uap atau udara panas, air panas, minyak panas, atau loga m panas yang mengalami kontak langsung dengan tubuh (kulit, organ di bawah kulit ) dapat menyebabkan luka bakar dengan derajat tertentu. Luka bakar akibat benda panas dapat terjadi akibat dari kebakaran, mobil yang me ngalami kecelakaan, kecelakaan akibat petasan, kecelakaan rumah tangga, ledakan tabung gas, ledakan bom, menyentuh knalpot sepeda motor yang panas, menghirup ud ara panas, dan banyak yang lainnya. 2. Khemis (kimia) Bahan-bahan kimia yang tergolong asam kuat atau basa kuat dapat bereaksi menghas ilkan panas, seperti senyawa kimia kaustik (natrium hidroksida atau perak nitrat , dan asam seperti asam sulfat atau orang sering menyebutnya dengan air keras). Jika tubuh terpapar benda khemis dengan konsentrasi tertentu maka akan dapat men yebabkan luka bakar pada kulit maupun jaringan di bawah kulit. Meminum zat kaustik misalkan asam dapat menyebabkan luka bakar pada kerongkongan dan lambung, meskipun kulit tubuh luar tidak terbakar.

Beberapa bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar antara lain sejumlah irit an dan racun, termasuk asam dan basa yang kuat, fenol dan kresol (pelarut organi k), gas mustard dan fosfat. 3. Elektris (listrik) Aliran listrik merupakan bentuk energi yang cukup tinggi. Suhu yang dihasilkan o leh arus listrik yang mengalir dari sumber listrik ke tubuh sangat tinggi yaitu dapat mencapai di atas 4982 C. Luka bakar karena aliran listrik dapat terjadi aki bat menyentuh kabel maupun sesuatu yang menghantarkan listrik dari kabel yang te rpasang. Pada kulit yang bersentuhan dengan sumber listrik maka akan menimbulkan resisten si yaitu kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran listrik. Se hingga keadaan ini menyebabkan pada kulit tersebut banyak energi listrik yang di ubah menjadi panas dan permukaannya terbakar. Luka bakar listrik dapat menyebabkan kerusakan jaringan dibawah kulit yang sanga t berat. Ukuran dan kedalamannya bervariasi dan bisa menyerang bagian tubuh yang jauh lebih luas daripada bagian kulit yang terluka. Kejutan listrik yang luas bisa menyebabkan kelumpuhan pada sistem pernafasan dan gangguan irama jantung sehingga denyut jantung menjadi tidak beraturan. Energi listrik selain yang berasal dari kabel juga dapat berasal dari petir. Kec elakaan akibat tersambar petir bisa terjadi jika seseorang secara terbuka berdir i di lapangan luas saat ada petir, jika seseorang bersandar pada atau berada di dekat batang pohon yang tersambar petir (paling jauh 2 meter dari pohon tersebu t) atau juga jika seseorang berdiri atau berjongkok dekat tanah yang tersambar p etir. 4. Radiasi Radiasi sinar matahari yang memapar tubuh dalam waktu yang lama dan dalam insens itas yang cukup tinggi dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit. Selain itu fak tor radiasidapat berasl dari radioterapi pada pengobatan kanker atau akibat efe k panas dari radiasi gelombang mikro, dan sinar laser. Jadi panas yang secara umum bukanlah satu-satunya yang menyebabkan luka bakar. P enyebab lain seperti kemis atau paparan zat kimia tertentu, sengatan listrik, da n radiasi dapat menjadi penyebab terjadinya luka bakar. C. Mekanisme Terjadinya Luka Bakar Berdasarkan uraian tentang penyebab luka bakar di atas, meskipun telah disebutka n faktor eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya luka bakar, namun pada dasa rnya luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. P anas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. O leh karena itu luka bakar dapat dikategorikan sebagai luka bakar termal, radiasi , atau luka bakar kimiawi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun j aringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya terjadinya kontak antara kulit dengan sumber penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan mempengaruhi kerusaka n atau gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel. Selain kulit yang menjadi tempat terjadinya traumatik luka bakar adalah daerah d i bawah jaringan kulit, jaringan atau organ dalam. Misalnya adalah pada organ-or gan pencernaan, organ pernapasan, dan organ dalam lainnya akibat terpapar oleh b enda bersuhu tinggi. Contohnya saat terjadi kebakaran di suatu gedung, maka udar a yang panas akan terhirup sehingga menyebabkan luka bakar pada kerongkongan. Patofisiologi luka bakar Saat penyebab luka bakar (benda panas) dan kulit terjadi kontak maka akibat pert ama adalah syok karena kaget dan kesakitan. Suhu yang tinggi akan menimbulkan se nsasi rasa sakit yang dapat berlanjut ke nyeri. Suhu yang ini ini dapat menyebab kan rusak dan meningkatnya permeabilitas dari membran sel jaringan (kulit) dan a tau sel endotel atau pembuluh kapiler dalam jaringan yang terapar. Pada sel yang terpajan, meningkatnya permeabilitas membran ini menyebabkan rusaknya pompa Na K yang berakibat pada retensi Na di intrasel yang berlebih. Selanjutnya cairan dari interstisiel akan banyak mengalir ke dalam sel sehingga sel mengalami odema dan dapat terjadi lisis atau pecahnya sel (nekrosis). Sedangkan pada pembuluh k

apiler yang mengalami peningkatan permeabilitas ini, mengakibatkan bocornya kapi ler dan terjadi ekstravasasi cairan plasma dari intravaskuler ke dalam ruang jar ingan atau interstisiel. Hal inilah yang akan mennyebabkan timbulnya edema pada daerah luka bakar. Edema ini dapat tampak dengan adanya bagian kulit yang melepu h (bula) yang berisi cairan dan elektrolit berlebih. Hal itu menyebabkan berkura ngnya volume cairan intravaskuler. Penguapan yang berlebihan saat terjadi kerusa kan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik deng an gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, da n cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakkan terja di pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terja di kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan g ejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengi kat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada kera cunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, pender ita dapat meninggal. Setelah 12 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tanda i dengan meningkatnya diuresi (James M Becker, Essentials of Surgery). Dampak klinis dari luka bakar 1. Efek lokal a. Kerusakan jaringan Seperti yang telah dijelaskan di atas saat terpajan suhu tinggi, pembuluh kapile r akan rusak dan sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjad i anemia. Luka bakar menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel. Sel yang di pe rifer masih dapat hidup tapi sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya mikrosirku lasi perifer lapisan kolagen akan berubah bentuk dan rusak. Pembuluh kapiler yan g mengalami trombosis, padahal pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Pajanan suhu tinggi yang mengakibatkan permeabilitas kapiler mening kat akan menimbulkan kebocoran cairan intravaskuler sehingga terjadi edema atau pembengkakan pada daerah luka. Keadaan ini dapat dilihat pada luka bakar yang me lepuh. b. Inflamasi Reaksi inflamasi yang paling awal terlihat adalah eritema atau kemerahan pada ku lit, yang disebabkan karena respon neurovaskular mengakibatkan vasodilatasi pemb uluh darah. Makin berat kerusakan jaringan, respon inflamasi yang muncul akan ma kin lama bertahan. Karena semakin banyak sel yang rusak maka mediator inflamasi seperti sitokin akan semakin banyak diproduksi. Makrofag akan menghasilkan media tor inflamasi seperti sitokin dan sel fagosit nekrotik. Netrofil dan limfosit ak an menghalangi terjadinya infeksi. c. Infeksi Keadaan luka bakar yang terbuka menjadi media yang baik untuk pertumbuhan mikroo rganisme. Biasanya akan menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam. Dalam kondisi yang lebih berat akan muncul bakteriemi atau septikemi, yang merupakan masuknya bakte ri parasit dalam jaringan darah. Kemudian bakteri ini akan menyebar melalui sirk ulasi dan akan terjadi infeksi ke tempat lainnya pula. Bakteriemi merupakan peny ebab kematian tersering pada luka bakar mulai dari 24 jam pertama sampai pada lu ka bakar yang sudah sembuh. Streptococcus -hemolitikus dan pseudomonas memproduksi enzym protease yang dapat mencegah penempelan dari skin graft. Infeksi ringan dan noninvasif ditandai deng an keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasive ditandai dengan keropeng yang mula-mula kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik, akibatnya luka bakar yang mulamula derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.

2. Efek regional a. Sirkulasi Jika terdapat edema yang luas, maka akan terjadi pembengkakkan, aliran darah dar i extremitas dapat mengalami obstruksi. Sirkulasi untuk otot tangan intrinsic da pat terganggu akibat oedem, dapat terjadi nekrosis yang lama kelamaan menjadi ko ntraktur. Akumulasi cairan interstitial dalam tangan menyebabkan jaringan kolage n menggembung maksimal sehinggga terbentuk posisi claw ( metacarpalphalangeal exte nsi, dan proximal interphalangeal flexi ). Dapat juga terjadi muscle compartemen t syndrome yang mengenai otot flexor dan extensor extremitas bagian atas maupun bawah. 3. Efek sistemik a. Kehilangan cairan Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang banyak el ektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusaka n kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang be rlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik deng an gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil, da n cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakan terja di pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. b. Multiple organ failure dan Sepsis Kegagalan progresif dari ginjal dan hepar di akibatkan karena kehilangan cairan, toxemia karena infeksi, sepsis. Ganguan sirkulasi ke ginjal menyebabkan iskemia ginjal ( tubulus) berlanjut dengan Akut Tubular Necrosis yang akhirnya terjadi gagal ginjal (ARF). Gangguan sirkulasi perifer meneybabkan iskemia otot-otot den gan dampak pemecahan glikoprotein yang meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO). NO ini diketau berperan sebagai modulator sepsis. Ganguan sirkulasi ke kulit dan system integum menyebabkan gangauan system imun karena penurunan produksi limfo sit dan penurunan fungsi barier kulit. 1 c. Luka bakar inhalasi Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terja di kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas ayang terrisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan g ejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga. Gambar 2.8 . Luka bakar inhalasi Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengi kat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mngeikat oksigen. Tanda keracuna ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada kerac unan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderi ta dapat meninggal. Gambar 2.9 .Luka bakar inhalasi d. Komplikasi sistemik Stress atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menim bulkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan tuka k peptic. Kelainan ini disebut tukak Curling. Yang khawatirkan pada tukak curlin g ini adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan atau melena . Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan prote in menjadi negatif. Protein dalam tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolis me tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluk an kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan pada fase ini terutama didapat dari p embakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu penderita menjadi sangat kur us, otot mengecil dan berat badan menurun (Benjamin C. Wedro, 2008) Klasifikasi luka bakar Pembagian luka bakar dapat dikelompokkan tingkatan keparahannya berdasarkan keda

laman luka dan jumlah jaringan yang rusak. Berdasarkan kedalaman jaringan yang mengalami luka bakar, maka luka bakar ini da pat digolongkan menjadi 3 derajat atau tingkatan, yaitu : Luka bakar derajat I (Superficial Skin Burn) Merupakan luka bakar yang paling ringan. Hanya mengenai lapisan luar epidermis s aja tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. Sehingga sering disebut sebagai epidermal burn. Gejalanya berupa kulit yang hiperemis, kering, dan nyeri. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab dan sedikit oedem atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memu tih dan belum terbentuk lepuhan. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epit el (peeling). Luka bakar derajat II (Partial Thickness Skin Burn) Pada umumnya gejala klinisnya terbentuk bula atau lepuhan. Namun bila bula sudah pecah, akan menyisakan lesi yang berwarna merah muda, basah, dan nyeri. Menyeba bkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keput ihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Cairan ini banyak berisi elektro lit yang telah bocor melalui membran kapiler. Jika disentuh warnanya berubah men jadi putih dan terasa nyeri. Pajanan suhu panas mengenai epidermis dan bagian dermis. Pada derajat ini dibagi menjadi dua berdasarkan bagian dermis yang terkena, yaitu : o Superficial partial thickness Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis. Kulit tampak kemerah an, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada luka bakar derajat I. Salah satu g ejalanya adalah ditandai dengan bula atau keadaan kulit yang membengkak dengan b erisi cairan jaringan yang mengandung elektrolit yang telah bocor saat terpajan suhu tinggi, yang muncul beberapa jam setelah terkena luka. Bila bula disingkirk an akan terlihat luka bewarna merah muda yang basah. Luka sangat sensitif dan ak an menjadi lebih pucat bila terkena tekanan. Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seper ti sebelumnya. o Deep partial thickness Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis. Sama seperti pada s uperficial partial disertai juga dengan bula. Permukaan luka bebercak merah mud a dan putih karena variasi dari vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah). Luka bakar pada tingkatan ini akan sembuh dalam 3-9 minggu. Luka bakar derajat III (Full Thichness Skin Burn) Mengenai epidermis dan seluruh bagian dermis, bahkan dapat melibatkan struktur d i bawah dermis. Pada luka bakar derajat III, luka akan terlihat pucat/abu-abu, b anyak jaringan kulit yang mati (eschar), dan tidak terasa nyeri. Luka ini menyeb abkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut a tau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah menga lami kerusakan dan pembuluh darah sudah hancur. Menyebabkan kerusakan jaringan y ang permanen. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang (Wim de Jong. 2005).

Menurut Kedalaman atau Karakteristik Luka Bakar Karakteristik luka bakar dari Sm eltzer dan Bare Brunner and Suddarths Medical Surgical Nursing, Ed. 8, Philadelph ia 1997 Lippincott. Berdasarkan lokasinya luka bakar dapat terjadi secara klinis pada bagian-bagiat tubuh berikut : Luka bakar pada kepala, dada dan leher seringkali mempunyai kaitan dengan kompli kasi pulmonal. Luka bakar yang mengenai wajah sering yang menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar pada telinga membuat mudah terserang kondritis, aurikular dan rentang terhadap

infeksi serta kehilangan jaringan lebih lanjut. Luka bakar pada tangan dan persendian sering membutuhkan terapi fisik dan okupas i yang lama dan memberikan dampak pada waktu bekerja dan atau kecatatan fisik me netap serta kehilangan pekerjaan. Luka bakar pada area perineal membuat mudah terserang infeksi akibat autokontami nasi oleh urine dan faeces. Luka bakar sirkumferensial extremitas dapat menyebabkan efek seperti penebalan p embuluh darah dan mengarah pada gangguan vaskular distal. Luka bakar sirkumferensial thoraks dapat mengarah pada inadekuat ekspansi dindin g dada dan insufisiensi pulmonal. Menurut ukuran luas luka bakar, Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipa tan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yang digunakan untuk menentukan presentase luas permukaan tubuh yang mengalami cedera luka ba kar. Pembagiannya adalah sebagai berikut : Kepala : 9% Extremitas atas kanan : 9% Extremitas atas kiri : 9% Torso (dada sampai perut dan punggung sampai pinggang) : 36% Perineum/genetalia : 1% Extremitas bawah kanan : 18% Extremitas bawah kiri : 18% Total : 100% Dari beberapa uraian mengenai kedalaman dan jumlah jaringan yang mengalami luka bakar maka akan dapat diketahui keparahan luka bakar. Untuk mengkaji beratnya lu ka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2. Kedalaman luka bakar. 3. Anatomi lokasi luka bakar 4. Umur klien 5. Riwayat pengobatan yang lalu 6. Trauma yang menyertai atau bersamaan. American college of surgeon membagi keparahan luka bakar dalam tingkatan sebaga berikut : A. Parah critical Tingkat II : 30% atau lebih Tingkat III : 10% atau lebih. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas. B. Sedang moderate Tingkat II : 15 30% Tingkat III : 1 10% C. Ringan minor Tingkat II : kurang 15% Tingkat III : kurang 1% Komplikasi lanjut luka bakar 1. Hipertrofi Jaringan Parut Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien d engan luka bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tinda kan tertentu terbentuknya hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipen garuhi oleh berbagai faktor antara lain : Kedalaman luka bakar Sifat kulit Usia pasien Lamanya waktu penutupan kulit Penanduran kulit. 2. Kontraktur Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbu

lkan gangguan fungsi pergerakan. D. Penatalaksanaan pada Luka Bakar

Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi komplikasi kontraktur adal ah : Pemberian posisi yang baik dan benar sejak awal. Ambulasi yang dilakukan 2-3 kali/hari sesegera mungkin (perhatikan jika ada frak tur) pada pasien yang terpasang berbagai alat invasif (misalnya, IV, NGT, monito r EKG, dll) perlu dipersiapkan dan dibantu (ambulasil pasif). Pressure grament adalah pakaian yang dapat memberikan tekanan yang bertujuan men ekan timbulnya hipertrosi scar, dimana penggunaan presure grament ini dapat meng hambat mobilitas dan mendukung terjadinya kontraktur E. Penyakit Yang Menyebabkan Luka Bakar Pada dasarnya belum ditemukan penyakit yang dapat menyebabkan luka bakar. Luka b akar ini lebih bersifat traumatik. Faktor eksternal dari pajanan lingkungan dari luar tubuh menjadi penyebab utamanya. PROGNOSIS Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar. Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kuli t yang mati akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutup i lapisan di bawahnya. Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu luka baka r superfisial dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial t idak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis). Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang baru tum buh secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis d i dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga menyebabkan perubahan pada kulit dan mengganggu fungsinya. Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih t anpa menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut dan penyempita n. Jaringan parut bisa menghalangi jalannya makanan di dalam kerongkongan dan me nghalangi pemindahan oksigen yang normal dari udara ke darah di paru-paru. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabka n kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan ra diasi. Luka bakar dibagi menjadi 4 grade dan ada 3 cara penentuan derajat luka bakar ya itu Palmar surface, Wallace rules of nine serta Lund and Bowder Chart. Luka bakar dapat disebabkan oleh api, luka bakar kontak (terkena rokok, solder a tau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan panas dan ter. Pemeriksaan penunjang mencakup pemeriksaan darah, radiologi, tes dengan fiberopt ic bronchoscopy terutama untuk luka bakar inhalasi. Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi cairan, pengga

ntian darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbai kan nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and Grafting (E&G ), Escharotomy. Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan bad an yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan peng obatan medikamentosa. B. Saran Sebaiknya masyarakat lebih berhati hati dengan penyebab penyebab terjadinya luka bakar seperti api, air panas, uap panas, gas panas, listrik, semburan panas dan ter. Lebih banyak mengetahui tentang penanganan pertama luka bakar agar tidak t erjadi kerusakan yang lebih parah dan segera membawa kepada tenaga medis yang ah li untuk pengobatan luka bakar lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA 1. Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edis i 2. EGC. Jakarta. p 66-88 3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier. Phila delphia. p 118-129 7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com. Agus tus 2008

Anda mungkin juga menyukai