Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH Kebijakan dan Hukum Lingkungan

Produk Transgenik,Keanekaragaman Hayati


Kelompok 6

Nama Anggota Kelompok : Monalisatika WIN Diah Wahyu Astuti Alfred Yunandro Dedi Dita Mutiara 21080110120007 21080110120008 21080110120009 2108011012000

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun. Atas tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, hingga terselesaikannya makalah ini. Namun penulis menyadari, makalah yang penulis susun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari berbagai pihak. Sebagai manusia biasa, kami berusaha dengan sebaikbaiknya dan semaksimal mungkin, dan sebagai manusia biasa juga kami tidak luput dari segala kesalahan dan kekhilafan dalam menyusun makalah ini. Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya makalah ini.

Semarang, 26 November 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Produk Transgenik Ketersediaan bahan pangan adalah isu universal yang selalu menarik untuk dibicarakan.Kebutuhan untuk mendapatkan pangan dalam jumlah yang cukup bagaimanapun merupakan kebutuhan paling mendasar dalam hidup manusia. Dengan kata lain,pangan memegang peran penting dalam kehidupan manusia. International Policy Council menyebutkan bahwa pada tahun 2004 ada sekitar 800-840 juta orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya (18% dari populasi tersebut tinggal di Negara berkembang) dan jumlah tersebut di perkirakan akan meningkat 2 kali lipat pada tahun 2020. Data yang diperoleh UNICEF 1998 menyebutkan di Negara berkembang,anak balita yang meninggal per tahun hamper 12 juta. Disamping kekurangan pangan,defisiensi nutrisi mikro (seperti vitamin A dan zat besi juga tersebar luas (Landels,2005). Jika jumlah populasi manusia yang saat ini mencapai 6 milyar jiwa diperkirakan akan mengalami peningkatan dua kali lipat pada 50 tahun mendatang (Whitman,2000) Upaya pemenuhan kebutuhan pangan,praktis harus disangkut-sangkutkan dngan masalah budidaya tanamn pangan dan system pertanian secra global. Revolusi hijau yang dimunculkan pada tiga dasawarsa lalu merupakan tonggak sejarah dalam sistem pertanian yang pembudidayaannya varietas-varietas tertantu yang memiliki

produktivitas tinggi,penggunaan pupuk non oganik dan penyemprotan pestisida pabrikan secara rutin berkala,pada awalnya memang mampu meningkatkan pertanian dan membawa kabar baik bagi para petani. Periode kejayaan Revolusi Hijau (selama kurang lebih 10 tahun) memang telah memaksa system pertanian dunia focus pada pengembangan varietas tertentu saja (mengganggap remeh keanekaragamanhayati) Ketika revolusi hijau tidak lagi menunjukan kedigdayaannya melwan kekurangan pangan maka ada jalan pintas dengan bioteknologi. Perkembangan bioteknologi adalah

rekayasa genetika dengan produknya yang terkenal yaitu yang disebut transgenic. Rekayasa genetika bermanfaat dalam bidang lingkungan,kesehatan dan farmasi maupun pertanian. Berbagai produk transgenic saat ini sudah membanjiri dunia dan yang ada adalah kenyataan bahwa negar maju seperti Amerika atau Negara-negara Eropa sebagai produsen transgenic yang menjual produknya ke Negara-negara berkembang. Berbagai produk transgenic yang ada di pasaran adalah produk farmasi seperti insulin, dan interfern,sedangkan yang paling banyak dipasaran dan belum jelas kontrolnya adalah produk pertanian dari transgenic seperti jagung,kedelai,kapas bahkan padi. Produk transgenic yang berhasil di komersilin dalam bidang farmasi adalah interferon. Pada tahun 2000,Amerika Serikat sudah menggunakan tanaman dari varietas-varietas transgenic yang mengandung gen-gen Bt,RR sehingga tanaman tersebut tahan terhadap hama (Hasnam,Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,Indnesian Centre for Estate Crops Research and Development) 1.2 Latar Belakang Keanekaragaman Hayati

Masyarakat di seluruh dunia memprihatinkan hilangnya hutan beserta isinya yaitu berbagai spesies unik satwa dan tumbuhan. Hutan hujan tropis itu secara global sangat penting bagi berlimpahnya jenis dan endemisme (spesies yang tidak ada di tempat lain) (Whitmore, 1986). Dengan semakin banyaknya kawasan hutan yang rusak dan bahkan hilang, semakin besar pula ancaman bagi spesies-spesies tersebut. Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan

terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Dalam menilai potensi keanekaragaman hayati , seringkali yang lebih banyak menjadi pusat perhatian adalah keanekaragaman jenis, karena paling mudah teramati. Sementara keragaman genetik yang merupakan penyusunan jenis-jenis tersebut secara umum lebih sulit dikenali. Sekitar 10 % dari semua jenis makhluk hidup yang pada saat imi hidup dan menghuni bumi ini terkandung pada kawasan negara Indonesia, yang luas daratannya tidak sampai sepertujuhpuluhlima dari luas daratan muka bumi.

Secara rinci dapat diuraikan bahwa Indonesia dengan 17.058 pulau-pulaunya mengandung 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga di dunia, 12 % dari total mamalia di dunia, 16 % dari total reptil dan ampibia di dunia, 17 % dari total jenis burung di dunia dan 25 % atau lebih dari total jenis ikan di dunia.

Gambar 1.1 Hutan Tropis

Gambar 1.2 Sungai yang Asri

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Produk Transgenik Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang,bakteri,mikroba atau virus untuk tujuan tertentu. Organisme transgenic adalah organism yang mendapatkan pindahan gen dari organism lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri,virus,hewan atau tanaman lain. Proses Transgenik yaitu dengan tahap susunan materil genetic diubah dengan jalan menyisipkan gen baru yang unggul kedalam kromosomnya. Tanaman transgenic memiliki kualitas lebih disbanding tanaman konvensional,kandungan nutrisi lebih tinggi,tahan hama,tahan cuaca sehingga penanaman komoditas tersebut dapat emenuhi kebtuhan pangan secara cepat dan hemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida dan bahan kimia lain serta tanaman transgenic produksi lebih baik. Transgenik ini mempunyai tujuan mendapatkan organism baru yang memiliki sifat ebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman transgenic misalnya jagung,kentang,kacang,kedelai, dan kapas 2.1.1 Dampak Transgenik Dampak Positif 1. Rekayasa transgenic dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber yang lebih sedikit 2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaperan 3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan

Dampak Negatif 1. Berubahnya urutan informasi genetic yang dimiliki, maka sifat organism yang bersangkutan juga berubah. 2. Bakteri hasil rekayasa yang lolos laboratorium atau pabrik yang dampaknya tidak dapat diperkirakan 3. Kemungkinan menimbulkan keracunan 4. Kemungkinan menimbulkan alergi 5. Keungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia dan tahan antibiotic 2.1.2 Beberapa Bahan Makanan yag Banyak Berasal dari Bibit Transgenik 1. Produk yang terbuat dari kacang kedelai : tepung kedelai, minyak

kedelai,tahu,tempe,tauco,susu kedelai,ekstrak sayuran. Atau produk lain yang merupakan turunan kedelai transgenic seperti vitamin E,sereal ,es

krim,biscuit,roti,permen,dan lain-lain 2. Produk yang terbuat dari jagung : tepung jagung,minyak jagung,pemanis jagung, sirup jagung. Kemudian produk turunan jagung transgenic seperti vitamin C,keripik,es krim,formula bayi,kecap dan lain-lain 3. 4. Produk yang terbuat dari kentang : keripik kentang,tepung kanji kentang Produk yang terbuat dari atau dengan tomat, seperti saus, pasta tomat, pizza, lasagna, dan lainnya 5. Produk susu yang diambil dari sapi yang diberi hormon pertumbuhan sapi transgenik (atau rBGH di AS): seperti susu, keju, mentega, krim asam, yogurt, air dadih, dan produk olahannya 6. Zat-zat aditif yang mungkin berasal dari sumber transgenik, yaitu Lesithin kedelai/lesithin (E322), pewarna karamel (E150), riboflavin (vitamin B2), enzim chymosin (enzim transgenik yang dipakai untuk membuat keju vegetarian, alpha amilase yang digunakan untuk membuat gula putih, dan lain-lain).

2.1.3 Contoh Tanaman Transgenik Penamanan kapas transgenik masih menjadi polemik hingga saat ini. Masih terdapat pro dan kontra terhadap pemanfaat tanaman kapas transgenik. Salah satu faktor yang dikhawatirkan dari penggunaan kapas transgenik adalah mengakibatkan petani akan bergantung penuh pada perusahaan besar untuk benih, pupuk, dan obat-obatan, sebagaimana yang pernah diungkapkan Sonny Keraf. Mengingat teknologi transgenic hanya mungkin dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Disamping itu alasan lain penolakan adalah resiko dampak lingkungan yang ditimbulkannya, karena dapat membahayakan kehidupan organisme lain seperti lebah,ikan, dan burung. Disamping itu dikhawatirkan pemanfaatan kapas dari tanaman transgenik sebagai bahan baku pakaian juga dapat menimbulkan sejumlah gangguan kesehatan seperti alergi atau keracunan.

Gambar 2.1 Tanaman Jagung dan tomat transgenic

2.1.4 Kekhawatiran pada Transgenik Dalam ilmu kedokteran, rekayasa genetik dapat ditemukan pada obat-obatan, untuk diagnostik, xenotransplantation, dan therapi gen. Menurut dr. drh. Mangku Sitepoe, bioteknologi ini akan menimbulkan dampak dengan pengaruh waktu dan pola hidup manusia. Ini yang menjadi kekhawatiran. Dijelaskannya bahwa dulu ada obat calodamix terbuat dari produk rekayasa genetik. Pada tahun 70-an obat ini diberikan pada ibu-ibu. Setelah 20 tahun lahirlah anak-anak yang cacat. Kemudian kekhawatiran pada genotipe, bisa mincul monster baru nantinya. Selain itu juga kekhawatiran penyakit pada unggas. Sekarang banyak kita jumpai penyakit kerdil. Dikatakan karena virus, padahal belum tentu karena virus. Di Indonesia hampir 100% jagung dan kedelai yang diberikan dikhawatirkan semuanya transgenik. Terkait masalah etis dan agama juga dikhawatirkan pangan transgenik mengandung bahan makanan yang dilarang. Contohnya kasus penyedap rasa yang dulu memakai rekayasa genetik terbuat dari enzim babi. Selain berbagai kekhawatiran tersebut, dampak toksik dari rekayasa genetik yang telah terbukti sampai 2001 adalah alergi. Sedangkan kekhawatiran yang menjadi kenyataan lainnya adalah gangguan lingkungan cross pollination (penyerbukan silang) yang menyebabkan munculnya tanaman yang resisten terhadap herbisida. 2.1.5 Transgenik di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang didunia yang berusaha selalu mengikuti dan menyesuaikan perkembangan dunia,baik dalam bidang ekonomi maupun teknologi. Era globalisai menuntut adanya persaingan bebas yang sehat sehingga Negara berkembang seperti Indonesia sering mendapatkan kesulitan dalam mengikuti irama perdagangan bebas tersebut. Indonesia sudah mulai memperhatikan perkembangan rekayasa genetika awal tahun 1980,bahkan pada tahun 1985 prioritas risetya adalah bioteknologi dimana perkembangan selanjutnya adalah transgenic. Selain hal tersebut Pemerintah mendirikan pusat-pusat penelitian untuk biotekologi seperti di ITB pada tahun 1986 (bidang industry dan lingkungan), di UGM (bidang farmasi dan kedokteran) dan di IPB (bidang pertanian). Departemen Pertanian pada tahun 1998 pernah menyusun

pedoman mengenai pelaksanaan pengujian keamanan hayati untuk produk-produk bioteknologi pertanian hasil rekayasa dapat genetic. digunakan Dijelaskan oleh para pula pakar bahwa dalam

bioteknologidengan

transgeniknya

pendekatanpendekatan baru untuk mengembangkan varietas baru dengan prosuk yang lebih tinggi,lebih bergizi,lebih tahan terhadap penyakit dan keadaan merugikan atau mengurangi kebutuhan pupuk maupun bahan-bahan agrokimia lain yang harganya mahal. Dalam rangka negara-negara berkembang memperoleh kemampuan yang diperlukan dalam bidang bioteknologi untuk menyelesaikan masalahnya dan pengembangan selanjutnya maka sangat perlu untuk kerjasama internasional yang melibatkan Negara-negara maju. 2.2 Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Pada dasarnya keragaman ekosistem di alam terbagi dalam beberapa tipe, yaitu ekosistem padang rumput, ekosistem hutan, ekosistem lahan basah dan ekosistem laut. Kanekaragaman tipe-tipe ekosistem tersebut pada umumnya dikenali dari ciri-ciri komunitasnya yang paling menonjol, dimana untuk ekosistem daratan digunakan ciri komunitas tumbuhan atau vegetasinya karena wujud vegetasi merupakan pencerminan fisiognomi atau penampakan luar interaksi antara tumbuhan, hewan dan lingkungannya. Spesies yang rentan terhadap kepunahan adalah spesies yang: 1. Sebaran geografi yang sempit 2. Terdiri atas satu atau beberapa (tidak banyak) populasi 3. Populasinya sedikit 4. Ukuran populasinya menurun 5. Kepadatan populasi rendah 6. Memerlukan daerah jelajah yang luas 7. Hewan dengan ukuran tubuh besar 8. Kemampuan menyebar yang lemah

9. Bermigrasi musiman (tergantung pada 2 atau lebih haitat yang berlainan) 10. Variasi genetik rendah 11. Memerlukan habitat khusus 12. Hanya dijumpai pada lingkungan utuh stabil 13. Membentuk kelompok, permanen atau sementara 14. Terisolasi atau belum pernah kontak dengan manusia 15. Diburu atau dipanen manusia 16. Berkerabat dekat dengan spesies yang telah punah

2.2.1 Keragaman hayati dikategorikan menjadi tiga tingkatan 1. Keragaman Genetik Genetik adalah berbagai variasi aspek biokimia, struktur dan sifat organisme yang diturunkan secara fisik dari induknya (orang tuanya). Genetik ini dibentuk dari AND (Asam Deoksiribo Nukleat) yang berbentuk molekul-molekul yang terdapat pada hampir semua sel. 2. Keragaman Spesies Spesies adalah kelompok organisme yang mampu saling berbiak satu dengan yang lain secara bebas, dan menghasilkan keturunan, namun umumnya tidak berbiak dengan anggota dari jenis lain. 3. Keragaman Ekosistem

Ekosistem adalah suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi dan antara komponen-komponen tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi dan produktivitas. 2.2.2 Manfaat keragaman hayati 1. Merupakan sumber kehidupan, penghidupan dan kelangsungan hidup bagi umat manusia, karena potensial sebagai sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan serta kebutuhan hidup yang lain 2. Merupakan sumber ilmu pengetahuan dan tehnologi 3. Mengembangkan sosial budaya umat manusia 4. Membangkitkan nuansa keindahan yang merefleksikan penciptanya

2.2.3 Konservasi keanekaragaman hayati


1. Konservasi Tingkat Genetik

Dalam satu spesies tumbuhan atau hewan bisa terdapat variasi genetik, sehingga menimbulkan perbedaan yang jelas. Manusia meskipun satu spesies (Homo sapiens), tapi ada orang kulit putih, Negro, Melayu, Mandarin, dan lainnya. 2. Konservasi Tingkat Spesies Sangat mengherankan, para cendikiawan lebih tahu berapa banyak bintang di galaksi daripada jumlah spesies makhluk hidup di bumi. Hingga kini baru 1,7 juata spesies teridentifikasi, dari jumlah seluruh spesies yang diperkirakan 5-100 juta. Kelompok makhluk hidup yang memiliki jumlah spesies terbanyak adalah serangga dan mikroorganisme 2.3 Kebijakan Hukum tentang Produk Transgenik dan Keanekaragaman Hayati Dampak negatif yang merugikan seperti dampak negatif dari manipulasi gen gen tertentu, pencemaran terhadap spesies-spesies asli, pelepasan organisme hasil rekayasa genetika atau yang dikenal sebagai Genetically Modified Organism (GMO) dll. Perkembangan bioteknologi yang terkait dengan lingkungan hidup diatur dalam perangkat hukum internasional baik soft law maupun hard law. Perangkat soft law yang mengatur bioteknologi diantaranya seperti Deklarasi

Stockholm 1972, Deklarasi Rio 1992 dan Agenda 21. Sedangkan perangkat hard law seperti Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati (UNCBD) 1992 dan Protokolnya yaitu Cartagena Protocol 2000.

Perubahan iklim dan ketahanan pangan merupakan persoalan global yang dihadapi saat ini. Perangkat hukum internasional telah menyediakan Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) 1992 yang sudah melakukan lebih dari 15 kali pertemuan para pihak peserta konvensi (Conferences of the Parties/COP). Dalam beberapa kali pertemuan dibahas juga masalah pangan. Sementara itu Protokol Kyoto 1997 juga telah melakukan beberapa kali pertemuan (Meeting of the Parties/MOP) dan akan berakhir periode komitmennya, sehingga perlu diperbaharui. Kesepakatan terakhir yang dicapai adalah Copenhagen Accord yang bersifat soft law dan tidak mengikat secara hukum (non legally binding) yang disetujui pada COP ke-15 di Kopenhagen, Denmark. Perubahan iklim ternyata berdampak sangat luas dan nampaknya akan berkepanjangan. Terlepas dari perdebatan yang terjadi, perubahan iklim telah nyata dan terlihat dari laporan berbagai pihak yang memiliki otoritas yang kompeten seperti laporan IPCC (AR-4), Komisi Stern, UNEP dan banyak laporan negara (art of the state) atau badan internasional lainnya. Pada intinya laporanlaporan tersebut menyebutkan adanya kecenderungan peningkatan suhu rata-rata iklim di bumi yang dapat membahayakan kehidupan di bumi. Salah satu dampak yang paling berpengaruh adalah ancaman ketersediaan pangan. Selama ini ketersediaan pangan banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan distribusi yang tidak merata. Dengan adanya perubahan iklim, maka peningkatan ancaman ketersediaan pangan semakin bertambah. Disinilah peran bioteknologi dapat memberikan kontribusi penting dalam upaya penanganan perubahan iklim dan peningkatan ketersediaan pangan. Bioteknologi dapat membantu menurunkan suhu iklim akibat penggunaan CO2. Dengan bioteknologi ketersediaan pangan dapat ditingkatkan berlipat ganda sehingga ketahanan pangan dapat terjamin. Disisi lain yang perlu diperhatikan adalah dalam beberapa tahun mendatang nampaknya perkembangan bioteknologi meningkat dengan pesat, namun resiko

terhadap lingkungan hidup masih belum diketahui secara pasti mengingat hal ini masih tergolong baru. Sementara itu, berbagai perangkat hukum dan kelembagaan yang menangani masalah bioteknologi masih sangat terbatas. Peraturan hukum internasional serta lembaga internasional yang khusus mengatur masalah bioteknologi belum memadai dan hukum nasional di berbagai negara masih menerapkan kebijakan yang berbeda-beda. Perbedaan ini akibat dari adanya arus informasi yang menyangkut bidang bioteknologi masih sangat terbatas diterima terutama oleh sebagian besar negara-negara berkembang.

Seperti diatur dalam Protokol Cartagena sebagaimana telah diratifikasi dalam UU No. 21 Tahun 2004 Serta UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Produk transgenik tidak ada kaitannya dengan peningkatan produksi pertanian. Produk tersebut hanya diciptakan oleh perusahaan untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Di samping itu kondisi sosial ekonomi petani, lingkungan turut terancam. Pasalnya, harga produk transgenik relatif lebih mahal dan biasanya ditambah bahan pelengkap yang mengandung zat kimia yang berpotensi besar mencemari lingkungan.

PP Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan PERMEN PELAKSANAAN PP IZIN LINGKUNGAN No 1. Pasal Pasal 6 Bunyi Pasal Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diatur dengan Peraturan Menteri. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyusunan Amdal diatur dengan Peraturan Menteri. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan untuk mendirikan lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengecualian untuk Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur dengan Peraturan Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan UKL-UPL

2.

Pasal 9

3.

Pasal 10

4.

Pasal 13

5.

Pasal 16

diatur dengan Peraturan Menteri. 6. Pasal 26 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Kerangka Acuan diatur dengan Peraturan Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penilaian Andal dan RKL-RPL diatur dengan Peraturan Menteri. (8) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria perubahan Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara perubahan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, perubahan Rekomendasi UKL-UPL, dan penerbitan perubahan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur dengan Peraturan Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan Izin Lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan Peraturan Menteri. (2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan dan evaluasi kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 diatur dengan Peraturan Menteri.

7.

Pasal 35

8.

Pasal 50

9.

Pasal 52

10.

Pasal 58

11.

Pasal 67

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 1. Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang,bakteri,mikroba atau virus untuk tujuan tertentu. 2. Keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. 3. Perkembangan bioteknologi yang terkait dengan lingkungan hidup diatur dalam perangkat hukum internasional baik soft law maupun hard law. 3.2 Saran

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengkajian dan penerapan Teknolgi Pusat Pengkajian Inovasi Tekologi Jurnal ilmu kefarmasian Indonesia,April 2005,hal 21-28

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL http://indonesiaindonesia.com/f/6108-transgenik-permasalahannya/ Andreas Pramudianto,SH,MSi Peneliti Hukum Lingkungan Internasional Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia (PPSML PPs-UI)

Anda mungkin juga menyukai