Anda di halaman 1dari 4

Abstrak

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di negara berkembang. Penyakit ini biasanya mewabah pada musim hujan. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan olehSalmonella typhi . Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Isi

Seorang laki-laki datang ke rumah sakit dengan keluhan panas sejak 6 hari yang lalu. Panas terutama dirasakan pada sore menuju malam hari. pasien sudah meminum obat penurun panas tetapi tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien mengeluh mual dan muntah beberapa kali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesan umum tampak berbaring, dan lemah, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6. pemeriksaan abdomen supel, bising usus (+) normal, dan terdapat nyeri tekan di ulu hati dan perut sebelah kanan atas.
Diagnosis

Demam Tiphoid
Diskusi Pemeriksaan penunjang pelvimetri radiologik, USG. Penularan penyakit tifoid ini

melalui makanan dan minuman yang tercemar kuman Salmonella .Gambaran klinis demam tifoid seringkali tidak spesifik, sehingga dalam penegakan diagnosis diperlukan konfirmasi pemeriksaan laboratorium. Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
Gejala klinis pada penderita: 1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan demam tidak tinggi yang makin hari makin meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari. 2. Gejala pencernaan dapat berupa obstipasi / sulit buang air besar, diare, mual, muntah, dan kembung, dan lidah kotor dengan tepi kemerahan.

Klinis: panas (100%), anoreksia (88%), nyeri perut (49%), muntah (46%), obstipasi (43%), dan diare (31%).

Pemeriksaan fisik: Kesadaran delirium (16%), somnolen (5%), sopor (1%), lidah kotor (54%), meteorismus (66%), hepatomegali (67%), splenomegali (7%).

Beberapa faktor penyebab demam tifoid masih terus menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang meliputi pula keterlambatan penegakan diagnosis pasti. Penegakan diagnosis demam tifoid saat ini dilakukan secara klinis dan melalui pemeriksaan laboratorium. Diagnosis demam tifoid secara klinis seringkali tidak tepat karena tidak ditemukannya gejala klinis spesifik atau didapatkan gejala yang sama pada beberapa penyakit lain pada anak, terutama pada minggu pertama sakit. Hal ini menunjukkan perlunya pemeriksaan penunjang laboratorium untuk konfirmasi penegakan diagnosis demam tifoid. Pemeriksaan laboratorium yang selama ini banyak dilakukan adalah pemeriksaan serologis yaitu Widal tes. Pemeriksaan ini mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12). Kelemahan pemeriksaan ini adalah sensitivitas yang kurang, memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berarti dapat dipastikan tidak terjadi infeksi. Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam typhoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella ( Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik lebih sensitive, dan lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella typhi.

TUBEX TF adalah sustu test diagnostic invitro semi kuantitatif <10 menit untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi, melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi Ig M tersebut dalam menghambat ( inhibisi ) reaksi antara antigen berlabel partikel latex magnetic ( reagen warna coklat ) dan monoklonal antibodi berlabel latex warna ( reagen warna biru ), selanjutnya ikatan inhibisi tersebut di sparasikan oleh suatu daya magnetic. Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi Ig M S. typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna.
Keunggulan pemeriksaan TUBEX TF :

Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam. Mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella ( > 95 %). Hanya dibutuhkan sample darah sedikit. Hasil dapat diperoleh lebih cepat. Tubex TF

Prinsip:

Tubex mendeteksi adanya IgM pada daerah didalam serum pasien dengan kemampuan untuk menghalangi adanya reaksi antigen yang dilapisis warna coklat dan darah yang diserang kuman dan dilapisi bahan reaksi biru. Hasil dibaca secara visual terhadap suatu skala warna.
Alat dan Bahan: Tubex TF rapid typhoid detection Tubex color scale Tubex TF Brown reagen Blue reagen Serum

Prosedur Kerja: 1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Kemudian masukan serum 45 l kedalam rak tubex 3. Tambahkan 45 l brown reagen

4. Homogenkan dan diamkan selama 2 menit 5. Tambahkan 90 l blue reagen, shake pada tubex TF selama 2 menit 6. Lakukan pembacaan pada tubex color scale setelah 5 menit

Kesimpulan Tubex mendeteksi adanya IgM pada daerah didalam serum pasien dengan kemampuan untuk menghalangi adanya reaksi antigen yang dilapisis warna coklat dan darah yang diserang kuman dan dilapisi bahan reaksi biru. Tubex mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik. Metode Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (IMBI) memungkinkan pengoperasian semudah Widal serta secanggih ELISA. Dengan pemeriksaan Tubex TF diharapkan diagnosis demam typhoid dapat ditegakkan lebih dini sehingga pengobatan yang tepat dapat segera diberikan, dengan demikian dapat menurunkan angka kematian akibat kompikasi demam typhoid.

Referensi

1. Afiani, Arina. I. 2011. Deteksi Dini Demam Typhoid dengan Tubex TF. Yogyakarta. 2. Irasfan, A. 2010. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/24896159 3. Nathan, Felix. 2010. Tinjauan Tubex TF Sebagai Alat Diagnostik Penunjang pada Demam Typhoid. 4. Pramita Lab. 2009. Diagnosis Demam Tifoid dengan Pemeriksaan Tubex. Yogyakarta Anita Permatasari, Stase Ilmu Penyakit Dalam, RSUD. Jogja, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai