Anda di halaman 1dari 12

Referat Psikiatri

GANGGUAN KEPRIBADIAN DISOSIAL

Oleh : Paramitha Kusuma 1102008188

Pembimbing : dr. Ismoyowati, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA Dr SOEHARTO HEERDJAN PERIODE 28 OKTOBER 29 NOVEMBER 2013

PENDAHULUAN

Gangguan kepribadian sudah menjadi suatu masalah sosial, masalah medis, dan ilmiah. Tidak ada kelompok secara demografis kebal terhadap gangguan kepribadian. Diperkirakan di populasi umum terdapat 11 sampai 23 persen individu dengan gangguan kepribadian. Ini berarti dalam suatu 1 di tiap-tiap 4 sampai 10 individu di sekitar kita mengalami gangguan kepribadian, dengan mengabaikan penempatan atau status ekonomisosial. Individu ini memiliki gangguan atau kesulitan dalam kemampuan mereka bekerja dan berhubungan antar individu, serta cenderung kurang terdidik, penyendiri, mudah menjadi pecandu obat-obatan, pelecehan seksual, kesulitan dalam pernikahan dan menjadi pengangguran. Sebagai tambahan, banyak pelaku kejahatan dengan atau tanpa kekerasan serta narapidana mempunyai gangguan kepribadian.1 Gangguan Kepribadian Dissosial (Antisosial) ditandai oleh tindakan anti social atau criminal yang terus-menerus tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Terdapat pola perilaku bersifat pervasive berupa sifat pengabaian dan pelanggaran hak orang lain, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks. Biasanya timbul karena perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku. Prevalensi gangguan kepribadian antisocial adalah 3 persen pada laki-laki dan 1 persen pada wanita. Paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin dan di antara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut. Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal. Prevalensi dalam populasi penjara mungkin setinggi 75 persen. Suatu pola familial ditemukan di mana gangguan lima kali lebih sering pada sanak saudara derajat pertama dari laki-laki dengan gangguan dibandingkan kontrol. Survey di Amerika Serikat lebih dari 3,5% populasi memenuhi kriteria Gangguan Kepribadian Antisosial, dengan perbandingan pria 4 kali lebih banyak daripada wanita dan orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit hitam.

TINJAUAN PUSTAKA GANGGUAN KEPRIBADIAN DISOSIAL

I.

Definisi Gangguan kepribadian antisosial merupakan gangguan kepribadian yang timbul karena perbedaan yang besar antara perilaku dan norma sosial yang berlaku yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien.1

II.

Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3 % pada laki laki dan 1% pada wanita. Keadaan ini paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang miskin dan diantara penduduk yang berpindah pindah dalam daerah tersebut. Anak laki-laki dengan gangguan berasal dari keluarga yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan yang tergangggu. Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya memilki gejala sebelum pubertas dan anak laki laki bahkan lebih awal. Suatu pola familial dietemukan dimana gangguan lima kali lebih sering pada sanak saudara derajat pertama dari laki laki dengan gangguan dibandingkan dengan kontrol. 1

III.

Etiologi Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang gangguan kepribadian antisosial oleh profesional dan orang awam adalah apakah atau tidak itu adalah genetik. Banyak yang bertanya-tanya apakah itu turun-temurun, seperti halnya rambut, mata, atau warna kulit, jika ini terjadi, anak-anak orang antisosial akan sangat diharapkan dapat menjadi antisosial sendiri, apakah mereka hidup dengan orang tua antisosial. Untungnya, manusia tidak sesederhana itu. Seperti semua gangguan kepribadian, dan juga yang paling gangguan mental, gangguan kepribadian antisosial cenderung merupakan hasil dari kombinasi biologis atau faktor genetik dan lingkungan. 2 Meskipun tidak ada penyebab biologis yang jelas untuk gangguan ini, penelitian tentang faktor risiko biologis yang mungkin untuk mengembangkan gangguan kepribadian antisosial menunjukkan bahwa, pada mereka dengan
3

gangguan kepribadian antisosial, bagian dari otak yang terutama bertanggung jawab untuk belajar dari kesalahan seseorang dan untuk menanggapi untuk ekspresi wajah sedih dan takut (amigdala) cenderung lebih kecil dan merespon kurang kokoh dengan ekspresi wajah senang, sedih, atau takut orang lain. Bahwa kurangnya tanggapan ada hubungannya dengan kurangnya empati bahwa individu antisosial cenderung memiliki dengan perasaan, hak, dan penderitaan orang lain. Sementara beberapa orang mungkin lebih rentan terhadap gangguan

mengembangkan kepribadian antisosial sebagai akibat dari latar belakang genetik tertentu mereka, yang diperkirakan menjadi faktor hanya ketika orang itu juga terkena peristiwa kehidupan seperti pelecehan atau mengabaikan yang cenderung untuk menempatkan orang di risiko perkembangan gangguan ini. Demikian pula, sementara ada beberapa teori tentang peran premenstrual syndrome (PMS) dan fluktuasi hormon lainnya dalam perkembangan gangguan kepribadian antisosial sejauh ini, tidak dapat dijelaskan sebagai akibat langsung dari kelainan tersebut. 3,5 Kondisi lain yang dianggap faktor risiko untuk gangguan kepribadian antisosial termasuk penyalahgunaan zat, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan gangguan membaca atau gangguan perilaku yang didiagnosis pada anak-anak. Orang yang mengalami disfungsi otak sementara atau permanen, juga disebut kerusakan otak organik, beresiko untuk mengembangkan perilaku pidana kekerasan atau sebaliknya. 3,5

IV.

Gambaran Klinis4 Gambaran penderita biasanya sangat hangat dan mengambil muka.

Membohong, membolos, berkelahi, penyalahgunaan zat-zat adiktif dan aktivitas illegal adalah riwayat penderita pada masa anak-anak. Pasien tidak menunjukkan adanya gangguan depresi atau pun kecemasan. Isi mental pasien mengungkapkan sama sekali tidak ada waham dan tanda lain pikiran irasional. Terdapat peningkatan rasa tes realitas. Dan sering kali mengesankan pengamat sebagai memiliki intelegensia yang tinggi. Kata penipu merupakan istilah lain yang digunakan untuk mewakili penderita dengan gangguan kepribadian antisosial. Mereka cocok menggunakan skema sebagai seorang penjaja mudahnya mendapatkan uang atau ketenaran. Dan biasanya mereaka tidak dapat dipercaya bila diberikan sebuah tugas. Suatu temuan
4

yang jelas adalah tidak adanya penyesalan akan tindakan tersebut; yaitu, pasien tampak tidak menyadarinya dan ditandai oleh : a. Bersikap tidak peduli dengan persaan orang lain. b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial. c. Tidak mampu mempertahankan hubungan agar tetap berlansung lama, meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya. d. Mudah menjadi frustasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan. e. Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman, terutama dari hukuman. f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi yang dapat diterima, untuk perilaku yang telah membawa pasien dalam konflik sosial.

Orang dengan gangguan kepribadian mempunyai kemungkinan lebih besar akan mengalami kesulitan berupa hal, seperti : 1. Pekerjaan Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering mengalami kesulitan dalam pekerjaan dibandingkan populasi umum, mereka mungkin akan sering ganti-ganti pekerjaan. 2. Penyesuaian Diri Dalam Perkawinan Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam perkawinannya. 3. Hubungan Sosial Orang dengan gangguan kepribadian sering mengalami kesulitan berhubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sering bertengkar dengan tetangga, atau teman sekantor. 4. Kecenderungan Penyalahgunaan Zat Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang menyalahgunakan zat, terutama alkohol dan narkoba 5. Sering Berurusan Dengan Petugas Hukum Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering berurusan dengan petugas hukum, seperti polisi.

V.

Kriteria Diagnostik Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV), kriteria diagnosis gangguan kepribadian disosial sebagai berikut:1 A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukan oleh tiga (atau lebih)berikut : 1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hokum seperti yang ditunjukan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi dasar penahanan 2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukan oleh berulang kali berbohong, menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatakan keuntungan atau kesenangan pribadi. 3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan. 4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukan oleh perkelahian fisik atau penyerangan yang berulang. 5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain. 6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukan oleh kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau kewajiban financial 7. Tidak adanya pnyesalan, seperti yang ditunjukan oleh acuh tak acuh terhadap atau mencari cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh orang lain. menghormati

B. Individu sekurangnya berusia 18 tahun. C. Terdapat tanda tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata mata selama perjalanan skizofrenia atau suatu episode manic Berdasarkan PPDGJ III criteria gangguan kepribadian disosial adalah4 : 1. 2. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus,

serta tidak peduli terhadap norma , peraturan, dan kewajiban sosial 3. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama, meskipun

tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya


6

4.

Toleransi terhadap frustasi yang sangat rendah dan ambang yang rendah untuk

melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan 5. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari pengalaman,

khususnya dari hukuman 6. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi

yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan masyarakat.

Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas.

V.

Diagnosa Banding Gangguan kepribadian antisosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal dimana

gangguan kepribadian antisosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang. Jika perilaku antisocial hanya merupakan manifestasi satu satunya, pasien dimasukkan dalam kategori DSM-IV kondisi tambahan yang mungkin merupakan pusat perhatianklinis-secara spesifik. Perilaku antisosial dewasa. Dorothy Lewis menemukan bahwa banyak orang tersebut memilki gangguan neurologis atau mental yang terlewatkan atau tidak didiagnosis. Lebih sukar adalah membedakan antara gangguan kepribadian antisosial dari penyalahgunaan zat. Jika penyalahgunaan zat maupun perilaku antisosial dimulai pada masa anak-anak dan terus memasuki masa dewasa, kedua gangguan harus didiagnosis. Tetapi, jika perilaku antisosial jelas sekunder terhadap penyalahgunaan alkohol atau penyalahgunaan zat lain pramorbid, diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan. 1 Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian anti sosial, klinisi harus mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latarbelakang kultural dan jenis kelamin pada manifestasinya. Selain itu, diagnosis gangguan kepribadian anti sosial diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia atau mania dapat menjelaskan gejala. 1 VI. Terapi A. Psikoterapi. Jika pasien gangguan kepribadian antisosial diimbolisasi (sebagai contoh, dimasukkan di dalam rumah sakit) mereka sering kali menjadi mampu menjalani
7

psikoterapi. Jika pasien merasa bahwa mereka berada di antara teman teman sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah menghilang. Kemungkinan karena hal itulahkelompok yang menolong diri sendiri adalah lebih bergua dibandingkan dipenjara dalam menghilangkan gangguan. 6 Sebelum terapi dimulai, batas batas yang kuat adalah penting. Ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak diri sendiri pada pasien dan untuk mengatasi rasa takut pasien gangguan kepribadian anti sosial terhadap keintiman, Ahli terapi harus menggagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan orang lain. Dalam melakukan hal itu, ahli terapi menghadapi tantangan memisahkan kendali dari hukuman dan memisahkan pertolongan dan konfrontasi dari isolasi sosial dan ganti rugi. 6 Penghalang utama dalam pemberian treatment pada individu dengan gangguan kepribadian disebabkan individu tersebut tidak terbuka bahkan kadang disertai permusuhan (marah) kepada terapis ketika pemberian terapi. Kadang juga disertai dengan penolakan atau berhenti total dalam masa pengobatan. Keberhasilan dari terapi sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kepatuhan pasien dalam pemberian treatment yang memang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyembuhannya. 6 Psikodinamika. Pada pendekatan ini terapis akan membicarakan kondisi pasien dan beberapa hal mengenai isu-isu mengenai kesehatan mental secara professional. Dalam psikoterapi diharapkan pasien dapat menangani berbagai permasalahan yang dihadapi pasien, belajar hidup secara sehat, dan bagaimana bereaksi secara tepat terhadap pelbagai problem dalam kehidupan sosial. Metode pelaksanaan dapat dilakukan secara individu, kelompok atau keluarga: 1. Cognitive-behavior therapy (CBT). Bentuk terapi dalam CBT melibatkan pelatihan ulang terhadap pemikiran dan cara pandang terhadap permasalahanpermasalahan yang muncul, termasuk di dalamanya kontrol terhadap muatanmuatan emosi dan perilaku. 2. Dialectical behavior therapy. Dialectical behavior therapy merupakan salah satu type dari CBT berfokus pada coping skill, dalam terapi ini individu belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik kesadaran penuh, pasien dibantu

untuk mengenal pelbagai muatan emosinya tanpa perlu bereaksi (mengontrol perilakunya).

B. Farmakoterapi. Farmakoterapi digunakan untuk menghadapi gejala yang diperkirakan akan timbul-seperti kecemasan, penyerangan dan depresi, tetapi, karena paseien sering sekali merupakan penyalahgunaan zat, obat harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti bukti adanya gagguan defisit-atensi hiperaktivitas, psikostimulan seperti methylphenidate(ritalin), mungkin digunakan. Harus dilakukan usaha untuk mengubah metabolisme katekolamin dengan obat obatan dan untuk mengendalikan prilaku impuls dengan obat antiepileptik. 1 1. Antidepressants. Dokter menganjurkan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem), sertraline (Zoloft), citalopram (Celexa), paroxetine (Paxil), nefazodone, dan escitalopram (Lexapro), atau jenis antidepressant lainnya venlafaxine (Effexor) untuk gangguan kepribadian yang disertai dengan kecemasan dan depresi. 2. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs). Jenis phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine (Parnate). 3. Anticonvulsants. Jenis obat ini untuk mengurangi tingkat agresifitas dan perilaku impulsif. Jenis yang dianjurkan adalah carbamazepine (Carbatrol, Tegretol) atau asam valproik (Depakote). Selain itu juga topiramate (Topamax), jenis anticonvulsant ini dianggap lebih efektif dalam menangani permasalahan perilaku impuls yang tidak terkontrol. 4. Antipsychotics. Individu dengan gangguan kepribadian ambang dan schizotypal beresiko kehilangan dunia nyata, obat antipsychotic seperti risperidone (Risperdal) dan olanzapine (Zyprexa) dapat membantu menghentikan pikiranpikiran yang menyimpang. Untuk gangguan perilaku kadang juga diberikan haloperidol (Haldol). Obat-obat ini haruslah dibawah kontrol dokter secara ketat, pemakaian berlebihan akan memberikan beberapa efek samping seperti: - Sedasi dan inhibisi psikomotorik - Gangguan otonom (hipotensi, hidung tersumbat, gangguan irama jantung) - Gangguan ekstrapiramidal (tremor, sindrom parkinson, akatisia)
9

- Gangguan endokrin - Tardive dyskinesia - Sindrom neuroleptik maligna 5.Mood stabilizers. Jenis lithium (Eskalith, Lithobid). Obat ini memberikan ketenangan bila terjadi perubahan mood pada penderita gangguan kepribadian. Jenisjenis medikasi lainnya yang mungkin diberikan oleh dokter adalah alprazolam (Xanax)danclonazepam(Klonopin).

VII. Prognosis Jika ganguan keperibadian anti sosial berkembang, perjalan penyakitnya tidak mengalami remisi, dan puncak perilaku antisosial biasanyaterjadi pada masa remaja akhir, prognosisnya adalah bervariasi. Beberapa laporan menyatakan bahwa gejala menurun saat pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan keluahan fisik multiple. gangguan deopresif, gangguan penggunaan alkohol dan penyalahgunaan zat lainnya adalah sering.

10

KESIMPULAN Gangguan kepribadian anti sosial adalah perilaku maladaptive yang ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal yang terus menerus, tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien. Ciri pokok kelainan anti sosial adalah riwayat tingkah laku anti sosial terus menerus yang merupakan pelanggaran hak-hak orang lain. Penderita tidak bertanggung jawab, tabiat misantropik atau kurang manusiawi, sering kehilangan pekerjaan dan mempunyai kebiasaan menipu. Gangguan kepribadian antisosial harus dibedakan dari perilaku ilegal dimana gangguan kepribadian antisosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan seseorang. Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial harus

mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental, skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala. Prognosis gangguan kepribadian anti sosial adalah bervariasi.Gejala dapat menurun saat pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki gangguan somatisasi dan keluhan fisik multiple. Gangguan depresif, gangguan penyalahgunaan zat dan alcohol adalah sering pada kepribadian anti sosial. Penatalaksanaan dapat berupa psikoterapi dan farmakoterapi untuk

menghadapi gejala seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.

11

Daftar Pustaka

1.

C. Robert Cloninger, M.D., Dragan M. Svrakic, M.D., PH.D.; Personality Disoreders, Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry 7th Edition, Chapter 24; William and Wilkins; Baltimore USA ; 1991.

2.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Edisi III. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I.: 1993. P51&103

3. 4.

Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. Buku Saku Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. David Bienenfeld, MD, antisocial_personality_disorder (online)17 Maret 2012. Available From: URL: http://emedicine.medscape.com

5.

Phillip W. Long, M.D. antisocial_personality_disorder.2008. Available From URL : http://www.mentalhealth.com

6.

Roxanne Dryden-Edwards, MD and Melissa Conrad Stppler, MD Anti social personality disorder. 2010. Available from URL : http://www.medicinenet.com/

12

Anda mungkin juga menyukai