Anda di halaman 1dari 39

Nasib Ibas Tergantung Anas

RAJA EBEN LUBIS

Sel Anas tanpa AC dan TV. Hanya ada kasur, lemari kecil, exhaust, dan kamar mandi sama-sama. ASIB Sekjen Partai Demokrat Edhi Baskoro Yudhoyono alias Ibas, yang kerap disebut-sebut juru bicara Perhimpunan Pergerakan Indonesia Mamun Murod Al Barbasy sebagai orang yang harus diperiksa dalam kasus proyek Hambalang, tergantung Anas Urbaningrum. Demikian dikatakan juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi SP dalam jumpa pers di Gedung KPK, Jakarta, tadi malam. Soal pemeriksaan Saudara Edhi Baskoro, itu tentu tergantung

sejauh mana Saudara AU (Anas Urbaningrum) berikan keterangan kepada penyidik KPK, kata Johan. Nama putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu berulang kali disebut mantan Wakil Direktur Keuangan Grup Permai Yulianis menerima uang US$200 ribu dari proyek bermasalah di Grup Permai. Namun, menurut juru bicara Partai Demokrat, koleganya tak terkait korupsi. Kami yakin 100% Mas Ibas tidak bersalah, ujar Ruhut Sitompul. Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum resmi ditahan KPK, kemarin, setelah 4 jam berada di ruang penyidikan. Meski demikian, Anas tidak menjalani pemeriksaan karena Ketua Presidium PPI itu tidak didampingi kuasa hukum. Saat disodori berita acara penahanan, Anas menolak menandatangani. Mantan Ketua Umum PB HMI itu hanya mau meneken berkas penolakan penahanan. Anas keluar dari Gedung KPK pukul 18.45 WIB. Sebelum digiring ke mobil tahanan, dia menyampaikan terima kasih kepada Ketua KPK Abraham Samad, penyidik, penyelidik, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Insya Allah hari ini adalah bagian yang penting untuk saya menemukan keadilan dan kebenaran, kata Anas yang mengenakan baju tahanan berwarna oranye. Anas pun berterima kasih atas keputusan penahanan tersebut. Di atas segalanya tentu saya berterima kasih yang besar kepada Pak SBY. Mudah-mudahan peristiwa ini punya arti, punya makna, dan menjadi hadiah Tahun Baru 2014, katanya, tenang. Lempar telur Sesaat setelah Anas melangkah menuju mobil tahanan, tiba-tiba seseorang melemparkan telur hingga pecah melumuri kepala Anas. Aksi itu menimbulkan kericuhan. Si pelempar pun dibawa ke Kantor Polda Metro Jaya. Pelakunya, Aryanto, mengaku sebagai Ketua LSM Generasi Muda Pembela Tanah Air (Gempita) DPC Palmerah, Jakarta Barat. Polisi masih mendalami motif pelemparan yang terjadi saat Anas akan menjawab pertanyaan soal pemeriksaan Ibas. Anas ditahan di Rutan Kelas I Jakarta Timur cabang Rutan KPK untuk 20 hari ke depan. Dia ditempatkan di sel lantai bawah Gedung KPK di pojok kanan bekas tempat mantan Bupati Buol Amran Batalipu. Tersangka Hambalang lainnya, yakni mantan Menpora Andi Alifian Mallarangeng, ditahan di sel lantai atas sehingga mereka tidak bisa bertemu. Di selnya hanya ada kasur, lemari kecil pakaian, tidak ada AC hanya exhaust, dan kamar mandi bersama-sama.Tidak ada TV, apalagi spa, tutur Johan Budi. Sebelum memenuhi pemanggilan, Anas menggelar jumpa pers di markas ormas PPI, Duren Sawit, Jakarta Timur. Dalam jumpa pers itu Anas me nyinggung Presiden Yudhoyono. Soal pelemparan telur terhadap Anas, pengacara Anas, Patra M Zein, meminta KPK bertanggung jawab. (Mad/GG/ AS/SU/HH/X-5)

EMAIL raja_eben@mediaindonesia.com

Izin Pelantikan Hambit Kini di Tangan Hakim

SETELAH gagal akibat Komisi Pemberantasan Korupsi menolak memberikan izin, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang berharap kepada pengadilan untuk bisa melantik Bupati Gunung Mas terpilih, Hambit Bintih. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pun mendukung langkah itu. Pelantikan Hambit menjadi polemik karena tersandung kasus suap kepada mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar terkait dengan penanganan sengketa pemilu kada Kabupaten Gunung Mas. Ketika Hambit masih berstatus tersangka, KPK menolak izin pelantikan dirinya de ngan pertimbangan etika dan moral hukum. Kini Hambit telah menjadi terdakwa di Pengadilan Tipikor Jakarta. Bupati petahana itu didakwa Pasal 6 ayat 1 huruf a atau Pasal 13 UU No 31/1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No 20/2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP mengenai orang yang memberikan sesuatu kepada hakim untuk memengaruhi putusan perkara dengan ancaman penjara 3 sampai 15 tahun. Karena itu, ujar Teras Narang, DPRD Gunung Mas mengajukan surat izin kepada majelis hakim untuk melantik kader PDIP tersebut. Pimpinan DPRD Gunung Mas sudah dua kali meminta izin ke pengadilan untuk melantik Hambit. Kita masih menunggu jawabannya, mungkin masih diproses majelis hakim, ujar Teras Narang, kemarin. Hambit, imbuh dia, perlu dilantik untuk kemudian dinonaktifkan. Mendagri Gamawan Fauzi yang dihubungi terpisah mendukung langkah itu dengan alasan penonaktifan hanya bisa dilakukan setelah ada pelantikan. Pelantikan Hambit itu menjadi pintu masuk untuk menonaktifkan yang bersangkutan. Gubernur Kalteng juga sudah memberitahukan kepada saya mengenai izin pelantikan. Gamawan menyebutkan, pihaknya juga sudah meminta pengadilan memberikan nomor registrasi status terdakwa Hambit sebagai dasar penonaktifan. Guber nur Kalteng akan meminjam Hambit untuk dilantik. Pelantikannya bisa dilakukan di Kemendagri atau di mana lokasi yang baik. Yang jelas harus melalui sidang paripurna istimewa DPRD Gunung Mas, jelas Mendagri.

Meski dalam UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah diatur bahwa kepala daerah/ wakil kepala daerah bisa langsung diberhentikan sementara bila menjadi terdakwa, Gamawan mengatakan Hambit tetap harus dilantik. Kan dia baru ditetapkan menjadi pemenang dan belum aktif. Bagaimana memberhentikan seseorang yang belum pernah dilantik? (SS/Che/X-8)

EDITORIAL Saatnya Anas Buka Halaman Selanjutnya

URL http://metrotvnews.com

Australia Berkeras akan Terus Usir Pencari Suaka


HAUFAN HASYIM SALENGKE

Australia memperkuat posisi untuk tetap mengusir imigran gelap yang akan memasuki wilayah Negeri Kanguru. PEMERINTAH Australia membenarkan cara penanganan pencari suaka yang masuk wilayah `Negeri Kanguru' dengan cara memulangkan kembali ke wilayah Indonesia. Australia juga berdalih penutupan informasi seputar penanganan mereka di tempat penampung an bertujuan mengindari penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang berkepentingan atas penyelundupan manusia. Perdana Menteri (PM) Tony Abbott menyatakan pembelaannya menyangkut kerahasiaan pemerintah atas perlakuan terhadap imigran gelap. Abbott berkilah jika informasi penanganan mereka dibuka ke publik, akan sama saja memberikan keuntungan dan membantu pihak yang ia sebut dengan musuh perang. Jika penghentian (manusia) perahu dikritik karena saya tidak memberikan informasi yang nantinya akan berguna bagi penyelundup manusia, ya biarlah, ungkap Abbott kepada jaringan televisi Network Ten, kemarin. Jika kita sedang berperang, kita tentunya tidak akan memberikan informasi yang berguna bagi pihak musuh hanya karena kita mungkin memiliki rasa ingin tahu tentang diri kita sendiri, timpalnya meng analogikan sekaligus menyindir para pengkritik kebijakan yang ia ambil. Menteri Keimigrasian Australia, Scott Morrison, menyampaikan pertemuan ming guan yang membahas penanganan pencari suaka diakui mengalami masalah. Ia menegaskan Operation Sovereign Borders (operasi pengamanan perbatasan) untuk menghalau pencari suaka tetap berjalan meskipun kerja sama dengan Indonesia sedang dikaji ulang. Pernyataan Abbott dan Morrison tersebut secara langsung mengonfirmasikan laporan bahwa personel Angkatan Laut Australia telah mengusir kembali setidaknya satu perahu pencari suaka ke Indonesia selama periode yang sama. Sayangnya, baik Abbott mau pun Morrison tidak mengakui secara terbuka laporan bahwa personel angkatan laut mencegat perahu pencari suaka lalu menggiring mereka ke laut lepas selama enam hari hingga masuk ke wilayah Papua Barat. Selama sepekan lalu, dilaporkan sebanyak 59 pencari suaka telah dipindahkan ke pusat penahanan lepas pantai di Pulau Manus dan Nauru. Sejak pemerintah Abbott mengizinkan pihak militer untuk memulai operasi pengamanan perbatasan pada 18 September lalu, sebanyak 133 pencari suaka telah memutuskan untuk meninggalkan pusat tahan an dan kembali ke negara masingmasing. Dari Tanah Air, jubir Kemenlu RI Michael Tene meno lak berkomentar banyak soal sikap keras Australia yang memulangkan pencari suaka hingga memasuki wilayah kedaulatan Indonesia. Masalah ini (penanganan pencari suaka) dikoordinasikan Kantor Menkol Polhukam, ujarnya singkat saat dihubungi Media Indonesia.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan tidak menyetujui, apalagi memfasilitasi, pengusiran pencari suaka oleh aparat Australia ke perairan Indonesia. Panglima TNI menyetujui atau memfasilitasi? Tidak. Ini dalam konteks mereka (Australia) minta izin kepada Panglima TNI. Ini saya hargai, ucapnya. (Sydney Morning Herald/HH/X-6) haufan@mediaindonesia.com

EMAIL haufan@mediaindonesia.com

Megawati Berkukuh Capres PDIP setelah Pemilu Legislatif

KETUA Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kembali menegaskan hingga saat ini partainya belum menentukan siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang akan dimajukan dalam Pilpres 2014 Juni nanti. Orang boleh saja, baik itu dari internal maupun eksternal partai, untuk membuat analisis tentang siapa yang dijadikan capres PDIP. Saya katakan bahwa pencalonan akan dilakukan setelah pemilu legislatif, kata Megawati dalam peringatan hari ulang tahun ke-41 PDIP di Kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, kemarin. Megawati pun meminta seluruh kader partai untuk bersabar dan tidak ikut dalam arus untuk mendorong diri nya mengeluarkan lebih awal nama yang akan dijadikan capres. PDIP punya strategi sendiri. Jadi pemimpin Indonesia tidak mudah karena memimpin bangsa yang besar. Kalau memilih yang biasabiasa saja, akan merugikan kita sendiri. Hasil survei dari berbagai lembaga meletakkan kader PDIP yang juga Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sebagai kandidat terkuat yang akan terpilih sebagai presiden jika dicalonkan. Jika pencapresan mantan Wali Kota Surakarta itu dikukuhkan sebelum pemilu legislatif, tingkat elektabilitas PDIP di pemilu legislatif bahkan akan ikut terkerek signi kan. Berbagai survei menempatkan Jokowi sebagai capres paling dipilih, bahkan ada yang menyebut ia meraih tingkat keterpilihan hampir 60%. Jika Jokowi dicapreskan PDIP sebelum pemilu legislatif, menurut survei Indo Barometer yang dirilis pada Kamis (9/1), partai itu akan memenangi pemilu dengan perolehan suara hingga 37%. Namun, bila PDIP baru mencapreskan kadernya seusai pemilu legislatif, perolehan suara partai tersebut berada di kisaran 20%. Kita harus bisa mencapai 20% dari threshold. Kita harus perkuat disiplin partai dalam penentuan capres dan cawapres PDIP periode 20142019 mendatang, tandas Megawati. Sekjen DPP PDIP Tjahjo Kumolo mengaku belum mengetahui pasti kapan Megawati akan mengumumkan capres PDIP.

Hingga kini Ibu Mega masih mencermati dinamika politik yang berkembang di masyarakat. Kita lihat hari baik, momentum baik. Ancerancernya April. Setelah atau sebelum pemilu legislatif, lihat cuaca dulu, tambah Tjahjo. (Nov/X-2)

Katanya tidak padahal Korupsi


RAJA EBEN LUBIS

Iklan kampanye Partai Demokrat pada Pemilu 2009 bertolak belakang dengan perbuatan. Itu menjadi pertaruhan di 2014. KATAKAN tidak pada ko rupsi! Begitu bunyiiklan yang dirilis Partai Demokrat untuk memperingati Hari Antikorupsi Sedunia pada pertengahan Desember 2008. Para petinggi partai penguasa itu turut ambil bagian sebagai bintang dalam iklan berdurasi 30 detik tersebut. Pada awal iklan itu muncul tulisan `Gelengkan kepala dan katakan', lalu muncul gambar Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono dengan mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan lima jarinya sambil mengatakan Tidak!. Sesudah itu, muncul gambar mantan politikus Partai Demokrat Theresia Pardede yang menggelengkan kepala dan melambaikan tangan kanan sambil mengatakan Tidak!. Kemudian, muncul tulisan `Abaikan rayuannya dan katakan', dan muncul gambar mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sambil mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka dan menyilangkan tangan di dada serta mengungkapkan Tidak!. Selanjutnya muncul tulisan `Tutup telinga dan katakan', lalu terlihat gambar mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Angelina Sondakh sambil mengangkat tangan kanan yang mengepal dan membalikkan jempol sambil berkata Tidak!. Setelah itu muncul gambar pendiri Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang memegang kertas bertuliskan `Katakan tidak pada korupsi!. Lalu ada tulisan `Partai Demokrat bersama SBY melawan korupsi tanpa pandang bulu'. Di bagian penutup muncul sosok Andi Mallarangeng sambil tersenyum mengangkat kedua tangan dan menyatukannya di atas kepala sambil membentuk lambang partai yang mirip dengan bintang Mercy. Pada kenyataannya, fakta dan bunyi iklan itu sungguh berbanding terbalik. Tiga politikus aktif dalam iklan itu, Anas, Angie, dan Andi, terjerat dalam kasus korupsi. Paling anyar, KPK menahan Anas dalam kasus tindak pidana korupsi penerimaan gratifikasi proyek Pusdiklat Hambalang. Tinggal Ibas, politikus aktif Partai Demokrat yang muncul dalam iklan itu yang tidak ditahan KPK. Adapun Theresia Pardede sudah keluar dari Partai Demokrat. Iklan itu rupanya hanya untuk mendapatkan dukungan menjelang Pemilu 2009, sedangkan dalam kenyatannya korupsi merajalela di Partai Demokrat. Menurut pakar komunikasi politik Universitas Indonesia Tjipta Lesmana, iklan itu menunjukkan ketidakkonsistenan apa yang dikatakan dengan perbuatan. Partai Demokrat bersumpah meme rangi korupsi, tetapi ternyata itu hanya slogan untuk kampanye 2009. Pada kenyataannya,

beberapa politikus partai itu melakukan korupsi. Diprediksi, elektabilitas partai tersebut pun anjlok hingga menyentuh angka 7%. Faktor penting anjloknya Demokrat ialah kasus korupsi yang menghantam kader partai itu, cetus Tjipta. Menurut Tjipta, iklan pencitraan tidak dapat dipercaya karena akan selalu seperti itu, apalagi bertepatan dengan momen kampanye politik. Mereka hanya jualan kecap dan merasa paling baik. Untuk itu, masyarakat harus kritis dan tidak mudah percaya dengan iklan politik, terutama dari partai politik dan politisi. Saya yakin dengan semakin banyak kasus korupsi yang menghantam kader parpol, masyarakat sudah kritis dan tidak percaya janji-janji iklan. Publik akan cuek dan apatis melihat itu. Oleh karena itu, iklan seperti ini tidak akan lagi efektif untuk mendapatkan dukungan masyarakat, ujar Tjipta. Panggung Fungsionaris Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI), I Gede Pasek Suardika, menyatakan pihaknya menghendaki kasus yang menimpa Ketua Presidium PPI Anas Urbaningrum segera masuk ke meja hijau. PPI menilai Anas bisa membuktikan tuduhan korupsi terhadap dirinya di pengadilan. Kalau teman melihat pernyataan para sahabat sekitar dua atau tiga bulan lalu, keinginan mereka mendorong kasus ini segera dibawa ke pengadilan, kata Pasek di Gedung KPK, Jakarta, kemarin. Menurutnya, pengadilan bakal menjadi panggung kasus Anas. Sebab, selama ini, polemik di publik seolah menjadi panggung kasus itu. Untuk itu, kata dia, PPI dan Anas pun siap menghadapi tuntutan di pengadilan. Segera dong panggungnya itu di pengadilan. Bukan ditelantarkan 11 bulan. Jadi sudah pahamlah itu. Mau main di mana? Di (kasus) Harrier? Ayo di Harrier, di pengadilan, tegas Pasek.(SU/P-4) raja_eben @mediaindonesia.com

EMAIL raja_eben@mediaindonesia.com

Ibunda hanya Bisa Pasrah dan Berdoa


TAMPAK tenang dan tetap beraktivitas seperti biasa. Itu yang terlihat pada sosok Sriyati, 69, ibu kandung Anas Urbaningrum, di rumahnya di Dusun Sendung, Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, kemarin pagi. Perempuan dengan sosok sederhana dan bersahaja ini tidak mengurung diri di kamar. Dia pun tampak mudah dijumpai wartawan. Memasak sendiri sudah saya kerjakan sendiri sejak dulu. Hari ini saya masak untuk mengalihkan pikiran sejenak, biar tidak ingat terus sama anak saya (Anas Urbaningrum), ujar Sriyati ramah. Layaknya orang desa kebanyakan, Sriyati memasak menggunakan kayu bakar dan tungku. Sebenarnya ada elpiji, tapi jarang saya pakai, saya lebih suka menggunakan kayu bakar, ujar dia dengan bahasa Indonesia yang kental logat Jawa. Apalagi, diakuinya kayu bakar cukup banyak tersedia di belakang dapur rumahnya. Karena itu pula dia tidak terpengaruh dengan kelangkaan elpiji yang marak akhir-akhir ini. Saat disinggung soal proses hukum yang menimpa anak kesayangannya, Anas Urbaningrum, Sriyati hanya bisa pasrah dan terus berdoa untuk kebaikan sang anak. Meski mengaku tidak tega, Sriyati sebenarnya ingin melihat wajah anaknya di televisi. Tapi sekarang saya dilarang sama anak-anak agar tidak lihat televisi, mereka kasihan saya, ujarnya lagi. Sehari sebelum memenuhi panggilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Anas sempat pulang kampung ke Ngaglik, Blitar. Itu dilakukan untuk sowan kepada ibundanya, lalu berziarah ke makam ayahnya, Mughni. Juga sempat panen rambutan karena pas musim rambutan ujar Anna Luthfie, adik kandung Anas, kepada wartawan. Dia meyakini kakaknya kuat dan terbiasa menghadapi persoalanpersoalan krusial seperti yang dialami saat ini. Yang utama dia (Anas) didampingi Gusti Allah, imbuh Luthfie. Sementara itu, setelah Anas ditahan KPK, pihak Perhimpunan Pergerakan Indonesia dan keluarga memastikan Ketua Presidium PPI itu tidak akan memakan makanan yang diberikan oleh KPK nantinya. Hal itu dikatakan perwakilan keluarga yang juga fungsionaris PPI Deny Haryatna.Kami memastikan Anas tidak akan memakan makanan dari KPK. Makanan untuk Anas akan disediakan dari rumah, jelas Deny. Hal itu, menurut Deny, untuk memastikan agar tidak terjadi tindak penzaliman terhadap Anas yang bisa mengancam keselamatannya. Deny menyebutkan, saat ini istri Anas, Athiyah Laila, sedang mempersiapkan keperluan Anas di Rumah Tahanan KPK. Saat ini beliau sedang menyiapkan apa yang dibutuhkan Anas. (Edy Saputra/Sri Utami/P-4)

Yusril Girang Effendi Ghazali Cabut Gugatan Uji Materi UU Pilpres

EFFENDI Ghazali bersama rekan-rekannya yang sejak Februari 2013 menggugat Undang-Undang Pemilihan Presiden ke Mahkamah Konstitusi, akhirnya menyatakan mencabut permohonan uji materi UU tersebut. Menyusul pencabutan gugatan itu, Yusril Ihza Mahendra menyatakan gembira atas langkah tersebut. Hal itu disampaikannya me lalui kicauan di akun Twitternya @Yusrilihza_Mhd. Apa pun alasannya, saya menyambut gembira pencabutan pengujian UU Pilpres dari Efendi Ghozali dkk tsb, tulisnya, Jumat (10/1) pagi. Dengan pencabutan gugatan oleh Effendi tersebut, Yusril berharap MK akan fokus menyidangkan permohonannya. Sebagai catatan, meski sudah lama selesai disidangkan, bah kan semasa Mahfud MD masih menjadi Ketua MK, perkara itu memang belum diputus. Alhasil, hingga kini masih belum jelas nasib gugatan tersebut. Bahkan akibat belum diputusnya perkara itu, ahli tata negara yang juga mantan ketua MK Jimly Asshiddiqie mengkhawatirkan janganjangan lembaga itu (MK) disandera setan-setan dengan kepentingan tertentu. Mantan Ketua MK lainnya, Mahfud MD, bahkan menilai dalam menimbang putusan tersebut MK telah terpengaruh situasi politik. MK politis, MK di bawah pertimbangan politik, bukan hukum, kata Mahfud di Jakarta. Menurut Mahfud, saat dirinya masih menjabat Ketua MK sebenarnya putusan peninjauan kembali UU tersebut sudah mendekati final. Jadi sangat aneh hingga sekarang belum juga diputus. Di sisi lain, permohonan Yusril yang disampaikan ke MK itu baru akan mulai di-sidang 21 Januari mendatang. Gugatan yang disampaikan Desember 2013 itu terkait dengan pencalonan Yusril sebagai capres dari Partai Bulan Bintang. Yusril menyadari bahwa kian hari pro-kontra atas gugatan tersebut terus membesar dan memunculkan wacana politik. Dalam pengamatan saya, yang mendukung permohonan saya jauh lebih besar. Mereka inginkan perubahan, ujarnya yakin.

Yusril juga mengaku optimistis permohonan peninjauan kembali UU Pilpres tersebut akan dikabulkan MK. Saya memikiki legal standing untuk ajukan pekara dan saya punya argumen yang kukuh, pungkas Yusril. (RA/*/P-2)

Belum Ada Sistem Efektif Pantau Politik Uang

Informasi dari Bawaslu bisa menjadi data awal untuk melacak penggunaan anggaran dan audit. POLITIK uang masih sangat sulit dilacak melalui laporan dana kampanye yang diserahkan parpol ke KPU karena belum ada sistem yang efektif. Ketua Komisi Pemilihan Umum Husni Kamil Manik mengakui hal tersebut sehingga berharap peran Bawaslu sangat penting untuk melacak politik uang. Bawaslu sendiri mengakui dana kampanye yang tidak dilaporkan ke KPU sangat mungkin untuk politik uang. Komisioner Bawaslu Nasrullah mengatakan berbagai pihak diperlukan untuk mengawasi proses pemilu agar meminimalisasi transaksi politik uang. Sangat mungkin (dana yang tidak dilaporkan dalam laporan dana kampanye ke KPU) digunakan untuk money politics, kata dia. Bawaslu, kata dia, menerima masukan dari berbagai pihak, termasuk dari LSM dan media massa, untuk mengoptimalkan peran pengawasan terhadap politik uang. Menurutnya, LSM-LSM punya teknik tersendiri dalam melacak kebenaran sebuah laporan, bahkan mengungkap politik uang. Ia mengaku punya strategi terkait dengan pengawasan yang akan dilakukan, tetapi tidak bisa diberitahukan. Yang sederhana yang bisa dilakukan, misalnya, lewat transaksi keuangan yang bisa dipantau PPATK. Apabila ada transaksi mencurigakan, Bawaslu akan mencocokkan kesesuaian dengan laporan dana kampanye. Selain itu, gerakan sejuta relawan Pemantau Pemilu yang dilakukan Bawaslu bisa membantu. Informasi dari Bawaslu tersebut juga bisa menjadi data awal untuk melacak penggunaan anggaran dan mencocokkannya dengan hasil audit. Secara terpisah, Menteri Keuangan Chatib Basri tidak sependapat jika kementeriannya dinilai Bawaslu menghambat penyelenggaraan pemilu. Chatib mengaku tidak bisa mengubah daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) begitu saja karena yang saat ini diberikan ialah yang sudah disepakati. Pagunya sudah ditetapkan berarti sudah fixed, enggak bisa tiba-tiba pagunya diturunin. Emangnya kita bikin warung apa, cetus Chatib saat ditemui di kantornya, kemarin.

Menurut Menkeu, saat ini anggaran Bawaslu tidak bermasalah. Anggaran itu sudah bisa dicairkan kalau surat hasil kesimpulan lembaga tersebut dengan mitra kerjanya di DPR sudah disampaikan ke Kemenkeu. Masalahnya, imbuh Chatib, Bawaslu belum menyelesaikan pembicaraan dengan DPR. Nah, kalau ada pergeseran dari anggaran, harus dibicarakan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, jelasnya. Menurut Bawaslu, anggaran sudah disepakati dengan komisi di DPR. Namun, Chatib menegaskan persetujuan tersebut perlu sampai ke Kemenkeu dalam bentuk surat resmi. (AI/Ghe/P-2)

Kampanye Sering tidak Realistis


GAYATRI SUROYO

Janji-janji manis yang dilontarkan para kandidat presiden kadang tidak sejalan dengan kondisi riil keuangan dan sumber penerimaan negara. Sebagai pemilih, kita juga ingin tahu, nanti kita membayar pajak seberapa besar ketika ada program-program muluk." Darussalam Pengamat perpajakan MENJELANG pe milihan umum, calon presiden, partai politik, dan calon anggota legislatif seakan berlomba melontarkan janji politik kepada masyarakat. Janji yang mereka lontarkan kadang tidak disertai penjelasan soal cara mereka mendanai janji tersebut. Misalnya, bagaimana negara membiayai sekolah gratis. Sebagai pemilih kita juga ingin tahu kan, nanti kita membayar pajak seberapa besar ketika ada programprogram muluk. Program muluk itu yang akhirnya dibebani, kan kita yang kena juga akhirnya. Jangan sampai program besar itu akhirnya kita juga yang dikejar pajak, tukas pengamat perpajakan dari Tax Center Universitas Indonesia Darussalam, di Jakarta, kemarin. Menurutnya, kebijakan pajak seharusnya berhubungan erat dengan janji kebijakan yang diambil pemerintah. Pembangunan selalu membutuhkan biaya dan biaya itu diambil dari urunan masyarakat. Meskipun negara punya penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dan hibah, porsi terbesar penerimaan negara tetap berasal dari pajak. Selama ini, kata dia, di Indonesia, partai ataupun capres cenderung bicara janji tanpa memikirkan sumbernya. Capres dan partai dituntut membuat perhitungan sehingga janji menjadi tidak muluk. Karena akan berpengaruh pada elektabili tas mereka. Kan orang bagaimanapun kalau disuruh bayar pajak besar juga mikirmikir milih mereka. Jadi ini sebenarnya kontrapolitik bagi mereka, jelas Darussalam. Jika seorang capres memilih untuk memberi janji yang wah, dia juga akan memungut pajak lebih besar. Sebaliknya, capres yang menjanjikan keringanan pajak tidak bisa berbuat banyak lewat programnya. Tahun ini, harap Darussalam, capres dan partai sudah mulai terbuka soal rencana pendapatan negara ketika mereka memimpin kelak. Harus dimulai itu. Yang meminta kan masyarakat, wajib pajak. Dalam keluarga juga kan kita tidak boleh ngomong muluk-muluk, tapi enggak ada penerimaan, ujarnya. Dalam menanggapi isu tersebut, Menteri Keuangan Chatib Basri cenderung memahami mengapa capres dan partai tidak bicara kebijakan ekonomi. Kata pria yang mengenyam pendidikan di Australia itu, kebijakan ekonomi di negara maju sering berhubungan dengan ideologi yang dibawa partai. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, Partai Republik punya pandangan defisit anggaran harus kecil dan pajak juga kecil sehingga belanja negara tidak perlu terlalu besar, sedangkan Partai Demokrat punya keinginan belanja negara besar sehingga pajak juga harus dipungut besar. Di sini economic policy lebih di-drive oleh pragmatisme. Pragmatisme itu uangnya ada apa enggak, kira-kira program relevan mana. Jadi tidak ada isu sebuah policy itu di-drive harus propasar atau enggak propasar, kata Chatib. Tiga agenda utama Sebelumnya, Center for Strategic and International Studies (CSIS) menilai ada tiga agenda utama politik yang terjadi di 2014. Salah satunya mengenai isu antikorupsi terkait besarnya dana kampanye yang berputar dalam Pemilu 2014.

Ada tiga agenda utama, pertama terkait antikorupsi, yaitu ada sekitar 20 ribu kandidat calon anggota legislatif di Pemilu 2014, kata Ketua Departemen Politik dan HI CSIS Philips J Vermonte. Philips mengatakan perputaran dana kampanye yang besar belum diikuti penguatan regulasi untuk memperketat. Menurut dia, peredaran uang itu harus dipastikan dengan kejelasan sumber dana. Isu kedua, menurut dia, di 2014 akan terjadi dinamika yang menarik dalam politik Indonesia. Isu ketiga, mulai ada kontestasi politisi generasi baru, itu terkait ide dan cara mereka kampanye, ujarnya. (Ant/P-3) gayatri @mediaindonesia.com

EMAIL gayatri@mediaindonesia.com

Gayus Minta KY Tunjukkan Bukti Hakim Agung Hobi ke Singapura

KY harus punya bukti yang kuat. Apalagi banyak hakim, termasuk hakim agung yang sakit, ke luar negeri untuk berobat." Gayus Lumbuun Hakim Agung MARAKNYA hakimyangme langgar kode etik sangat memprihatinkan mengingat predikat yang mulia disandang para hakim. Saat menanggapi perilaku sejumlah hakim yang tidak wajar, bahkan beberapa di an taranya dinyatakan melanggar kode etik, hakim agung Gayus Lumbuun menilai hakim memang perlu diawasi. Peran Komisi Yudisial (KY) dan Majelis Kehormatan Hakim (MKH) sangat diperlukan untuk menegakkan perilaku hakim. Temuan KY mengenai sejumlah hakim yang kerap ke luar negeri hingga belasan kali dalam sebulan, dan beberapa di antaranya hanya kunjungan 2-3 jam, dinilai Gayus sangat tidak wajar. Namun, ia meminta KY untuk menyelidikinya lebih lanjut guna mendapatkan bukti yang kuat. KY harus punya bukti yang kuat. Apalagi banyak hakim, termasuk hakim agung yang sakit, mungkin saja dia ke luar negeri untuk berobat, ujarnya, kemarin. Menurut Gayus, wajar saja apabila ada hakim kerap bolakbalik ke luar negeri apabila ada keperluan tertentu dan diketahui atasannya. Itu tetap wajar terjadi meski gaji hakim di tingkat pengadilan negeri berkisar Rp25 juta-Rp29 juta. Semua kunjungan ke luar negeri harus diketahui alasannya oleh atasan. Kalau bepergian ke luar negeri dan diizinkan oleh pimpinan, tentu masuk akal karena ada biaya perjalanan dinas dan sebagainya, jelasnya. Sebelumnya, KY menemukan perilaku yang agak aneh dari sejumlah hakim yang punya hobi bolak-balik ke Singapura. Bahkan, ada hakim yang hanya 2 jam berada di negeri jiran tersebut lalu kembali ke Tanah Air. KY sejak lama sudah mengendus perilaku sejumlah hakim yang dinilai janggal itu. Salah satunya ialah perilaku Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang bertandang ke Singapura hanya 2 jam. Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang meng adili pengaju PK (peninjauan kembali) Sudjiono Timan memang pernah ke Singapura, tapi hanya untuk beberapa jam lalu kemudian balik lagi ke Indonesia, ujar Ketua Bidang Pengawasan Hakim dan Investigasi KY, Eman Suparman, beberapa waktu lalu. Sebelumnya, Ketua Bidang Rekrutmen Hakim KY, Taufiqurrohman Syahuri, pun pernah menyatakan beberapa hakim hobi menyambangi Negeri Singa. Memang ada beberapa hakim yang beberapa kali ke Singapura, satu-dua terkait (kasus Timan). Artinya, Timan ini kan rentetan dari pengadilan negeri sampai ke Mahkamah Agung, ungkapnya. Bahkan, menurut Tau qurrohman, ada satu hakim yang tercatat dalam kurun waktu Juni-Agustus 2013 bepergian ke Singapura sebanyak 18 kali. (*/P-1)

Putusan MK Solusi Krisis Hakim Agung


MAHKAMAH Agung (MA) berharap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menga bulkan pengujian UU No 3/2009 tentang Mahkamah Agung dan UU No 22/2004 tentang Komisi Yudisial (KY) dapat mengatasi kesulitan menemukan calon hakim agung yang terjadi selama ini. Itu putusan yang baik. Mudah-mudahan kesulitan menemukan hakim agung bisa teratasi, kata Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur di Jakarta, kemarin. Ridwan mengungkapkan saat ini MA masih kekurangan hakim agung karena KY tidak bisa memenuhi jumlah yang diminta. Itu disebabkan proses rekrutmen terbebani oleh ikutnya DPR dalam seleksi. Beban itu masih ditambahi aturan yang mewajibkan jumlah yang diusulkan harus tiga banding satu. Kerja KY akan sangat berat karena harus mengajukan tiga calon hakim agung untuk dipilih satu oleh DPR. Dengan dikabulkannya uji materi itu, proses seleksi akan semakin singkat, ujarnya. Di tempat berbeda, Ketua DPR Marzuki Alie juga mengapresiasi langkah MK yang mengamputasi peran DPR dalam proses seleksi calon hakim agung. Lembaga hukum itu harus bebas dari intervensi politik. Karena itu, wewenang DPR dalam memilih hakim agung harus dihilangkan. Lembaga hukum tak boleh tersande ra oleh politik, kata Marzuki di Gedung Nusantara III DPR Jakarta, kemarin. Marzuki mengatakan apabila hakim MA, hakim MK, dan pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih DPR, nuansa yang terjadi bersifat politis. Ia mendukung DPR melepaskan fungsi dalam memilih profesi yang rawan diintervensi secara politik. Seleksinya harus independen. Kalaupun perlu persetujuan DPR, sifatnya hanya iya atau tidak dan tidak boleh dipilih DPR, ujarnya. Pendapat berbeda disampaikan hakim agung Gayus Lumbuun. Menurutnya, putusan MK itu justru makin menguatkan posisi DPR dalam proses pemilihan hakim agung. Justru dengan putusan MK, kedudukan DPR dalam seleksi calon hakim agung lebih kuat karena DPR menyetujui atau tidak menyetujui. Dengan kata lain, DPR bisa menolak calon yang diajukan KY, kata Gayus, kemarin. Karena itu, lanjutnya, DPR tetap perlu menggelar uji kelayakan dan kepatutan untuk menentukan persetujuan atau penolakan calon hakim agung yang diajukan KY. Namun, Gayus menekankan kepada para wakil rakyat agar lebih profesional dan tidak politis dalam menjalankan wewenangnya. Diharapkan dengan wewenang menolak dan tidak sekadar memilih ini-itu, DPR lebih profesional dan tidak politis semata, tegasnya. (*/Ant/P-1)

Istilah Jenderal Besar tidak Dikenal dalam UU


NURULIA JUWITA SARI

Pemberian gelar jelang pelaksanaan pemilu dapat memunculkan kecurigaan adanya politik pencitraan. Selain Yudhoyono, ada tokoh lain yang nyata berkontribusi kepada bangsa dan negara seperti Urip Sumoharjo. WAKIL Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan TNI tidak bisa seenaknya memberi gelar kepada seseorang dengan mengabaikan aturan perundangan. Memberi gelar pada seseorang itu harus sesuai dengan UU yang berlaku, harus sesuai dengan zamannya, dan harus jelas juga kriterianya, kata Hasanuddin di Jakarta, kemarin. Pernyataan itu ia ungkapkan terkait dengan usulan Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang mengusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapat anugerah jenderal besar. Tegas-tegas Hasanuddin mengaku tidak setuju atas usul an itu karena dalam aturan pangkat dan jabatan militer, tidak ada istilah jenderal besar, tetapi hanya brigadir jenderal, mayor jenderal, letnan jenderal, dan jenderal. Istilah jenderal besar tidak dikenal dalam kepangkatan TNI. Jadi kalau mau bicara gelar, istilah itu harus sesuai dengan undang-undang seperti gelar pahlawan, ujar purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir mayor jenderal itu. Di kesempatan berbeda, pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Wijayanto memandang usulan pemberian gelar tersebut rawan dipolitisasi. Apalagi, usulan penganugerahan diajukan jelang lengsernya Yudhoyono dari kursi kepresidenan. Apa karena Yudhoyono menjabat sebagai presiden maka dia diberikan gelar itu? Apalagi ini diberikan di penghujung jabatannya, ini akan menimbulkan politisasi, ujar Andi. Lebih lanjut, kata dia, lantaran usulan diajukan di penghujung masa jabatan dan jelang Pemilu 2014, analisisnya akan mengarah ke pencitraan. Ia menambahkan, selain Yudhoyono, masih ada tokoh lain yang telah nyata memberikan kontribusinya bagi bangsa dan negara. Kalau itu mau ditradisikan, sebaiknya ke belakang dulu. Misalnya yang membangun organisasi militer seperti Urip Sumoharjo, TB Simatupang, dan

pangkat terakhir mereka semua letjen, jelas Andi. Banyak jasa Sebelumnya, dalam Rapat Pimpinan TNI-Polri di Auditorium Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Jakarta, Kamis (9/1), Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengemukakan perlunya memberi gelar jenderal besar kepada Presiden Yudhoyono. Alasan Moeldoko, selama kepemimpinan Presiden Yudhoyono, kemampuan TNI meningkat drastis. Atas semua semangat yang kuat dari Bapak Presiden untuk membangun TNI yang kuat, kami bersepakat dengan seluruh kepala staf angkatan dan seluruh anggota militer, tidak salah kalau Jenderal Purnawirawan Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan anugerah jenderal besar, ujar Moeldoko, kala itu. Dalam penilaiannya, Moeldoko melihat jasa Presiden Yudhoyono begitu besar dalam meningkatkan kesejahteraan prajurit melalui program remunerasi pada 2010, meningkatkan pelayanan kesehatan, apalagi ditambah BPJS, dan kebijakan tabungan wajib perumahan (TWP) bagi anggota TNI. Sementara itu, Presiden, melalui Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, telah menolak pemberian gelar itu. (*/Ant/P-1) nurulia @mediaindonesia.com

EMAIL nurulia@mediaindonesia.com

Selamat Tinggal Politik Pencitraan


POLITIK pencitraan kerap menjadi alat para calon presiden untuk meraih simpati publik. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dianggap berhasil membuktikan keampuhan metode tersebut sehingga bisa memimpin Indonesia selama dua periode. Pengamat komunikasi sosial Yanti B Sugarda menilai politik pencitraan bisa menjadi jalan pintas untuk meraih popularitas. Selain itu, pencitraan mampu meningkatkan elektabilitas capres. Apalagi, bila tokoh tersebut sering mengiklankan diri sebagai sosok yang peduli terhadap rakyat. Pendiri Polling Center itu menyebutkan capres Partai Golkar Aburizal Bakrie, capres Hanura Wiranto, dan capres Gerindra Prabowo Subianto benar-benar mengandalkan politik pencitraan dalam memengaruhi publik melalui iklan-iklan kampanye. Namun, sebagian besar dari konten kampanye hanya menampilkan retorika politik saja. Dari ketiga capres itu, kayaknya banyak retorikanya aja. Banyak hal yang tidak konkret, kata Yanti di Jakarta, kemarin. Konten pencitraan yang ditampilkan itu perlu dikritik karena apa yang dimunculkan itu perlu pembuktian. Kita bandingkan dengan iklan produk. Pembuktiannya bisa dilakukan dengan membeli produk itu. Pencitraan capres baru bisa diketahui kalau dia sudah menjadi presiden atau kalau sebelumnya diketahui dari apa yang pernah dilakukan atau berhasil dilakukan, tukas Yanti yang juga pengajar Pascasarjana Komunikasi UI. Ia mengatakan kecerdasan pemilih dalam memilih calon pemimpin merupakan hal mutlak. Sejak 2004, ketika pemilihan presiden dilakukan secara langsung oleh rakyat, ada peningkatan daya kritis masyarakat sehingga tidak menelan bulat-bulat apa yang dikampanyekan para capres. Sementara itu, pengamat politik CSIS J Kristiadi menilai politik tidak bisa hanya mengandalkan pencitraan. Politik figur sudah seharusnya dikritik pemilih. Politik kerja nyata bisa dianggap sebagai kebijakan yang sangat tepat untuk dimunculkan. Sudah saatnya kita meninggalkan politik gur atau politik pencitraan, kata Kristiadi. Dia mengingatkan partai politik agar menggerakkan kader di legislatif dan pemerintahan supaya melahirkan kebijakan yang memberikan manfaat langsung bagi rakyat. Itu yang mestinya jadi tujuan partai, pungkasnya. (*/P-3)

Mantan Kapolri Sayangkan Langkah Penerusnya

MANTAN Kapolri Jenderal (Purn) Dai Bachtiar berpendapat sebaiknya Polri dan Densus 88 Antiteror tidak menembak mati terduga teroris, terkecuali terpaksa, karena akan banyak manfaatnya jika mereka ditangkap hidup-hidup. Saya menghargai upaya dan kerja keras Polri dan Densus 88 Antiteror yang terus memerangi terorisme demi menciptakan keamanan masyarakat dan negara. Namun sebaiknya penangkapan pelaku teroris tidak harus dengan tembak mati, kecuali terpaksa. Lebih baik ditangkap hiduphidup, kata Dai, kemarin. Peraih gelar profesor di bidang antiterorisme dari Edith Cowan University, Australia, itu mengapresiasi pembuktian Kapolri Jenderal Sutarman yang melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan ada gangguan teror saat Natal dan Tahun Baru 2014, kemudian ditunjukkan saat malam perayaan Tahun Baru dengan dibongkarnya sebuah jaringan teroris. Ia mengatakan hal itu karena belakangan ini penang kapan teroris oleh Densus 88 Antiteror sebagian besar ditembak mati. Ketika ia menjabat Kapolri, pelaku teror bom Bali, bom Kuningan di depan Kedubes Australia, dan bom JW Marriott, umumnya ditangkap hidup-hidup. Saya teringat dengan per nyataan pelaku teroris Ali Gufron alias Muchlas. Ali Gufron mengatakan respek kepada polisi Indonesia dan respek kepada saya karena menangkap hidup-hidup dan memperlakukan dengan baik dan menghukumnya melalui proses pengadilan. Sementara pelaku teroris di negara lain mengalami siksaan, kata Da'i yang termasuk membidani terbentuknya Densus 88 Antiteror Polri. Ia sering mengutip pernyataan Ali Gufron itu dalam setiap seminar agar penanganan teroris selalu mengedepankan proses hukum. Sebelumnya, sikap yang sama juga disampaikan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto. Terorisme itu jaringan. Bahkan, jaringan internasional. Hemat saya, jangan tembak mati. Tangkap tangan untuk kemudian kita korek informasinya, jaringannya bisa kita buka lebih luas lagi, katanya beberapa waktu lalu. Sementara itu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) berencana memanggil Ketua Badan Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai untuk mendalami penembakan terduga teroris yang rentan akan pelanggaran HAM. Kita akan memanggil Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Mabes Polri untuk berdiskusi terkait penembakan terduga teroris di Tangerang Selatan, kata anggota Komnas HAM Nur Kholis. (*/Ant/P-1)

Kisah Anas Urbaningrum dan Whistleblower Megakorupsi


Agust Riewanto Pengajar Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Bagi KPK, hadirnya SEMA ini sesungguhnya menjadi spirit untuk segera mengungkap skandal kasus korupsi yang menimpa Anas. BELAKANGAN ini Anas Urbaningrum (mantan Ketua Umum Partai Demokrat) kembali menjadi perhatian publik sejak dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus megakorupsi Proyek Hambalang pada 23 Februari 2013 lalu. Bagi publik, Anas seolah menjadi kisah tersendiri dalam jagat politik mutakhir di Indonesia, karena: muda, cerdas, dan berkarier cemerlang yang diharapkan mampu membawa gerbong negeri ini ke haluan yang lebih baik dari politisi tua. Politikus muda itu mangkir dari panggilan KPK pada 7 Januari 2014 karena surat panggilan KPK tidak jelas sangkaannya, bahkan pihak Anas menuduh ada konspirasi jahat antara KPK dan Presiden SBY. Menurut pihak Anas, sehari sebelum pemanggilan KPK, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dan Wamenkum dan HAM Denny Indrayana dipanggil pihak istana terkait dengan kemungkinan pembicaraan soal ini (Media Indonesia, 6 Januari 2014). Meski akhirnya kemarin Anas memenuhi panggilan KPK dan ditahan, sebagai warga negara yang baik seharusnya ia tak perlu melawan jika persoalan utamanya ialah dirinya tidak terlibat langsung dalam kasus megakorupsi Hambalang. Juga seharusnya dari dulu Anas bisa bersikap kesatria, bertanggung jawab, dan terhormat untuk menghadiri panggilan KPK sambil menjadi whistleblower (peniup peluit) untuk menyatakan siapa saja yang terlibat dalam kasus ini. kan aktor intelektual yang cerdas sulit dibongkar jika tak ada pihak atau salah seorang yang melihat, mendengar, dan terlibat langsung di dalam modus korupsi itu. Di titik inilah peran Anas diperlukan, yang lebih disebabkan pada panggilan jiwa untuk bertanggung jawab pada nilai kebenaran. Untuk membongkar sebuah konspirasi jahat kelas elite, seperti narkoba, korupsi, dan trafficking, di dalam negara yang menganut sistem hukum Anglo-Saxon dan Eropa Kontinental, model whistleblower ini diperkenalkan sebagai sistem yang ampuh untuk menyingkap tabir kejahatan sistemis dan membawa hasil yang signi kan hingga kini. Seorang whistleblower dalam kedua sistem negara ialah orang yang beriktikad baik berdasarkan pada keyakinan individu, kesalehan, profesionalitas, dan tanggung jawab pada masyarakat untuk berani menjadi pelapor ataupun saksi dan bahkan pelaku dari sebuah kejahatan untuk bekerja sama dengan aparat hukum dalam menyingkap kejahatan. Model whistleblower ini bahkan diatur secara jelas di dalam regulasi khusus (lex specialis) di beberapa negara modern, misalnya: pertama, di Inggris, whistleblower diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Public Interest Disclosure Act 1998, whistleblower tidak boleh dipecat dan dilindungi dari viktimisasi serta perlakuan yang merugikan. Kedua, di Australia, whistleblower diatur dalam Pasal 20 dan 21 Protected Disdosures Act 1994. Identitas whistle blower dirahasiakan, tidak ada pertanggungjawaban secara pidana atau perdata,

perlindungan dari pencemaran nama baik, serta dari tindak pembalasan dan perlindungan kondisional apabila namanya dipublikasikan ke media. Ketiga, di Kanada, whistleblower diatur dalam Section 425.1 Criminal Code of Canada. Whistleblower dilindungi dari pemberi pekerjaan yang memberikan hukuman disiplin, menurunkan pangkat, memecat, atau melakukan tindakan apa pun yang merugikan dari segi pekerjaan dengan tujuan untuk mencegah pekerja memberikan informasi kepada pemerintah atau badan pelaksana hukum atau untuk membalas pekerja yang memberikan informasi. Keempat, di Amerika Serikat, diatur dalam Whistleblower Act 1989. Whistleblower di Amerika Serikat dilindungi dari pemecatan, penurunan pangkat, pemberhentian sementara, ancaman, gangguan, dan tindakan diskriminasi. Di Indonesia Indonesia sebenarnya bukan negara yang alpa dalam mengatur whistleblower ini kendati memang tidak sesempurna seperti di Inggris, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat. Namun, semangat perlindungan terhadap seorang whistle blower telah mulai nyaring terdengar sejak dibentuknya Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Model whistleblower ini secara eksplisit diatur dalam UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pada Pasal 10 Ayat (1) dan Ayat (2). Walaupun pasal ini tidak secara eksplisit melindungi seorang whistleblower, yang bersangkutan tetap akan dijatuhi hukuman pidana jika terlibat dalam kasus kejahatan. Pasal ini hanya melindungi saksi dan korban kejahatan. Karena itu, jika seorang whistleblower hendak dilindungi, harus terlebih dahulu terkualifikasi sebagai saksi dalam sebuah kejahatan. Ketentuan UU ini merupakan sebuah kemajuan dalam politik hukum pidana di Indonesia jika dibandingkan dengan empat dekade sebelumnya. Regulasi whistleblower Pada 10 Agustus 2011 Mahkamah Agung (MA) telah mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04 Tahun 2011 tentang Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi Pelaku yang Bekerja Sama (justice collaborator) dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu. SEMA itu telah memberikan panduan kepada hakim untuk mengategorikan saksi pelaku sebagai justice collaborator, yakni: (1) merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu; (2) mengakui kejahatan yang dilakukannya; (3) bukan pelaku utama dalam kejahatan itu; dan (4) memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses peradilan. Berdasarkan fakta yuridis itu, sesungguhnya konsep justice collaborator kini telah menjadi bagian dari proses penegakan hukum di Indonesia, kendati hanya berlaku bagi hakim dan tidak mengikat bagi institusi kejaksaan ataupun kepolisian. Atas dasar SEMA ini, jika Anas bersedia menjadi seorang whistleblower, Anas harus terlebih dahulu: (1) mengakui sebagai salah satu pelaku korupsi atau setidaknya terlibat dalam lingkaran sistemis korupsi; (2) bersedia mengungkap fakta dan bukti-bukti yang autentik untuk berani menyatakan aktor-aktor utama kejahatan korupsi sistemis yang dituduhkan kepadanya; dan (3) bersedia menjadi saksi dalam proses peradilan pidana tanpa merasa ditekan dan dirugikan. Bagi KPK, hadirnya SEMA ini sesungguhnya menjadi spirit untuk segera mengungkap skandal kasus korupsi yang menimpa Anas ini dan merespons positif atas kicauan Anas terkait dengan kasus megakorupsi lain.

Konsistensi Kebijakan Harga Elpiji 12 Kg (Nonsubsidi)


Komaidi Notonegoro Wakil Direktur Reforminer Institute

PT Pertamina (per(per sero) akhirnya mere visi besaran kenai kan harga elpiji 12 kg yang semula ditetapkan sebesar Rp3.500 per kilogram menjadi Rp1.000 per kilogram. Revisi dilakukan setelah pemerintah meminta Pertamina meninjau ulang penaikan harga dan memberikan tenggat selama 1 X 24 jam. Pemerintah menyatakan tidak tahu rencana penaikan harga elpiji 12 kg yang dilakukan oleh Pertamina. Dalam konteks tata negara sesungguhnya sulit dimengerti pemerintah tidak mengetahui rencana penaikan harga elpiji 12 kg oleh Pertamina, mengingat kebijakan tersebut diputuskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan pemerintah adalah pemegang saham tunggal Pertamina. Meski demikian, tampaknya menjadi semakin lazim pemerintah tidak mengetahui hal-hal yang semestinya diketahui. Dalam perkembangan yang ada sering kali pemerintah juga mengambil kebijakan yang semestinya tidak dilakukan atau sebaliknya. Usulan atau rencana penaik an harga elpiji nonsubsidi (termasuk elpiji 12 kg) pada dasarnya bukan hal baru. Dalam dokumen rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada 7 Juni 2010, Pertamina telah menyampaikan usulan tersebut. Hal itu karena kerugian bisnis elpiji nonsubsidi pada 2008 dan 2009 masing-masing telah mencapai Rp4,73 triliun dan Rp2,30 triliun. Pada kesempatan tersebut Pertamina juga menyampaikan telah ada persetujuan Menteri BUMN pada 2009 bahwa harga elpiji nonsubsidi dapat dinaikkan secara bertahap untuk mencapai harga keekonomian. M e s k i t e l a h t e r d a p a t persetujuan dari Menteri BUMN sejak 2009, dalam realisasinya Pertamina tidak mudah menaikkan harga elpiji nonsubsidi. Pemerintah hampir selalu meminta Pertamina menunda rencana penaikan harga karena momentumnya sering kali bersamaan dengan penaikan harga BBM dan/atau tarif dasar listrik (TDL). Selain sering tidak dapat momentum, penundaan penaikan harga elpiji nonsubsidi juga terbentur oleh aturan main atau mekanisme penetapan harga yang tidak jelas. Sejak Mahkamah Konstitusi (MK) membatalkan ketentuan Pasal 28 ayat (2) dan ayat (3) UU Migas No 22/2001 pada 21 Desember 2004, penetapan harga elpiji nonsubsidi ter masuk harga elpiji 12 kg tidak memiliki pijakan hukum yang jelas. Jika pemerintah konsisten dan mengacu pada putusan Mahkamah Konstitusi tersebut, seharusnya penetapan harga elpiji nonsubsidi termasuk elpiji 12 kg dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini dilakukan oleh kementerian teknis terkait atau institusi yang ditetapkan dalam peraturan tertentu.

Dalam konteks elpiji 12 kg aturan tersebut tidak jelas. Hal ini sama halnya dengan produk BBM nonsubsidi yang juga menjadi rancu lantaran yang menetapkan harga ialah pelaku usaha atau berdasarkan mekanisme pasar. Padahal Mahkamah Konstitusi telah memutuskan bahwa ketentuan penetapan harga BBM dan gas bumi berdasarkan mekanisme pasar yang diatur dalam UU Migas No 22/2001 dibatalkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Selain putusan Mahkamah Konstitusi, pemerintah melalui PP No 36/2004 yang kemudian direvisi dengan PP No 30/2009 memutuskan bahwa harga BBM dan gas bumi diatur dan/atau ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, terkait dengan elpiji 3 kg yang merupakan elpiji bersubsidi, penetapan harganya kemudian dilakukan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM pada setiap tahun anggaran. Adapun untuk penetapan harga elpiji 12 kg disampaikan tetap menjadi domain atau kewenangan pelaku usaha atau korporasi. Meski demikian, sampai sejauh ini belum terdapat regulasi yang secara tegas menyebutkan bahwa penetapan harga elpiji 12 kg menjadi kewenangan korporasi. but menegaskan bahwa cara berpikir pengambil k e b i jakan jakan samp a i s e jauh ini berorientasi pada kepentingan jangka pendek. Kebijakan yang diimplementasikan sering kali hanya bersifat parsial, sporadis, tidak terencana, atau hanya merupakan policy by accident. Hal tersebut tecermin d a l a m b a g a i m a n a pemerintah merespons masalah elpiji 12 kg. Meski Pertam i n a t e l a h menyampaik a n b a h w a bisnis elpiji 12 kg meru g i s e dalam bagaimana pemerintah merespons masalah elpiji 12 kg. Meski Pertamina telah menyampaikan bahwa bisnis elpiji 12 kg merugi se jak 2008 dan berulang kali mengusulkan penaikan harga, pe merintah relatif t i d a k m e m berikan respons kebi jakan. Da l a m jang k a p e n dek, lang kah pemerintah menginter vensi penaikan harga elpiji 12 kg dari semula Rp3.500/ kg kemudian menjadi Rp1.000/kg seolah me nyelesaikan masalah dan prorakyat. Akan tetapi, dalam jangka panjang hal ter sebut berpotensi mengancam ke tahanan energi nasional. Apalagi pemerintah telah menetapkan bahwa gas merupakan sumber energi andalan untuk menggantikan peran minyak bumi di masa yang akan datang. Meski sebagai produsen minyak dan gas, saat ini sebagian besar kebutuhan elpiji Indonesia dipenuhi dari impor. Karena itu, dalam menetapkan harga patokan elpiji 3 kg pemerintah menggunakan acuan harga CP Aramco ditambah beta yang meliputi biaya transportasi, distribusi, dan margin badan usaha. Pada Desember 2013 harga CP Aramco tercatat sebesar US$1.163/metrik ton dan kurs rupiah sebesar 12.087 per dolar AS. Dengan kondisi tersebut biaya pengadaan CP Aramco pada periode tersebut sebesar Rp14.051/kg. Sementara dengan menaikkan harga Rp3.500/kg, harga jual elpiji 12 kg akan menjadi Rp9.350/kg atau masih lebih rendah daripada biaya pengadaan bahan baku (CP Aramco). Selain tidak konsisten dengan regulasi yang ada, kebijakan harga elpiji 12 kg yang ditetapkan jauh lebih rendah daripada biaya bahan baku juga bertolak belakang dengan klaim keberhasilan pemerintah. Argumentasi pemerintah meminta Pertamina mengevaluasi besaran kenaikan harga karena mempertimbangkan masih banyak masyarakat yang berdaya beli rendah. Sementara di sisi yang lain pemerintah mengklaim bahwa indikator makro terus membaik, jumlah penduduk miskin berkurang dan jumlah kelas menengah terus bertambah. Berdasarkan segmen pasar, elpiji 12 kg diperuntukkan bagi kelas menengah atau masyarakat yang sudah berdaya beli. Sebaliknya untuk masyarakat yang belum berdaya beli (miskin) dan usaha mikro-kecil yang masih membutuhkan subsidi telah disediakan elpiji 3 kg atau elpiji bersubsidi.

Jika klaim pemerintah bahwa jumlah kelas menengah terus bertambah dan indikator makroekonomi terus membaik adalah benar, semestinya tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan terhadap dampak penaikan harga elpiji 12 kg. Satu hal yang perlu dipahami oleh pemerintah dan/ atau pengambil kebijakan, elpiji merupakan komoditas yang menguasai hajat hidup masyarakat luas. Karena itu, pengelolaan dan pengaturannya membutuhkan perencanaan yang matang dan sungguh-sungguh. Jika kebijakan pengelolaannya dipolitisasi untuk sekadar memoles citra, kerapuhan ketahanan energi nasional di masa mendatang merupakan harga yang harus dibayar mahal.

Balikpapan, Kalimantan Timur Wakil Wali Kota Terjerat Asusila


POLDA Kalimantan Timur akhirnya memeriksa Wakil Wali Kota Tarakan Suhardjo Trianto atas dugaan tindak asusila terhadap seorang pelajar SMK kelas 1, yang terjadi pada Agustus tahun lalu di rumah dinasnya. Kasus tersebut dilimpahkan Polres Tarakan ke Polda Kaltim setelah sebulan dilakukan penyelidikan. Kabid Humas Polda Kaltim Kombes Fajar Setiawan menjelaskan Suhardjo Trianto memenuhi panggilan penyidik pada Kamis (8/1) pada pukul 12.00 Wita dan menjalani pemeriksaan selama 5 jam. Ini merupakan pemanggilan kedua setelah sebelumnya pada Senin (6/1) yang bersangkutan tidak datang ke Polda Kaltim. Yang bersangkutan sudah diperiksa selama lima jam oleh penyidik, tetapi be lum ditetapkan sebagai tersangka, kata Fajar Setiawan, kemarin. Pemanggilan terhadap Suhardjo saat ini statusnya ma sih sebagai saksi dalam kasus tersebut, meski sudah ditingkatkan menjadi penyidikan. Dalam pemeriksaan di Polres Tarakan sudah ditemukan adanya tindak pidana, yang harus dipertanggungjawabkan atas laporan asusila terhadap korban. (SY/N-3)

Manado, Sulawesi Utara Tujuh RS Tagih Utang ke Pemkot Manado


PROGRAM pengobatan gratis Universal Coverage membuat Pemerintah Kota Manado, Sulawesi Utara, berutang Rp11,6 miliar kepada tujuh rumah sakit di wilayah tersebut. Tujuh rumah sakit di Sulawesi Utara yang menagih utang ke pemkot terkait pengobatan gratis itu ialah Rumah Sakit Umum Pusat Prof Kandou, RS Ratumbuisang, RS Siti Mariam, RS Bhayangkara, RS Pancaran Kasih, RS Adven, dan Balai Pengobatan Mata. Ketujuh rumah sakit tersebut mengadu ke DPRD setempat. Untuk tujuh rumah sakit, total utang Pemkot Manado Rp11,6 miliar. Khusus RSUP Prof Kandou Manado, utang Pemkot Manado atas jasa pelayanan medis dan sarana pengobatan sebesar Rp1,9 miliar, kata Direktur Utama Rumah Sakit Umum Prof Kandou Manado, Maxi Rondonuwu, di Manado, kemarin. Selain itu, utang obat-obat an berkaitan dengan program pelayanan pengobatan gratis terhadap warga sesuai dengan kebijakan Pemkot Manado sebesar Rp4 miliar lebih. Utang itu terhitung Oktober hingga Desember 2013. Tentu dampak dari utang yang belum terbayar itu, kami dari pihak rumah sakit rugi. Sebelum utang tersebut dibayar, manajemen rumah sakit tidak lagi memberlakukan pelayanan pengobatan gratis terhadap warga, tegasnya. Dalam menanggapi pengaduan tujuh rumah sakit, Wali Kota Manado Vicky Lumentut siap melunasinya.

Ia mengakui selama ini PT Askes belum memberikan laporan program tersebut pada Desember tahun lalu. Makanya kami akan cek kembali, tegasnya. Pada bagian lain, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Purwokerto, Jawa Tengah, kebanjiran pendaftar jamin an kesehatan nasional (KJN) mandiri perorangan. Hingga kemarin, jumlah pendaftar mencapai 2.000 orang. Kepala Cabang BPJS Kesehatan Purwokerto Arief Syaefudin membenarkan sudah ada 2.000 warga yang mendaftar JKN secara mandiri. Kami berharap masyarakat sesegera mungkin mendaftar sehingga nantinya pemerintah dapat mendata secara cepat dan memberikan pelayanan kesehatan secara langsung, jelas Arief. Di Nusa Tenggara Timur, pemprov setempat menyiapkan anggaran Rp7,5 miliar untuk membayar premi peserta JKN. DPRD NTT pun sudah menyetujui anggaran untuk satu tahun tersebut. Premi JKN sesuai kelas perawatan di rumah sakit, yakni kelas III Rp25.500, kelas II Rp42.500, dan kelas III Rp59.500. (VL/ LD/PO/N-3)

KASUS KORUPSI Penahanan Zulkarnaen Karim Wewenang Mabes Polri


PENANGANAN kasus dugaan korupsi ruilslag yang ditangani Mabes Polri dengan tersangka Zulkarnaen Karim, mantan Wali Kota Pangkalpinang, tetap di Mabes Polri. Untuk penyidikan dan penahanannya, tetap di tangan Mabes Polri. Kan laporannya di Mabes, kata Kabid Humas Polda Babel Ajun Komisaris Besar (AKB) Riza Yulianto, kemarin. Ia menyebutkan penanganan kasus dugaan korupsi mantan Wali Kota Pangkalpinang yang menurut dugaan merugikan negara hingga Rp1 miliar ada di Mabes Polri. Mabes Polri dan Polda Babel sama saja. Kita tunggu saja hasil penyidikannya apakah nanti akan ditahan langsung atau tidak, ungkapnya. Riza menambahkan, para tersangka dalam kasus tersebut nantinya akan dipanggil penyidik Mabes Polri. Nah, nanti saat persidangan nya barulah tersangka dugaan korupsi ruilslag akan dis idangkan di Pangkalpinang sesuai tempat kejadiannya. Soal penahanan terhadap tersangka tetap ada di tangan mabes, tapi nanti persidangan di Pengadilan Tipikor Pangkalpinang, imbuhnya. Di Kepulauan Riau, terdakwa korupsi dana hibah Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Karimun, Hermawan Saputra, mengaku kabur seusai menjalani persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Tanjungpinang pada Kamis (9/1) karena ada keluarganya yang sakit. Pengakuan terdakwa, dia kabur karena kangen sama keluarga yang sakit di Karimun, kata Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejaksaan Negeri Karimun, Sigit Santoso, seusai menyerahkan Hermawan Saputra di Rumah Tahanan Kelas I Tanjungpinang, kemarin. Sigit mengatakan terdakwa Hermawan Saputra kabur seusai menjalani persidang

an dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dan terdakwa di Pengadilan Tipikor Tanjungpinang pada Kamis. Setelah persidangan, terdakwa meminta izin untuk salat di musala pengadilan sekitar pukul 16.30 WIB. Namun, terdakwa kabur setelah salat, ujar Sigit. Menurut dia, setelah mendapat laporan terdakwa kabur, pihaknya langsung berkoordinasi dengan pihak Kepolisian Resor Karimun dan Tanjungpinang untuk mengejar. Kami juga menghubungi pihak keluarga untuk mengetahui keberadaan terdakwa, katanya. Ia menjelaskan saat pelariannya terdakwa sempat menghubungi pihak keluarga dan diminta pihak keluarganya agar menyerahkan diri. Keluarganya mengancam tidak akan memberikan bantuan apa-apa kalau dia tidak segera menyerahkan diri, ungkapnya. (RF/HK/ Ant/N-1)

Penjelasan DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya SEHUBUNGAN dengan pemberitaan harian Media Indonesia pada Jumat (3/1) dengan judul Dua Pasangan Calon Diusulkan untuk Dilantik, ada kutipan, KPU dan DPRD Sumba Barat Daya telah mengusulkan pasangan calon bupat i terpilih. Setelah itu, mereka membatalkan usulan tersebut dan mengusulkan pasangan calon yang lain. Dua usulan itu ada di tangan gubernur saat ini, kata Gubernur Frans Lebu Raya di Kupang, kemarin. Dengan adanya pemberitaan tersebut, bersama ini kami atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumba Barat Daya (SBD) meluruskan dan menegaskan bahwa terkait dengan usulan pengesahan pengangkatan bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten SBD 2013, hanya satu kali diusulkan yaitu melalui surat DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya No 006/27/DPRD/SBD/IX/2013 pada tanggal 5 September 2013 atas nama Markus Dairo Talu SH dan Drs Ndara Tunggu Kaha. DPRD Kabupaten SBD tidak pernah mencabut dan atau menarik kembali surat usulan dimak sud. Pemberitaan yang ada di harian Media Indonesia (3/1) kami anggap menyesatkan dan tendensius, karena hal tersebut tidak pernah dikon rmasikan kepada kami selaku lembaga yang diberi kewenangan oleh UU untuk mengajukan surat usulan pengesahan pengangkatan bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten SBD 2013. Bahwa kronologi penyampaian usulan pengesahan pengangkatan bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten SBD 2013 oleh DPRD Kabupaten SBD 2013 diajukan dan dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 109 ayat (4) UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, setelah DPRD Kabupaten SBD menerima surat penyampaian dari KPU Kabupaten SBD No 170/KPU-Kab/018.964761/IX/2013 tanggal 2 September 2013 beserta lampirannya berupa putusan Mahkamah Konstitusi No 103/PHPU.DIX/2013 tanggal 29 Agustus 2013 tentang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2013, berita acara rekapitulasi penghitungan hasil perolehan suara setiap pasangan calon, dan penetapan pasangan calon terpilih Bupati dan Wakil bupati Kabupaten SBD Tahun 2013. Jika terdapat usulan pengesahan pengangkatan calon bupati dan wakil bupati terpilih Kabupaten SBD, atas nama Kornelius Kodi Mete dan Daud Lende Umbu Moto oleh DPRD Kabupaten SBD, dengan ini kami menyatakan bahwa surat usulan tersebut bukan usulan resmi dari DPRD Kabupaten SBD, melainkan usulan yang dibuat oknum anggota DPRD Kabupaten SBD. Demikian surat ini kami sampaikan sebagai bahan koreksi dan sekaligus hak jawab selaku DPRD Kabupaten SBD kepada harian Media Indonesia. Atas kerja samanya kami ucapkan terima kasih. Pimpinan DPRD Kabupaten Sumba Barat Daya Wakil Ketua Yusuf Malo

PAD dari Puskesmas akan Dicabut


CORNELIUS EKO SUSANTO

Akibat iur premi peserta JKN disetor ke kas daerah, para dokter puskesmas tidak mendapat remunerasi tambahan. PEMERINTAH akan mengeluarkan peraturan yang melarang dana kapitasi dari iur premi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di puskesmas dimasukkan ke kas daerah untuk dijadikan penerimaan asli daerah (PAD). Akibat dimasukkannya dana iur premi tersebut ke kas daerah, para dokter puskesmas tidak mendapat remunerasi tambahan dari pengguliran JKN, padahal beban kerja mereka untuk melayani pasien bertambah. Banyak dokter mengeluh dana kapitasi puskesmas masuk kas pemerintah (daerah) sehingga dokter tidak mendapat manfaat remunerasi JKN. Ke depan ini harus diatas i, ujar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono di Jakarta, kemarin. Presiden Yudhoyono sendiri, lanjut Agung, sudah memerintahkan agar kondisi seperti itu dibenahi dan menunjuk Kemenko Kesra untuk menjadi koordinatornya. Agung mengatakan kemarin telah dilakukan rapat perdana untuk membahas penambahaan manfaat JKN bagi para dokter. Kita diberi target dalam tiga minggu untuk mengevaluasi soal ini. Nanti hasilnya akan dilaporkan kepada Presiden, paparnya. Menurut Agung, untuk menggubah sistem kapitasi tidak perlu disetorkan ke kas daerah, perlu dilakukan sinkronisasi peraturan hukum. Aturan yang perlu disinkronisasi seperti peraturan penerimaan daerah, peraturan anggaran keuangan, peraturan otonomi daerah, dan perdaperda. Opsi terbaik pada saat ini, lanjut Agung, ialah dengan menjadikan status puskesmas di daerah menjadi badan layanan umum daerah (BLUD). Dengan puskesmas berstatus BLUD, dana kapitasi yang diberikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan akan dikelola secara mandiri oleh puskesmas dan tidak perlu disetorkan ke kas daerah terlebih dahulu. Berdasarkan catatan Kemenko Kesra, dari sekitar 9.000-an puskesmas di Indonesia, baru sekitar 158 di antaranya yang berstatus BLUD. Pada tahun ini tercatat ada tambahan 168 puskesmas menjadi BLUD dan 101 puskesmas lagi dalam proses menuju BLUD. Ke depan seluruh puskesmas diharapkan bisa menjadi BLUD. Berubah peruntukan Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Zaenal Abidin menyetujui wacana dana kapitasi puskesmas tidak perlu masuk ke kas daerah sebagai PAD. Berdasarkan pengalaman, dana kapitasi yang sejatinya untuk meningkatkan layanan di puskesmas, seusai disetorkan ke kas daerah, peruntukannya menjadi berubah. Kadang dana yang telah disetorkan (ke kas daerah), begitu dikembalikan ke puskesmas, jumlahnya menjadi terpotong. Sebagian dana itu terkadang diperuntukkan program lain di daerah tersebut. Kalau situasinya begitu, lanjut Zaenal, yang kasihan dokter. Pasalnya, remunerasi atas jasa mereka melayani peserta JKN berkurang. Hal ini jelas tidak adil bagi mereka. Pasalnya dengan pengguliran JKN, beban kerja mereka melayani pasien bertambah. (H-1) cornel @mediaindonesia.com

Puisi Esai cuma Heboh Sesaat


PEMERHATI budaya Acep Iwan Saidi menilai pemberian penghargaan kepada penggagas gerakan Indonesia tanpa Diskriminasi Denny JA sebagai salah satu tokoh sastra paling berpengaruh di Indonesia tidak cocok untuk bidang kesusastraan. Pasalnya, karya puisi Denny JA berjudul Atas Nama Cinta yang digadang-gadang sebagai puisi esai cuma heboh pada masa itu. `'Denyut pengaruh puisi itu hanya dirasakan kelompok tertentu. Secara umum puisi beliau tidak terlalu meninggalkan jejak substansial, kecuali heboh sebentar karena istilah puisi esai,'' ujar Acep, yang juga dosen ITB ini, kemarin. Karena itu, Acep menilai penghargaan yang diberikan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin dan Tim 8 itu kurang layak. Ia menilai Denny lebih layak dapat penghargaan berpengaruh dalam bidang tertentu, seperti di lingkungan lembaga survei. Denny JA masuk salah satu dari 33 tokoh sastra paling berpengaruh pada buku terbaru dari PDS HB Jassin pada pekan lalu. Daftar itu disusun Tim 8 berdasarkan tokoh-tokoh sejak 1900 hingga saat ini. Anggota Tim 8 itu, di antaranya Jamal D Rahman, Acep Zamzam Noor, Agus R Sarjono, dan Maman S Mahayana. Denny JA bersanding dengan tokoh sastra besar seperti WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, HB Jassin, Sutan Takdir Alisjahbana, dan Tau k Ismail. Tim 8 beralasan konsultan politik di Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu melahirkan genre baru pada puisi Indonesia, yakni puisi esai. Jenis puisi itu menjadi salah satu tren sastra yang sudah direkam pada 10 buku. Ketika menanggapi berbagai kritikan itu, Denny JA melalui akun pribadi jejaring sosialnya mengaku belum pantas sebagai 33 tokoh sastra paling berpengaruh. Namun, dia menghargai PDS HB Jassin dan Tim 8 yang mengapresiasi puisi esai yang sebenarnya untuk perjuangan diskriminasi, bukan untuk menjadi tokoh sastra. Sejak awal saya katakan tidak mau jadi penyair, tetapi saya anggap gagasan diskriminasi lebih merasuk disampaikan lewat puisi esai. Saya menerima kritik dan mohon maaf jika ada kesalahan pada karya saya. (Bay/YA/H-2)

Anda mungkin juga menyukai