Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN TANDA VITAL

Disusun oleh : NAMA : Theresia Alfionita Sinulingga NIM : FAA 113 043

FASILITATOR : Dr. Ni Nyoman Sri Yuliani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS PALANGKARAYA 2014

II. ISI LAPORAN


TUJUAN PRAKTIKUM Pada akhir praktikum pemeriksaan tanda vital, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan hal-hal yang tercakup dalam tanda vital. 2. Menjelaskan alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan tanda vital. 3. Melakukan prosedur pemeriksaan tanda vital dengan baik dan benar. 4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan tanda vital. 5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tanda vital.

DASAR TEORI Tanda vital merupakan parameter tubuh yang terdiri dari tekanan darah, denyut nadi, laju pernafasan, dan suhu tubuh. Disebut tanda vital karena penting untuk menilai fungsi fisiologis organ vital tubuh. a. Tekanan Darah Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah, dan kelenturan dinding arteri. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil yaitu : 1. Lingkungan : suasana bising,kurangnya privasi, suhu ruangan terlalu panas 2. Peralatan : kalibrasi, tipe manometer dan stetoskop, ukuran cuff (manset) 3. Pasien : obat, status emosional, irama jantung, merokok, kopi, obesitas, olah raga 4. Teknik pemeriksaan : penempatan cuff, posisi lengan, kecepatan pengembangan dan pengempisan cuff, pakaian terlalu tebal, kesalahan membaca sfigmomanometer.

Parameter yang diukur pada pemeriksaan tekanan darah yaitu tekanan maksimal pada dinding arteri selama kontraksi ventrikel kiri, tekanan diastolik yaitu tekanan minimal selama relaksasi, dan tekanan nadi yaitu selisih antara tekanan sistolik dan diastolik (penting untuk menilai derajat syok). Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara korotkoff sendiri terbagi menjadi 5 fase yaitu : 1. Fase I : Saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, disebut sebagai tekanan sistolik. 2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I. 3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari fase I. 4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup. 5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali,disebut sebagai tekanan diastolik. Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut : 1. Klasifikasi tekanan darah pada usia 18 tahun : 2. Klasifikasi Tekanan Sistolik 3. (mmHg) 4. Tekanan Diastolik 5. (mmHg) 6. Normal < 120 < 80 7. Pre hipertensi 120 - 139 80 - 89 8. Stadium I 140 - 159 90 - 99 9. Stadium II 160 100

b. Denyut Nadi Denyut nadi adalah gelombang darah yang dapat dirasakan karena dipompa kedalam arteri oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi diatur oleh sistem saraf otonom. Lokasi untuk merasakan denyut nadi adalah : 1. Karotid : di bagian medial leher, dibawah angulus mandibularis, 1. hindari pemeriksaan dua sisi sekaligus pada waktu bersamaan. 2. Brakial : Diatas siku dan medial dari tendo bisep. 3. Radial : Bagian distal dan ventral dari pergelangan tangan. 4. Femoral : Disebelah inferomedial ligamentum inguinalis. 5. Popliteal : Di belakang lutut, sedikit ke lateral dari garis tengah. 6. Tibia posterior: Di belakang dan sedikit ke arah inferior dari maleolus 7. medialis. 8. Pedis dorsalis : Lateral dari tendo m. Extensor hallucis longus.

Hal-hal yang dinilai saat pemeriksaan denyut nadi adalah : 1. Kecepatan a. Bradikardia : denyut jantung lambat (<60x/menit), didapatkan pada atlet yang sedang istirahat, tekanan intrakranial meningkat, peningkatan tonus vagus, hipotiroidisme, hipotermia, dan efek samping beberapa obat. b. Takikardia : denyut jantung cepat (>100x/menit), biasa terjadi pada pasien dengan demam, feokromositoma, congestif heart failure, syok hipovolemik, aritmia kordis, pecandu kopi dan perokok. c. Normal : 60-100x/menit pada dewasa. 2. Irama a. Reguler b. Regularly irregular : dijumpai pola dalam iregularitasnya. c. Irregularly irregular : tidak dijumpai pola dalam iregularitasnya, d. terdapat pada fibrilasi atrium. 3. Volume nadi

a. Volume nadi kecil : tahanan terlalu besar terhadap aliran darah, darah yang dipompa jantung terlalu sedikit (pada efusi perikardial, stenosis katup mitral, payah jantung, dehidrasi, syok hemoragik). b. Volume nadi yang berkurang secara lokal : peningkatan tahanan setempat. c. Volume nadi besar : volume darah yang dipompakan terlalu banyak, tahanan terlalu rendah (pada bradikardia, anemia, hamil, hipertiroidisme). C. Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Denyut Nadi Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, yaitu : A. Usia Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigenselama pertumbuhan. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya. Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampaidengan usia dewasa. Denyut nadi paling tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia. B. Jenis Kelamin Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit. C. Ukuran Tubuh Ukuran tubuh yang penting adalah berat badan untuk ukuran tubuh seseorangyaitu dengan menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan Rumus :

BB(Kg)IMT=TB(m) X TB(m) Keteranan : IMT = Indek Masa Tubuh BB = Berat Badan TB = Tinggi Bad D. Kehamilan Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan mencapai maksimal sampai masa aterm yang

frekuensinya berkisar 20% diatas keadaan sebesar hamil. E. Keadaan Kesehatan Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit makafrekuensi jantungnya cenderung meningkat. F. Riwayat Kesehatan Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi, atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah)akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi. G. Rokok dan Kafein Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut permenit dibanding dengan orang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variable metabolickardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal. H. Intensitas dan Lama Kerja Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata24nadi selama kerja)

mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah 15 menit. I. Sikap Kerja Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk. J. Faktor Fisik Kebisingan merupakan suatu tekanan yang merusak pendengaran. Selama itu dapat meningkatkan denyut nadi, dan mempengaruhi parameter fisiologis yang lain yang dapat menurunkan kemampuan dalam kerja fisik. Penerangan yang buruk menimbulkan ketegangan mata, hal ini mengakibatkan kelelahan mata yang berakibat pada kelelahan mental dan dapat memperberat beban kerja. K. Kondisi Psikis Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dankesedihan juga dapat memperlambat

frekuensi nadi seseorang. Praktikum : 1. seorang mahasiswa untuk menjadi seseorang yang ingin diperiksa nadainya, engatur posisi pasien dengan nyaman dan rileks. 2. Menekan kulit pada area arteri radialis dengan menggunakan 3 j a r i ya n g k e m u d i a n meraba denyut nadi. 3. Menekan arteri radialis kuat dengan menggunakan jari -jari 1 menit atau 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser kekanan atau kekiri hingga denyut nadi dapatdirasakan. 4 . D e n yu t p e r t a m a a k a n t e r a s a a t a u t e r a b a k u a t , j i k a d e n y u t h i l a n g r a b a l a h , t e k a n l a h hingga denyut terasa kuat kembali.

5. Mencuci tangan

D. Pernafasan Proses fisiologis yang berperan pada proses pernafasan adalah ventilasi pulmoner, respirasi eksternal dan internal. Laju pernafasan meningkat pada keadaan stres, kelainan metabolik, penyakit jantung paru, dan pada peningkatan suhu tubuh. Pernafasan yang normal bila kecepatannya 1420x/menit pada dewasa, dan sampai 44x/menit pada bayi. Kecepatan dan irama pernafasan serta usaha bernafas perlu diperiksa untuk menilai adanya kelainan. a. Kecepatan : Takipnea : pernafasan cepat dan dangkal. Bradipnea : pernafasan lambat. Hiperpnea/hiperventilasi : pernafasan dalam dan cepat (Kussmaul) Hipoventilasi : bradipnea disertai pernafasan dangkal. b. Irama : Reguler Pernafasan cheyne-stoke : Periode apnea diselingi hiperpnea. Pernafasan Biots (ataksia) : periode apnea yang tiba-tiba diselingi periode pernafasan konstan dan dalam. c. Usaha bernafas Adalah kontraksi otot-otot tambahan saat bernafas misalnya otot interkostalis. Bila ada kontraksi otot-otot tersebut menunjukkan adanya penurunan daya kembang paru. Airway, breathing, dan circulation adalah ketiga kegiatan yang sangat vital bagi kehidupan karena ketiga hal inilah yang membantu pernapasan yang menunjang kehidupan suatu individu. Jika salah satu saja tidak ada maka individu tersebut akan menghadapi suatu proses kematian yang lebih cepat. Airway adalah merupakan jalur udara dari luar masuk ke dalam paru-paru melalui saluran khusus yang kemudian kandungannya yang berupa oksigen

disebarkan diseluruh jaringan tubuh. Jika jalur udara ini mengalami obstruksi maka pernafasan tidak akan dapat terjadi dengan baik dan dapat menyebabkan hipoksia yang dapat berlanjut menjadi gagal jantung karena kurangnya perfusi yang baik. Breathing/ bernafas adalah suatu siklus pada sistem pernafasan dimana ada inhalasi dan ekshalasi yang mengakibatkan udara yang banyak berisi oksigen masuk ke dalam tubuh dan yang berisi karbon dioksida keluar dari dalam tubuh. Pernafasan ini dapat terganggu jika jalur udara pada saluran pernfasan terganggu dan mengakibatkan sedikitnya udara yang mauk. Hal ini dapat menyebabkan retraksi otot sehingga ada beberapa otot pernafasan yang menjadi retraksi dan dapat dilihat secara observasi. Circulation ini adalah suatu proses penyebaran darah yang berisi kandungan-kandungan yang berasal dari pernafasan dan pencernaan ke seluruh jaringan tubuh untuk mempertahankan fungsi jaringan masing-masing. Dapat diperiksa dengan metode capilary refill atau pun merasakan denyut nadi yang diperiksa. Sirkulasi ini biasanya terganggu jika ada gangguan pada jantung yang merupakan pemompa darah, atau pun trauma yang dapat menghalangi darah untuk mencapai jaringan yang dituju.

d. Suhu Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Pusat pengaturan suhu terdapat di hipotalamus yang menentukan suhu tertentu dan bila suhu tubuh melebihi suhu yang ditentukan hipotalamus tersebut, maka pengeluaran panas meningkat dan sebaliknya bila suhu tubuh lebih rendah. Suhu tubuh dipengaruhi oleh irama sirkadian, usia, jenis kelamin, stres, suhu lingkungan hormon, dan olahraga. Suhu normal berkisar antara 36,5C 37,5C. Lokasi pengukuran suhu adalah oral (dibawah lidah), aksila, dan rektal. Pada pemeriksaan suhu per rektal tingkat kesalahan lebih kecil daripada oral atau aksila. Peninggian semua terjadi setelah 15 menit, saat beraktivitas, merokok, dan minum minuman hangat, sedangkan

pembacaan semu rendah terjadi bila pasien bernafas melalui mulut dan minum minuman dingin.

e. Terapi Oksigen (oksimeter) Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan, dengan cara meningkatkan memasukkan oksigen ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi, dan meningkatkan pelepasan oksigen ke jaringan. a. Indikasi Terapi Oksigen Gagal napas, diakibatkan adanya sumbatan jalan napas, depresi pusat nafas, trauma toraks (terutama penyakit pada paru) Kegagalan transportasi oksigen, diakibatkan syok, infark otot jantung, anemia, keracunan karbon monoksida (CO) Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen, seperti pada, kejangdemam Pasca anestesia, terutama anestesia umum dengan N2O

b. Alat-alat terapi oksigen 1) Nasal Cannula Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24% - 44%. Keuntungan
Toleransi

klien baik

Pemasangannya mudah Klien

bebas untuk makan dan minum murah

Harga lebih

Kerugian
Mudah terlepas Tidak dapat Suplai

memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%

oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut selaput lender, nyeuri sinus.

Mengiritasi

2) Simple Face Mask Digunakan pada wajah dengan mengikatkan pita kepala plastik Masker harus kuat, tetapi tidak menekan sehingga tidak menimbulkan sakit pada wajah (terutama bila menekan tulang pipi) Kecepatan aliran O2 bervariasi antara 5-7 liter/menit, fraksi atau konsentrasi O2 0,3 - 0,6 sehingga konsentrasi O2 mencapai 60%. Sistem aliran rendah dengan hidung, nasofaring dan orofaring sebagai penyimpan anatomik Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula system humidifikasi dapat di tingkatkan

Kerugian

Umumnya tidak nyaman bagi klien Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi Aktivitas makan dan berbicara terganggu Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat menyebabkan aspirasi

Jika

alirannya

rendah

dapat

menyebabkan

penumpukan

karbondioksida 3) Rebreathing Mask Konsentrrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari pada simple face mask, yaitu 60-80% dengan aliran oksigen 8 - 12lt/menit. Udara inspirasi sebagian bercampur dengan udara ekspirasi (1/3 bagian volume ekshalasi masuk ke kantong, 2/3 bagian volume ekshalasi melewati lubang-lubang pada bagian samping) Keuntungan Konsentrasi O2 lebih tinggi dari simple face mask Tidak mengeringkan selaput lendir Kerugian Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2

Kantong O2 bisa terlipat. 4) Non Rebreathing Mask Memberikan konsentrasi oksigen sampai 99% dengan aliran yang sama pada kantong rebreathing. Udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi dan tidak dipengaruhi oleh udara luar. Keuntungan
Konsentrasi

oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya katup satu

arah antara kantong dan sungkup, sehingga kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
Tidak mengeringkan

selaput lender

Kerugian
Kantung oksigen Berisiko

bisa terlipat

untuk terjadi keracunan oksigen bagi klien

Tidak nyaman

5) Ambu Bag Ambu bag adalah alat untuk memompa oksigen udara bebas. digunakan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2. Ambu bag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada korban. Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E.

6) Oropharyngeal Dengan melihat kondisi pasien yang ditandai dengan penurunan kesadaran ataupun pasien tidak sadar maka yang harus dilakukan ialah dengan pemasangan Oropharyngeal Airway (Gudel), agar supaya pangkal lidah tidak jatuh ke belakang atau dengan kata lain bebasan jalan nafas. Tujuan pemasangan alat ini adalah untuk mencegah agar lidah tidak jatuh ke belakang, supaya tidak terjadi sumbatan jalan nafas, dan untuk melakukan tindakan suction. Indikasi :
Pasien dengan penurunan kesadaran Pasien tidak sadar Pasien dengan riwayat gagal nafas

ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan untuk pemeriksaan tekanan darah : a. Stetoskop b. Spigmomanometer : terdiri dari kantong yang dapat digembungkan dan terbungkus dalam manset yang tidak dapat mengembang, pompa karet berbentuk bulat, manometer tempat tekanan darah dibaca, dan lubang pengeluaran. Lebar manset harus sesuai dengan dengan ukuran lengan pasien karena dapat menyebabkan hasil pengukuran tidak akurat. Ada 2 ukuran yaitu dewasa dan anak. Ada 2 jenis manometer yaitu manometer gravitasi air raksa terdiri atas satu tabung kaca yang dihubungkan dengan reservoir yang berisi air raksa dan manometer aneroid yang memiliki embusan logam dan menerima tekanan dari manset.

Alat dan bahan untuk pemeriksaan denyut nadi : a. Jam tangan atau stopwatch

Alat dan bahan untuk pemeriksaan pernafasan : a. Jam tangan atau stopwatch b. Stetoskop

Alat dan bahan untuk pemeriksaan suhu : a. Termometer b. Tissue c. Air bersih d. Air sabun e. Vaselin

Alat dan bahan untuk terapi oksigen : a. Nasal cannula b. Simple face mask c. Rebreathing mask d. Non rebreathing mask e. Ambu bag f. Oropharyngeal

PROSEDUR TINDAKAN/ PELAKSANAAN 1. Pemeriksaan tekanan darah : a. Pasien istirahat 5 menit sebelum diukur. b. Memberitahu posisi pasien. c. Posisi lengan setinggi jantung. d. Menyingsingkan lengan baju ke atas. e. Menentukan ukuran manset yang sesuai dengan diameter lengan pasien. f. Memasang manset kira-kira 1 inci (2,5 cm) dari siku. g. Menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien sebelumnya. h. Mengatur tensimeter agar siap pakai (untuk tensimeter air raksa) yaitu menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci reservoir.

i. Meraba arteri brachialis. j. Meletakkan diafragma stetoskop di atas tempat denyut nadi tanpa menekan. k. Memompa sampai kira-kira 30 mmHg diatas hasil pemeriksaan sebelumnya. l. Kempiskan perlahan m. Mencatat bunyi korotkoff I dan V. n. Melonggarkan pompa segera setelah bunyi terakhir menghilang. o. Tunggu 1-2 menit sebelum mengulangi pemeriksaan. p. Jika mencurigai adanya hipotensi ortostatik, lakukan pemeriksaan dalam keadaan berdiri dan tiduran terlentang. q. Melepas manset. r. Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.

2. Pemeriksaan Denyut Nadi : a. Mengatur posisi pasien nyaman dan rileks. b. Menekan kulit dekat arteri radialis dengan 3 jari dan meraba denyut nadi. c. Menekan arteri radialis dengan kuat, dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik, jika tidak teraba denyutan, jari-jari digeser ke kanan dan kiri sampai ketemu. d. Langkah-langkah pemeriksaan ini juga dilakukan pada tempat pemeriksaan denyut nadi lainnya.

3. Prosedus Kerja A-B-C Airway. Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan bebas ? Jika ada obstruksi maka lakukan :
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah) Suction / hisap (jika alat tersedia) Guedel airway / nasopharyngeal airway Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral

Breathing. Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan :

Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)

Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada Pernafasan buatan (Berikan oksigen jika ada)

Sirkulasi. Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
Hentikan perdarahan eksternal Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G) Berikan infus cairan Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinan ada bunyi abnormal. Tutup kembali baju pasien dan memberitahu bahwa pemeriksaan sudah

selesai.

4. Pemeriksaan Suhu : a. Pengukuran di aksila : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar Menurunkan air raksa bila perlu Mengatur posisi pasien Meletakkan termometer di ketiak dengan posisi tepat Menunggu sekitar 5 menit Mengambil termometer, mengelap dengan gerak berputar dari bagian yang bersih Merapikan kembali baju pasien Membaca hasil pengukuran dengan segera Mencuci termometer dengan larutan sabun dan membilas dengan bersih Keringkan termometer Mengembalikan air raksa dan meletakkan kembali di tempat semula Mencuci tangan

b. Pengukuran oral : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dengan benar Menurunkan air raksa bila perlu Memberitahu pasien agar membuka mulut dan mengangkat lidah sedikit Memasukkan termometer pelan-pelan sampai bagian ujung tempat raksa (mercury chamber) masuk dibawah lidah. Memberitahu pasien agar menutup mulut dan jangan menggigit Menunggu selama 5 menit Mengambil termometer sambil memberitahu pasien untuk membuka mulut Mengelap termometer Membaca hasil pengukuran Mencuci termometer dengan air sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya Menurunkan air raksa dan megembalikan ke tempat semula. Mencuci tangan

c. Pengukuran di rektal : Memberitahu pasien Mencuci tangan Mengamati angka yang ditunjuk air raksa dan menurunkan bila perlu Mengatur posisi pasien Melumasi ujung tempat raksa dengan vaselin sesuai kebutuhan Membuka bagian rektal pasien Meraba sfingter dengan ujung tempat raksa Memasukkan ujung tempat raksa dengan hati-hati ke rektum Memasang termometer selama 5 menit

Mengambil termometer dari anus Mengelap termometer secara perlahan Membersihkan rektum dengan kertas tissue Menolong pasien kembali ke posisi semula Membaca hasil pengukuran Mencuci termometer dengan larutan sabun, membilas dengan air bersih, dan mengeringkannya Menurunkan air raksa dan mengembalikan ke tempat semula Mencuci tangan

5. Terapi Oksigen a. Nasa Cannula Cara pemasangan nasa cannula adalah sebagai berikut.

Terangkan prosedur pada klien Atur posisi klien yang nyaman (semi fowler) Atur peralatan oksigen dan humidiflier Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang rendah, beri pelicin (jelly) pada kedua ujung kanula.

Masukan ujung kanula ke lubang hidung Fiksasi selang oksigen Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.

b. Simple face mask Cara pemasangan simple face mask adalah sebagai berikut.

Menerangkan prosedur pada klien Mengatur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler) Menghubungkan selang oksigen pada simple face mask dengan humidifier Menempatkan simple face mask sehingga menutupi hidung dan mulut klien

Melingkarkan karet sungkun kepada kepala klien agar tidak lepas Mengalirkan oksigen sesuai kebutuhan

c. Rebreathing Mask Cara pemakaian :


Menerangkan prosedur pada klien Menghubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah Mengisi oksigen ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup

Mengatur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman (bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan)

Menyesuaikan aliran oksigen sehingga kantong akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi

d. Ambu Bag Cara Pemasangan Ambu Bag adalah sebagai berikut.

Menyiapkan alat-alat ; ambu bag (air viva) selang O2 one way gudel atau oropharyngeal face mask

Mendekatkan alat-alat ke pasien Memberitahu keluarga Menghubungkan selang O2 ke tabung O2. Memasang gudel, bila belum memakai ETT (Endotracheal Tube) Memasang face mask ke ambu bag lalu disungkupkan ke pasien Memberi O2 7-10 liter Memompakan O2 sesuai irama nafas 15-20 kali/menit (saat inspirasi) Menyambungkan tube yang terpasang, ke ventilator bila pasien tidak mampu bernafas sendiri

Merapikan pasien dan alat-alat Mendokumentasikan hasil tindakan Pemeliharaan ambu bag dilap dan dimasukkan ke kotak (tempatnya) selang O2 one way, selalu ada di kotak

Konektor air viva selalu diganti yang baru dan selalu dalam kotak

e. Oropharyngeal Persiapan alat :


Hand scoon / Gloves Oroparingeal Airway (Gudel) sesuai dengan ukuran Canul saction Saction Bengkok Persiapan Pasien :

Keluarga dan pasien diberikan tentang hal-hal yang akan dilakukan Mengatur posisi pasien inline imonilisasi atau terlentang di tempat yang aman

Pelaksanaan :

Memastikan ukuran oropharyngeal airway (Gudel) yang tepat Mengukur dengan cara menempelkan oropharyngeal airway pada pipi Lalu mengukur dari cuping mulut sampai dengan cuping telinga Membuka mulut pasien dan jangan lupa komunikasi terhadap pasien Memasukkan oropharyngeal airway (Gudel) dengan posisi Gudel ke arah atas

Memastikan oropharyngeal airway menyentuh palatum Lalu memutar oropharyngeal airway (Gudel) 1800 dan masukan oropharyngeal airway

Perhatian :

Apabila terdapat cairan atau darah pada mulut pasien, akan sebaiknya suction terlebih dahulu

Usahakan oroparingal airway terhadap pasien agar pas.

PEMBAHASAN
Pihak tutor telah mempraktikkan tata cara menggunakan instrument tanda vital. Walaupun terdapat faktor-x berupa akurasi yang dapat menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan pengukuran. Alat-alat tersebut merupakan alat yang akurat tapi ada aspek-aspek yang dapat membuat keakuratan pengukuran tersebut berkurang. Instrument tersebut dapat berupa denyut nadi, pernapasan dan jalan nafas. Ketiga hal ini dalam dunia medis disebut ABC yaitu kepanjangan dari Airway, Breathing dan Circulation. Ketiga hal ini sangat berperan dalam menunjang kehidupan suatu individu makhluk hidup. Ketiga hal ini dijadikan sebagai pengingat untuk dapat melakukan tindakan-tindakan gawat darurat. Seperti inisialnya maka pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa jalan nafas (Airway). Pada praktikum saat memeriksa jalan nafas mahasiswa diarahkan untuk memulai memakai prinsip look, listen dan feel. Prinsip ini mengajarkan mahasiswa untuk memakai seluruh indera dalam pemeriksaan tersebut. Mahasiswa diminta melihat gerakan nafas yang ada, mendengar suara nafas dan merasakan nafas yang keluar. Prinsip look, listen dan feel ini berlaku juga untuk langkah selanjutnya. Kemudian dilanjutkan dengan memperhatikan pernafasan (Breathing) seperti memberikan pernafasan buatan dengan cara memberikan dari mulut ke mulut, ataupun dengan menggunakan Oksigen mask ataupun Nasacanula, ini merupakan tindakan yang mempermudah oksigen masuk ke dalam tubuh. Cara memasang nasacanula dan Oksigen mask beberapa tipe (Simple Mask, Repetitive Mask, Non Repetitive Mask) juga mahasiswa lakukan saat praktikum. Setelah itu yang terakhir adalah circulation atau sering juga digantikan dengan compression, biasanya ini adalah tindakan yang bertujuan untuk memanajen sirkulasi tubuh untuk dapat berjalan dengan baik dalam situasi gawat darurat. Istilah compression menggantikan circulation saat tindakan CPR dilakukan, Suatu tindakan yang mencoba untuk membuat jantung kembali bekerja saat terjadi henti jantung di lokasi kejadian. Saat praktikum hal ini sempat dijelaskan oleh narasumber tapi tidak dipraktekan saat praktikum.

Pada praktikum ini kami melakukan simulasi tindakan-tindakan gawat darurat, mulai dari tindakan ABC sampai pada pemeriksaan tensi dan pemasangan oksigen. Semua hal ini dilakukan bergantian diantara anggota masing-masing kelompok. Sehingga masing-masing mahasiswa dapat peran sebagai pasien/ korban dan sebagai pemberi pertolongan pertama. Karena praktikum yang dilakukan pada pasien yang normal maka hasil yang didapatkan adalah hasil normal. Pada mahasiswa-mahasiswa kelompok 6 didapatkan frekuensi nadi rata-rata 80 per menit, dan didapatkan suara nafas normal tidak ada bunyi aneh seperti snarling, gargling dan ronki. Karena tidak ada suara nafas yang aneh maka dapat diperkirakan jika semua mahasiswa anggota kelompok VI ini tidak mengalami hambatan jalan nafas. Karena bunyi-bunyi aneh dihasilkan karena adanya hambatan, seperti pada gargling ada benda padat yang menghambat, ataupun snarling yang berarti ada benda lunak yang menghalangi jalan nafas, jenis-jenis benda yang menghalangipun mempengaruhi jenis suara yang dikeluarkan. Sedangkan untuk tekanan darah anggota kelompok 6 didapatkan bervariasi, ada yang bertekanan darah rendah, normal dan tinggi, hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor internal maupun eksternal, seperti misalnya faktor keturunan untuk yang internalnya dan juga faktor gaya hidup untuk yang eksternalnya.

Hasil-hasil yang didapatkan kurang lebih dalam rentang normal, karena itu tidak diperlukan tindakan-tindakan medis lanjutan.

KESIMPULAN
Tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital adalah adanya perubahan tanda vital maka sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh. Misalnya suhu tubuh meningkat berarti ada metabolisme yang terjadi dalam tubuh sebagai respon imun terhadap bakteri dan usus. Jika denyut nadi meningkat maka pasti ada perubahan pada sistem kardiovaskuler.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adams. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 1990. Hal. 67-85. 2. Bates B. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995. Hal. 41-2, 151-5. 3. Laboratorium Ketrampilan Keperawatan PSIK FK UGM. 2002. Skills lab pendidikan ketrampilan keperawatan program B semester I tahun ajaran 2002/2003. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas. 4. Kedokteran Universitas Gadjah Mada; Hal. 11-21. Snell S.R. 1991. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran bagian 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;. Hal. 115-22, 272-80. 5. Soeparman, W. Sarwono. 1990. Ilmu penyakit dalam. EGC. Jakarta: Hal. 210-222. 6. Bagian Anastesiologi dan Reanimasi. (ppt). 2011. Terapi Oksigen. Padang: Rumah Sakit Umum Pemerintah dr. Muhammad Djamil.

7. Fauzi, Ahmad. 2012. Prosedur Persiapan Intubasi. (online). Cited on 13 Januari 2014 available from http://id.scribd.com/doc/98491425/prosedurpersiapan-intubasi. 8. Hidayat. A. A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Editor: Monica Ester. Jakarta : EGC : 2004

LAMPIRAN

Gambar 1 : SWAP

Gambar 2 :Chin lift

Gambar 3 :

Jaw thrust

Gambar 4 : look listen feel

Gambar 5 : Pengukuran Oropharyngeal

Gambar 6 : Pengukuran Oropharyngeal

Gambar : Pengukuran Oropharyngeal

Gambar : memasukan oropharyngeal airway

Gambar : oropharyngeal in position

Gambar : Hi Oxy

Gambar : Nasal Oksigen

Gambar : Hi oxy with reservoir bag

Gambar :Ambubag

Gambar : Nasal oksigen

Gambar : Reservoir bag

Gambar : Jenis-jenis oropharyngeal Gambar: Thermometer

Gambar : Stetoskop

Gambar : Tensimeter air raksa

Anda mungkin juga menyukai