T Alih bahasa: dr. W.M. Roan Hak cipta terjemahan Indonesia 1995 Penerbit Widya Medika P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon : 6530 6283
PSYCHIATRIC
Desain kulit muka: Samson P. Bams Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau selumh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 1998
Buku ini dibagi dalam dua bagian utama. Bagian A terdiri dan rangkaian bab yang ditulis secara ringkas dan mencakup bidang kedaruratan ilmu kedokteran jiwa. Bagian ini meliputi (1) pengenalan kedaruratan ilmu kedokteran jiwa, mencakup lingkungan pengobatan, susunan kepegawaian, in-tegrasi psikiatri ke dalam lingkungan pelayanan kedaruratan medik, dan pola raga perawatan darurat; (2) evaluasi pasien psikiatrik, termasuk riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental; (3) tinjauan umum tentang masalah medik dan bedah yang disertai oleh atau yang menyebabkan tanda dan gejala kedaruratan psikiatrik; (4) satu bab tentang penggunaan telepon darurat dan hubungan telepon langsung dalam pencegahan, diagnosis, dan pengobatan gangguan darurat; (5) satu bab mengenai masalah yang terkait dengan hukum, perawatan paksa, hak pasien jiwa untuk menolak dan menyetujui pengobatan, dan tanggungjawab psikiater untuk melindungi pasien dari perbuatan yang merugikan diri sendiri atau orang lain; dan (6) tinjauan umum tentang kedaruratan psikiatri pada anak, dengan perhatian khusus terhadap penganiayaan pada anak, yang telah menjadi krisis nasional karena mencapai angka epidemik dalam beberapa tahun terakhir. Bagian B berisi pembahasan tentang 145 gangguan yang mungkin dijum-pai di ruang darurat atau di kamar praktek anda. Kondisi tersebut menam-
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kaplan, Harold I. Ilmu kedokteran jiwa darurat / Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock ; alih bahasa, W.M. Roan - Jakarta : Widya Medika, 1998. xvi, 538 him.; 14 x 21 cm. Judul asli: Pocket handbook of emergency psychiatric medicine ISBN 979-519-061-X 1. Psikiatri. I. Judul. II. Saddock, Benjamin J. III. Roan, W.M.
616.89
Kata Pengantar
Ilmu kedokteran darurat merupakan salah satu keahlian khusus bidang kedokteran yang tumbuh secara cepat, dan kedaruratan ilmu kedokteran jiwa (psikiatrik) merupakan bagian besar dari keadaan yang ditangani oleh dokter di ruang darurat. Banyak kedaruratan dalam ilmu kedokteran jiwa pertama kali ditemukan oleh bukan dokter jiwa di ruang pengobatan darurat, pada ruang perawatan rumah sakit, atau di lingkungan kantor. Buku Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat disesuaikan bukan hanya untuk kebutuhan dokter ahli jiwa melainkan juga untuk kebutuhan praktik dokter ahli jiwa, residen psikiatrik, mahasiswa kedokteran, pekerja sosial kejiwaan, perawat, dan pekerja dalam bidang kesehatan jiwa pada ruang darurat rumah sakit. Buku ini memenuhi kebutuhan klinisi yang berhubungan dengan krisis psikiatrik. Seperti pada semua buku kami, kami menekankan aspek kemanusiaan pada perawatan kedokteran. Sikap kesetiakawanan, empati, dan pengertian merupakan hal yang sama penting baik dalam kedaruratan medik maupun dalam kedaruratan psikiatrik seperti pada bidang yang lain.
ORGANISASI
296
76 / Hiperventilasi
Hiperventilasi terjadi ketika seseorang bernapas secara cepat dan dalam untuk beberapa menit, sehingga terjadi hipokapnia dan alkalosis respiratorik. Bila hiperventilasi yang disengaja berhenti, keadaan hipokapnia itu menurunkan dorongan automatik untuk bernapas, sehingga menimbulkan hipoksia ringan.
Ketakutan terhadap penyakit menetap, dan membawanya ke dalam gangguan fungsi. Beberapa sistem organ menjadi pusat keprihatinan, atau satu sistem menjadi menonjol sekali (Tabel B.77-1). Sekitar 10-15% dari semua pasien yang datang pada praktek dokter umum mempunyai hipokondriasis. Puncak kejadiannya biasanya pada umur 40 - 50an. Hipokondriasis mungkin lebih sering terjadi pada anggota sanak keluarga dengan hipokondriasis daripada populasi umumnya. Hipokondriasis lebih umum terjadi pada budaya yang menganjurkan somatisasi sebagai pernyataan dari stres psikik. Secara psikodinamik, hipokondriasis memberikan pada pasien suatu kesempatan untuk menjalani peran sebagai seorang sakit sebagai pengelakan terhadap suatu masalah atau stres yang rumit dan sulit diatasi. Asal-muasalnya mungkin termasuk: (1) agresi terhadap orang lain yang ditekan dan dipindahkan pada gejala fisik, dan (2) pengelakan (defense) terhadap rasa dosa, yang gejala fisikny a mencerminkan suatu hukuman akibat suat.u dosa tertentu. Secara psikososial, awal-mula gejalanya itu sering setelah suatu stres yang berat. Gambaran klinisnya yang menunjukkan prognosis baik termasuk adanya depresi atau cemas, awal mula yang cepat, umur muda, status sosioekonomik tinggi, tiadanya penyakit organik dan gangguan kepribadian. Pasien yang hipokondrik sering amat resisten terhadap pengobatan psikiatrik; mena-warkan terapi bagi mereka dalam rumah sakit yang menganjurkan untuk
TERAPIOBAT
Terapi obat biasanya tidak perlu, tetapi, bila pasien amat cemas, satu dosis benzodiazepin-seperti lorazepam (Ativan) 1 mg per oral atau intramuskular atau alprazolam (Xanax) 0,5 - 1 mg per oral-biasanya dapat meringankan gejalanya.
Rujukan-Silang:
Gejala putus alkohol, cemas, gangguan kepribadian ambang, intoksikasi dan gejala putus kokain, gangguan panik.
77 / Hipokondriasis
Hipokondriasis ditandai oleh keprihatinan yang tidak masuk akal tentang kesehatan diri seseorang dan keyakinan yang tidak realistik adanya tanda dan gejala yang menunjuk ke arah suatu penyakit yang gawat, walail telah di-buktikan dan dinyatakan secara rasional bahwa penyakit itu sebenarnya memang tidak ada.
Tabel B.77-1 Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis A. B. Preokupasi dengan ketakutan atau keyakinan bahwa dirinya mengidap penyakit yang gawat, berdasarkan keyakinan bahwa gejala fisik atau perasaan sebagai suatu penyakit badaniah. Pemeriksaan fisik yang memadai sering tidak mendukung diagnosis gangguannya yang dapat menjelaskan tanda atau sensasi fisiknya atau anggapan pasien yang dinyatakan, dan gejala pada A tidak hanya sebagai gejala dari serangan panik. Ketakutan adanya atau keyakinan bahwa seseorang mengidap suatu penyakit walaupun dibuktikan nihil secara medik. Lamanya gangguan itu sedikitnya 6 bulan. Keyakinan pada A tidak setaraf dengan waham. seperti pada gangguan waham tipe somatik (yaitu, pasien dapat mengakui kemungkinan bahwa ketakutan atau keyakinan itu mungkin tidak berdasar).
Bila gejala psikotik menunjuk ke arah gangguan waham atau skizofrenia, pertimbangkan pemberian antipsikotika.
Rujukan-Silang:
Cemas, gangguan kepribadian ambang, depresi, nyeri kepala, berpura-pura (malingering), gangguan panik.
C. D. E.
78 / Hipotermia
Hipotermia merupakan satu kedaruratan medik yang disebabkan oleh keberadaan di suhu udara dingin yang berkepanjangan.
Tabel dari DSM-I1I-R, Diagnostic and Satistical Manual of Mental Disorders, edisi 3, yang telah direvisi. Copyright American Psychiatric Association, Washington, 1987. Digunakan dengan izin.
TERAPI OBAT
Tak ada terapi obat yang khusus pada kasus hipokondriasis. Pada kondisi cemas hipokondrik pasien dapat diberi ansiolitika-seperti, alprazolam (Xanax) 0,5-1 mg per oral, oksazepam (Serax) 10-30 mg per oral, atau lorazepam (Ativan) 1 mg per oral atau IM. Bila perjalanan penyakitnya episodik dan serupa dengan gangguan depresif, berikan diagnosis depresi. Suatu gejala hipokondriasis yang baru timbul pada usia lanjut juga mengarah pada depresi. Terapi dengan antidepresiva dapat meringankan depresi dan hipokondria-sisnya. Pada gangguan panik, hipokondriasis dapat membaik dengan benzodiazepin atau antidepresiva.
300
paradoksal. Pasien hipotermia yang khas biasanya telah terhampar pada lingkungan suhu dingin setelah penggunaan yang berat minuman alkohol atau obat penekan SSP. Pasien yang menderita sakit fisik dapat terjadi hipotermia walau tanpa kena udara dingin. Adanya hipoglikemia atau hipotiroidisma memberi peluang pada pasien untuk menjadi hipotermia. Pengobatan antipsikotika dapat menurunkan termoregulasi sentral, menyebabkan pasien menjadi rentan terhadap hipotermia bila diletakkan pada udara dingin. Kondisi medik lain yang meninggikan kerentanan pasien terhadap hawa dingin termasuk insufisiensi hipofisis, penyakit Addison, penyakit serebrovaskular, ensefalopati Wernicke, infark miokard, sirosis, dan pankreatitis. Gambaran klinis yang paling sering dijumpai ialah intoksikasi alkohol.
TERAPI OBAT
Siapkan cairan untuk IV, secara hati-hati dan pantaulah pH dan ion kalium pasien. Obati asidosis dengan bikarbonat IV, obati juga hipokalemia untuk menurunkan risiko terjadinya aritmia jantung. Tak ada obat yang khas digunakan dalam kasus ini.
Rujukan-Silang:
Intoksikasi alkohol, delirium.
80/Ilusi
Ilusi merupakan satu salah-terjemahan daya tanggap orang terhadap satu rangsang dari luar yang memang ada. Sebaliknya, halusinasi tidak terkait dengan rangsang eksternal yang nyata.
TERAPI OBAT
Terapi obat bergantung pada diagnosis dan hebatnya gangguan itu. Depresi, skizofrenia, dan mania-semua membutuhkan pendekatan pengobatan yang berlainan, oleh sebab itu diagnosis yang benar amat penting. Bila terdapat waham menyangkut diri yang sistematik dan tersusun baik dalam kaitan dengan gangguan waham, medikasi antipsikotik akan sedikit sekali membantu. Pasien dengan gangguan waham seringjuga menolak obat, dan wahamnya sering amat resisten terhadap pengobatan antipsikotika.
Rujukan-Silang:
Agitasi, ansietas, eksaserbasi akut skizofrenia kronik, gangguan waham, depresi, halusinasi, mania, paranoia, gangguan skizoafektif.