Anda di halaman 1dari 6

DIABETES MELITUS

Diabetes mellitus adalah penyakit endokrin yang ditandai oleh naiknya kadar glukosa
dalam darah. Peningkatan kadar glukosa ini terjadi karena: defisiensi insulin yang bersifat relatif
ataupun absolut, atau akibat adanya peningkatan resistensi sel terhadap kerja insulin.
Defisiensi insulin yang terjadi menimbulkan gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein. Pada penderita diabetes mellitus ditemukan mikroangiopati akibat adanya
penebalan yang terjadi pada membran basalis. Selain itu juga terjadi atherosklerosis karena
peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida di dalam serum. Gangguan metabolism dan
mikroangiopati tersebut menimbulkan berbagai kelainan yang dapat ditemukan dalam mulut.

Ada dua tipe klinis diabetes mellitus menurut Cawson dan Odell (2008), yaitu:
1. Juvenile onset (insulin dependent) diabetes.
Gejala biasanya muncul sebelum usia 25 tahun dan umumnya cukup parah, disertai
polidipsi, polifagi, poliuri, rasa lapar, berat badan turun dan rentan terhadap infeksi.
Dalam tipe ini, tubuh tidak dapat memproduksi insulin, sehingga tergantung pada insulin.
diabetes mellitus tipe 1 ini dapat muncul pada masa kanak-kanak dan remaja. Tipe ini
dapat muncul pada umur yang lebih tua yang disebabkan karena kerusakan pankreas oleh
karena alcohol, penyakit, operasi pankreas atau kegagalan progresif dari sel beta
pankreas.
2. Maturity onset diabetes
Pada tipe ini penderita biasanya dalam usia pertengahan dan mengalami obesitas.
Perkembangan penyakit berjalan perlahan tapi pasti, seringkali disertai penurunan
penglihatan, pruritus, kadang terjadi polidipsi, poliuri dan rasa lelah. Namun banyak juga
kasus yang tidak disertai gejala. Penyakit masih dapat dikontrol melalui diet makanan
yang ketat dan bila perlu diberikan obat-obatan hipoglikemik. Obesitas yang terjadi pada
anak-anak memudahkan terjadinya bentuk kelainan diabetes mellitus tipe ini dalam
waktu yang lebih awal.
Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer
(insulin resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal
ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif .

3. Gestational diabetes
Bentuk diabetes yang terjadi pada wanita yang sedang mengandung. Kelainan pada
wanita ini berkaitan dengan faktor genetik, obesitas dan hormon yang menyebabkan
timbulnya resistensi insulin dan biasanya terjadi pada trimester ketiga. Gestational
diabetes dapat terjadi pada sekitar 4% kehamilan. Diagnosis tersebut perlu ditentukan
kembali 6 minggu atau lebih setelah melahirkan.

KADAR GULA DARAH NORMAL
- Kadar gula darah > 120 mg/dL
- Kadar gula 2 jam sesudah makan > 200 mg/dL

MANIFESTASI DIABETES MELITUS PADA RONGGA MULUT
1. Xerostomia (Mulut Kering)
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga
mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai
pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan
menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), lubang gigi,
dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, pada penderita
diabetes salah satu tandanya adalah Poliuria, dimana penderita banyak buang air kecil sehingga
cairan di dalam tubuh berkurang yang dapat mengakibatkan jumlah saliva berkurang dan mulut
terasa kering.

2. Gingivitis dan Periodontitis
Periodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel
darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga
memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan
kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, Sedangkan periodontitis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Dan hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada
penderita Diabetes lebih berat.
Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi
rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Tanda-tanda periodontitis antara lain pasien
mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling)
hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh
giginya goyah sehingga mudah lepas.

3. Stomatitis Apthosa (Sariawan)
Penderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian
menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang
seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetes.

4. Rasa mulut terbakar
Penderita diabetes biasanya mengeluh tentang terasa terbakar atau mati rasa pada mulutnya.
Biasanya, penderita diabetes juga dapat mengalami mati rasa pada bagian wajah. Pada pasien
dengan diabetes mellitus tidak terkontrol, faktor yang menyebabkan terjadinya sindroma mulut
terbakar yaitu berupa disfungsi kelenjar saliva, kandidiasis dan kelainan pada saraf. Adanya
kelainan pada saraf akan mendukung terjadinya gejala-gejala paraesthesias dan tingling, rasa
sakit / terbakar yang disebabkan adanya perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga
mulut.

5. Oral thrush
Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi sangat
rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah.
Oral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh jamur, sejumlah
kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan
terhadap infeksi sehingga sering menggunakan antibiotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di
dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga
menyebabkan thrush.

6. Dental Caries (Karies Gigi)
Diabetes Mellitus bisa merupakan faktor predisposisi bagi kenaikan terjadinya dan jumlah
dari karies. Keadaan tersebut diperkirakan karena pada diabetes aliran cairan darah mengandung
banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik.
Karies gigi dapat terjadi karena interaksi dari 4 faktor yaitu gigi, substrat , kuman dan waktu.
Pada penderita Diabetes Melitus telah diketahui bahwa jumlah air liur berkurang sehingga makanan
melekat pada permukaan gigi, dan bila yang melekat adalah makanan dari golongan karbohidrat
bercampur dengan kuman yang ada pada permukaan gigi dan tidak langsung dibersihkan dapat
mengakibatkan keasaman didalam mulut menurun, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya lubang
atau caries gigi.

Ekstrasi gigi pada pasien dengan kelainan penyakit sistemik membutuhkan pertimbangan
yang serius dari beberapa aspek tindakan dan reaksi. Pasien dengan penyakit diabetes mellitus
memiliki resiko lebih tinggi dalam ekstrasi gigi. Pembekuan darah pada penderita diabetes
mellitus, baik yang tipe 1 maupun tipe 2 sedikit terganggu. Artinya cloating time penderita tidak
seperti orang non diabetes.
Salah satu komplikasi akut diabetes mellitus adalah koma hiperosmoler non ketotik.
Penyakit ini disebabkan tingginya kadar gula darah melebihi 600 mg% yang mengakibatkan
pasien mudah shock. Setelah parastesi, ekstrasi perlu diikuti dengan tampon selama 30 menit.
Hal ini dilakukan agar bleeding dapat teratasi. Dilakukan penambahan insulin guna mencegah
terjadinya shock.
Pada tindakan pembedahan, terdapat sedikit perbedaan antara penderita diabetes mellitus
tipe 1 dan tipe 2. Pada penderita diabetes mellitus tipe 1, sebelum dilakukan pembedahan harus
dilakukan terapi insulin, dengan memberikan suntikan insulin karena jumlah insulinnya tidak
mencukupi kebutuhan. Sedangkan pada tipe 2, tidak perlu diberikan suntikan insulin. Selain itu,
pada pemberian anastesi lokal harus dihindarkan dari bahan vasokontriktor karena mengandung
adrenalin yang dapat meningkatkan glukosa dalam darah.
Secara umum, penderita diabetes mellitus perlu perawatan kesehatan mulut yang teratur
dan sering sebab penderita diabetes mellitus lebih peka terhadap infeksi. Hal ini disebabkan
antara lain karena imunitas selular dan hormonal penderita diabetes mellitus menurun; fungsi
leukosit terganggu; dan kadar gula dalam darah tinggi. Perawatan kedokteran gigi yang
dilakukan pada penderita diabetes melitus baik tipe 1 maupun tipe 2 secara umum sama. Karena
sebenarnya pada diabetes mellitus terjadi gangguan pada insulinnya.
Pada tindakan pembedahan, perlu penangan khusus bagi penderita Diabetes Mellitus.
Terdapat sedikit perbedaan antara penderita DM tipe 1 dan tipe 2. Pada penderita DM tipe 1,
sebelum dilakukan pembedahan harus dilakukan terapi insulin, dengan memberikan suntikan
insulin karena jumlah insulinnya tidak mencukupi kebutuhan. Sedangkan pada DM tipe 2, tidak
perlu diberikan suntikan insulin. Selain itu, pada pemberian anastesi lokal, penderita DM harus
dihindarkan dari bahan vasokonstriktor karena mengandung adrenalin yang dapat meningkatkan
glukosa dalam darah. Sedangkan pada pemberian anestesi umum pada pembedahan besar maka
efek obat ini akan mempengaruhi keadaan metabolik. Hal ini dikarenakan obat-obat anestesi
yang digunakan dalam pembedahan dapat menaikkan kadar gula dalam darah karena obat
tersebut langsung menekan sel beta pankreas melalui pelepasan katekolamin yang menyebabkan
berkurangnya produksi insulin.
Jadi faktor faktor yang harus diperhatikan mengenai kesehatan gigi dan mulut pada
penderita diabetes melitus adalah :
Pertama dan yang terpenting adalah mengontrol kadar gula darah.
Kemudian rawat gigi dan gusi, serta ke dokter gigi untuk pemeriksaan rutin setiap enam bulan.
Untuk mengontrol sariawan dan infeksi jamur, serta hindari merokok.
Kontrol gula darah yang baik juga dapat membantu mencegah atau meringankan mulut kering
yang disebabkan oleh diabetes.
Menggunakan dental floss paling tidak sekali sehari untuk mencegah plak muncul di gigi.
Menggunakan pembersih mulut anti bakteri untuk mengurangi jumlah bakteri penyebab sakit gigi
pada mulut.
Menggosok gigi, terutama setelah makan. Gunakan sikat gigi dengan bulu yang lembut.
Perbaiki pola hidup, jauhkan dari penyebab stres.
Bila ada gigi yang tanggal harus segera ''diganti''.
Jangan lupa informasikan mengenai kondisi diabetes bila berkunjung ke dokter gigi, terutama
bila hendak mencabut gigi.
Kecuali sangat mendesak, sebaiknya hindari perawatan gigi bila kadar gula darah sedang
tinggi. Turunkan dahulu kadar gula darah, baru kunjungi dokter gigi kembali.
Pemakaian alat-alat seperti gigi tiruan atau kawat orthodontik perlu mendapat perhatian khusus.
Pemakai gigi tiruan harus melepas gigi tiruan sebelum tidur dan dibersihkan dengan seksama agar
meminimalkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur karena kebersihan yang tidak terjaga.

Anda mungkin juga menyukai