Anda di halaman 1dari 43

Cari yang Perintahkan Bailout Century

NUR AIVANN





Dalam persidangan kasus Century, JK kembali menegaskan bahwa kebijakan bailout
bank tersebut tidak dapat diterima.
PENANGGUNG jawab dalam kebijakan pemberian dana talangan, atau bailout, Rp6,7 triliun
kepada Bank Century sesungguhnya sangat mudah ditelusuri, asalkan penyidik kasus itu mau
melakukannya.
Fakta itu terungkap saat mantan Wapres Jusuf Kalla (JK) bersaksi untuk terdakwa mantan
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Bidang IV Pengelolaan Moneter dan Devisa dan
Kantor Perwakilan Budi Mulya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, kemarin.
Dalam sidang dibahas perkara pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek kepada Bank
Century dan penetapan Century sebagai bank gagal berdampak sistemis.
Kalau uang keluar dari BI, dari treasury, itu berarti ada perintah dari direktur dan perintah
dari gubernur (BI). Jadi, cari saja siapa yang beri perintah, papar JK menjawab pertanyaan
majelis hakim.
Jadi, Saudara tahu? tanya hakim Made Hendra. Tidak tahu, makanya kalau mau tahu,
tanya saja dari treasury-nya, jawab Kalla.
Ada perintah dari Saudara untuk mencari tahu? tanya Made lagi. Tidak, tapi karena
dikatakan Bank Century dirampok pemiliknya, saya perintahkan Kapolri untuk menangkap
pemiliknya, jawab wapres di era Kabinet Indonesia Bersatu I itu.
Tapi, Saudara tidak minta mencari tahu siapa yang melakukan pengeluaran uang?, tanya
hakim Made Hendra.
Tidak, karena Menteri Keuangan dan Gubernur BI sudah melakukannya, jawab JK. Di
persidangan, JK juga mengaku pernah dilapori Menkeu serta Gubernur BI saat itu, Sri
Mulyani Indrawati dan Boediono.
Saya dilapori oleh Sri Mulyani dan Boediono dengan sedikit tergesa, sedikit panik. Saat itu
tanggal 25 (November 2008), bahwa Bank Century ditalangi Rp2,7 triliun, kata JK.
Apa maksud tergesa-gesa itu? tanya hakim Made.
Karena mereka minta bertemu beberapa jam setelah menelepon, ada 2-3 jam sebelumnya
mereka minta bertemu karena urgent, jawab JK.
Saat pelaporan itu, menurutnya, Sri Mulyani tidak banyak bicara. Sri Mulyani lebih banyak
diam dan banyak mendengarkan, ungkap JK. Saya katakan kenapa terjadi, padahal
ketentuan pemerintah tidak mengatur blanket guarantee, tapi hanya ada penjaminan terbatas
maksimal Rp2 miliar dan syaratnya ketat.
JK menambahkan, ia tidak mendapat penjelasan kucuran talangan itu diberikan karena
kegagalan Bank Century dapat berdampak sistemis. Kita tidak bicara sistemis tanggal 25 itu,
mungkin baru setahun kemudian saya tahu, yaitu baru mencuat Agustus 2009 setelah ada
laporan BPK.
Setelah mendapat laporan itu, JK yang saat itu menjadi pejabat pelaksana tugas presiden
karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berada di luar negeri segera melapor ke SBY
setelah Presiden tiba di Indonesia.
Jumat (2/5), Sri Mulyani mengaku kecewa dengan data BI soal Century karena pada rapat
KSSK 24 November 2008, BI mengubah rasio kecukupan modal Century dari negatif 3,53%
pada 21 November 2008 menjadi negatif 35,92% pada 24 November 2008.
Hari ini, persidangan dijadwalkan menghadirkan saksi Wapres Boediono. (Lov/ Ant/X-6)

nur@mediaindonesia.com






EDITORIAL

Kesaksian Kunci di Kasus Century


Kita ingin keterangan para saksi kunci di peradilan kasus Century menjadi babak yang
menuntaskan.
Silakan tanggapi Editorial ini melalui: http://www.metrotvnews.com

SETELAH bergulir lambat selama empat tahun terakhir, kasus Century mulai memasuki
babak baru. Babak itu menjadi bagian menentukan dalam pengusutan dan penuntasan kasus
tersebut.
Menentukan, karena dalam babak tersebut, pengadilan mulai menghadirkan aktor-aktor kunci
yang kesaksian dan keterangan mereka dapat memengaruhi arah dan penyelesaian
selanjutnya dari kasus penggelontoran dana Rp6,7 triliun yang diduga sarat moral hazard itu.
Setelah pekan lalu mendengar kesaksian mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Jakarta kemarin menghadirkan mantan Wapres Jusuf Kalla sebagai
saksi untuk terdakwa mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya.
Dalam persidangan, JK memaparkan kesaksian yang dapat dipergunakan penyidik untuk
menyingkap lebih terbuka lagi tabir yang selama ini melingkupi proses pengambilan
keputusan dan aktor di balik penggelontoran dana bailout ke Bank Century.
Beberapa hal yang dipaparkan JK, antara lain, bahwa pada 25 November 2008 Boediono
yang ketika itu menjabat Gubernur BI dan Sri Mulyani sebagai Menkeu dan Ketua Komite
Stabilitas Sistem Keuangan melapor kepada dirinya yang kala itu menjadi pelaksana tugas
presiden saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berada di luar negeri.
Saya dilapori oleh Sri Mulyani dan Boediono dengan sedikit tergesa, sedikit panik, bahwa
Bank Century ditalangi Rp2,7 triliun, papar JK dalam persidangan.
Selain mengungkapkan fakta tentang Boediono dan Sri Mulyani yang melaporkan kondisi
Bank Century, JK mengungkapkan pendapat tentang kondisi dan situasi ketika Bank Century
dilaporkan mendapatkan talangan.
JK, misalnya, mengatakan ketika itu dilaporkan adanya kriminalisasi atas bank tersebut oleh
pemilik. JK juga menyatakan bailout Century dilakukan tanpa dasar hukum sebab dasar
untuk memberikan jaminan kepada bank saat itu hanya mencapai Rp2 miliar.
Juga dikatakan JK bahwa kondisi perekonomian ketika penggelontoran itu dilakukan berada
dalam keadaan baik. Bank Century pun hanyalah bank kecil dengan nilai aktiva 0,7% dari
aset bank nasional sehingga dampaknya tidak berarti.
Sesungguhnya yang dikatakan JK dalam persidangan bukanlah keterangan baru. Kesaksian
itu selaras dengan yang ada dalam berita acara pemeriksaan saat ia diperiksa penyidik KPK,
beberapa waktu lalu. Namun, yang ingin kita tekankan ialah dalam persidangan itu JK
kembali menegaskan keputusan menalangi Century hingga Rp6,7 triliun tidak bisa diterima.
Ia dengan gamblang pula menyatakan untuk mengungkap aktor di balik penggelontoran itu
sangatlah mudah.
Kalau uang keluar dari BI itu dari treasury, berarti ada perintah dari direktur dan gubernur.
Jadi, cari saja siapa yang beri perintah, kata JK.
Kita ingin keterangan JK ditindaklanjuti penyidik KPK dan para hakim tipikor di persidangan
selanjutnya. Hari ini, pengadilan tipikor dijadwalkan menghadirkan Boediono sebagai saksi.
Kita menghargai kesediaan Boediono memenuhi panggilan pengadilan untuk diperiksa
sebagai saksi. Publik lebih menghargai lagi bila ia secara jujur dan terus terang
mengungkapkan seluruh fakta dan kebenaran terkait dengan kasus itu. Kita ingin keterangan
para saksi kunci di peradilan kasus Century menjadi babak yang menuntaskan.














KPU Tolak Perppu, Janji Tuntaskan Rekapitulasi


KOMISI Pemilihan Umum menolak tawaran dua draf peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (perppu) tentang perpanjangan tahapan rekapitulasi serta penetapan
perolehan suara Pileg dan Pilpres 2014. KPU berjanji menuntaskan rekapitulasi suara sesuai
tenggat, hari ini, 9 Mei.
Rabu (7/5) memang kami dikontak Kementerian Dalam Negeri, tetapi kurang lebih kami
berpandangan di sisa waktu ini, kami bisa menyelesaikannya, ungkap komisioner KPU
Hadar Nas Gumay, di Kantor KPU, Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, Presiden Yudhoyono menginstruksikan Mendagri Gamawan Fauzi
mempersiapkan draf perppu jika KPU sewaktu-waktu memerlukannya.
Hingga pukul 23.00 WIB, KPU masih menyisakan 10 provinsi yang rekapitulasinya belum
disahkan. Mudah-mudahan sebelum break salat Jumat ya (selesai). Kami berencana
menetapkan besok malam (malam ini) pukul 19.30 WIB, jelas Hadar.
Secara terpisah, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi menyebutkan pemerintah tidak akan
menerbitkan perppu. Sejauh ini belum ada permintaan (dari KPU). Berdasarkan komunikasi
terakhir dengan Husni (Ketua KPU), KPU bisa menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal,
ujarnya.
Berdasarkan pemantauan, untuk kedua kalinya KPU kembali menunda proses rekapitulasi
suara anggota DPR untuk Provinsi Jawa Barat.
Namun, penundaan kali ini dilatarbelakangi adanya sejumlah saksi dari partai politik yang
masih mengajukan keberatan.
Jawa Barat kami pending, kata Ketua KPU Husni Kamil Manik saat memimpin rapat
rekapitulasi di ruang sidang KPU, Jakarta, tadi malam.
Hingga saat ini KPU belum menetapkan total 10 provinsi untuk DPR. Adapun daerah yang
sudah ditetapkan mencapai 23 provinsi. Selain itu, untuk calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah, 7 dari 33 provinsi belum ditetapkan.
Pada bagian lain, Mahkamah Konstitusi tidak ingin menjadi keranjang sampah pemilu.
Jangan sampai mengejar target, kemudian melimpahkan semua di MK, kata Ketua MK
Hamdan Zoelva. (Che/AI/X-5)

Bupati Bogor Tersangka Suap Rp4,5 M

SRI UTAMI



Penyidik KPK menyita uang tunai senilai Rp1,5 miliar, terdiri dari 2 plastik pecahan
Rp50 ribu, 1 plastik pecahan Rp100 ribu, dan 1 plastik pecahan campuran.
SETELAH memeriksa sejak Rabu (7/5) malam, akhirnya KPK mantap menetapkan Bupati
Bogor Rachmat Yasin menjadi tersangka dugaan penyuapan tukar guling lahan hutan seluas
2.754 hektare (ha) di Kabupaten Bogor.
Rachmat diduga menerima suap Rp4,5 miliar dari PT Bukit Jonggol Asri, anak perusahaan
Bakrie Land.
Demikian penjelasan Ketua KPK Abraham Samad di Gedung KPK Jl Rasuna Said, Jakarta,
kemarin.
Setelah forum ekspose (kami) menyimpulkan terjadi korupsi (penyuapan) yang melibatkan
RY selaku Bupati Bogor, kata Abraham.
Dalam operasi tangkap tangan Rabu (7/5), KPK menemukan barang bukti uang tunai senilai
Rp1,5 miliar. Sebelumnya sudah diberikan uang Rp3 miliar. Kemana uang itu akan
diungkap, ujar Abraham.
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto memerinci uang Rp1,5 miliar yang disita, yaitu 2
plastik pecahan Rp50 ribu, 1 plastik pecahan Rp100 ribu, dan 1 plastik pecahan campuran.
Atas kasus tersebut, Rachmat dijerat dengan Pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 5 ayat 2
atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan UU
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1
ke-1 KUH Pidana.
Abraham menambahkan bersama Rachmat juga ditangkap Kepala Dinas Pertanian dan
Kehutanan Muhammad Zairin dan pihak perusahaan pengembang Franciskus Xaverius
Yohan Yap.
Kini, Rachmat ditahan di Rutan KPK, Zairin di Rutan Cipinang, dan Franciskus di Rutan
Guntur.
Pascapenangkapan Rachmat Yasin oleh penyidik KPK, seluruh satuan kerja perangkat daerah
Kabupaten Bogor menggelar rapat koordinasi untuk mempertahankan roda pemerintahan.
Tentunya ada sejumlah langkah yang kami bicarakan. Pelayanan masyarakat berjalan biasa.
Saya dan sekda serta perangkat daerah bekerja sama, ungkap Wakil Bupati Bogor
Nurhayanti.
Jarang bersosialisasi
Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai kepala daerah sangat rentan melakukan korupsi
atau menerima suap atas kebijakan yang dikeluarkan.
Karena itu, ICW mengapresiasi langkah komisi antirasywah menangkap Bupati Bogor.
Perlu ditelusuri apakah terkait pemilu atau tidak, jelas anggota Badan Pekerja ICW
Emerson F Yuntho.
Sementara itu, DPP Partai Persatuan Pembangunan mengaku prihatin atas penangkapan
Rachmat Yasin.
Kami mendoakan Rachmat tabah menjalani proses hukum, tutur petinggi DPP PPP Irgan
Chairul Mahfiz.
KPK menangkap Rachmat Yasin di rumah pribadi di Perumahan Taman Yasmin Jalan
Wijaya Kusumaraya 103, Bogor, Rabu malam.
Amin, seorang satpam rumah tersebut, mengaku tidak pernah melihat sosok Rachmat kendati
ia telah bertugas 10 tahun. Rumah berlantai dua itu kini lengang. Tidak ada aktivitas di luar
ataupun di dalam.
Menurut Amin, rumah pribadi Rachmat Yasin itu pernah menjadi markas tim sukses ketika
pemilu kada kabupaten.
Bapak jarang bersosialisasi. Kalau ke luar hanya membunyikan klakson, tetapi tidak
menyapa, tandas Amin.
(Cah/DD/Ant/X-3)

















Pencopotan PM Yingluck Perparah Krisis


KRISIS politik Thailand diperkirakan makin memanas setelah Mahkamah Konstitusi
mengeluarkan keputusan yang mencopot Perdana Menteri Yingluck Shinawatra dari
jabatannya, Rabu (7/5). Kedua kubu yang berselisih pun sama-sama akan mengerahkan
massa di Ibu Kota Bangkok hari ini.
Kubu oposisi, yang mendapat angin dari keputusan MK, akan melakukan langkah tekanan
agar segera dibentuk pemerintahan baru. Mereka menolak kabinet pimpinan Menteri
Perdagangan Niwatthamrong Boonsongpaisan.
Boonsongpaisan ditunjuk partai berkuasa, Puea Thai, setelah pelengserkan Yingluck. Kami
menjalankan perjuangan terakhir, ujar juru bicara demonstran oposisi, Akanat Promphan.
Sebelumnya, mereka menuntut pembubaran kabinet, menolak pemilu, dan membentuk
Dewan Rakyat untuk melakukan reformasi.
Di pihak lain, demonstran loyalis Yingluck yang dikenal sebagai kelompok Kaus Merah
sejak tadi malam berbondong-bondong menuju Bangkok.
Pemimpin Kaus Merah dari Kota Khon Kaen, Phuttiphong Khamhaengphon, menyebutkan
sekitar 100 ribu orang menuju Bangkok. Demonstran berjumlah hampir sama dari kampung
halaman Yingluck, Chiang Mai, juga mulai bergerak ke ibu kota.
Kelompok Kaus Merah menuding ada konspirasi elite untuk menggulingkan pemerintah
terpilih. Salah satu pemimpin Kaus Merah, Jatuporn Prompan, mengatakan pihaknya sedang
bertempur melawan Prem Tinsulanonda, otak kudeta militer pada 2006.
Ini pertama kalinya kedua pihak berunjuk rasa berdekatan dan masing-masing memiliki
elemen garis keras, yang memunculkan kekhawatiran tinggi, kata analis politik Thailand,
Kan Yuenyong.
Kemarin, rumah salah satu hakim MK dilempar granat jenis M67. Teror serupa menimpa
sebuah bank di Bangkok. Tidak ada laporan jatuhnya korban dalam insiden itu.
Pada bagian lain, Komisi Antikorupsi memutuskan Yingluck sebagai tersangka kasus beras.
Dengan status itu, Yingluck terancam kehilangan hak politik.(Reuters/AP/Bangkok Post/The
Nation/Kid/X-4)






Terbukalah Pak Boediono

ASTRI NOVARIA


Sebagai Gubernur BI, Boediono paling tahu mengapa Rp6,7 triliun diberikan ke
Century.
SETELAH memeriksa mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, hari ini majelis hakim hakim
Pengadilan Tipikor Jakarta akan meminta keterangan Wakil Presiden Boediono dalam kasus
skandal Bank Century. Saat Bank Century diberi dana talangan Rp6,7 triliun pada akhir 2008,
Boediono kala itu menjadi Gubernur Bank Indonesia.
Kalau memang Boediono punya keinginan kuat untuk membuka kasus ini, buka selebar-
lebarnya. Dia sangat tahu apa yang terjadi di balik pengucuran dana besar-besaran itu, ujar
Koordinator Divisi Investigasi Indonesia Corruption Watch (ICW) Agus Sunaryanto dalam
perbincangan dengan Media Indonesia, kemarin.
Ia berharap jaksa dan majelis hakim jeli dalam menyimak setiap penjelasan Boediono.
Pasalnya, selaku Gubernur BI kala itu, Boediono menjadi pengambil keputusan tertinggi atas
permohonan dana talangan dari Bank Century.
Menurut Agus, banyak informasi yang dapat digali jaksa dan hakim dari Boediono. Ia
mencontohkan, Boediono yang harus menjelaskan kondisi nyata ekonomi Indonesia saat itu.
Ini penting digali karena itu yang menjadi alasan BI memberi dana talangan buat Bank
Century. Apa benar kondisi perekonomian saat itu sangat genting sehingga menetapkan Bank
Century bisa memberi dampak sistemis jika dinyatakan sebagai bank gagal? Boediono juga
harus menjelaskan benar-tidaknya ada perampokan yang dilakukan direksi Bank Century
dalam kasus ini, papar Agus.
Semua keterangan Boediono, sambungnya, dapat menjadi alat bukti baru.
Persoalan Century berdampak sistemis atau tidak, itu paling penting untuk diverikasi.
Sebab Pak Boediono mengatakan berdampak sistemis sehingga perlu dana talangan,
sedangkan kalangan DPR dan pakar menilai tidak berdampak sistemis. Ini harus jelas di
persidangan, pungkas dia.
Sementara itu, di kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta, mantan Ketua
Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengaku yakin Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono sangat paham apa yang ada di balik kasus Century. Bukan cuma Pak Boediono.
Kalau menurut saya, Pak SBY itu juga layak jadi saksi di kasus Bank Century, kata Anas
seusai menjalani pemeriksaan di Gedung KPK.
Pak SBY tahu tentang ini. Ia mengaku tidak tahu dan tidak dilapori. Namun, faktanya, ia
tahu dan dilapori, tegasnya.
Ia memuji sikap kenegarawanan Wakil Presiden Boediono yang bersedia menjadi saksi untuk
terdakwa Budi Mulya.
Semua kaca di ruang sidang pun dilapisi kaca film yang sangat gelap guna menghalangi
pandangan dari luar. Tidak cuma ruang sidang, kamar kecil pun disulap menjadi wangi dan
mengilap.
Biar kinclong, kata petugas kebersihan seusai membersihkan kamar kecil.
Seorang petugas Paspampres pun langsung mengunci pintu kamar kecil tersebut agar tidak
digunakan hingga esok pagi.
Menurut Kepala Biro Pengamanan dari Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres) Jacob Djoko
Santosa, tidak ada permintaan khusus dan tidak ada pengamanan ekstra buat Wapres
Boediono di ruang sidang. (Lov/P-1) astri@mediaindonesia.com

























Senyum Mengembang Jusuf Kalla di Sidang


Berulang kali Budi Mulya menatap tajam JK. Hanya sesekali mantan Deputi Gubernur
BI itu melipat tangan ke dadanya sembari melihat langit-langit ruangan.
SUASANA Gedung Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, kemarin, berbeda dari hari
biasanya. Derap langkah jajaran petugas kepolisian mulai memenuhi gedung itu demi
menjaga keamanan dan pengawasan saat mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) akan
bersaksi atas terdakwa Budi Mulya dalam kasus skandal Bank Century.
Ratusan personel pun dikerahkan untuk mengamankan jalannya persidangan. Jajaran petugas
kepolisian menyebar di beberapa titik, mulai halaman gedung, lobi, hingga jalan menuju
ruang sidang, sebelum JK tiba di gedung pengadilan pukul 08.40 WIB.
Ketatnya penjagaan terus berlanjut hingga Jumat (9/5) ini karena majelis hakim juga akan
memintai keterangan Wakil Presiden Boediono dalam kasus yang sama.
Namun, ketatnya penjagaan dan sorot tajam mata para petugas keamanan tak mengubah
sedikit pun raut wajah JK yang dikenal murah senyum. Begitu tiba di gedung pengadilan, ia
langsung menyapa wartawan yang telah menanti kehadirannya sejak pagi.
Hai, apa kabar kalian? sapa JK seraya melambaikan tangan. Wajahnya semringah dengan
senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya.
Saat duduk di hadapan majelis hakim, JK juga tampak santai. Dengan lugas ia menjawab
pertanyaan yang dilontarkan para jaksa.
Sikap berbeda justru ditampakkan mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Budi Mulya
yang menjadi terdakwa dalam perkara itu. Berulang kali Budi menatap tajam JK saat
memaparkan kesaksiannya. Berulang kali pula Budi terlihat sibuk mencatat di tengah
kesaksian JK. Hanya sesekali ia melipat kedua tangan di dadanya sembari menatap langit-
langit ruangan.
Selama jaksa mengajukan pertanyaan, JK dengan cepat menjawab dengan jawaban lugas.
Mikrofon bahkan tak pernah lepas dari genggamannya, seakan terus menanti pertanyaan
jaksa.
Dengan santai, JK menjawab cecaran jaksa sembari menopangkan tangan yang
menggenggam mikrofonnya di sandaran lengan kursi.
Posisi duduk JK berubah saat hakim memberi kesempatan kepada tim pengacara Budi Mulya
mengajukan pertanyaan. Sorot matanya pun langsung ditujukan kepada Luhut Pangaribuan,
ketua tim pengacara.
Saat memberi jawaban kepada Luhut, JK lebih banyak tak menggunakan mikrofon. Mikrofon
yang sebelumnya seperti melekat di tangannya kini lebih banyak dibiarkan menggeletak di
pahanya.
Budi Mulya pun tampak lebih sering menundukkan kepala. Atau, sesekali dia sibuk
membolak-balik kertas yang ada di hadapannya.
Tak terasa, sidang pun sudah berjalan 2 jam. Sembari tetap meladeni derasnya pertanyaan,
diam-diam JK mengeluarkan botol minuman yang sebelumnya telah disimpan di tasnya.
Bapak mau minum? tanya anggota majelis hakim Aantara.
JK terkaget mendapat pertanyaan itu. Oh boleh minum, Pak? Takut dilarang Bapak, kata
JK dengan mimik wajah seperti habis tepergok berbuat kesalahan.
Anggota majelis hakim pun senyum-senyum sendiri melihat polah JK itu.
Kalau begitu sidang akan saya skors 5 menit, kata Aantara.
Oh tidak perlu, Pak, langsung saja, kata JK yang langsung buru-buru menenggak
minumannya. (Nur Aivanni/P-1)












KASUS PAJAK
Institusi Pajak Mendesak Segera Dibersihkan


PENETAPAN mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Hadi Poernomo
sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menambah panjang daftar
hitam dan mencoreng institusi perpajakan yang berada di bawah Kementerian Keuangan.
Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas menilai kasus
dugaan korupsi soal pajak itu harus ditindaklanjuti dengan pembenahan institusi pajak.
Menurutnya, dengan adanya tersangka baru terkait kasus penggelapan pajak tersebut, jika
tidak dibenahi kelembagaannya, lama kelamaan akan dinilai wajar di keseharian masyarakat.
Masih banyak celah perpajakan. Kalau tidak dibenahi, orang akan berpikir Ah nanti juga
ada lagi yang ditangkap tanpa ada kesadaran institusi pajak rawan korupsi dan tak perlu
pembenahan apa-apa, ujar Firdaus di Kantor ICW Jakarta, kemarin.
Dikatakan Firdaus, hukum harus ditegakkan untuk menguak kasus penggelapan pajak yang
rawan korupsi tersebut. Apalagi, sambungnya, pajak menjadi porsi terbesar dalam pemasukan
uang negara. Tren penerimaan pajak sejak 2000 (Rp116 triliun) semakin besar hingga 2011
(Rp873 triliun) yang sebagian besar berasal dari pajak penghasilan dan pajak pertambahan
nilai (PPN).
Di sisi lain, lanjut dia, piutang pajak pun semakin meningkat sejalan dengaan tren
penerimaan pajak. Berdasarkan data yang diterima Media Indonesia, pada 2004 piutang pajak
mencapai Rp28 miliar. Besarannya terus meningkat sampai 2011 hingga mencapai Rp108
miliar.
Sebagian besar dari piutang pajak ini, lanjut dia, masuk dalam sengketa pajak atau keberatan
pajak.
Dan dari catatan kami, selama 2002-2011, terdapat 36.861 putusan pengadilan pajak. Total
gugatan yang diterima secara formal 29.154 atau 75,9% dari total putusan. Dari gugatan yang
diterima tersebut, sebanyak 22.842 dikabulkan. Ini setara 81% dari keseluruhan gugatan
wajib pajak, jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, praktisi pajak dari Center For Indonesia Taxation Analysis
(CITA) Yustinus Prastowo menilai adanya kelemahan dalam peradilan pajak yakni buruknya
mutu pemeriksaan sengketa pajak.
Menurutnya, hal itu yang menyebabkan 81% sengketa pajak justru dimenangi wajib pajak
karena ada kecenderungan kongkalikong antara petugas pajak dan wajib pajak.
Cawapres Golkar Harus Tokoh Muda

EMIR CHAIRULLAH


Perlu tokoh muda Golkar yang memiliki elektabilitas, kapabilitas, popularitas, dan
kompentensi cukup untuk mendampingi Prabowo. Walaupun ada yang mengklaim
sudah dekat dengan Gerindra, putusan koalisi tetap ditentukan dalam rapimnas.
CAPRES Partai Golkar Aburizal Bakrie tidak bisa seenaknya menawarkan diri sebagai calon
wakil presiden bagi calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Pasalnya, proses
pencapresan Aburizal sudah melalui proses rapat pimpinan organisasi sebagai wadah
organisasi dalam menentukan capres atau cawapres.
ARB di Golkar diputus dan dideklarasikan pada Rapimnas V. Tidak bisa seenaknya turun
grade jadi cawapres, tegas Ketua Umum Satkar Ulama Golkar Ali Yahya di Jakarta,
kemarin.
Menurutnya, proses pengubahan status pencapresan Aburizal menjadi cawapres bukan hal
mudah. Pasalnya, penetapan dilakukan melalui proses tiga kali rapat pimpinan dan
melibatkan unsur yang ada di Golkar.
Kalaupun ingin turun kelas menjadi cawapres, lanjutnya, Aburizal harus mendapatkan
persetujuan terlebih dulu di Rapimnas VI. Khusus untuk cawapres, tambah Ali, masih ada
kader Golkar lain yang berminat menjadi cawapres. Sebut saja rekomendasi cawapres yang
diajukan Dewan Pertimbangan Golkar seperti Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, dan Luhut
Panjaitan, jelas Yahya.
Kemudian, Yahya mengungkapkan, ada Priyo Budi Santoso, Agung Laksono, dan Ginandjar
Kartasasmita yang diusung oleh ormas dan sayap partai.
Begitu pun, tambah Ali, keputusan mengenai mitra koalisi hingga kini belum final. Walaupun
ada yang mengklaim sudah dekat dengan Gerindra, putusan koalisi tetap ditentukan dalam
rapimnas.
Dari enam ini dan satu lagi, Pak ARB ini bakal kita godok dalam Rapimnas VI nanti, siapa
yang layak untuk kita majukan capres partai lain, pungkas Yahya.
Pengamat politik dari Universitas Nasional Firdaus Syam mengatakan baru Jokowi yang
didukung PDI Perjuangan dan Partai NasDem yang sudah memiliki tiket pencapresan.
Sementara itu, capres lain belum memilikinya, baik Prabowo Subianto maupun Aburizal.
Dalam kasus koalisi, menurut Firdaus, ada tekanan di internal Golkar lantaran belum jelasnya
koalisi yang dibangun Aburizal.
Saya kira ini satu momentum penting bagi ARB melihat perkembangan bahwa perlu ada
langkah-langkah yang lebih cepat untuk memungkinkan koalisi ini menjadi lebih konkret dan
lebih jelas antara Golkar dan Gerindra, ungkap Firdaus.
Dia menjelaskan, perlu tokoh muda Golkar yang memiliki elektabilitas, kapabilitas,
popularitas, dan mempunyai kompetensi cukup tinggi untuk mendampingi Prabowo. Kalau
tokoh muda Golkar dimunculkan menjadi orang nomor dua berkoalisi dengan Gerindra, itu
akan bisa memberikan sesuatu daya magnet dan suara yang lebih besar, jelas Firdaus. (P-4)
emir@mediaindonesia.com




































PPP Bisa tidak Diajak Koalisi



PARTAI Persatuan Pembangunan (PPP) belum dapat melabuhkan pilihan untuk berkoalisi.
Di tengah perpecahan dua arus besar internal yang memilih untuk berkoalisi dengan partai
masing-masing, Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PPP 10 Mei disebut menjadi penentu
arah koalisi partai Islam tersebut.
Ketua DPP PPP Rusli Effendi mengatakan keputusan untuk menetapkan arah koalisi akan
diputuskan dalam rapimnas. Sekarang masih tahap pematangan komunikasi, jelas Rusli di
Jakarta, kemarin.
Sebelumnya perpecahan partai terkait koalisi mencuat setelah Ketua Umum PPP
Suryadharma Ali hadir dalam kampanye akbar Partai Gerindra.
Dua arus besar antara Suryadharma Ali dan Sekjen PPP Romahurmuziy sepakat untuk
bertemu dalam rapimnas dan memastikan arah koalisi partai. Keputusan rapimnas penting
karena Gerindra dan PDIP sama-sama membuka pintu bagi PPP.
Namun, pintu untuk PPP bisa saja tertutup. Apalagi setelah penangkapan Ketua DPW PPP
Jawa Barat, Rahmat Yasin yang juga Bupati Bogor oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Apalagi Rahmat Yasin berada di kubu Romahurmuzy yang getol menyingkirkan
Suryadharma dari posisi ketua umum.
Pengamat politik dari Universitas Nasional Jakarta Fauzi Syam menilai penangkapan Rahmat
Yasin oleh KPK memengaruhi elektabilitas partai tersebut saat menghadapi Pemilu Presiden
2014.
Karena dia pengurus PPP, jelas akan mempengaruhi elektabilitas partai dan capres yang
mereka dukung, kata Fauzi.
Menurut dia, saat ini sudah memasuki persiapan penyelenggaraan pemilu presiden yang
ditandai dengan saling menjajagi di antara partai-partai politik untuk mengusung pasangan
calon presiden dan calon wakil presiden.
PDIP dan Gerindra bisa jadi berpikir ulang berkoalisi dengan PPP. Karena, ada kader PPP
yang korup dan diungkap besar-besaran. (SU/Ant/P-4)







SBY Menunggu Respons Megawati



PENGAMAT politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan
berbagai upaya dilakukan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk
membangun komunikasi politik dengan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati
Soekarnoputri yang renggang sejak 2004.
Siti menilai manuver SBY melalui media sosial Youtube, misalnya, berusaha meyakinkan
Megawati mengenai niatnya merajut kembali komunikasi dengan Megawati dan membangun
koalisi antara Demokrat dan PDIP.
Jika akhir April lalu SBY menyampaikan harapannya bisa berkomunikasi dengan Megawati
melalui pernyataannya di jejaring sosial Youtube, Senin (5/5), sebuah video wawancara SBY
yang mengirim isyarat itu kembali diunggah.
Pada video kedua itu, SBY menolak mendukung capres yang mempunyai misi nasionalisasi
aset. Menurut Siti, pernyataan itu mengarah kepada sosok capres Partai Gerindra Prabowo
Subianto.
Sinyal lain dikirim saat SBY berkunjung ke The Soekarno Center di Bali. Di sana ia juga
menerima penghargaan dari lembaga yang diketuai oleh Sukmawati Soekarnoputri.
Pada acara itu, Presiden dan Ibu Ani Yudhoyono tampil kompak dengan batik merah.
Dalam sambutan seusai penerimaan penghargaan, SBY memuji-muji Bung Karno sebagai
pemikir dan pejuang ulung. Bapak Proklamator itu, kata SBY, juga mampu menggelorakan
semangat rakyat untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara merdeka dan berdaulat.
Sinyal-sinyal telah dikirim. SBY saat ini menunggu respons dari Megawati. Kemungkinan
itu ada. Dalam politik tidak ada kawan ataupun lawan abadi, yang ada kepentingan. Namun,
harus ada jembatan, ujar Siti.
Namun, lanjut Siti, sampai saat ini Megawati belum memberikan respons. SBY sangat ingin
berkomunikasi dengan Mega, tetapi belum terwujud. (Ant/P-5)








MK Tolak Jadi Keranjang Sampah Pemilu


MAHKAMAH Konstitusi (MK) menginginkan agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) dapat
menyelesaikan rekapitulasi suara dengan sebaik-baiknya, agar tidak menjadi beban MK
menyelesaikan perkara hasil pileg yang begitu banyak.
Hal itu diungkapkan Ketua MK Hamdan Zoelva dalam acara penandatanganan kesepahaman
bersama dengan Polri terkait pengamanan persidangan penyelesaian sengketa pileg di
Gedung MK, Jakarta, kemarin.
Sebenarnya kami beharap penuh pada KPU sebagai penyelenggara pemilu untuk selesaikan
persoalan itu, cetus Hamdan.
Dia menyebutkan, jangan sampai KPU mengejar target kemudian melimpahkan semua di
MK. Kami berharap betul ke KPU yang punya batas waktu sampai besok (hari ini), untuk
selesaikan sebaik-baiknya segala persoalan yang ada, sehingga beban MK tidak terlalu berat
dan banyak masalah yang terselesaikan, ujar Hamdan.
Walaupun demikian, Hamdan memprediksi jumlah gugatan yang masuk lebih sedikit
daripada Pemilu 2009. Pasalnya, jumlah partai politik peserta pemilu lebih sedikit.
Sebenarnya jika dibandingkan dengan Pemilu 2009, jumlah peserta pemilu jauh lebih
sedikit. Dulu ada 36 parpol, sekarang hanya 15 parpol. Kami prediksi tidak sebanyak perkara
pada 2009. Karena jumlah parpol peserta pemilu lebih sedikit, kata Hamdan.
Ia menambahkan, MK tetap siap menghadapi banyaknya jumlah perkara yang masuk.
Karena itu tanggung jawab dan kewajiban dari MK, tegas Hamdan.
Dia mengingatkan pihak yang akan beperkara di MK nanti agar benar-benar mempunyai
dasar yang kuat untuk mengajukan gugatan.
Jangan mengadu nasib di MK. Artinya yang tidak punya dasarnya, tetapi dipaksakan di MK,
itu akan menambah persoalan jadi berat. Maju ke MK betul-betul ada dasar dan buktinya
sehingga memudahkan proses persidangan di MK, tandas Hamdan.
Senada dengan Hamdan, Wakil Ketua MK Arief Hidayat menegaskan, MK siap menerima
perkara gugatan sengketa pileg karena sudah menjadi tanggung jawab dan kewenangan
pihaknya untuk menyelesaikannya.
Itu sudah jadi tanggung jawab dan kewenangan kami. Tidak bisa kami menolak perkara
yang masuk ke sini. Kami harus tetap menerima perkara tersebut, kata Arief.
Dia pun berharap agar pihak yang beperkara menyelesaikan permasalahan terlebih dahulu
pada tingkatan masing-masing, agar perkara yang ditangani oleh MK tidak menumpuk.
Kami sejak lama mengimbau kepada yang mau beperkara dan penyelenggara pemilu agar
menyelesaikan permasalahan terlebih dahulu, sesuai dengan tingkatannya, jelas Arief.
Menurutnya, permasalahan mengenai pelanggaran pemilu bisa diselesaikan oleh Panwaslu
setempat. Kemudian, permasalahan penghitungan suara bisa diselesaikan di KPU daerah jika
terjadi di daerah.
Jika ada permasalahan administrasi, selesaikan di PTUN, jika ada permasalahan mengenai
pidana pemilu selesaikan oleh aparat penegak hukum setempat, sehingga jika sudah selesai
pada tingkatannya, tidak perlu datang ke MK. Dengan begitu, MK tidak menjadi keranjang
sampah pemilu, papar Arief. (AI/P-4)
































Jokowi bukan Capres Boneka

SRI UTAMI

Megawati sudah tepat memilih Jokowi sebagai calon presiden. Bukan demi kontrol,
melainkan demi pembenahan.
TUDINGAN Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres boneka merupakan hal yang tak
berdasar serta mengada-ada. Jokowi justru ialah sosok presiden harapan bangsa di Pilpres
2014.
Pendapat tersebut disampaikan sosiolog Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola dan
Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latif dalam diskusi bertajuk Capres Boneka, di
Jakarta, kemarin.
Sejak awal Jokowi, dengan gayanya yang sangat khas itu, menjadi harapan bagi orang-orang
yang telah risau melihat kondisi negara kita. Kemunculan Jokowi menjadi harapan saat
kegelapan terjadi, kata Thamrin dalam diskusi itu.
Banyak orang yang menyambut gembira pencapresan Jokowi, karena Jokowi mampu
membawa harapan baru untuk membenahi bangsa. Menurut saya, Megawati sudah tepat
memilih Jokowi sebagai presiden. Bukan demi kontrol, melainkan demi pembenahan, tegas
Thamrin.
Sosok Jokowi, lanjut Thamrin, mencerminkan pemimpin tanpa peninggalan dosa Orde Baru.
Inilah yang diinginkan oleh rakyat terhadap Jokowi. Jokowi satu-satunya calon yang bersih
dan tidak ada sangkut paut dengan Orba. Sedangkan pasangan lain pihak ada yang mewarisi
dosa Orba, cetusnya.
Sementara itu, Yudi Latif menilai penunjukan Jokowi sebagai capres melambangkan
kenegarawanan seorang Megawati yang bersedia memberikan jawaban bagi publik, yang
selama ini mencari sosok pemimpin yang bisa menjaga demokrasi serta memajukan
kesejahteraan rakyat.
Pasalnya, kata Yudi, kepentingan zaman selanjutnya ialah rakyat keluar dari fase
otoritarianisme ke fase demokrasi. Menurutnya, demokrasi sejauh ini belum membawa
perbaikan, pelayanan publik yang baik bagi rakyat.
Saya rasa itu (tudingan capres boneka) salah sasaran. Justru saya melihat yang dilakukan
Megawati sudah benar dan memberi teladan. Karena Megawati memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk bisa memimpin, karena melihat kemampuannya, jelas Yudi.
Serangan kepada Jokowi soal capres boneka sempat dilontarkan Fahri Hamzah (Wasekjen
PKS), Fadli Zon (Waketum Gerindra), dan Prabowo Subianto (Ketua Dewan Pembina
Gerindra). Mereka menuding, jika terpilih menjadi presiden, Jokowi akan diatur oleh
Megawati.
Selangkah lebih maju
Pada kesempatan berbeda, pengamat politik Universitas Nasional Firdaus Syam mengatakan
tiket sebagai calon presiden hanya dimiliki oleh Jokowi, sehingga Jokowi selangkah lebih
maju daripada capres lain sedang yang membangun koalisi dan mengevaluasi rencana
pencapresan, bahkan merencanakan down grade menjadi cawapres.
Sementara itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri datang ke Bali, Kamis (8/5).
Wasekjen PDIP Hasto Kristianto mengatakan tujuan Megawati ada di Bali untuk merenung,
bermeditasi, dan menemukan pemimpin Indonesia yang baik ke depan.
Ia mengindikasikan ada dua nama yang terus menguat, yakni Jusuf Kalla dan Abraham
Samad. Cawapres pilihan itu akan diumumkan dalam rentang mulai 10 Mei hingga 18 Mei
mendatang.

(Cah/OL/P-5) ami@mediaindonesia.com















Pemilu Jadi Momentum Peradilan Politik


PEMILU merupakan momentum peradilan politik untuk menyeleksi orang-orang yang
melakukan pelanggaran hukum masa lalu. Jadi, sangat beralasan penanganan kasus-kasus
pelanggaran HAM, baik kasus Trisakti maupun penculikan aktivis, harus menjadi bagian
tidak terpisahkan dalam agenda politik.
Penegasan tersebut dikemukakan Ketua Setara Institute Hendardi sekaligus menjawab
tudingan politikus Gerindra Fadli Zon yang menyebut isu pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) yang disuarakan Koalisi Melawan Lupa ditunggangi partai tertentu dan sebagai
upaya mengganjal pencapresan Prabowo Subianto.
Saya mengingatkan bahwa satu terobosan untuk menghentikan impunitas (pemutihan kasus)
ialah momentum pemilu. Di berbagai negara momentum itu ialah momentum politik
sehingga memang pemilu harus menjadi peradilan politik untuk menyeleksi orang-orang
yang melakukan pelanggaran masa lalu, ujarnya dalam diskusi Melawan Lupa Tragedi
Trisakti di Jakarta, kemarin. Isu pelanggaran HAM memang gencar disuarakan Koalisi
Melawan Lupa belakangan ini. Mereka dengan tegas menyatakan penolakan terhadap capres
yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran HAM masa lalu, yakni capres Partai Gerindra
Prabowo Subianto. Namun, Fadli Zon menuding isu itu disuarakan karena `dipesan' partai
tertentu.
Terkait dengan desakan penuntasan masalah pelanggaran HAM masa lalu, Ketua Komnas
HAM Siti Noor Laila mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan surat pemanggilan
kepada mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen untuk dimintai keterangan
ihwal peristiwa penculikan aktivis pada 1997-1998.
Suratnya sedang kami persiapkan, kata Siti Noor Laila di kesempatan yang sama.
Siti mengaku belum mengetahui apakah Kivlan akan memenuhi panggilan Komnas HAM.
Jika yang bersangkutan tidak mengindahkan, Komnas HAM bisa memanggil paksa.
Namun, hal itu dirasa sulit direalisasi.
Sebelumnya Komnas HAM pernah memanggil mantan Danjen Kopassus Prabowo Subianto
untuk dimintai keterangannya soal peristiwa penculikan 1997-1998, tetapi ia tidak bersedia
hadir.
Komnas HAM lantas mengajukan surat izin pemanggilan ke pengadilan tinggi, tetapi tidak
direspons hingga sekarang. (Cah/P-2)


Penerbitan Perppu Rekapitulasi Berisiko

CAHYA MULYANA


Penerbitan perppu tidak menjamin pelaksanaan Pemilu 2014 lebih baik. Itu bahkan
berpotensi ditunggangi banyak kepentingan oleh pihak tertentu.
LAMBANNYA proses rekapitulasi suara nasional Pemilu Legislatif 2014 oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) tidak mesti diantisipasi dengan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (perppu). Alasannya, perppu tidak menjamin menyelesaikan masalah dan
dapat dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk mengambil keuntungan secara politis.
Menurut Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti pada diskusi
bertajuk Pileg Kacau Bagaimana Pilpres, di Jakarta, kemarin, menerbitkan perppu malah
akan merusak tatanan demokrasi. Perppu yang dikeluarkan presiden tidak akan bisa
dievaluasi tiga bulan pascapenerbitan perppu oleh DPR karena mereka semua sibuk
mempersiapkan pilpres.
Selain itu, dalam perppu tidak ada patokan satu atau dua poin, selain menanggapi
rekapitulasi juga bisa menambahkan poin lain yang bisa memihak, jelas Ray.
Dampak lain jika perppu diterbitkan, jelas Ray, dapat memundurkan masa pergantian
legislator dan pemilu presiden. Ingat bahwa tiga kali pemilihan umum pascareformasi selalu
menerbitkan perppu. Selain itu, perppu tidak berkaitan dengan konstitusi yang
mengamanatkan rekapitulasi suara 30 hari pascapileg. Perppu dapat dibuat dengan sewenang-
wenang oleh presiden. Karena presiden saat ini bagian dari parpol, artinya ada kepentingan
guna menguntungkan kelompoknya, ujarnya.
Pendapat senada dikemukakan politikus Partai Gerindra Desmond J Mahesa, yang hadir pada
acara tersebut. Menurutnya, penerbitan perppu harus jelas, jangan sampai menambah
persoalan termasuk tenggat yang dijelaskan di perppu harus pasti, jangan sampai
menguntungkan sebagian pihak.
Dengan proses pemilu legislatif yang lamban, pasti ada strategi dari partai penguasa
mengulur waktu. Hal itu supaya keluarganya yang tersangkut kasus hukum seperti
Hambalang dan kasus Bank Century bisa diselamatkan. Inilah gaya dan desain politik yang
juga akan mengganggu pilpres, jelasnya.
Dalam menyikapi kemungkinan pemerintah mengeluarkan perppu, anggota Bawaslu Daniel
Zuchron menegaskan pihaknya telah menyiapkan langkah antisipasi jika penetapan hasil
rekap nasional nantinya ternyata molor dari tenggat yang ditetapkan, hari ini.
Antisipasi ada, tapi kita berharap sesuai dengan target. Hari ini beberapa provinsi dikebut.
Untuk yang ditunda juga saya lihat sudah ada perbaikan. Hanya ada dua provinsi yang belum
dibacakan, yakni Maluku dan Sumatera Utara. Lainnya hanya perbaikan, kata Daniel saat
ditemui di sela Rapat Pleno Rekapitulasi Nasional di Kantor KPU, kemarin.
Ia mengakui Pileg 2014 terkesan banyak masalah sehingga membuat proses rekap nasional
sempat molor. Namun, imbuhnya, Pemilu 2014 tidak bisa dibandingkan dengan pemilu
sebelumnya.
Pemilu 2009 terkesan lancar karena sistemnya tertutup, misal format pembacaan data.
Yang sekarang lebih terinci, terbuka, dan tepercaya. Dulu dan sekarang ada perbedaan situasi,
jadi tidak bisa dibandingkan. Itu dorongan situasi. Sekarang semua bisa akses, jadi terbuka
semua masalahnya, jelasnya.
Daniel mengungkapkan, pada pemilu sebelumnya saat ia masih bertugas sebagai pemantau
pemilu, ada kesulitan ketika hendak masuk ruang dengar pleno. Namun, kini, semua bisa
masuk sehingga respons sangat dalam untuk menggali banyak hal. Bagi provinsi-provinsi
yang ada kesalahan fatal juga kita kembalikan karena ada persoalan mendasar, ujarnya. (P-
2)
cahya@mediaindonesia.com














NU Jawa Timur Netral di Pilpres


SEJUMLAH calon presiden belakangan ini mendatangi tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama di
Jawa Timur. Kendati demikian, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur
menyatakan pihaknya akan tetap bersikap netral dalam pemilihan presiden 9 Juli mendatang.
Kecondongan ke salah satu capres ini hak pribadi ulama, tetapi secara kelembagaan NU
Jatim netral, kata Wakil Ketua PWNU Jatim, Soleh Hayat, di Surabaya, kemarin.
Seperti diberitakan, beberapa calon presiden yang akan bertarung pada 9 Juli bersilaturahim
ke kediaman ulama-ulama NU Jatim. Terakhir Joko Widodo, capres dari PDI Perjuangan,
mendatangi Pondok Pesantren Tebu Ireng dan Pacul Gunung, Jombang.
Meski demikian, secara kelembagaan NU Jatim menegaskan sikap netral dan tidak akan
memihak ke salah satu capres. Soleh Hayat mempersilakan bila para kiai sepuh NU punya
afiliasi politik sendiri pada pemilu presiden 9 Juli.
Soleh tidak memungkiri bahwa saat ini para ulama kultural NU telah terpolarisasi ke kubu
calon presiden tertentu. Menurut Sholeh, NU tidak dapat membatasi sikap para ulama
kultural yang telah kenyang pengalaman. Dia mengimbau agar warga nahdiyin yang
mendukung calon presiden tertentu hendaknya tidak mengatasnamakan NU. Dukungan
politik itu hak setiap individu, ujar Soleh.
NU juga tidak mengeluarkan sikap politik bernada dukungan terhadap capres tertentu.
Alasannya, ranah politik NU bukan politik praktis, melainkan politik kebangsaan.
Soleh memahami bahwa dengan jumlah pengikut yang mayoritas di Jawa Timur, NU
merupakan organisasi kemasyarakatan yang selalu diperebutkan para calon presiden di setiap
pemilu. Ulama pengasuh pondok pesantren yang memiliki ribuan santri juga selalu
diperhitungkan untuk mendulang suara. Namun, dalam urusan politik, imbuh Soleh, tidak
semua santri mau menuruti perintah sang kiai.
Sebelumnya, Rais Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar menyatakan pihaknya akan
memfasilitasi silaturahim ulama menyambut Pilpres 2014. Direncanakan, pertemuan tersebut
diikuti para ulama, termasuk ahli dalam istikharah.
Mengenai sikap kelembagaan NU, Miftachul mengatakan hanya menentukan kriteria dan hal
itu akan dimusyawarahkan menjelang silaturahim para ulama tersebut. (FL/P-2)



Restorasi MK dan Putusan Sengketa Pemilu 2014

W Riawan Tjandra






BERBAGAI langkah sudah dan terus dilakukan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam
menghadapi masuknya kasus-kasus sengketa Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 kali ini, termasuk
dengan membentuk 3 (tiga) panel hakim yang masing-masing terdiri dari 3 (tiga) hakim
konstitusi. Mencermati banyaknya kasus-kasus yang terjadi dalam pemilu kali ini, diprediksi
kasus-kasus sengketa pileg yang harus ditangani oleh MK masih akan cukup banyak,
meskipun MK memprediksi jumlah kasus yang akan ditangani cenderung menurun tak
sampai 300 kasus. Berdasarkan penjelasan MK, proses persidangan sengketa Pemilu 2014
penyelesaiannya akan dilaksanakan per daerah pemilihan (dapil) atau bisa juga per wilayah.
Misalnya, panel 1 menangani wilayah Indonesia bagian timur, panel 2 Indonesia bagian
tengah, dan panel 3 bagian barat atau bisa juga dilakukan per provinsi atau dapil.
Melihat jumlah pengaduan sengketa Pemilu 2009, MK memperkirakan akan muncul 628
kasus sengketa di Pileg 2014. MK memperkirakan jumlah sengketa Pemilu 2014 tidak akan
berbeda jauh dengan perkara masuk pada Pemilu 2009. Kalau dulu diajukan oleh 38 partai
politik (parpol), sekarang hanya 15 parpol, yaitu 12 parpol nasional dan 3 parpol daerah.
Kalaupun ada kenaikan, diperkirakan tidak akan melampaui jumlah di 2009. Meskipun
demikian, penanganan sengketa pemilu termasuk yang membutuhkan kecepatan dan
ketepatan yang tinggi. Hal itu disebabkan tensi politik yang tinggi terkait sengketa pemilu
tersebut, singkatnya waktu yang disediakan oleh peraturan penyelesaian sengketa pemilu, dan
implikasinya terhadap hasil perolehan suara parpol dalam pemilu.
Pemenuhan prosedur
Pemohon dalam sengketa Pemilu 2014 di MK, menurut Peraturan MK Nomor 1 Tahun 2014,
harus mendapatkan persetujuan dari ketua umum dan sekretaris jenderal partai masing-
masing untuk mengajukan gugatan. Jika tidak, pemohon yang merupakan calon anggota DPR
atau DPRD tingkat I dan II tak akan bisa beperkara di MK. Ketentuan itu dimaksudkan untuk
memperjelas kualitas representasi pemohon sengketa pemilu ditinjau dari sudut parpol yang
menjadi pengusung pemohon sengketa pemilu. Bahkan, ditegaskan bahwa harus ada tanda
tangan ketua umum dan sekjen dari partai, atau yang disebut lain dalam parpol.
PMK juga mengatur bahwa permohonan harus diajukan oleh dewan pimpinan pusat (DPP)
partai. Artinya, permohonan tak bisa diajukan sendiri-sendiri oleh caleg yang bersangkutan.
Namun, untuk calon anggota DPD, permohonan cukup diajukan oleh perorangan atau kuasa
hukumnya. Selain itu, permohonan harus sudah masuk ke MK paling lambat 3x24 jam
setelah KPU menetapkan hasil Pemilu 2014. Dengan konstruksi pengaturan semacam itu,
terlihat bahwa MK berupaya memperketat syarat pengajuan permohonan sengketa pemilu, di
samping berupaya agar penanganan sengketa-sengketa pemilu tersebut dilakukan atas mandat
dari partai politik secara langsung, bukan sekadar mengatasnamakan kepentingan politik
personal caleg yang merasa dirugikan oleh hasil Pemilu 2014. Selanjutnya, setelah
permohonan diterima oleh MK, sengketa pemilu tersebut akan disidangkan dalam jangka
waktu satu bulan sejak keluar penetapan hasil pemilu oleh KPU. Waktu sidang itu pun tak
dapat ditambah, kendati KPU terlambat menetapkan hasil pemilu.
Jika mencermati persiapan penanganan sengketa pemilu yang telah dan terus dilakukan oleh
MK saat ini, terlihat bahwa MK saat ini berupaya keras untuk mengembalikan kewibawaan
sebagai satu-satunya institusi yang mendapat julukan sebagai sang penjaga konstitusi (the
guardian of the constitution).
Kasus-kasus pemilu kada yang ditangani oleh MK di era kepemimpinan Akil Mochtar telah
menjatuhkan moralitas dan kewibawaan MK. Itu karena sederet bukti korupsi politik dalam
sengketa pemilu kada yang menjerat mantan Ketua MK Akil Mochtar terungkap. Hingga
kini, ketidakpercayaan publik (public distrust) terhadap MK akibat kasus tersebut masih
sangat besar. Bahkan, meskipun konstitusi menisbahkan bahwa penyelesaian sengketa pemilu
merupakan salah satu mandat kewenangan yang harus dilaksanakan oleh MK, banyak
kalangan menginginkan agar kewenangan penyelesaian kasus-kasus pemilu yang sempat
merusak wibawa MK dilepaskan dari kewenangan MK dan diserahkan kepada Mahkamah
Agung (MA). Kewenangan MK dibatasi sekadar untuk menguji konstitusionalitas UU,
penyelesaian sengketa kewenangan antarlembaga negara, dan memutus proses pemakzulan
presiden.
Dengan masih amat luasnya ketidakpercayaan publik terhadap MK akibat tersandera kasus
Akil Mochtar dan kini perkaranya masih terus bergulir di pengadilan tipikor, MK
menghadapi tantangan yang jauh dari sekadar masalah formalitas/proseduralitas penyelesaian
sengketa-sengketa pemilu. Penanganan sengketa-sengketa pemilu legislatif yang akan
diajukan di MK pascapenetapan hasil Pemilu 2014 oleh KPU merupakan batu ujian,
sekaligus bisa menjadi batu pijakan untuk mengembalikan kewibawaan MK sekaligus
menggunakan momentum ini sebagai pintu restorasi bagi kewibawaan MK.
Dimensi kompleks
Penanganan sengketa pemilu itu sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak masa awal
pendaftaran dan verifikasi parpol sebelumnya, yang oleh UU Pemilu, yurisdiksi
penyelesaiannya dilekatkan pada kewenangan pengadilan tata usaha negara (PTUN). Cukup
banyak kasus yang ditangani oleh PTUN di masa itu sebagai dampak perbedaan pendapat
dalam verifikasi parpol peserta pemilu. Sengketa pemilu memang memiliki dimensi yang
amat kompleks dan jauh melampaui dari sekadar isu-isu hukum (legal question) yang
menjadi ranah kewenangan institusi peradilan.
Dalam konteks penetapan hasil Pemilu 2014 nanti, di saat para caleg atas mandat dari
pimpinan parpol mengajukan sengketa pemilu ke MK, persoalan yang harus dihadapi oleh
MK juga bukan sekadar persoalan penghitungan hasil suara Pemilu 2014. Dalam sengketa
tersebut, karena terkait dengan persoalan kontestasi antarcaleg, antarparpol, atau pun dalam
satu parpol yang sama, sarat dengan dimensi isu politik akibat pertarungan sumber daya
kapital ataupun kekuasaan untuk meraih kekuasaan di Senayan. Hal itulah yang harus
diantisipasi oleh MK yang kewenangannya dalam peraturan perundang-undangan hanya
dibatasi untuk mengungkap isu hukum (legal question) dalam sengketa pemilu yang
ditangani.
Namun, UU MK juga mengamanatkan bahwa persidangan-persidangan di MK harus
dilakukan untuk mewujudkan kebenaran materiil dalam penyelesaian sengketa di MK.
Oleh karena itu, diperlukan terobosan hukum (legal breakthrough) oleh para hakim di MK
untuk bisa mengubah image bahwa MK tak lebih sebagai `Mahkamah Kalkulator', yang
hanya percaya pada data hitungan suara tanpa lebih jauh mengoreksi problem kebenaran
materiil di balik fakta-fakta angka hitungan suara dalam pembuktian di MK. MK juga
memiliki kewenangan untuk melakukan penemuan hukum (judge make law) guna
menentukan putusan yang benar dan adil dalam penyelesaian sengketa pemilu.
Momentum penyelesaian sengketa-sengketa Pemilu Legislatif 2014 seharusnya bisa dijadikan
pintu masuk bagi MK untuk merestorasi eksistensinya agar kembali bisa dipercaya sebagai
penjaga konstitusi dan satu-satunya penafsir konstitusi (the sole interpreter of the
constitution) dalam sistem demokrasi konstitusional. MK harus bisa memperbaiki citra
dirinya sekaligus mengawal Pemilu 2014 menjadi sarana transisi demokrasi menuju ke arah
welfare democracy.











Empati buat Capres
Toeti Prahas Adhitama, Anggota Dewan Redaksi Media Group



MENGAMATI kerepotan partai-partai politik mencari tokoh-tokoh untuk memimpin negeri
ini lima tahun ke depan, dan menyimak berbagai strategi maupun taktik untuk memilih yang
dianggap memenuhi syarat, timbul empati bagi para capres dan cawapres yang pada waktu ini
ibarat dijadikan wayang.

Bukan hanya para caleg yang bisa mengalami stres, para capres/cawapres pun rasanya tidak
terhindar dari perasaan tidak nyaman itu. Selain menunggu D-day (istilah sandi untuk
langkah pertama pembebasan Eropa dari Perang Dunia II), mereka pun barangkali menunggu
kapan hiruk-pikuk ini akan berakhir, dengan kemenangan diharapkan ada di pihak mereka,
tentu. Saat-saat ini mereka tiap hari dianalisis, dipasang-pasangkan dengan tokoh-tokoh
berbeda-beda, dipuji, dan dicela untuk peran masa lalu maupun yang belum sepenuhnya
berlalu, dan bahkan yang dibayangkan akan terjadi di masa depan.

Syukurlah mereka tampaknya tokoh-tokoh tangguh. Jika merenungkan apa yang akan terjadi
Oktober nanti, mungkin saja yang terpilih bukan idola kita. Tetapi, bila kita memiliki
sebentuk empati bagi pasangan pemimpin nanti, beban tugas dan kewajiban mereka tidak
terduga beratnya.

Permasalahan apa yang akan ditangani pertama? Melihat amburadulnya pemilu legislatif
belum lama ini karena persoalan kejujuran, dan kasus-kasus korupsi raksasa yang merajalela
dan tak kunjung tuntas penyelesaiannya, serta kekerasan seksual terhadap anak-anak yang
marak di banyak tempat, kita sebenarnya memerlukan revolusi moral. Dari mana mulainya?

Menuntut prioritas

Dalam dialog safari Jokowi, tokoh NU Solahuddin Wahid menyatakan pembenahan hukum
perlu diutamakan. Tak kalah penting masalah birokrasi yang mengatur tata-negara kita; selain
masalah ekonomi, budaya, dan sosial. Gus Solah benar.

Di lain pihak, bila kita khusus bicara soal politik, orde politik sendiri adalah cermin kultur
masyarakat secara umum. Kemampuan melihat isu-isu politik secara dini, dan
menanggapinya secara efektif, bergantung kepada kedewasaan kita dalam sikap dan perilaku
politik maupun komunikasi politik antarkita. Apa konsep-konsep politik yang kita ikuti
selama ini dan yang mungkin masih akan kita jalankan di masa depan? Kinerja lembaga
legislatif yang jauh dari harapan rakyat yang diwakilinya, dan lembaga eksekutif dengan
sistem birokrasi yang mengecewakan, memerlukan pembenahan politik luar biasa. Kita
bersyukur lembaga yudikatif relatif bersih jika dibandingkan dengan dua lembaga
pemerintahan yang disebut terdahulu; sekalipun ada juga gelintir-gelintir anggotanya yang
mengkhianati profesinya.
Tentang masalah ekonomi, tentu bukan hanya pertumbuhan ekonomi tinggi yang menjadi
andalan. Rakyat tak mungkin sejahtera bila ketimpangan masih demikian besar.
Puluhan juta rakyat masih tergolong miskin seiring dengan jumlah pengangguran yang
sebanding. Untuk kesejahteraan rakyat, kita idealnya merujuk lewat Human Development
Index (HDI), yang menilai, sejahtera-tidaknya seorang manusia lewat tiga hal: harapan hidup
(yang menyangkut masalah kesehatan), pendidikan, dan penghasilan. Baru setelah ketiganya
memenuhi persyaratan, kita bisa menyebut diri berhasil. Itulah tantangan para pemimpin
masa depan.
Dilemanya, perkembangan dunia memaksa negara-negara berkembang bersaing bukan hanya
satu sama lain, tetapi juga dengan negara-negara maju. Stabilitas politik menjadi prasyarat
untuk terjaminnya pertumbuhan. Kelompok elite, khususnya di kalangan politik, tentu
menyadari hakikat kebenaran pendapat itu. Rasanya tidak jujur bila demi kepentingan
kelompoknya, partai politik dengan sewenang-wenang menyisihkan saingan tanpa
mempertimbangkan akibat-akibatnya. Kampanye hitam, misalnya, tentu menodai kemurnian
arti demokrasi.
Kalangan politisi menghadapi beban berat. Demi kestabilan pembangunan, mereka tidak
ingin terjadi gejolak sekecil apa pun. Di lain pihak, demi pendulangan suara, mereka dituntut
memberikan janji-janji yang mungkin tidak bisa dipenuhi, sedangkan rakyat tidak sabar
menanti kemajuan yang mempercepat datangnya kesejahteraan. Lebih-lebih setelah melihat
perkembangan rakyat di negara-negara maju maupun di negara yang belum terlalu lama maju
seperti Korea Selatan.
Masalah-masalah itu umum menjadi percaturan pendapat, kalau bukan adu kekuatan, dalam
ajang politik di negara berkembang. Kadang-kadang percaturan itu demikian mengasyikkan
sehingga tema sentral yang semula menjadi katalisatornya malahan terabaikan, yakni
bagaimana mencari jalan pintas untuk menyejahterakan rakyat.
Pesan RI-1 masa lalu Pada Desember 1987, lebih dari seperempat abad yang lalu, Pak Harto
yang menjabat RI-1 waktu itu mengucapkan pidato-pidato yang mengandung
pesan;...Sejarah pembangunan bangsa mana pun, dari zaman dahulu hingga sekarang, selalu
melahirkan akibat-akibat samping yang bukan menjadi tujuan pokok pembangunan itu
sendiri. Karena itu, saya sering mengatakan bahwa dalam melanjutkan, meningkatkan, dan
memperluas pembangunan, kita juga harus terus-menerus mengadakan pembaharuan, jika
perlu mengadakan koreksi-koreksi. Di zaman serbamaju sekarang, profesionalisme saja tidak
akan pernah cukup. Profesionalisme harus tetap diarahkan wawasan yang benar dan
idealisme yang luhur. Tanpa itu, profesionalisme bisa kehilangan arahnya bagi kebaikan
kehidupan manusia, dapat merendahkan martabat manusia. Kalau nilai kesetiakawanan sosial
tidak kita hayati dan tidak kita tunjukkan, persatuan dan kesatuan bangsa kita tidak akan
kukuh. Oleh karena itu, saya mengharapkan agar peningkatan kesetiakawanan sosial benar-
benar menjadi perhatian kita semua....















































Pungutan Liar Bisa Dipidanakan

HARYANTO


Berbagai praktik pungli yang sistematis di pelayanan publik harus segera dihentikan.
Dua petugas Jembatan Timbang Subah yang tertangkap tangan Gubernur Jateng
sedang melakukan pungutan liar telah dinonaktifkan.
GUBERNUR Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengharapkan semua kegiatan berupa
pelayanan publik di provinsi setempat berjalan tanpa adanya berbagai praktik pungutan liar
yang merugikan masyarakat.
Konteksnya itu pelayanan publik yang tanpa pungli, bisa, enggak? Pesan ini saya sampaikan
kepada semuanya dan sekarang masyarakat antusias melaporkan pungli yang ada di mana-
mana kepada saya, katanya di Semarang, kemarin.
Ganjar mengungkapkan berdasarkan laporan yang diterima dari masyarakat, saat ini masih
terjadi praktik pungli pada pelayanan rumah sakit, pelayanan pembuatan kartu tanda
penduduk dan surat izin mengemudi, serta penerbitan surat izin kendaraan.
Menurut dia, berbagai praktik pungli yang sistematis tersebut harus segera dihentikan semua
pihak. Saya senang dengan antusiasme masyarakat melaporkan berbagai pungli karena hal
itu menunjukkan masyarakat masih peduli dan apa yang terjadi di jembatan timbang itu cuma
seujung kuku. Yang lebih gede lagi banyak, ujar politikus PDI Perjuangan itu.
Ia menilai kebijakan pemerintah daerah mengenai jembatan timbang perlu direvisi karena
sudah tidak sesuai dengan kondisi yang ada sekarang.
Solusi dan jenis sanksi yang akan dijatuhkan bagi pelanggar ketentuan di jembatan timbang
masih dikaji, sedangkan pertemuan dengan para pengusaha jasa transportasi yang dinilai
penting akan dilakukan dalam waktu dekat, katanya.
Ganjar Pranowo menegaskan praktik pungutan liar yang dilakukan oknum Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika di Jembatan Timbang Subah, Kabupaten Batang,
bisa dibawa ke ranah hukum pidana.
Mereka yang terlibat pungutan liar bisa saja diseret ke ranah hukum, tetapi untuk saat ini
baru kita kenai sanksi disiplin, katanya.
Menurut Gubernur, pungutan liar (pungli) di jembatan timbang itu ternyata dilakukan secara
sistemis. Oleh karena itu, yang diberikan jangan hanya sanksi hukum saja, tetapi juga
solusinya. Dalam soal ini, saya akan berbicara dengan Presiden, katanya.
Ia menyebutkan pemberian sanksi kepegawaian yang bersifat administratif tersebut akan
melekat terus secara personal sampai yang bersangkutan memasuki masa pensiun. Kedua
petugas yang terkena sanksi, Kepala Seksi Pengawas dan Operasional serta Kepala Pelaksana
Teknis Jembatan Timbang Subah, juga akan dikenai sanksi manajerial. Sebagai atasan,
mereka dinilai lalai melakukan pengawasan terhadap anak buah sehingga juga akan dikenai
sanksi manajerial, katanya.
Menurutnya, sebagai upaya untuk menghilangkan praktik pungli di jembatan timbang,
Dishubkominfo Jateng berencana membenahi sistem informasi dan sarana yang ada. Sistem
informasi yang ada diupayakan untuk direvisi sehingga menjadi sistem yang sekecil mungkin
ada kontak antara petugas Dishubkominfo dan pengemudi, di antaranya dengan sistem portal
yang kami buat agar akurasi datanya terjamin, ujarnya.
Dishukominfo Jateng juga akan mengevaluasi sumber daya manusia terhadap 279 petugas
yang bertugas di 16 jembatan timbang di Jateng.
Jumlah petugas yang ada di jembatan timbang sekarang sangat tidak ideal dan perlu ada
penambahan menjadi 640 petugas, katanya. (AS/Ant/N-1)























Transformasi via Manajemen Konflik


Masalah yang muncul berupa fanatisme kelompok, kesejahteraan karyawan yang
berbeda di setiap perusahaan, dan rasa kedaerahan yang kental.
SEIRING program restrukturisasi dan merger pabrik semen BUMN, ancaman perpecahan
sempat melanda saat pendirian perusahaan induk PT Semen Indonesia. Namun, konflik itu
dapat ditransformasikan menjadi kekuatan apabila disikapi dengan bijak melalui pemetaan
konflik dan penyebabnya.
Di awal memimpin, saya sempat menghadapi demo dan teror selama 4 bulan . Tidak mudah
menggabungkan tiga pabrik semen besar ke dalam satu payung, ujar Direktur Utama Semen
Indonesia Dwi Soetjipto saat bedah buku yang ditulisnya, Road to Semen Indonesia:
Transformasi Korporasi Mengubah Konflik Menjadi Kekuatan, yang diadakan PPM
Manajemen di Jakarta, kemarin.
Saat itu, lanjutnya, masalah yang muncul berupa fanatisme kelompok, kesejahteraan
karyawan yang berbeda di setiap perusahaan, dan rasa kedaerahan yang kental.
Langkah utama ialah menyatukan pihak yang berkonflik. Perusahaan tidak akan jalan kalau
ada konflik internal, ujarnya.
Dengan mempertemukan mereka untuk mencari solusi, imbuh Dwi, akhirnya tercipta
kesamaan pandangan. Konflik itu disebabkan oleh informasi yang tidak benar.
PT Semen Indonesia terbentuk setelah ia mampu mengatasi konflik yang sempat terjadi lebih
dari satu tahun, Transformasi ini bisa menjadi contoh perusahaan lain dalam menghadapi
konflik internal.
Sementara itu, Chair of Product Development Management Association PPM Manajemen
Andi Ilham Said mengatakan PPM fokus mengangkat keberhasilan para CEO ke dalam buku.
Kiprah keberhasilan Dwi dalam transformasi ini patut dicontoh. Yang paling dikagumi ialah
ia bisa menggabungkan 3 pabrik semen dan menyinergikannya, paparnya.
Keberhasilan Dwi memimpin Semen Indonesia disebabkan adanya keinginan untuk
mengubah perusahaan menjadi lebih baik. Selalu ada tema tertentu dalam kariernya, seperti
sinergi, inovasi untuk melakukan perubahan.
Karena itu, lanjutnya, para CEO berbagi pengalaman lewat buku patut dicontoh dan
diapresiasi. Untuk itu, PPM Manajemen menggelar bedah buku yang ditulis CEO secara
rutin. (Mus/E-5)
Resah Dualisme Jalan Lepas

DANIEL WESLY RUDOLF


Kekurangpahaman nasabah bisa terjadi karena pegawai bank kurang kompeten dalam
menerangkan perjanjian tersebut.
PENANGANAN sengketa perbankan syariah berada dalam ketidakpastian. Kondisi itu
dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan industri perbankan syariah di Tanah Air.
Kalangan industri perbankan mengeluhkan penyelesaian sengketa yang tidak hanya via
peradilan agama, tetapi juga dapat dilakukan berdasarkan akad di pengadilan umum. Itu
mengacu ke UU No 21/2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 55 ayat 1 dan ayat 2.
Mahkamah Konstitusi pun mempertegasnya medio 2013. Pada Agustus silam, MK mencabut
hanya penjelasan Pasal 55 ayat 2 yang berisi opsi penyelesaian sengketa, yakni melalui
musyawarah, mediasi perbankan, Badan Arbitrase, dan badan pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum.
Ketua Asosiasi Bank Indonesia (Asbisindo) Yuslam Fauzi mengungkapkan adanya dua
alternatif forum penyelesaian sengketa bisa jadi masalah. Jika penanganan kasus masuk ke
pengadilan umum, dikhawatirkan dapat mengganggu putusan yang telah ditetapkan pada
pengadilan agama. Alasannya, aparatur peradilan umum diduga belum memiliki kompetensi
dan kualifikasi yang cukup tentang keuangan berdasar syariat itu.
Kalau kita menang di pengadilan agama, nasabah bisa bawa ke pengadian umum.
Ini membuat situasi menjadi tidak nyaman, ujar Yuslam dalam seminar Penanganan
Sengketa Perbankan Syariah, di Jakarta, kemarin.
Sesuai data Asbisindo, hingga akhir 2013, ada 14 penanganan sengketa perbankan syariah.
Mayoritas perkara itu disebabkan kerancuan penerapan akad.
Direktur Kepatuhan Bank Muamalat Andy Buchory menambahkan, tidak tunggalnya
lembaga penanganan sengketa itu membuat proses penyelesaian berkepanjangan.
Jangan sampai sengketa ini ganggu nasabah sehingga mereka takut transaksi atau
menggunakan layanan keuangan di perbankan syariah.
Andy waswas pertumbuhan dana pihak ketiga, pembiayaan, dan aset dapat terganggu
lantaran ketidakpastian itu.
Sesuai data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga akhir Februari 2014, aset bank umum
syariah dan unit usaha syariah (UUS) masih stagnan dari posisi akhir tahun lalu, yakni
Rp242,276 triliun. Belum bergeraknya aset itu disebabkan masih lambatnya pertumbuhan
portofolio pembiayaan.
Tetap musyawarah
OJK berpandangan lain. Lembaga itu tetap berharap penyelesaiaan sengketa dapat
dituntaskan secara musyawarah.
Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, Edy Setiadi meyakini skema itu dapat
meningkatkan kepercayaan dan rasa nyaman nasabah untuk memanfaatkan layanan
perbankan syariah. Nasabah juga bisa jadi `duta' bagi bank.
Menurutnya, musyawarah pun lebih efisien karena mengurangi biaya bank. Ia menambahkan,
sengketa bisa muncul dari ketidakjelasan nasabah terhadap perjanjian pembiayaan yang
diambil pada bank. Kekurangpahaman bisa disebabkan kurang kompetennya pegawai bank
menerangkan perjanjian.
Industri diharapkan memastikan nasabahnya memahami betul akad perjanjian pembiayaan
yang diambil. Jangan main tanda tangan saja. Ini untuk mencegah terjadinya sengketa
nantinya, pungkas Edy. (E-2)
wesly@mediaindonesia.com

























Bank Mandiri Biayai Pabrik Semen Indarung VI

DANIEL WESLY RUDOLF


Penurunan market shareSemen Padang disebabkan keterbatasan kapasitas produksi
sehingga membuka peluang masuknya pesaing.
PT Bank Mandiri (persero) Tbk mengucurkan kredit kepada PT Semen Padang, anak usaha
PT Semen Indonesia (persero) Tbk, senilai Rp1,95 triliun. Dana itu akan dipakai membiayai
pembangunan pabrik Semen Indarung VI di Padang, Sumatra Barat.
Penandatanganan perjanjian pinjaman dilakukan Executive Vice President Corporate
Banking Bank Mandiri Didiek Hartantyo dan Direktur Utama PT Semen Padang Munadi
Arifin dan disaksikan Senior EVP Transaction Banking Bank Mandiri Rico Usthavia Frans di
Jakarta, kemarin.
Fasilitas kredit ini bertingkat bunga kompetitif, tenornya 8 tahun. Pinjaman ini akan
memenuhi 53% dari total kebutuhan investasi pembangunan pabrik, ujar Rico.
Selain itu, Bank Mandiri memberikan fasilitas treasury line US$10 juta (Rp116 miliar)
kepada Semen Padang untuk memperkuat likuiditas valas perusahaan. Ini bagian komitmen
kami untuk mendanai peningkatan kapasitas produksi industri semen nasional guna
mendukung pembangunan infrastruktur dan merealisasikan program Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), ungkap Rico.
Pengembangan industri manufaktur, imbuhnya, akan meningkatkan daya saing menjelang
pemberlakuan masyarakat ekonomi ASEAN, tahun depan. Hingga triwulan pertama 2014,
pembiayaan Bank Mandiri di sektor industri manufaktur mencapai Rp81,6 triliun, tumbuh
16,59% dari periode yang sama pada 2013. Khusus untuk industri semen, kucuran kredit
Bank Mandiri hingga Maret 2014 mencapai Rp2,1 triliun, naik 3,7% dari Maret 2013.
Ekspansi bisnis
Direktur Utama Semen Padang Munadi Arifin mengemukakan kerja sama finansial dengan
Bank Mandiri dapat mendukung ekspansi bisnis Semen Padang melalui peningkatan
kapasitas produksi. Pabrik Semen Indarung VI berkapasitas hingga 3 juta ton per tahun.
Dengan tambahan produksi dari pabrik baru, kami akan memantapkan posisi sebagai
pemegang market share terbesar di Pulau Sumatra. Penambahan pabrik baru, lanjut Munadi,
dibutuhkan untuk menambah daya saing di tengah ketatnya kompetisi perusahaan semen
nasional.

Di saat permintaan semen nasional naik, pangsa pasar Semen Padang justru terus turun dari
tahun ke tahun. Hal itu terjadi akibat keterbatasan kapasitas produksi yang membuka peluang
masuknya pesaing.
Sejak 2006, market share Semen Padang di Sumatera cenderung turun. Pangsa pasar
perseroan pada 2006 tercatat 49,8%, turun menjadi 49,08 di 2007, 47,52% (2008), 45,13%
(2009), 44,76% (2010), 43,13% (2011), 44,24% pada 2012, dan 45,24%. Bahkan secara
nasional, market share perseroan turun dari 11,95% pada 2012 menjadi 11,94% pada 2013.
Kapasitas produksi Semen Padang saat ini 6,5 juta ton per tahun dari empat pabrik (Indarung
II-V). Sementara itu, satu pabrik lagi, yakni Indarung I, sudah berhenti beroperasi sejak 1999.
Kami juga menjajaki ekspansi ke Myanmar dengan merger dan meningkatkan saham di
salah satu perusahaan semen di sana. Target persetujuan selesai Mei 2014. (Saham) kita
masih minoritas dulu, karena entry point, ujar Direktur Keuangan Semen Indonesia
Ahyanizzaman. (E-5)
wesly@mediaindonesia.com

















Demi Hegemoni, Spanyol Bertransformasi

ACHMAD MAULANA



Pada laga perdana di Grup B, Spanyol bahkan sudah harus bertemu lawan berat, yaitu
Belanda.
TIDAK dimungkiri bahwa dalam 5-6 tahun terakhir sepak bola Spanyol mendominasi dunia.
Lewat permainan tiki-taka, La Furia Roja menyihir penggila bola di kolong jagat.
Keberhasilan Iker Casillas dan kawan-kawan menjuarai Piala Eropa 2008 dan 2012 serta
Piala Dunia 2012 menjadi bukti sahih klaim tersebut. Ditambah lagi dengan kesuksesan
Barcelona menguasai Liga Champions (2008/2009 dan 2010/2011). Lengkap sudah
hegemoni `Negeri Matador' tersebut.
Namun, sebagaimana roda waktu yang terus berputar, kedigdayaan La Furia Roja mulai
menunjukkan tanda-tanda kemunduran. Memang masih terlalu naif untuk menyebut sepak
bola Spanyol sudah habis. Akan tetapi, jika melihat kekalahan La Furia Roja 0-3 dari Brasil
di final Piala Konfederasi, Juni tahun lalu, tanda-tanda kemunduran itu mulai tampak.
Terlepas dari keberhasilan Real Madrid dan Atletico Madrid menguasai partai puncak Liga
Champions musim ini, kegagalan Barcelona merebut gelar musim ini juga menguatkan sinyal
itu. Bukan rahasia lagi bahwa gaya permainan La Furia Roja merupakan adopsi dari gaya
permainan Barcelona.
Bahkan raksasa Catalan itu menjadi klub yang paling banyak menyumbangkan pemain untuk
Spanyol dalam beberapa tahun terakhir. Setidaknya ada lima nama pemain Barca yang secara
reguler mengisi lini tengah juara Piala Dunia 2010 itu, yakni Xavi Hernandez, Andres Iniesta,
Sergio Busquets, Pedro Rodriguez, dan Cesc Fabregas.
Karena itu, yang menarik ditunggu ialah apakah Vicente del Bosque akan mengurangi jumlah
pemain Barcelona dalam timnya dan memberikan porsi lebih kepada Atletico Madrid.
Apalagi sebelumnya mantan arsitek Real Madrid itu menegaskan Spanyol membutuhkan
lebih dari sekadar permainan tiki-taka di Piala Dunia 2014 untuk bisa bersaing dan sekaligus
mempertahankan gelar mereka.
Melepaskan umpan merupakan hal penting dalam sepak bola. Akan tetapi, sepak bola tidak
melulu mengenai umpan pendek. Umpan panjang juga penting, ujar Bosque dikutip ESPN.
com.
Kami sudah memiliki fondasi yang baik. Tidak terlalu banyak pemain muda, tapi kami
mencampur pemain senior dan pemain muda. Anda butuh pemain berpengalaman untuk bisa
sukses, lanjut pelatih berusia 63 tahun itu.
Grup neraka
Rencana Del Bosque untuk mentransformasi timnya didukung penuh oleh para punggawa
Spanyol. Menurut mereka, tugas seorang pelatih ialah mencari taktik yang tepat untuk
timnya. Para pemain berkewajiban menerjemahkan taktik tersebut.
Tentu saja kami ingin menjadi juara. Kami sudah membuat sejarah dengan meraih 3 gelar
mayor--2 Piala Eropa, 1 Piala Dunia. Kini kami berharap bisa mempertahankan gelar itu di
Brasil. Tidak mudah memang. Namun, saya percaya pelatih sudah punya resep buat kami,
kata bek Real Madrid Sergio Ramos.
Sebagai juara bertahan, kami sadar akan menjadi target utama untuk dikalahkan tim-tim
lain. Karena itu, kami harus mencari cara agar permainan kami tidak dibaca lawan,
imbuhnya.
Di Piala Dunia 2014, Spanyol tergabung di Grup B. Grup tersebut disebut-sebut sebagai grup
berat lantaran tergabung raksasa Eropa lainnya, yaitu Belanda, Cile, dan Australia. Pada laga
awal, Spanyol bahkan sudah harus bertemu lawan berat, yaitu Belanda.
Kami tahu tidak ada yang mudah di Piala Dunia dan kami berada di grup yang sulit. Tidak
ada grup yang mudah, memang. Namun, sepak bola juga selalu memberi kesempatan kepada
Anda untuk meraih hal-hal yang sepertinya tidak mungkin, imbuh gelandang Xavi
Hernandez.

maulana@mediaindonesia.com
















BINTANG
Dipuji dan Dikagumi


MESKI tidak banyak menyumbangkan gol, Andres Iniesta merupakan otak dari permainan
tiki-taka Spanyol dalam beberapa tahun terakhir. Bersama rekan setimnya di Barcelona, Xavi
Hernandez, Iniesta memang berperan vital bagi La Furia Roja.
Sebagai pemain gelandang, pria kelahiran Fuentealbilla, Spanyol, 11 Mei 1984 itu bukan
hanya menjadi pengatur serangan tim `Matador'. Tidak jarang ia juga mencetak gol ketika
para bomber menemui jalan buntu.
Tidak kurang striker David Villa kagum dengan keterampilan Iniesta. Ia mengaku `dimanja'
Iniesta saat masih membela Barcelona ataupun ketika berseragam timnas.
Tidak bisa dimungkiri, peran dia (Iniesta) sangat penting bagi Spanyol. Dialah roh dari
permainan kami, jelas bomber Atletico Madrid itu.
Hal senada dikatakan para punggawa Spanyol lainnya. Ketika ia memegang bola, sepertinya
semua berhenti. Itu bisa dilihat dari rekaman dalam gerakan lambat, ujar striker Spanyol
lainnya, Fernando Torres.
Dia mengundang rasa hormat di lapangan. Sebagai pecinta sepak bola, saya bangga telah
bermain dengan dia. Ia membuat perbedaan dan melakukan hal-hal yang tidak ada orang lain
bisa melakukannya, timpal bek Sergio Ramos.
Iniesta merasa apa yang dia lakukan selama ini tidak lebih dari sekadar kewajibannya sebagai
warga negara termasuk di putaran final Piala Dunia 2014. Apalagi ajang empat tahunan di
Brasil itu boleh jadi Piala Dunia terakhirnya bersama Spanyol.
Dengan usianya yang sudah 29 tahun, Iniesta sadar ia sudah tidak muda lagi. Karena itu, ia
ingin memberikan yang terbaik. (Berbagai sumber/Mln/R-1)

Anda mungkin juga menyukai