Anda di halaman 1dari 14

1

Skenario 2

Euthanasia Pilihan Terakhir Again

indosiar.com, Jakarta - Bagi Again Isna Nauli Siregar, Euthanasia adalah pilihan terakhir
untuk melepas diri dari penderitaannya akibat penyakit yang secara medis sulit disembuhkan.
Sang suami Panca Satira Hasan Kusuma dengan gigih terus berjuang untuk mencari kepastian
hukum, agar keinginannya untuk mengakhiri hidup istrinya terkabul. Kendati sistem hukum
di Indonesia belum mengakuinya.
Telah lebih dari 3 bulan, Again Isna Nauli Siregar hanya tergolek tanpa daya di rumah sakit.
Sejumlah uang telah dikeluarkan Panca Satria Hasan Kusuma demi kesembuhan istrinya.
Namun hingga kini tidak ada perubahan yang berarti terlihat dalam diri Again.
Kenyataan pahit ini membuat Hasan pasrah dan reka melepaskan istrinya dengan cara
Euthanasia atau disuntik mati. Keputusan akhir diperjuangkan Hasan karena telah habisnya
dana yang dimiliki dan tidak tahan melihat penderitaan istrinya yang sulit untuk
disembuhkan.
Kesedihan Hasan semakin bertambah, karena sejak istrinya sakit ia sangat jarang bertemu
dengan anak-anaknya. Perjuangan menempuh jalan akhir melaluo Euthanasia, hingga kini
masih terus dilakukan.
Sudah 3 bulan Again mengalami stroke setelah menjalankan operasi seksio di Rumah Sakit
Islam Bogor. Sebelumnya, pasien mengalami henti nafas dan henti jantung selama satu bulan.
Mereka kini menunggu keputusan Majelis Hakim Pengadilan Jakarta Pusat yang menangani
kasus ini.


Hypotesa

Euthanasia merupakan tindakan pemutusan kehidupan secara pasif atau aktif.
Euthanasia diatur dalam hukum Negara dan hukum Agama, Euthanasiapun dapat ditinjau dari
kode etik dan Kaidah dasar moral.














2

SASARAN BELAJAR :
LI 1 : Memahami dan Menjelaskan Euthanasia

LO 1.1 Menjelaskan Definisi Euthanasia
LO 1.2 Menjelaskan Jenis-jenis Euthanasia

LI 2 : Memahami dan Menjalaskan Euthanasia dilihat dari Kode Etik dan
Kaidah Dasar Moral

LO 2.1 Menjelaskan Euthanasia dilihat dari Kode Etik
LO 2.2 Menjelaskan Euthanasia dilihat dari Kaidah Dasar Moral

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Hukum Mengenai Euthanasia

LO 3.1 Menjelaskan Hukum Negara Mengenai Euthanasia
LO 3.2 Menjelaskan Hukum Agama Mengenai Euthanasia

























3

LI 1 : Memahami dan Menjelaskan Euthanasia

LO 1.1 Menjelaskan Definisi Euthanasia

Secara harafiah : Mati secara baik dan mudah, yang dilalui tanpa penderitaan.

Secara Medis : Membantu pasien mati cepat untuk membebaskan diri dari penderitaan akibat
penyakit yang tak kunjung sembuh.

Euthanasia adalah tindakan pengakhiran kehidupan seseorang secara sengaja yang dilakukan
oleh si korban bukan atas permintaan orang lain.
Euthanasia berasaldari kata YunaniEuthanathos.Eu = baik, tanpa penderitaan. Sedangkan
tanathos= mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa
penderitaan.
Definisi euthanasia menurut KNMG (IkatanDokterBelanda): Dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan
untuk kepentingan pasien sendiri.

Euthanasia dalam persepektif Medis
Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan tenologi di bidang medik, kehidupan seorang pasien
bisa diperpanjang dan hal ini seringkali membuat para dokter dihadapkan pada sebuah dilema
untuk memberikan bantuan tersebut apa tidak dan jika sudah terlanjur diberikan bolehkah
untuk dihentikan.Tugas seorang dokter adalah untuk menolong jiwa seorang pasien, padahal
jika dilihat lagi hal itu sudah tidak bisa dilanjutkan lagi dan jika hal itu diteruskan maka
kadang akan menambah penderitaan seorang pasien. Nah, penghentian pertolongan tersebut
merupakan salah satu bentuk euthanasia. Berdasarkan pada cara terjadinya, ilmu pengetahuan
membedakan kematian kedalam tiga jenis:
1. Orthothansia, merupakan kematian yang terjadi karena proses alamiah,
2. Dysthanasia, adalah kematian yang terjadi secara tidak wajar,
3. Euthanasia, adalah kematian yang terjadi dengan pertolongan atau tidak dengan
pertolongan dokter,

Pengertian euthanasia ialah tindakan memudahkan kematian seseorang dengan
sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan
si sakit, baik dengan cara positif maupun negative, dan biasanya tindakan ini dilakukan oleh
kalangan medis. Sehingga denagn hal demikian akan muncul yang namanya euthanasia
positif dan euthanasia negative
Euthanasia dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai kematian yang lembut
dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak
tersembuhkan. Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis pembunuhan ini adalah mercy
killing (Tongat, 2003 :44). Sementara itu menurut Kamus Kedokteran Dorland euthanasia
mengandung dua pengertian. Pertama, suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa sakit. Kedua,
pembunuhan dengan kemurahan hati, pengakhiran kehidupan seseorang yang menderita penyakit
yang tak dapat disembuhkan dan sangat menyakitkan secara hati-hati dan disengaja.
Secara konseptual dikenal tiga bentuk euthanasia, yaitu voluntary euthanasia (euthanasia
yang dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri karena penyakitnya tidak dapat disembuhkan
dan dia tidak sanggup menahan rasa sakit yang diakibatkannya); non voluntary euthanasia (di
sini orang lain, bukan pasien, mengandaikan, bahwa euthanasia adalah pilihan yang akan diambil
oleh pasien yang berada dalam keadaan tidak sadar tersebut jika si pasien dapat menyatakan
4

permintaannya); involuntary euthanasia (merupakan pengakhiran kehidupan pada pasien tanpa
persetujuannya).


LO 1.2 Menjelaskan Jenis-jenis Euthanasia

Jenis euthanasia menurut Yessi ada 5 macam, yaitu :
1. Euthanasia Pasif : mempercepat kematian dengan cara :
Tolak berikan/ ambil tindakan pertolongan medis
2. Euthanasia aktif : secara aktif ambil tindakan yang baik secara langsung/ tidak yang
mengakibatkan kematian
3. Euthanasia voluntary : percepat kematian atas permintaan pasien
4. Euthanasia involuntary : percepat kematian tanpa persetujuan/permintaan pasien
5. Nonvoluntary : percepat kematian sesuai keinginan yang disampaikan lewat pihak
kedua (keluarga) atas keputusan pemerintah
Jenis euthanasia menurut Fred Amelin, yaitu :
1. Berdasarkan Inisiatif :
a. Atas permintaan pasien
b. Atas permintaan bukan pasien
2. Berdasarkan cara :
a. Euthanasia aktif :
Baik atas permintaan pasien/ tidak, ketika dokter secara sengaja lakukan
untuk perpendek hidup pasien.
b. Euthanasia pasif :
Baik permintaan pasien ( auto euthanasia) atau dokter secara sengaja tidak
lagi memberikan bantuan medis yang dapat perpanjang hidup.
3. Berdasarkan akibat :
a. Langsung :
Cara mengakhiri hidup lewat tindakan medis yang diperhitungkan akan
langsung mengakhiri hidup pasien.
b. Tidak langsung
Tindakan medis yang dilakukan tidak langsung akan mengakhiri hidup
pasien tapi diketahui bahwa resiko tindakan tersebut dapat mengakhiri
hidup pasien.
Jenis Euthanasia menurut Thiroux yaitu :
1. Membiarkan seseorang mati
2. Mercy Death :
Tindakan bantu pasien penyakit terminal untuk mengakhiri hidupnya
Orang lain lebih aktif ambil tindakan percepat kematian atas keinginan
pasien
3. Mercy Killing
Tindakan langsung untuk hentikan hidup seorang pasien penyakit terminal
tanpa persetujuan pasien sendiri





5

LI 2 : Memahami dan Menjalaskan Euthanasia dilihat dari Kode Etik
dan Kaidah Dasar Moral

LO 2.1 Menjelaskan Euthanasia dilihat dari Kode Etik

Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa; seorang dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi tertinggi. Jelasnya bahwa seorang
dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya sebagai seorang profesi dokter harus sesuai
dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama. KODEKI pasal 7d juga menjelaskan
bahwa setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani.
Artinya dalam setiap tindakan dokter harus bertujuan untuk memelihara kesehatan dan
kebahagiaaan manusia. Jadi dalam menjalankan profesinya seorang dokter tidak boleh
melakukan: Menggugurkan kandungan (abortus provocatus), mengakhiri kehidupan seorang
pasien yang menurut ilmu dan pengetahuan tidak mungkin akan sembuh lagi (euthanasia),
Mengenai euthanasia, dapat digunakan dalam tiga arti ;
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, buat yang
beriman dengan nama Allah di bibir,
2. Waktu hidup akan berakhir (sakaratul maut) penderitaan pasien diperingan dengan
memberikan obat penenang,
3. Mengakhiri penderitaan dari seorang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri
dan keluarganya.

Adapun unsur-unsur dalam pengertian euthanasia dalam pengertian di atas adalah:
1. Berbuat seauatu atau tidak berbuat sesuatu,
2. Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak memperpanjang hidup pasien,
3. Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk disembuhkan,
4. Atas permintaan pasien dan keluarganya,
5. Demi kepentingan pasien dan keluarganya.


LO 2.2 Menjelaskan Euthanasia dilihat dari Kaidah Dasar Moral

Kaidah dasar Moral

1. Tindakan berbuat baik (beneficence)
General beneficence:
o melindungi & mempertahankan hak yang lain
o mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence :
o menolong orang cacat,
o menyelamatkan orang dari bahaya.
Mengutamakan kepentingan pasien
Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah
sakit/pihak lain
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)
Menjamin nilai pokok : apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya (apalagi ada yg hidup).

6

2. Tidak merugikan atau nonmaleficence/primum non nocere
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :
o Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien
o Minimalisasi akibat buruk
o Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
- Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting
- Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
- Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).
Norma tunggal, isinya larangan.

3. Keadilan (J ustice)
Treat similar cases in a similar way = justice within morality.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :
1. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan
mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang
memerlukan/membahagiakannya)
2. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan
beban sesuai dengan kemampuan pasien).
Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi
(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik
Jenis keadilan :
1. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)
2. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan
dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat
perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada :
Setiap orang andil yang sama
Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya
Setiap orang sesuai upayanya.
Setiap orang sesuai kontribusinya
Setiap orang sesuai jasanya
Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
1. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan
bersama :
Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan
efisiensi social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.
Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan
prosedur adil > hasil substantif/materiil).
Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu
Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai
oleh setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan
kesamaan).
1. Hukum (umum) :
Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang
berhak.
pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama)
mencapai kesejahteraan umum.



7

4. Otonomi (self-determination)
Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik
bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan
pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-
legislation dari manusia.
Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan
kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien
demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).
Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi
Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi
informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya,
bantulah membuat keputusan penting.
Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk
kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan
(intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.
Pada etika teonom, yang mewajibkan adanya perintah Tuhan, ada nilai dasar moral utama
yakni : ketuhanan (tidak diakui/dieksplisitkan bagi penganut pandangan sekuler)
Dasar dan sekaligus tujuan seluruh etika (bagi pandangan teologis/non-sekuler)
Menempatkan EK sebagai tuntutan (postulat) kodrat. Melanggar EK = memperkosa
kodrat manusia.
Menuju nilai kebenaran kedokteran yakni pengakuan :
1. Adanya Tuhan : perintah menjalankan EK adalah perintah Tuhan /habbluminnallah.
2. Adanya kebebasan kehendak
3. Adanya keabadian jiwa
Selain 4 prinsip atau kaidah dasar moral tersebut, dikenal prinsip turunannya dengan nilai-
nilai seperti :
1. Berani berkata benar/kejujuran (veracity) : truth telling
2. Kesetiaan (fidelity) : keep promise
3. Privacy (dari otonomi dan beneficence)
4. Konfidensialitas.
5. Menghormati kontrak (perjanjian)
6. Ketulusan (honesty) : tidak menyesatkan informasi kepada pasien atau pihak ketiga
seperti perusahaan asuransi, pemerintah, dll.
7. Menghindari membunuh

Derajat ketegaran kaidah dasar moral
KDM dapat merupakan suatu hal tersendiri (disebut tegar), namun dapat saling bertukar
sehingga dapat pula merupakan suatu kesinambungan (tidak tegar). Ketegaran tersebut
bergantung pada :
1. Legalisme (prinsip moral tergantung pada hukum/nilai utama lainnya)
2. Absolut
3. Prima facie (prinsip harus dipatuhi, namun dapat bertukar sejauh ada kepentingannya
seperti prinsip lain yang lebih kuat atau ada alasan kuat untuk pengecualiannya)
4. Relatif
5. Antinomianisme (prinsip moral tidak tergantung pada hukum/nilai utama lainnya)


8

LI 3 : Memahami dan Menjelaskan Hukum Mengenai Euthanasia

LO 3.1 Menjelaskan Hukum Negara Mengenai Euthanasia

Hukum negara
Menurut PP no.18/1981 pasal 1 menyebutkan bahwa: Meninggal dunia adalah keadaan
insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang, bahwa fungsi otak, pernapasan, &
atau denyut jantung seseorang telah berhenti. Definisi mati ini merupakan definisi yang
berlaku di Indonesia.
Mati itu sendiri sebetulnya dapat didefinisikan secara sederhana sebagai berhentinya
kehidupan secara permanen (permanent cessation of life). Hanya saja, untuk memahaminya
terlebih dahulu perlu memahami apa yang disebut hidup.

Pasal-pasal dalam KUHP menegaskan bahwa euthanasia baik aktif maupun pasif tanpa
permintaan adalah dilarang. Demikian pula dengan euthanasia aktif dengan permintaan.
Berikut adalah bunyi pasal-pasal dalam KUHP tersebut:
Pasal 338 : Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain karena
pembunuhan biasa, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.
Pasal 340 : Barangsiapa dengan sengaja & direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa
orang lain, karena bersalah melakukan pembunuhan berencana, dipidana dengan pidana mati
atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya duapuluh tahun.
Pasal 344 : Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sendiri,
yang disebutkannya dengan nyata & sungguh-sungguh dihukum penjara selama-lamanya
duabelas tahun.
Pasal 345 : Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri.
Pasal 359 : Menyebabkan matinya seseorang karena kesalahan atau kelalaian, dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau pidana kurungan selama-lamanya
satu tahun
Dengan kata lain, apabila suatu tindakan medis dianggap tidak ada manfaatnya, maka dokter
tidak lagi berkompeten melakukan perawatan medis, & dapat dijerat hukum sesuai KUHP
pasal 351 tentang penganiayaan,yang berbunyi:
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

Hubungan hukum dokter-pasien juga dapat ditinjau dari sudut perdata, yaitu pasal 1313,
1314, 1315, & 1319 KUHPer tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau
perjanjian. Pasal 1320 KUHPer menyebutkan bahwa untuk mengadakan perjanjian dituntut
izin berdasarkan kemauan bebas dari kedua belah pihak. Sehingga bila seorang dokter
melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien, secara hukum dapat dijerat Pasal 351
KUHP tentang penganiayaan.
9

Tindakan menghentikan perawatan medis yang dianggap tidak ada gunanya lagi, sebaiknya
dimaksudkan untuk mencegah tindakan medis yang tidak lagi merupakan kompetensinya, &
bukan maksud untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.


Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebenarnya telah cukup antisipasif dalam menghadapi
perkembangan iptekdok, antara lain dengan menyiapkan perangkat lunak berupa SK PB IDI
no.319/PB/4/88 mengenai Pernyataan Dokter Indonesia tentang Informed Consent.
Disebutkan di sana, manusia dewasa & sehat rohani berhak sepenuhnya menentukan apa
yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan medis
yang bertentangan dengan kemauan pasien, walau untuk kepentingan pasien itu sendiri.
Kemudian SK PB IDI no.336/PB/4/88 mengenai Pernyataan Dokter Indonesia tentang
Mati. Sayangnya SKPB IDI ini tidak atau belum tersosialisasikan dengan baik di kalangan
IDI sendiri maupun di kalangan pengelola rumah sakit. Sehingga, tiap dokter & rumah sakit
masih memiliki pandangan & kebijakan yang berlainan.


LO 3.2 Menjelaskan Hukum Agama Mengenai Euthanasia
Terkadang hak asasi manusia bisa dikatakan sebagai momok yang seakan sangat
menakutkan bagi setiap orang, karena segala sesuatu selalu akan dihubungkan dengan
otonomi kemanusiaan itu sendiri. Akhirnya sulit menentukan apa sebenarnya makna yang
dikehendaki oleh hak asasi manusia. Jika melihat kasus di negara Belanda yang telah
melegalkan suntik mati atau dikenal dengan euthanasia pada prinsipnya bukan merupakan
kesepakatan bulat dikalangan pemerintah Belanda, karena disatu sisi masih ada yang
menolaknya dengan alasan terkai dengan hak asas imanusia. Namun apapun alasannya Islam
telah mengatur bagi mereka yang ingin mengakhiri hidupnya baik atas pemintaan sendiri
maupun atas pertolongan orang lain (tim medis). Karena Islam sudah melarang untuk
membunuh dan bahkan diminta untuk saling bahu membahu sebagaimana telah diungkapkan
dalam surat An-Nisa ayat 29

29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.



Hal ini sesuai diperkuat dengan surat al-Maidah ayat 32.
10



Allah juga berfirman dalam surat al-Isra ayat 33 :


33. Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka
sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli
waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat
pertolongan
32. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam
berbuat kerusakan dimuka bumi.

Dalam ayat tersebut hendaknya kita menghormati jiwa orang lain, sebagaimana kita
menghormati dan menjaga jiwa kita sendiri. Dengan adanya sifat kasih sayang Allah maka
hal itu sesungguhnya mengajarkan kepada kita sebagai manusia untuk saling menyayangi,
mencintai, tolong menolong dan memelihara harta serta melindungi diri jika keadaan
membutuhkan perlindungan. Islam pada hakekatnya melarang adanya pembunuhan. Islam
sangat menghargai jiwa seseorang, lebih-lebih terhadap jiwa manusia. Hidup dan mati
menurut Islam merupakan kekuasaan Allah. Walaupun itu adalah hak asasi tetapi ia adalah
anugerah. Oleh karena itu, seseorang tidak mempunyai wewenang sama sekali untuk
melenyapkan jiwa manusia tanpa kehendak dan aturan Allah swt.

11

surat al-Anam ayat 151.

151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap
kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah
kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang
diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

Kedua ayat tersebut menjelaskan bagaimana sesungguhnya orang tersebut hanya
boleh dibunuh. Dan dalam hal apa saja orang tersebut dapat melakukan pembunuhan.
Dalam surat lainnya Allah berfirman pada Surat al-Hijr ayat 23yang menunjukkan
agar manusia tidak memandang rendah terhadap jiwa manusia, sehingga Alah
memberikan ancaman dan peringatan bagi orang yang meremehkannya. Tindakan
merusak ataupun menghilangkan jiwa dan raga milik orang lain maupun jiwa dan
raga milik sendiri merupakan perbuatan yang tidak terpuji dan dianggap melawan
hukum Allah.


23. Dan sesungguhnya benar-benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan
dan Kami (pulalah) yang mewarisi.(QS.al-hijr:23)
Adanya peringatan dan ancaman dari Allah swt dalam rangka memelihara dan
melindungi jiwa manusia secara keseluruhan, sebagaimana diungkapkan dalam Surat
al-Baqarah ayat 179:


Artinya : Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang
12

yang berakal, supaya kamu bertakwa
Namun bagi mereka yang mau berpikir mendalam kiranya hadis dari Jundub bin
Abdullah yang diriyawatkan oleh Bukhori ini dapat menjadi pelajaran karena
Rasulullah SAW bersabda : Ada dimasa dahulu sebelum kamu seorang yang
menderita luka, tiba-tiba ia jengkel lalu mengambil pisau dan mengiris lukanya, maka
tidak berhenti darahnya hingga ia mati, berfirman Allah swt: hambaku akan
mendahului aku terhadap dirinya (jiwanya), maka aku haramkan surga atasnya.
Adapun yang dimaksud dengan haram disini adalah haram karena ia telah membunuh
dirinya dan tidak sabar menerima ujian Allah.
Oleh karena itu, orang yang menghilangkan nyawa orang lain tanpa alasan yang
dibolehkan dan dibenarkan agama, menurut Islam sama halnya dengan merusak
tatanan kehidupan masyarakat seluruhnya. Karena Islam memberikan penghargaan
yang begitu besar terhadap jiwa manusia. Dilihat dari segi nas-nya, menunjukkan
bahwa Islam secara tegas melarang bunuh diri dan membunuh jiwa orang lain. Kalau
melihat segi unsur jarimah dalam hukum Islam maka seseorang yang melakukan
euthanasia telah mengandung unsur jarimah yaitu suatu tindakan yang
membentuksuatu perbuatan jarimah, baik perbuatan nyata maupun sikap tidak
berbuat. Sebagaicontoh dari jarimah ini adalah biasanya upaya untuk mengurangi
beban pasien dalam penderitaannya melalui suntikan dengan bahan pelemah saraf
dalam dosis tertentu (neurasthenia). Sementara aspek pelaku sudah jelas terdiri dari
dokter, pasien dan keluarga pasien. Terhadap hal seperti ini tidak terlepas dari
pertimbangan-pertimbangan selain yang telah disebutkan sebelumnya juga karena
kemungkinan lain bisa terjadi bahwa pihak keluarga (tertentu) bekerja sama dengan
dokter untuk mempercepat kematian pasien, karena menginginkan harta/milik pasien
dan faktor amorallainnya. Jika dilihat dengan adanya permintaan suntik mati untuk
mengakhiri hidup seorang pasien yang gencar diberitakan saat ini kiranya perlu
dipertimbangkan kembali bahwa Islam jelas sudah melarang dan bahkan Allah SWT
mengancam orang yang terlibat dalam masalah suntik mati atau euthanasia ini.
Oleh karena itu, maka jika permintaan tersebut dilakukan karena :
Pertama, Alasan Pasien; bahwa pasien sudah tidak tahan menanggung derita yang
berkepanjangan, tidak ingin meninggalkan beban ekonomi, atau tidak punya harapan
sembuh, adalah suatu refleksi dari kelemahan iman. Sakit adalah satu bentuk ujian
kesabaran, sehingga tidaklah tepat kalau diselesaikan dengan mengakhiri diri sendiri
melalui euthanasia/suntik mati. Kalaupun pandangan medis bahwa pasien tidak dapat
disembuhkan lagi, atau biaya untuk meneruskan pengobatan terlalu mahal, maka
tidaklah salah kalau ia meminta pulang saja dari rumah sakit. Seandainya diyakinkan
bahwa apabila pengobatan dihentikan, ia akan meninggal dunia, maka tindakan keluar
dari rumah sakit atau penghentian pengobatan tidak berarti bunuh diri. Hal ini
disebabkan kemampuan ekonomi pasien (keluarga) sudah tidak memungkin lagi.
Pemulangan pasien seperti ini sudah seringterjadi dan para dokter diperkenankan
melepaskannya, karena prosedurnya sudah ada, maka yang bersangkutan tidak akan
terkena larangan Allah yaitu sebagai tindakan bunuh diri. Bunuh diri berarti
mengingkari rahmat Allah sebagaimana firman-Nya dalam surat an-Nisa ayat 29:
13


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain,
sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan
suatu kesatuan. Rasulullah telah bersabda sebagaimana diriwayatkan Bukhori bahwa
orang yang mencekik dirinya sendiri,maka Allah mencekiknya dan menikamnya
didalam neraka
Alasan kedua yaitu dari pihak keluarga yang merasa kasihan kepada pasien, atau
karena tidak sanggup lagi menanggung biaya perawatan, maka apabila diselesaikan
dengan euthanasia/suntik mati, sementara penderita masih terlihat menyimpan
tanda-tanda kehidupan berarti perbuatan itu tergolong pembunuhan sengaja, berarti
orang yang melakukannya akan terkena al-Quran surat an-Nisa ayat 93.Dalam
ayat tersebut juga tidak dibedakan apakah dilakukan atas kasihan atau karena
keluarga kekurangan biaya ataupun alasan lain di luar dari yang haq, semuanya
dilarang Allah, walaupun tindakan itu disertai dengan kerelaan si korban. Begitu
juga kiranya apabila dilakukan tanpa sepengetahuan si pasien, maka hal ini
dikategorikan sebagaipembunuhansengaja.
Syaikh Muhammad Yusuf al-Qardawi mengatakan bahwa kehidupan manusia
bukan menjadi hak milik pribadi, sebab dia tidak dapat menciptakan dirinya
(jiwanya), organ tubuhnya, ataupun sel-selnya. Diri manusia pada hakikatnya
hanyalah sebagai barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena itu tidak boleh
titipan ini diabaikannya, apalagi memusuhi dan melepaskannya dari hidup. Islam
menghendaki kepada setiap muslim hendaknya selalu optimis dalam menghadapi
setiap musibah. Oleh karena itu, Islam tidak membenarkan dalam situasi apapun
untuk melepaskan nyawanya hanya karena ada suatu bala atau musibah yang
menimpanya atau karena gagal dalam cita-cita yang dimpi-impikan. Sebab seorang
mukmin diciptakan justru untuk berjuang, bukan untuk lari dari kenyataan. Sebab
setiap mukmin mempunyai senjata yang tidak bisa sumbing dan mempunyai
kekayaan yang tidak bisa habis yaitu senjata iman dan kekayaan budi. Oleh karena
itu, Islam melarang seseorang yang menderita sakit berkeinginan mempercepat
kematiannya. Bahkan berdoa untuk minta dipercepat kematiannya-pun tidak
diperbolehkan.

14



DAFTAR PUSTAKA

Akbar Ali , Euthanasia Dilihat Dari Hukum Islam, Panji Masyarakat No.453.Th.XXVI,21
Desember 1984.
Al-Bukhari, Shahih Bukhary, juz v, Beirut, Dar Al-Fikri,t.th.
Al-Syaukany, Nail Al-Authar, Jilid IX, Saudi Arabia,Idarah Al-Buhuts Al-Islamiyah, T.th.
Amir, Amridan Hanafiah, M. jusuf. 2009.Etika kedokteran dan hukum kesehatan edisi 4.
Arifin Syamsul, Menurut Pandangan Islam: Euthanasia Dilarang, Kiblat No.18.Th.XXVII
(Februari ke 1 1981)

Aspek hukum dalam pelaksanaan euthanasia di indonesia. 2008.
http://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/aspek-hukum-dalam-pelaksanaan-euthanasia-di-
indonesia/ 13 Oktober 2012 21:36

Kristiantoro, Amb Sigit, Eutanasia, Perspektif Moral

Tongat, Hukum Pidana Materiil. Djambatan. 2003.

Tongat, Euthanasia dalam persepektif hukum pidana di Indonesia.(makalah). Malang. 14
Februari 2005.

Wulan, L Ratna Kartika.2008. Aspek Hukum Euthanasia.eprints.undip.ac.id

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen10 halaman
    Jurnal
    adelia
    Belum ada peringkat
  • CP Appendicitis
    CP Appendicitis
    Dokumen2 halaman
    CP Appendicitis
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Jurding Ika
    Jurding Ika
    Dokumen36 halaman
    Jurding Ika
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Anxiety
    Anxiety
    Dokumen13 halaman
    Anxiety
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Lim Foma
    Lim Foma
    Dokumen3 halaman
    Lim Foma
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • PPT Thalasemia
    PPT Thalasemia
    Dokumen34 halaman
    PPT Thalasemia
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Referat Jiwa
    Referat Jiwa
    Dokumen13 halaman
    Referat Jiwa
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen33 halaman
    Referat
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Komunikasi PDF
    Komunikasi PDF
    Dokumen32 halaman
    Komunikasi PDF
    Muhammad Ihsanuddin
    Belum ada peringkat
  • Referat Antidepresan
    Referat Antidepresan
    Dokumen13 halaman
    Referat Antidepresan
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Referat Mata Shafira Aphrodita
    Referat Mata Shafira Aphrodita
    Dokumen26 halaman
    Referat Mata Shafira Aphrodita
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kel 3 Revisi Kesekian
    Jurnal Kel 3 Revisi Kesekian
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Kel 3 Revisi Kesekian
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading Fira
    Jurnal Reading Fira
    Dokumen10 halaman
    Jurnal Reading Fira
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Referat Jiwa
    Referat Jiwa
    Dokumen17 halaman
    Referat Jiwa
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Teori Pengetahuan Kel 3
    Teori Pengetahuan Kel 3
    Dokumen3 halaman
    Teori Pengetahuan Kel 3
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Profil Keluarga Binaan
    Profil Keluarga Binaan
    Dokumen3 halaman
    Profil Keluarga Binaan
    Dan Kleio
    Belum ada peringkat
  • Teori Pengetahuan Kel 3
    Teori Pengetahuan Kel 3
    Dokumen3 halaman
    Teori Pengetahuan Kel 3
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Profil Keluarga Binaan
    Profil Keluarga Binaan
    Dokumen3 halaman
    Profil Keluarga Binaan
    Dan Kleio
    Belum ada peringkat
  • Opening
    Opening
    Dokumen3 halaman
    Opening
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen28 halaman
    Gizi
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Presurvey II Kelompok 3
    Presurvey II Kelompok 3
    Dokumen1 halaman
    Presurvey II Kelompok 3
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Agama Kelompok 3
    Agama Kelompok 3
    Dokumen4 halaman
    Agama Kelompok 3
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kel 3 LBP Edit
    Jurnal Kel 3 LBP Edit
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Kel 3 LBP Edit
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Tugas Gizi Nungki
    Tugas Gizi Nungki
    Dokumen4 halaman
    Tugas Gizi Nungki
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Umumnya
    Umumnya
    Dokumen3 halaman
    Umumnya
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • SNH Kasus Reza
    SNH Kasus Reza
    Dokumen16 halaman
    SNH Kasus Reza
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Kel 3 LBP Edit
    Jurnal Kel 3 LBP Edit
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Kel 3 LBP Edit
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • Konsep Partisipasi
    Konsep Partisipasi
    Dokumen9 halaman
    Konsep Partisipasi
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • SNH Kasus Reza
    SNH Kasus Reza
    Dokumen16 halaman
    SNH Kasus Reza
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat
  • LPM
    LPM
    Dokumen64 halaman
    LPM
    Elizabeth Stokes
    Belum ada peringkat