Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 PENDAHULUAN
Kata epilepsi berasal dari kata Yunani epilambanein yang berarti serangan dan
menunjukkan, bahwa sesuatu dari luar badan seseorang menimpany, sehingga ia jatuh.
Epilepsi tidak dianggap sebagai suatu penyakit, akan tetapi sebabnya diduga sesuatu di luar
badan si penderita, biasanya dianggap sebagai kutukan roh jahat atau akibat kekuatan gaib
yang menimpa seseorang. Anggapan demikian masih ada dewasa ini, terutama dikalangan
masyarakat yang belum terjangkau oleh ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan.
1
Permasalahan epilepsi tidak hanya dari segi medik tetapi juga sosial dan ekonomi
yang menimpa penderita maupun keluarganya. alam kehidupan sehari!hari, epilepsi
merupakan stigma bagi masyarakat. "ereka #enderung untuk menjauhi penderita epilepsi.
$
Akibatnya banyak yang menderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan mendapat
pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial yang
merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya.
$
%leh karena itu, pada tinjauan
kepustakaan ini akan dijabarkan tentang de&inisi, epidemiologi, etiologi, klasi&ikasi,
pato&isiologi, gejala, diagnosis, dan terapi epilepsi.
1.2 DEFINISI
"enurut International League Against Epilepsy '()AE* dan International Bureau for
Epilepsy '(+E* pada tahun $,,- epilepsi dide&inisikan sebagai suatu kelainan otak yang
ditandai oleh adanya &aktor predisposisi yang dapat men#etuskan kejang epileptik, perubahan
neurobiologis, kogniti&, psikologis dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.
e&inisi ini membutuhkan sedikitnya satu riwayat kejang epilepsi sebelumnya.
.
/tatus epileptikus merupakan kejang yang terjadi 0 ., menit atau kejang berulang
tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua serangan kejang.
.
1.3 EPIDEMIOLOGI
Epilepsi merupakan salah satu kelainan otak yang serius dan umum terjadi, sekitar
lima puluh juta orang di seluruh dunia mengalami kelainan ini. Angka epilepsi lebih tinggi di
negara berkembang. (nsiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar -,11,,,,,, sementara
di negara berkembang men#apai 1,,11,,,,,,.
2
i negara berkembang sekitar 3,!4,5 diantaranya tidak mendapatkan pengobatan
apapun.
-
Penderita laki!laki umumnya sedikit lebih banyak dibandingkan dengan

perempuan.
(nsiden tertinggi terjadi pada anak berusia di bawah $ tahun '$6$11,,.,,, kasus* dan usia
lanjut di atas 6- tahun '3111,,.,,, kasus*.
6
1.4 ETIOLOGI
itinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi . golongan yaitu 7
8
9 Epilepsi idiopatik 7
penyebabnya tidak diketahui, meliputi : -,5 dari penderita epilepsi
anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya
pada usia 0 . tahun. +iasanya pasien tidak menunjukkan mani&estasi
#a#at otak dan juga tidak bodoh. /ebagian dari jenis idiopatik
disebabkan oleh abnormalitas konstitusional dari &isiologi serebral
yang disebabkan oleh interaksi beberapa &aktor genetik. ;angguan
&isiologis ini melibatkan stabilitas sistim talamik!intralaminar dari
substansia kelabu basal dan men#akup Reticular Activating System
dalam sinkronisasi lepas muatan sebagai akibatnya dapat terjadi
gangguan kesadaran yang berlangsung singkat atau lebih lama dan
disertai kontraksi otot tonik klonik. <mumnya &aktor genetik lebih
berperan pada epilepsi idiopatik. engan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan ditemukannya alat = alat diagnostik yang #anggih
kelompok ini makin ke#il.
9 Epilepsi simptomatik7
disebabkan oleh kelainan1lesi pada susunan sara& pusat. /imptomatik
dapat terjadi bila &ungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan
intrakranial atau ekstrakranial. Penyebab intrakranial misalnya anomali
kongenital, trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia, ense&alopati,
abses otak, jaringan parut. Penyebab ekstrakranial misalnya gagal
jantung, gangguan perna&asan, gangguan metabolisme 'hipoglikemia,
hiperglikemia, uremia*, gangguan keseimbangan elektrolit, intoksikasi
obat, gangguan hidrasi 'dehidrasi*. >aringan patologis seperti jaringan
tumor bukanlah epileptogenik namun sel neuron disekitarnya yang
menjadi terganggu &ungsi dan metabolismenya dapat merupakan &okus
epileptik, jejas otak oleh trauma lahir dan de&ek perkembangan dapat
disertai epilepsi, pada usia lanjut tumor otak, penyakit degenerati&, dan
kelainan pembuluh darah merupakan penyebab tersering epilepsi.
9 Epilepsi kriptogenik7
dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk
disini adalah sindrom ?est, sindron )enno@!;astaut dan epilepsi
mioklonik. ;ambaran klinik sesuai dengan ense&alopati di&us.
1.5 FAKTOR PENCETUS
Ada berbagai pen#etus terjadinya serangan pada penyandang epilepsi. Pada
penyandang epilepsi ambang rangsang serangan1kejang menurun pada berbagai keadaan
sehingga timbul serangan.
Aaktor!&aktor pen#etus dapat berupa7
1. Aaktor /ensoris
a. Bahaya yang berkedip!kedip
b. +unyi!bunyi yang mengejutkan
#. Air panas
$. Aaktor /istemik
a. emam
b. Penyakit in&eksi
#. %bat!obatan tertentu
d. Cipoglikemi
e. "akan tidak teratur
&. Kelelahan &isik
.. Aaktor "ental
/tress
Fotoses!t!"
Ada sebagian ke#il penyandang epilepsi yang sensiti& terhadap kerlipan1kilatan sinar
'flashing lights* pada kisaran antara 1,!1- CD, seperti diskotik, pada pesawat EF yang dapat
merupakan pen#etus serangan. alam hal ini hindarilah pergi ke diskotik dan bila menonton
pesawat EF harus ada jarak yang #ukup jauh, pada sudut tertentu dari pesawat dan ruangan
yang #ukup terang.
I"e#s!
(n&eksi biasanya disertai dengan demam. an demam inilah yang merupakan pen#etus
serangan karena demam dapat men#etuskan terjadinya perubahan kimiawi dalam otak,
sehingga mengakti&kan sel!sel otak yang menimbulkan serangan. Aaktor pen#etus ini nyata
pada anak!anak.
O$%t&o$%t% Te'tet(
+eberapa obat dapat menimbulkan serangan seperti penggunaan obat!obat
antidepresan trisiklik, obat tidur 'sedati&* atau &enotiaDin. "enghentikan obat!obat
penenang1sedati& se#ara mendadak seperti barbiturat dan Galium dapat men#etuskan kejang.
A)#o*o)
Alkohol dapat menghilangkan &aktor penghambat terjadinya serangan. +iasanya
peminum alkohol mengalami pula kurang tidur sehingga memperburuk keadaannya.
Penghentian minum alkohol se#ara mendadak dapat menimbulkan serangan.
Pe'($%*% Ho'+o%)
Pada masa haid dapat terjadi perubahan siklus hormon 'berupa peningkatan kadar
estrogen* dan stress, dan hal ini diduga merupakan pen#etus terjadinya serangan. emikian
pula pada kehamilan terjadi perubahan siklus hormonal yang dapat men#etuskan serangan.
K('%, T!-('
Kurang tidur dapat mengganggu aktiGitas dari sel!sel otak sehingga dapat
men#etuskan serangan.
St'ess E+os!o%)
/tress dapat meningkatkan &rekuensi serangan. Peningkatan dosis obat bukanlah
merupakan peme#ahan masalah, karena dapat menimbulkan e&ek samping obat. Penyandang
epilepsi perlu belajar menghadapi stress. /tress &isik yang berat juga dapat menimbulkan
serangan.
/etiap orang mempunyai ambang rangsang tertentu, yang sebagian besar ditentukan
oleh &aktor keturunan. Artinya ialah bila ada sejumlah orang diberikan rangsang kejang yang
sama,hanya satu dua orang mengalami rangsangan, sedangkan sebagian lain tidak. "ereka
yang tidak mengalami serangan karena mempunyai ambang rangsang serangan yang #ukup
tinggi. Ambang rangsang serangan ini juga dipengaruhi oleh berbagai &aktor non!spesi&ik
seperti tidak tidur untuk jangka waktu yang lama, atau terlalu letih.
St'ess F!s!#
/tress &isik dapat menimbulkan hiperGentilasi dimana terjadi peningkatan kadar B%
$
dalam darah yang mengakibatkan terjadinya pen#iutan pembuluh darah otak yang dapat
merangsang terjadinya serangan epilepsi.
1
1.. KLASIFIKASI
Klasi&ikasi (nternasional Kejang Epilepsi menurut International League Against
Epilepsy '()AE* 14317
3
I . Ke/%, P%'s!%) 0"o#%)1
A. Kejang parsial sederhana 'tanpa gangguan kesadaran*
1. engan gejala motorik
$. engan gejala sensorik
.. engan gejala otonomik
2. engan gejala psikik
+. Kejang parsial kompleks 'dengan gangguan kesadaran*
1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
a. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran
b. engan automatisme
$. engan gangguan kesadaran sejak awal kejang
a. engan gangguan kesadaran saja
b. engan automatisme
B. Kejang umum sekunder1 kejang parsial yang menjadi umum 'tonik!klonik, tonik
atau klonik*
1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
$. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
.. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,dan
berkembang menjadi kejang umum
II. Ke/%, (+(+ 0#o2()s! %t%( o&#o2()s!1
A. lena1 absens
+. mioklonik
B. tonik
. atonik
E. klonik
A. tonik!klonik
III. Ke/%, e3!)e3t!# 4%, t!-%# te',o)o,#%
K)%s!"!#%s! E3!)e3s! $e'-%s%'#% S!-'o+% +e('(t ILAE 1565 7
I. Be'#%!t% -e,% )et%# "o#(s
A. (diopatik
Benign childhood epilepsy with centrotemporal spies
!hildhood epilepsy with occipital paro"ysm
+. /imptomatik
o )obus temporalis
o )obus &rontalis
o )obus parietalis
o )obus oksipitalis
II. E3!)e3s! U+(+
A. I-!o3%t!#
Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal convulsions
Benign myoclonic epilepsy in infancy
!hildhood absence epilepsy
#uvenile absence epilepsy
#uvenile myoclonic epilepsy $impulsive petit mal%
Epilepsy with grand mal sei&ures upon awaening
'ther generali&ed idiopathic epilepsies
+. E3!)e3s! U+(+ K'!3to,e!# %t%( S!+to+%t!#
(est)s syndrome $infantile spasms%
Lenno" gastaut syndrome
Epilepsy with myoclonic astatic sei&ures
Epilepsy with myoclonic absences
B. S!+to+%t!#
Etiologi non spesi&ik
Early myoclonic encephalopathy
Specific disease states presenting with sei&ures
1.8 PATOFISIOLOGI
asar serangan epilepsi ialah gangguan &ungsi neuron!neuron otak dan transmisi pada
sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan
depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi 'inhibiti& terhadap
penyaluran aktiGitas listrik sara& dalam sinaps* yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga
sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. i antara neurotransmitter!
neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat, norepine&rin dan asetilkolin
sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid ';A+A*
dan glisin. >ika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls
atau rangsang. alam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik
tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan men#etuskan depolarisasi
membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.
%leh berbagai &aktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau
mengganggu &ungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ba dan
Ha dari ruangan ekstra ke intra seluler. (n&luks Ba akan men#etuskan letupan depolarisasi
membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. )epas muatan
listrik demikian oleh sejumlah besar neuron se#ara sinkron merupakan dasar suatu serangan
epilepsi. /uatu si&at khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti
akibat pengaruh proses inhibisi. iduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron!neuron sekitar
sarang epilepti#. /elain itu juga sistem!sistem inhibisi pra dan pas#a sinaptik yang menjamin
agar neuron!neuron tidak terus!menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan lain
yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron!neuron
akibat habisnya Dat!Dat yang penting untuk &ungsi otak.
4
S!)$e'%,) S. Co)o' At)%s o" P%t*o3*4s!o)o,4. Ne9 :o'#7 T*!e+e. 2;;;
1.6 GEJALA
Kejang parsial simplek
/eranagan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa7
! deja Gu7 perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya.
! Perasaan senang atau takut yang mun#ul se#ara tiba!tiba dan tidak dapat
dijelaskan
! Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk!tusuk jarum pada bagian
tubih tertentu.
! ;erakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
! Calusinasi
Kejang parsial 'psiomotor* kompleks
/erangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih lama.
Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan mengingat
waktu serangan. ;ejalanya meliputi7
! ;erakan seperti men#u#ur atau mengunyah
! "elakukan gerakan yang sama berulang!ulang atau memainkan
pakaiannya
! "elakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan berkeliling
dalam keadaan seperti sedang bingung
! ;erakan menendang atau meninju yang berulang!ulang
! +erbi#ara tidak jelas seperti menggumam.
Kejang tonik klonik 'epilepsy grand mal*.
"erupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap7 tahap tonik atau
kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini pasien dapat hanya
mengalami tahap tonik atau klonik saja. /erangan jenis ini biasa didahului oleh aura. Aura
merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat berupa7 merasa sakit perut,
baal, kunang!kunang, telinga berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat7 kehilangan
kesadaran, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak
tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat &ase klonik7
terjadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air besar
yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pu#at, pasien mungkin akan merasa
lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan sema#am ini.
1,
1.5 DIAGNOSIS
Ada . langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu 7
)angkah pertama 7 memastikan apakah kejadian yang bersi&at paroksismal
menunjukan bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi.
)angkah kedua 7 apabila benar!benar terdapat bangkitan epilepsi, maka
tentukanlah bangkian yang ada termasuk bangkitan apa 'lihat klasi&ikasi*.
)angkah ketiga 7 pastikan sindrom epilepsi apa yang ditunjukan oleh bangkitan
tadi, atau epilepsi apa yang diderita oleh pasien, dan tentukan etiologinya.
iagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan &isik dengan hasil
pemeriksaan EE; dan radiologis.
11
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan se#ara #ermat, rin#i dan menyeluruh. Anamnesis
menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis,
ense&alitis, gangguan metabolik, mal&ormasi Gaskuler dan penggunaan obat!obatan tertentu.
Anamnesis 'auto dan aloanamnesis*, meliputi7
! Pola 1 bentuk serangan
! )ama serangan
! ;ejala sebelum, selama dan paska serangan
! Arekueensi serangan
! Aaktor pen#etus
! Ada 1 tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
! <sia saat serangan terjadinya pertama
! Iiwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
! Iiwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
! Iiwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
$. Pemeriksaan &isik umum dan neurologis
"elihat adanya tanda!tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi, seperti
trauma kepala, in&eksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik &okal
atau di&us. Pemeriksaan &isik harus menepis sebab!sebab terjadinya serangan dengan
menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus
memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran
antara anggota tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.
.. Pemeriksaan penunjang
a. Elektro ense&alogra&i 'EE;*
Pemeriksaan EE; harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan pemeriksaan
penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi. Akan tetapi
epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis. Casil EE; dikatakan bermakna jika
didukung oleh klinis. Adanya kelainan &okal pada EE; menunjukkan kemungkinan adanya
lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan umum pada EE; menunjukkan
kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik. Iekaman EE; dikatakan abnormal.
1* Asimetris irama dan Goltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemis&er otak.
$* (rama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya misal
gelombang delta.
.* Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya
gelombang tajam, paku 'spie* , dan gelombang lambat yang timbul se#ara paroksimal.
b. Iekaman Gideo EE;
Iekaman EE; dan Gideo se#ara simultan pada seorang penderita yang sedang mengalami
serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis dan lokasi sumber serangan. Iekaman
Gideo EE; memperlihatkan hubungan antara &enomena klinis dan EE;, serta memberi
kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis yang ada. Prosedur yang mahal ini
sangat berman&aat untuk penderita yang penyebabnya belum diketahui se#ara pasti, serta
berman&aat pula untuk kasus epilepsi re&rakter. Penentuan lokasi &okus epilepsi parsial
dengan prosedur ini sangat diperlukan pada persiapan operasi.
#. Pemeriksaan Iadiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk melihat
struktur otak dan melengkapi data EE;. +ila dibandingkan dengan BE /#an maka "Il lebih
sensiti& dan se#ara anatomik akan tampak lebih rin#i. "I( berman&aat untuk membandingkan
hipokampus kanan dan kiri serta untuk membantu terapi pembedahan.
1.1; DIAGNOSIS BANDING
1. /inkop
Perbedaan bangkitan epilepsi dengan sinkop
E3!)e3s! S!#o3
Pe<et(s Eidak biasa +iasa 'misal emosi*
S(%s%% Apapun Posissi tegak, kondisi padat, panas, stres emosi
A9%) "endadak, aura J1! +erangsur, merasa gelap1mual, penglihatan buram,
berkeringat
=%'% #()!t Pu#at1merah '&lushed* +iasanya pu#at
I#ot!es!% /ering terjadi >arang
L!-%* te',!,!t sering terjadi /angat jarang
M(t%* >arang /ering terjadi
Feo+e%
+oto'!#
Eonik1tonik!klonik,klonik
menonjol dgn amplitudo K
&rekuensi khas
)emas tanpa gerakan, mungkin ada sentakan klonik
ke#il singkat, inkoordinasi atau tonik
Pe'%"%s% "endekur, mulut berbusa angkal lambat
Ce-e'% /ering terjadi >arang
P%s<% se'%,% +ingung mengantuk, tidur Bepat siuman tanpa rasa bingung
L%+% +eberapa menit : 1, detik
$. rop Atta#k
Penderita tiba!tiba jatuh karena ekstremitas in&erior lemah akibat insu&isiensi A.
+asilaris. /ering disertai Gertigo dan bi#ara sulit. +erlangsung sementara dan dapat
sembuh sendiri.
.. Har#olepsi
Har#olepsi merupakan keinginan tidur yang tidak terkendali dan berulang dan
kehilangan tonus otot ekstremitas. +ersi&at &amilial dan penyebabnya tidak diketahui.
2. Kelainan psikiatrik
Perbedaan epilepsi dengan kejang psikogenik
E3!)e3s! Ke/%, Ps!#o,e!#
Pe<et(s Eidak biasa +iasanya emosi
S(%s%% /aat tidur 1 sendirian +iasanya ketika bersama banyak orang,
jarang waktu tidur
P'o-'o+% >arang /ering
A9%) "endadak, aura J1! +erangsur dengan meningkatnya emosi
Je'!t% 3%-% %9%) /ering >arang
I#ot!%s!% /ering Eidak terjadi
L!-%* te',!,!t /ering >arang
Ce-e'% /ering >arang
>o#%)!s%s! Canya saat automatisme +iasa selama serangan
Feo+e% +oto'!# /tereotip +erGariasi
Kes%-%'% "enurun Hormal
Pe,e#%,% Eidak berpengaruh "elawan, kadang!kadang menghentikan
serangan
D('%s! Pendek apat memanjang
Het! se'%,% Pendek 'automatisme
memanjang* +ingung
mengantuk, tidur
+erangsur, seringkali dengan emosi,
seringkali siuman tanpa rasa bingung
-. +reath Colding /pells '/erangan Ha&as Eerhenti /ejenak*
/erangan na&as terhenti sejenak sering terjadi pada anak, yaitu 25 anak!anak
berusia kurang dari - tahun. "ereka membagi /erangan na&as terhenti sejenak
menjadi $ jenis, yaitu jenis sianotik 'cyanotic breath*holding spell* dan jenis pu#at
'pallid breath*holding spell atau white breath*holding spell*.
/erangan na&as terhenti sejenak jenis sianotik timbul karena adanya &aktor
pen#etus berupa marah, takut, sakit atau &rustasi. +iasanya anak menangis kuat
sebentar kemudian menahan na&as panjang dalam ekspirasi, menjadi sianosis, lemas
dan tidak sadar. Pada waktu sianosis kadang!kadang diikuti kekakuan seluruh tubuh
sebentar, kadang!kadang diikuti oleh $!. sentakan 'jers*, kemudian anak berna&as
kembali dan menjadi sadar. /erangan na&as terhenti sejenak jenis sianotik dengan
kekakuan badan dan sentakan ini juga disebut juga jenis kejang dan kadang!kadang
disalah diagnosis sebagai epilepsi. Eerjadinya serangan na&as terhenti sejenak jenis
sianotik diduga disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak karena peninggian
tekanan dalam rongga dada.
/erangan na&as terhenti sejenak jenis pu#at sangat berbeda dengan serangan
na&as terhenti sejenak jenis sianotik. /erangan biasanya timbul karena trauma ringan
terutama benturan pada kepala, anak menjadi &rustasi dan marah, kemudian menjadi
tidak sadar, pu#at, kaku dan atau opistotonus. Kadang!kadang tidak didahului oleh
menangis atau menangis singkat. Eidak terdapat sianosis, kadang!kadang disertai
mata melirik ke bawah dan sentakan!sentakan anggota gerak 'jering*. Cal ini
menyebabkan disalah diagnosissebagai epilepsi. "ekanismenya berbeda dengan
serangan na&as terhenti sejenak sianotik. Eerjadinya karena kegagalan sirkulasi yang
disebabkan oleh karena asistole. Asistole disebabkan oleh terangsangnya re&leks
Gagal. Cal ini dapat dibuktikan dengan melakukan penekanan pada biji mata, maka
akan terjadi asistole dan timbullah serangan serangan na&as terhenti sejenak sianotik.
8-5 serangan na&as terhenti sejenak timbul pada umur 6!13 tahun. /erangan pada
umur yang lebih muda dapat terjadi, tetapi jarang. /erangan ini tidak berbahaya, tidak
menyebabkan retardasi mental, tidak menyebabkan epilepsi, dan tidak perlu
pengobatan.
6. Ei#s
Ei#s berupa gerakan kepala, kadang!kadang disertai dengan gerakan mata
berkedip!kedip, kadang!kadang ada gerakan tangan dan pasien tetap sadar. Cal ini
mudah dibedakan dengan serangan epilepsi, karena gerakan!gerakan dapat dihentikan
dengan memanggil pasien.
8. /indrom neurologis periodik tanpa gangguan kesadaran
"isalnya7 E(A, migren, tetani, dan hiperGentilasi
1.11 TERAPI
T(/(% Te'%3!
Eujuan terapi epilepsi adalah ter#apainya kualitas hidup optimal untuk pasien, sesuai
dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas &isik maupun mental yang dimilikinya.
<ntuk ter#apainya tujuan tadi diperlukan beberapa upaya, antara lain 7 menghentikan
bangkitan, mengurangi &rekuensi bangkitan, men#egah timbulnya e&ek samping, menurunkan
angka kesakitan dan kematian, men#egah timbulnya e&ek samping %AE.
Prinsip terapi &armakologi 7
1.
%AE mulai diberikan bila 7
iagnosis epilepsy telah dipastikan '#on&irmed*
/etelah pasiendan keluarganya menerima penjelasan tentang tujuan
pengobatan
Pasien dan atau keluargannya telah diberitahu tentang kemungkinan e&ek
samping %AE yang akan timbul.
$.
Eerapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan %AE pilihan sesuai dengan jenis
bangkitan dan jenis sindrom epilepsi
..
pemberian obat dimulai dengan dosis rendah dan dinaikan bertahap sampai dosis
e&ekti& ter#apai atau timbul e&ek samping. Kadar obat dalam plasma ditentukan bila
bangkitan tidak terkontrol dengan dosis e&ekti&.
2.
bila dengan penggunaan dosis maksimum obat pertama tidak dapat megontrol
bangkitan,makaperlu ditambah %AE kedua. +ila %AE telah men#apai kadar tarapi,
maka %AE pertama diturunkan bertahap 'tapering o&&*, perlahan!lahan.
-.
penambahan obat ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi
dengan penggunaan dosis maksimal kedua %AE pertama.
6.
pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk diberi terapi bila7
1$
ijumpai &o#us epilepsy yang jelas pada EE;
Pada pemeriksan BE s#an atau "I( otak dijumpai lesi yang berkorelasi dengan
bangkitan, misalnya neoplasma otak, AF", abses otak, ense&alitis herpes
Pada pemeriksaan neurologik dijumpai kelainan yang mengarah pada adanya
kerusakan otak
Eerdapat riwayat epilepsy pada saudara sekandung 'bukan orang tua*
Iiwayat bangkitan simtomatik
Iiwayat trauma kepala terutama yang disertai penurunan kesadaran, stroke,
in&eksi //P.
+angkitan pertama berupa status epileptikus.
Je!s o$%t %t! e3!)e3s!
ata Aarmakologik %AE yang biasa dipergunakan di klinik
Hama %bat >enis
/erangan
osis
mg1kg1hari
Kadar
dalam
?aktu
paruh
E&ek /amping
serum7
ug1m)
'jam*
Aenobarbital P K K< $!2 1-!2, 46 "engantuk, hiperakti&itas, bingung,
perubahan perasaan hati
Aenitoin P K K< .!3 1,!., $2 Ataksia, ruam kulit, perubahan
kosmetika, hyperplasia gingiGal,
osteomalasia
KarbamaDepin P K K< 1-!$- 3!1$ 1$ Ataksia, gangguan ;(E, pandangan
kabur, gangguan &ungsi hepar,
perubahan darah
Falproat /emua 1-!6, -,!1,, 12 ;angguan ;(E, hepatitis, diskrasia
darah, ataksia, allopesia, mengantuk
KlonaDepam A K " ,,,.!,,., ,,,1!,,,- ., "engantuk, gangguan ;(E, diskrasia
darah, ruam kulit, pengeluaran air liur
Primidon P K K< 1,!$, -!1- 1$ "engantuk, hiperaktiGitas, perubahan
perasaan
P L Parsial, K< L Kejang <mum, A L Absen#e, " L "ioklonik
1.12 PROGNOSIS
Pada sekitar 8, 5 kasus epilepsi serangan dapat di#egah dengan obat anti epilepsi,
sedangkan pada .,!-, 5 pada suatu saat pengobatan dapat dihentikan. Hamun prognosis
tergantung dari jenis serangan, usia waktu serangan pertama terjadi, saat dimulai pengobatan,
ada tidaknya kelainan neurologik atau mental dan &aktor etiologik. Prognosis terbaik adalah
untuk serangan umum primer seperti kejang tonik klonik dan serangan petit mal, sedangkan
serangan parsial dengan simtomatologi kompleks kurang baik prognosisnya. >uga serangan
epilepsi yang mulai pada waktu bayi dan usia dibawah tiga tahun prognosisnya relati& buruk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carsono 'ed*. Epilepsi. alam7 +uku Ajar Heurologi Klinis. Yogyakarta 7 ;adjah "ada
<niGersity Press. $,,-. p114!1--.
$. Ejahjadi,P.,ikot,Y,;unawan,. ;ambaran <mum "engenai Epilepsi. (n 7 Kapita
/elekta Heurologi. Yogyakarta 7 ;adjah "ada <niGersity Press. $,,-. p114!1$8.
.. Aisher I/, +oas ?E, +lumer ?, Elge B, ;enton P. Epilepsy, $,,-M26'2*728,!$.
2. %#taGiana A. Epilepsi. (n7 "edi#inus /#ienti&i# >ournal o& pharma#euti#al deGelopment
and medi#al appli#ation. Fol.$1 HoG!es $,,3. p.1$1!$.
-. http711www.who.int1mentalNhealth1neurology1epilepsyNatlasNintrodion.pd&
6. http711www.epilepsy&oundation.org1about1statisti#s.#&m
8. http711www.epilepsyso#iety.org.uk1AboutEpilepsy1?hatisepilepsy1Bauseso&epilepsy
3. /horGon /. +A,-B''. '/ Epilepsy 0reatment /orms, !auses and 0herapy in
!hildren and Adults1$
nd
ed. Ameri#a7 +la#kwell Publishing )td. $,,-
4. Pri#e dan ?ilson. $,,6. 2atofisiologi3 .onsep .linis 2rose*2roses 2enyait1 Ed7 6.
>akarta7 E;B
1,. Amino&& "> dkk. Blini#al Heurology. 6
th
ed. Hew York7 "#;raw!Cill.
11. ?ilkinson (. Essential neurology. 2
th
ed. </A7 +la#kwell Publishing. $,,-
1$. PEI%//(. Pedoman Eatalaksana Epilepsi. Ed. .. >akarta. $,,3

Anda mungkin juga menyukai