Anda di halaman 1dari 4

Dasar Teori

1.1.Hemostasis
Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan pada lokasi luka
oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya
koordinasi dari endotel pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Fungsi
utama mekanisme koagulasi adalah menjaga keenceran darah (blood fluidity) sehingga darah
dapat mengalir dalam sirkulasi dengan baik, serta membentuk thrombus sementara atau
hemostatic thrombus pada dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan (vascular
injury).(Rafsan,2012)
Hemostasis terdiri dari enam komponen utama, yaitu: trombosit, endotel vaskuler,
procoagulant plasma protein faktors, natural anticoagulant proteins, protein fibrinolitik dan
protein antifibrinolitik. Semua komponen ini harus tersedia dalam jumlah cukup, dengan fungsi
yang baik serta tempat yang tepat untuk dapat menjalankan faal hemostasis dengan baik.
Interaksi komponen ini dapat memacu terjadinya thrombosis disebut sebagai sifat prothrombotik
dan dapat juga menghambat proses thrombosis yang berlebihan, disebut sebagai sifat
antithrombotik. Faal hemostasis dapat berjalan normal jika terdapat keseimbangan antara faktor
prothrombotik dan faktor antithrombotik.(Rafsan,2012)
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam proses hemostasis adalah pembuluh darah,
trombosit, dan faktor pembekuan darah. Selain itu faktor lain yang juga mempengaruhi
hemostasis adalah faktor ekstravascular, yaitu jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan
keadaan otot.(Anonim,2012)
Pendarahan mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem
pembekuan darah. Bila gejala perdarahan merupakan kalainan bawaan, hampir selalu
penyebabnya adalah salah satu dari ketiga faktor tersebut diatas kecuali penyakit Von
Willebrand. Sedangkan pada kelainan perdarahan yang didapat, penyebabnya mungkin bersifat
multipel. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring hemostasis harus meliputi pemeriksaan
vasculer, trombosit, dan koagulasi. (Anonim,2012)
Pemeriksaan faal hemosatasis adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui
faal hemostatis serta kelainan yang terjadi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari riwayat
perdarahan abnormal, mencari kelainan yang mengganggu faal hemostatis, riwayat pemakaian
obat, riwayat perdarahan dalam keluarga. Pemeriksaan faal hemostatis sangat penting dalam
mendiagnosis diatesis hemoragik. Biasanya pemeriksaan hemostasis dilakukan sebelum operasi.
Beberapa klinisi membutuhkan pemerikasaan hemostasis untuk semua penderita pre operasi,
tetapi ada juga membatasi hanya pada penderita dengan gangguan hemostasis. Yang paling
penting adalah anamnesis riwayat perdarahan. Walaupun hasil pemeriksaan penyaring normal,
pemeriksaan hemostasis yang lengkap perlu dikerjakan jika ada riwayat perdarahan.
(Anonim,2012)
Pemeriksaan ini terdiri atas:
A. Tes penyaring meliputi :
Percobaan pembendungan
Masa perdarahan
Hitung trombosit
Masa protombin plasma (Prothrombin Time, PT)
Masa tromboplastin partial teraktivasi (Activated partial thromboplastin time,
APTT)
Masa trombin (Thrombin time, TT)
B. Tes khusus meliputi :
Tes faal trombosit
Tes Ristocetin
Pengukuran faktor spesifik (faktor pembekuan)
Pengukuran alpha-2 antiplasmin

2 Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)
Rumple leede test (percobaan pembendungan) dimaksudkan untuk menguji ketahanan
kapiler darah menggunakan pembendungan pada vena sehingga darah akan menekan dinding
kapiler. Jika dinding kapiler kurang kuat ,maka darah dari kapiler keluar dan merembes dalam
jaringan sekitarnya sehingga tampak bercak petechiae. (Gandosoebrata,1969)
Petechiae adalah bintik-bintik merah akibat perdarahan didalam kulit,warna terkadang
bervariasi dari merah menjadi biru/ungu. Petechiae umumnya muncul pada kaki bagian bawah
tetapi bisa muncul diseluruh tubuh. Petechiae mungkin terlihat pada pasien-pasien dengan
jumlah platelet yang sangat rendah. Petechiae terjadi kerena perdarahan keluar dan pembuluh
pembuluh darah yang kecil sekali di bawah kulit atau selaput lendir, petechiae umumnya tidak
jelas dan menyakitkan. (Arifin,2012)
Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan manset atau tensi sebesar setengah dari
jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi yang pertama terdengar, diastole
adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang berdetak cepat, atau dapat pula dikatakan
bunyi yang terakhir didengar. Kemudian tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh
menit. (Anonim,2011)
Pembendungan dilakukan pada lengan atas dengan memasang tensimeter pada pertengahan
antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit. Jika
percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan, cukup dipertahankan selama 5 menit.
Setelah waktunya tercapai bendungan dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah
lenyap. Kemudian diperiksa adanya petekia di kulit lengan bawah bagian voler, pada daerah
garis tengah 5 cm kira-kira 4 cm dari lipat siku.(Anonim,2012)
Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae sebanyak 10
buah dalam waktu 10 menit. Pemerikssan dinyatakan negatif bila dalam waktu 10 menit tidak
timbul petechiae pada area pembacaan, atau timbul petechiae kurang dari 10
buah.(Anonim,2012)
Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi petekie, berarti
percobaan pembendungan sudah positif hasilnya dan tidak perlu dilakukan sendiri. Pada
penderita yang telah terjadi purpura secara spontan, percobaan ini juga tidak perlu dilakukan.
(Anonim,2012)
Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan, kesalahan tersebut antara lain saat membuat
daerah pengamatan. lingkaran ini harus dibuat, diukur dengan benar, sekian jari dari fossa cubiti,
dengan diameter penampang sebesar 5 cm menggunakan penggaris. Selain itu, bila dalam waktu
kurang dari 10 menit sudah tampak lebih dari 10 buah petechiae, maka percobaan dihentikan.
Bila setelah 10 menit tidak timbul peteciae, percobaan dihentikan dan tunggu selama 5 menit.
Bila tak ada perubahan penilaiaannya negatif. Sebelum percobaan dihentikan apakah ada bekas
gigitan nyamuk pada daerah pembacaan, yang mungkin menyebabkan hasil menjadi positif
palsu. (Anonim,2011)
Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, orang yang diperiksa kemungkinan terjadi
gangguan vaskuler maupun trombolik. Adanya gangguan ini dapat menimbulkan penyakit atau
keluhan tertentu, antara lain penyakit arteri koroner yang berat, gumpalan kecil dari trombosit
bisa menyumbat arteri yang sebelumnya telah menyempit dan memutuskan aliran darah ke
jantung, sehingga terjadi serangan jantung. Keluhan lain yaitu, mudahnya timbul memar pada
kulit. Seseorang bisa mudah memar karena kapiler yang rapuh di dalam kulit. Setiap pembuluh
darah kecil ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes dan menimbulkan bintik-bintik
merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan (purpura). (Anonim,2011)
Faktor yang mempengaruhi Rumple leede test (Arifin,2012) :
1. Perempuan yang menstruasi
2. Post menstrual dengan sedikit hormone
3. Kulit rusak karena akan meningkatkan kerapuhan kapiler
Walaupun percobaan pembendungan ini dimaksudkan untuk mengukur ketahanan
kapiler, hasil tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit. Trombositopenia
sendiri dapat menyebabkan percobaan ini berhasil positif.


Anonim. 2011. Laporan Praktikum Pemeriksaan Koagulasi. Tersedia pada :
http://dicerahkan.blogspot.com/2011/01/laporan-praktikum-pemeriksaan-
koagulasi.html (Diakses tanggal 18 September 2013)
Anonim. 2012. Hemostasis. Tersedia pada: http://rockapolka.blogspot.com/2012/03/bab-i-
pendahuluan-hemostasisadalah.html (Diakses tanggal 18 September 2013)
Arifin,Fury. 2012. Pemeriksaan Rumple Leede Test. Tersedia pada :
http://nonasandha.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-rumple-leede-test.html (Diakses
tanggal 18 September 2013)
Rafsan. 2012. Homeostasis. Tersedia pada : http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.
com/2012/07/homeostatis.html. (Diakses tanggal 18 September 2013)

Anda mungkin juga menyukai