Anda di halaman 1dari 97

E L V I R A D E V I N A MI R A

Tergoda Rujak Soto





Puteri Indonesia 2014 Elvira Devinamira (21) kepincut dengan masakan khas
Banyuwangi, Jawa Timur, yakni rujak soto. Dalam dua hari pertama kunjungan ke
kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu, gadis ini selalu menyisipkan rujak soto
sebagai menu sehari-harinya.
Rujak soto itu kesukaan saya banget. Di rumah saya selalu menantikan masakan rujak soto
dari tante. Kalau sudah ketemu menu itu, saya bisa nambah pake lombok tujuh sekaligus,
kata gadis yang ikut memopulerkan batik banyuwangi lewat Banyuwangi Batik Festival ini.
Beruntung ketika berkunjung ke Banyuwangi, Elvira tak hanya mencicip rujak soto, tetapi
ikut pula mengulek sambelnya saat membuka acara Festival Rujak Soto bersama Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan chef Priscil.
Di Banyuwangi, selain mencicip dan mengulek sambel rujak soto, Puteri asal Jawa Timur ini
juga menyempatkan diri berkunjung ke pantai Pulau Merah, pulau yang saat ini jadi tempat
surfing wisatawan. Satu hal yang membuat ia terkesan adalah sambutan warga yang sangat
hangat dan ramai. Meski ingin mengajak foto bareng, warga terlebih dahulu memberikan
kesempatan bagi Elvira untuk beristirahat menikmati pantai sejenak.
Saya jadi ingin kembali lagi ke Banyuwangi, katanya. (nit)








Smoke on the Water...

Oleh: Bre Redana

BAGI sejumlah pemusik dari Jakarta, tak terbayangkan mereka akan latihan di desa di
Gunung Merbabu, yang untuk mencapainya harus melewati jalanan terjal berbatu-batu.
Sebagian dari mereka takjub melihat ladang di kiri-kanan. Ada kubis, tembakau, serta pohon-
pohon cabe yang tengah berbuah.
Kalau kolaborasi musik etnik, jalannya pun harus begini, seloroh Masri AP. Gitaris ini
menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan main band, termasuk di kafe-kafe di Jakarta
dengan grup yang terkenal di kalangan generasi 1970-an, Yeah Yeah Boys. Band ini hafal
semua lagu Generasi Bunga, seperti Santana, Chicago, dan James Gang.
Ia bagian dari pemusik yang akan ambil bagian dalam kolaborasi antara
pemusik/etnomusikolog Rizaldi Siagian dan Komunitas Lima Gunung. Rizaldi, akademikus
lulusan San Diego State University yang kini tinggal di Jakarta, bersama Komunitas Lima
Gunung (Gunung Merbabu, Merapi, Andong, Sindoro, dan Sumbing) yang dipimpin Sutanto,
tengah menggarap kolaborasi berjudul Lakon Lakuning Laku. Karya tersebut akan
dipentaskan di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta, 3 Oktober mendatang.
Agraris
Latihan berlangsung di sanggar milik seniman dusun bernama Riyadi. Di sekitar tempat
latihan, orang berjalan memanggul rumput, menjemur tembakau, menggembala ternak, dan
melakukan kegiatan sehari-hari lainnya.
Di tengah situasi agraris yang hendak digenjot oleh presiden terpilih Joko Widodo inilah,
anak muda bernama Wukir Suryadi menciptakan sensasi bunyi luar biasa dengan alat yang
dia bikin dari garu. Garu, alat pertanian untuk menggarap sawah, dia lengkapi dengan string,
pick up, seperti biasa terdapat pada gitar listrik, serta amplifier. Ketika digesek
dengan bow (penggesek biola atau rebab), alat ini mengeluarkan bunyi yang tak kalah kaya
dari synthesizer.
Kesadaran saya adalah memainkan instrumen bikinan sendiri. Saya otodidak, kata Wukir.
Dengan alat bikinan sendiri, termasuk sebelumnya instrumen dari bambu, bersama satu
temannya yang tergabung dalam grup Senyawa, Wukir menjelajah berbagai negara. Dia
bermain di sejumlah kota di Australia, Eropa, dan Asia dalam festival jazz dan festival-
festival musik eksperimental.
Baru saja kami pulang dari Jepang. Di sana berkolaborasi dengan pemusik-pemusik avant
garde, cerita Wukir. Menurut jadwal kami, nanti tanggal 20-an Oktober kami berangkat
lagi ke Eropa, ujarnya.
Alat musik garu, katanya, ia ciptakan sekitar empat tahun lalu. Saat itu, kenangnya, Indonesia
sedang mengalami krisis kedelai. Tempe langka. Beras impor juga tengah menjadi isu media
massa.
Garu itu, ketika dia berhasil mengolahnya sebagai alat musik, menjadi semacam ekspresi
keresahannya sebagai bagian masyarakat agraris.
Arupadhatu
Dalam kolaborasi ini, efek musik elektronik garunya akan dipadu dengan bunyi dan gerak
dari bentuk kesenian gunung yang disebut soreng. Soreng merupakan ekspresi bunyi dan
gerak, yang didasarkan terutama pada pola ritme. Suara dan geraknya sangat dinamis, penuh
vitalitas, setangguh para petani Merbabu menggarap ladangnya.
Selama berhari-hari, Rizaldi Siagian mencoba menyintesiskan berbagai kemungkinan yang
bisa muncul dari kesenian semacam ini. Dia naik ke Candi Borobudur, mempelajari relief-
relief candi. Pada relief candi bisa ditemukan berbagai pelukisan alat musik.
Itukah kompleksitas kesenian, kompleksitas kehidupan, yang bisa ditafsirkan dari level candi
yang dikategorikan sebagai Rupadhatu? Borobudur terdiri atas tiga tingkatan. Paling bawah,
kini terkubur, bernama Kamadhatu. Tingkat kedua, yang penuh relief, Rupadhatu. Tingkat
paling atas, berupa stupa-stupa kosong, disebut Arupadhatu. Satu relief paling ujung di
tingkat atas menggambarkan kerang sebagai alat musik. Kalau ditiup, kerang hanya
menghasilkan satu nada. Sederhana dan hening.
Puncak spiritualitas?
Reuni inilah yang kemudian hendak diungkapkan dalam Lakon Lakuning Laku. Judul
bermakna sebagai proses yang tak pernah selesai. Berkesenian adalah menjalani proses itu
sendiri, bukan untuk hasil yang bisa dipetik seketika seperti dalam reality show. Prek-lah
itu....
Dalam proses latihan, banyak akademisi dari Yogyakarta, pejabat daerah, pengusaha,
pendeknya mereka yang semasa muda dulu bermain musik rock berkumpul. Acara ini
menjadi seperti reuni.
Di sela-sela latihan, para seniman mendaulat Masri yang punya pengalaman bergabung
dengan beberapa grup, dari Great Session di Medan sampai kemudian Yeah Yeah Boys,
untuk menghibur mereka semua. Dia hidupkan lagi amplifier gitar listrik kebanggaannya,
yang ia bikin sendiri.
Merbabu seperti menggetarkan magma. Getarannya mengalir bersama permainan gitar solo
Masri, lewat nomor Deep Purple yang diakrabi the last Mohican ini: Smoke on the
Water. Semua kesurupan....













Tak Ada Kesepakatan,
Pengesahan Ditunda


JAKARTA, KOMPAS Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (29/9), batal mengesahkan 87
daerah otonom baru. Hal tersebut terjadi karena antara Komisi II DPR dan pemerintah tidak
didapat kesepakatan terkait 21 DOB yang bisa disahkan.
Dalam Rapat Paripurna DPR, kemarin, di Jakarta, Ketua Komisi II Agun Gunanjar Sudarsa
menuturkan, hasil rapat kerja dengan agenda pengambilan keputusan tingkat pertama antara
Komisi II DPR dan pemerintah memutuskan menunda pengesahan 87 daerah otonom baru
(DOB). Pembahasan seluruh DOB diputuskan akan dilanjutkan pemerintah dan DPR periode
2014-2019.
Keputusan tersebut diambil karena tidak tercapai kesepakatan antara anggota Komisi II DPR
terkait 21 DOB yang bisa disahkan. Jumlah 21 DOB itu mengacu hasil kajian dari pemerintah
dan juga kemampuan pemerintah, salah satunya terkait kemampuan keuangan negara.
Menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, pemerintah menyatakan hanya 21 DOB
yang disahkan karena hanya itu yang memenuhi syarat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.
Pemerintah tidak mungkin menambah lebih dari 21 DOB karena kita berpedoman pada
peraturan, katanya.
Kondisi ini membuat ratusan orang dari berbagai daerah yang berada di balkon dan di luar
ruang Rapat Paripurna DPR kecewa dan marah. Massa yang antara lain dari sejumlah daerah
di Papua dan Papua Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau, dan Jawa Barat itu kemudian berteriak-teriak mengganggu jalannya rapat.
Melihat kondisi ini, Wakil Ketua DPR M Sohibul Iman yang memimpin rapat memutuskan
agar Komisi II dan pemerintah kembali membahas usulan DOB-DOB. Hasilnya harus
dipaparkan saat rapat paripurna terakhir anggota DPR periode 2009-2014, Selasa (30/9) ini.
Menurut Wakil Ketua Umum Komisi II DPR dari Fraksi Demokrat Khatibul Umam Wiranu,
tidak tercapainya kesepakatan mengenai 21 DOB itu di Komisi II disebabkan pengesahan
DOB itu akan memicu kecemburuan dari daerah lain yang tidak disahkan pemekarannya. Ini
akan memicu gejolak di masyarakat.
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah Robert Endi Jaweng
berharap pemerintah dan Komisi II DPR konsisten dengan keputusannya dan tidak kalah
dengan tekanan massa yang meminta pengesahan DOB.
DOB ini masalah serius, jangan ada lagi DOB gagal hingga hanya menghamburkan uang.
Pembahasan DOB jadi lebih baik ditunda untuk dimatangkan pemerintah dan DPR
selanjutnya, kata Robert. (RYO/APA/A13)












Gelombang Uji Materi ke
MK
Presiden Punya Alternatif untuk Cegah
Berlakunya UU Pilkada


JAKARTA, KOMPAS Hanya dalam sehari, yakni pada Senin (29/9), Mahkamah
Konstitusi menerima empat permohonan uji materi Undang-Undang Pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Wali Kota atau lebih dikenal dengan UU Pilkada. Gelombang
uji materi diprediksi terus mengalir.
Mengalirnya dukungan itu karena sejumlah pihak lain telah merencanakan pengujian UU
yang sama. Salah satu yang punya gagasan mendaftarkan permohonan uji materi itu adalah
Dewan Perwakilan Daerah.
Senin kemarin, permohonan diajukan sejumlah perorangan warga negara dan lembaga
swadaya masyarakat. Mereka adalah Supriyadi Widodo Eddyono bersama International NGO
Forum on Indonesian Development (INFID) dan kawan-kawan (pendaftar pertama), diikuti
OC Kaligis sebagai pendaftar kedua. Kemudian Budi Arie Setia Budi dkk (pendaftar ketiga)
serta Hendrasmo selaku Direktur Eksekutif Indo Survei dan Strategi dkk (pendaftar keempat).
Dalam berkas permohonannya, OC Kaligis mengungkapkan, penyelenggaraan pemilihan
kepala daerah melalui DPRD bertentangan dengan Pasal 1 Ayat (2), Pasal 28D Ayat (3), serta
Pasal 28I Ayat (4) dan (5) UUD 1945. Pemilihan kepala daerah secara langsung
mencerminkan prinsip kedaulatan rakyat. Adapun pemilihan kepala daerah melalui DPRD
hanya merefleksikan daulat partai politik.
Kuasa hukum Indo Survei dan Strategi, Andi M Asrun, mengatakan, UU Pilkada
menghambat partisipasi warga dalam pemerintahan dengan pembatasan sistematik saat
penentuan kepala daerahnya. Penentuan kepala daerah oleh DPRD sangat bergantung pada
dukungan anggota DPRD, bukan lagi oleh rakyat. Lebih dari itu, tambahnya, penentuan calon
kepala daerah sangat ditentukan dukungan dan restu pimpinan parpol sehingga menimbulkan
oligarki politik tanpa memperhatikan aspirasi di daerah.
Ketua DPD Irman Gusman berpendapat, sikap politik DPD adalah mempertahankan pilkada
langsung dengan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Bagi DPD,
pilkada oleh DPRD merupakan kemunduran demokrasi.
Kami kecewa dengan hasil (UU Pilkada) ini. Kami berharap DPD periode mendatang
mencari cara untuk membatalkan keputusan yang sudah ada, salah satunya melalui judicial
review (uji materi) di Mahkamah Konstitusi. Langkah itu tak bisa dilakukan DPD periode
sekarang karena undang-undangnya sendiri belum disahkan dan masa jabatan DPD periode
sekarang hanya sampai 30 September, katanya.
Hamdan ditelepon SBY
Ketua MK Hamdan Zoelva menyatakan, dirinya dihubungi Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, Minggu (28/9) sore. Presiden, seperti dikutip Hamdan, mengungkapkan,
pihaknya tidak mendapatkan aktualisasi terakhir dan konfirmasi terakhir RUU itu sehingga
Presiden merasa kecewa atas putusan DPR.
Dalam jawabannya kepada Presiden, Hamdan mengungkapkan, dalam praktik ketatanegaraan
di Indonesia, proses pengambilan keputusan terhadap RUU didahului pendapat DPR melalui
fraksi-fraksinya, lalu diikuti sambutan pemerintah.
Menurut Hamdan, Presiden tak mengungkapkan permintaan khusus kepada dirinya, seperti
untuk membatalkan UU Pilkada. Presiden hanya menyampaikan dinamika pengambilan
keputusan di DPR. Hamdan menyatakan telah menyampaikan sejak awal bahwa UU tersebut
berpotensi diuji di MK sehingga tak memberikan komentar apa pun.
Langkah Yudhoyono
Pada Senin muncul sejumlah pendapat terkait pilihan langkah yang bisa dilakukan
Yudhoyono jika Presiden benar-benar kecewa atas putusan DPR itu. Alternatif langkah
pertama, diungkapkan Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia Ray Rangkuti,
Yudhoyono disarankan bertemu pimpinan DPR dan menyampaikan surat ketidaksetujuan
terhadap hasil pembahasan RUU Pilkada di tingkat paripurna DPR. Yudhoyono tak perlu
berkonsultasi dan mendatangi MK karena bisa dinilai mengintervensi hukum.
Alternatif kedua, seperti disampaikan oleh Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas
Andalas, Padang, Saldi Isra, adalah penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-
undang (perppu). Presiden bisa mengeluarkan perppu dengan alasan UU Pilkada dianggap
mencederai kedaulatan rakyat dan membahayakan demokrasi di Indonesia, katanya.
Menurut Saldi, penerbitan perppu itu harus secepatnya sebelum masa jabatan Presiden
berakhir 20 Oktober.
Sementara wakil presiden terpilih Jusuf Kalla menilai, rencana Presiden Yudhoyono untuk
memperjuangkan pemilihan kepala daerah langsung melalui uji materi UU Pilkada tidak
mungkin dilakukan. Hal ini karena Presiden Yudhoyono tidak punya legal standing untuk
mengajukan uji materi UU Pilkada itu.
Legal standing-nya tidak ada. Dia itu presiden, bagaimana bisa menolak, kata Kalla.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menuturkan, saat Rapat
Paripurna DPR, Jumat dini hari lalu, ia menelepon Wakil Ketua DPR dari PDI-P Pramono
Anung untuk menyampaikan usulan Yudhoyono agar PDI-P menerima usul Demokrat, yaitu
menerima pilkada langsung dengan 10 syarat. Saya bukan melobi, tetapi menyampaikan
usulan SBY selaku Ketua Umum Partai Demokrat, katanya.
Namun, Pramono mengatakan, telepon Djoko Suyanto itu sudah tidak berarti apa-apa lagi.
Sebab, saat dia menelepon, proses pemungutan suara anggota DPR untuk RUU Pilkada
sudah selesai, ujarnya. Selain itu, Fraksi Demokrat sudah walk out.
Pramono menjelaskan, fraksi yang mendukung pilkada langsung, yaitu PDI-P, Partai
Kebangkitan Bangsa, dan Hanura, sudah mendukung opsi Demokrat, yaitu mekanisme
pilkada langsung dengan 10 syarat. Dukungan itu tak hanya saat paripurna, tetapi juga saat
forum lobi. Bahkan, jika Demokrat mengajukan lima syarat lagi, juga kami akan setujui,
katanya.
Dari Kyoto, Jepang, dilaporkan, Yudhoyono menyatakan, setibanya di Tanah Air pada Selasa
(30/9) dini hari, dirinya akan segera menggelar rapat kabinet terbatas dengan Wakil Presiden
Boediono, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, serta Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi terkait UU Pilkada. Hasil rapat terbatas akan segera diumumkan kepada
masyarakat. (har/ato/osa/why/ana/fer/apa/iam)






Presiden Mencari Jalan Lain
UU Pilkada
Oleh: C Wahyu Haryo

JAKARTA, KOMPAS Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih berupaya
mencari jalan lain agar pilkada dapat dikembalikan pada sistem dipilih langsung oleh
rakyat. Namun, Presiden belum bersedia menyampaikan opsi yang akan ditempuh
karena masih dalam pembahasan di internal pemerintah.
Awalnya, Presiden SBY menjajaki kemungkinan pembatalan Undang-Undang Pemilihan
Kepala Daerah yang baru diputuskan DPR beberapa waktu lalu dengan tidak memberikan
persetujuan tertulis terhadap UU tersebut. Namun, setelah dikonsultasikan dengan Ketua
Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva, upaya untuk tidak memberikan persetujuan itu tidak
mungkin diambil SBY.
Seperti yang saya sampaikan, kalau plan A tidak tembus, kami akan melangkah ke plan B.
Plan B inilah yang kami matangkan hingga hari ini dan akan kami lanjutkan besok, kata
Presiden saat memberikan keterangan pers, Selasa (30/9) dini hari, seusai memimpin rapat
kabinet terbatas di ruang VVIP Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Bisa menjadi blunder
Rapat berlangsung sesaat setelah Presiden dan rombongan tiba dari kunjungan di Jepang,
pukul 00.40. Wakil Presiden Boediono, Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin,
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Jaksa Agung Basrief Arief, Kepala Polri Jenderal
(Pol) Sutarman, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, serta Wakil Menteri Hukum dan HAM
Denny Indrayana yang menjemput kedatangan Presiden langsung mengikuti rapat kabinet
terbatas yang berlangsung hingga pukul 03.00.
Rapat membahas upaya yang mungkin dilakukan pemerintah untuk menolak UU Pilkada
yang diputuskan DPR, Jumat lalu. Sebelumnya, Presiden menegaskan, sikap pemerintah
dalam sistem pilkada ini mendukung pilkada langsung dengan perbaikan-perbaikan
mendasar. Sementara keputusan sidang paripurna DPR adalah pilkada oleh DPRD.
Untuk mengembalikan sistem pilkada langsung oleh rakyat, Presiden menyatakan, sejak
berada di Osaka, Jepang, telah berkonsultasi dengan Ketua MK melalui telepon tentang tafsir
dari Pasal 20 UUD 1945 dalam konteks penyusunan undang-undang (UU). Ketentuan itu
menyangkut proses RUU menjadi UU yang harus mendapatkan persetujuan bersama antara
DPR dan presiden.
Presiden merasa secara eksplisit belum memberikan persetujuan tertulis atas hasil
pemungutan suara di DPR kemarin. Karena itu, ia bertanya kepada pimpinan MK, apakah
masih ada jalan baginya untuk tidak memberikan persetujuan.
Dari hasil konsultasi itu diperoleh jawaban bahwa praktik yang berlaku sekarang ini dalam
setiap pembahasan RUU, presiden menunjuk menteri untuk mewakili dan membahas RUU
itu. Menteri yang ditunjuk mewakili presiden itu dimaknai termasuk dalam pemberian
persetujuan.
Kesimpulannya, tidak ada jalan bagi presiden untuk tidak setuju atas apa yang dihasilkan
dari paripurna DPR beberapa hari yang lalu, katanya.
Dengan tidak dimungkinkannya opsi itu, Presiden menyatakan tengah menyiapkan opsi atau
rencana. Namun, ia belum bersedia menjelaskan lebih lanjut opsi itu.
Dihubungi terpisah, pengamat sosial politik dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri
Kartono, menyatakan, saat ini memang tidak ada langkah yang bisa dilakukan Presiden untuk
menghentikan proses perundang-undangan atas UU Pilkada.
Jika Presiden tidak memberikan persetujuan terhadap UU Pilkada, justru langkah itu aneh
dan bisa menjadi blunder atau mendatangkan persoalan baru bagi pemerintah.
Masalah mendasar dari Presiden adalah keterlambatan dalam menyikapi secara tegas proses
pembahasan RUU Pilkada. Seharusnya ketika masih dibahas dalam beberapa tahap sebelum
paripurna DPR, Presiden bisa memerintahkan Mendagri Gamawan Fauzi untuk menarik
RUU itu dari pembahasan. Sikap Presiden tentang pilkada secara langsung baru disampaikan
di saat terakhir dan itu sudah terlambat, katanya.





Judicial Review atau
Political Review

Oleh: Budiman Tanuredjo

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono mempercepat kepulangannya ke Tanah Air. Begitu
mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Yudhoyono langsung menggelar rapat terbatas
dengan sejumlah menterinya.
Topik yang dibahas adalah penolakan terhadap RUU Pilkada oleh masyarakat. Rapat
paripurna DPR melalui voting telah merampas hak politik rakyat untuk memilih pemimpin
daerah dan dialihkan hak memilih itu ke DPRD. Pemungutan suara itu berlangsung mulus
setelah 124 anggota Partai Demokrat yang mendukung opsi pilkada langsung dengan 10
perbaikan itu malah melakukan walk out.
Fraksi Partai Demokrat yang meninggalkan ruang sidang memang memicu kemarahan
publik. Respons publik mengusik Yudhoyono. Yudhoyono pun menjanjikan akan bersama
rakyat mengembalikan pilkada langsung.
Dalam jumpa pers, Selasa dini hari, Yudhoyono mengatakan sudah berkonsultasi dengan
Ketua MK Hamdan Zoelva. Awalnya, Yudhoyono akan menggunakan Pasal 20 UUD 1945
Ayat (2) soal perlunya persetujuan bersama antara pemerintah dan DPR untuk pembahasan
sebuah undang-undang. Kepada publik, Yudhoyono menyatakan tidak setuju dengan pilkada
oleh DPRD. Namun, kehadiran Mendagri Gamawan Fauzi, yang memberikan persetujuan
atas RUU Pilkada itu, menutup pintu bagi Presiden Yudhoyono untuk menggunakan opsi itu.
Melalui akun Twitter-nya, ahli hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra telah memberikan
saran kepada Yudhoyono. Yusril menyarankan agar Yudhoyono tidak menandatangani RUU
Pilkada itu dan saat 20 Oktober 2014 ketika kekuasaan beralih, Yusril juga menyarankan
Presiden Joko Widodo untuk mengembalikan RUU Pilkada itu ke DPR. Usul itu masuk akal,
tetapi mempunyai risiko politik bagi pemerintahan baru.
Jalan aman dan konstitusional untuk mengupayakan pembatalan pilkada oleh DPRD
hanyalah dua opsi. Opsi pertama, membiarkan masyarakat yang nyata-nyata dirugikan hak
konstitusionalnya melakukan uji materi ke MK. Dalih harus dibangun untuk meyakinkan MK
bahwa telah terjadi perampasan hak politik rakyat dan terciptanya ketidakpastian hukum.
Dalam uji materi, pilkada lewat DPRD bisa dikabulkan bisa juga ditolak.
Opsi kedua ada pada pemerintahan baru. Pemerintahan baru atau anggota DPR baru bisa
mengajukan perubahan UU Pilkada oleh DPRD melalui DPR. Namun, pengajuan revisi UU
Pilkada oleh DPRD itu harus memperhitungkan kekuatan politik di DPR.
Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla harus mampu mengonsolidasikan kekuatan di
parlemen yang masih berserakan. Gagasan ideal yang ditawarkan Jokowi berupa ide koalisi
tanpa syarat rasanya belum bisa diterapkan dalam sistem politik Indonesia sekarang ini.
Jika kedua langkah itu gagal, rakyat memang harus menerima pembajakan demokrasi oleh
226 anggota DPR yang memberikan persetujuan perampasan hak politik rakyat. Sejarah akan
mencatat siapa mereka dan dari partai mana.

budiman.tanuredjo@kompas.com









Tata Cara Pelantikan
Presiden Dipertanyakan


JAKARTA, KOMPAS Tata cara pelantikan presiden dan wakil presiden yang diatur
dalam Tata Tertib Majelis Permusyawaratan Rakyat berpotensi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan politik tertentu.
Anggota MPR dari Fraksi PDI-P, Rieke Diah Pitaloka, mengatakan, potensi itu antara lain
ada di poin 4-7 Pasal 114 Tata Tertib MPR. Dalam poin 4 disebutkan, pelantikan presiden
dan wakil presiden dilakukan dengan bersumpah menurut agama atau berjanji dengan
bersungguh-sungguh di hadapan sidang paripurna MPR. Jika MPR tidak dapat
menyelenggarakan sidang, presiden dan wakil presiden bersumpah dan dilantik di hadapan
Rapat Paripurna DPR. Jika DPR tidak bisa bersidang, presiden bersumpah dan dilantik oleh
pimpinan MPR dan disaksikan oleh Mahkamah Agung.
Kalau pimpinan MPR tidak bisa datang, bagaimana? Apakah cukup dilantik di depan
Mahkamah Agung seperti zaman Pak Habibie dulu? tanya Rieke dalam Sidang Paripurna
MPR di Jakarta, Senin (29/9).
Namanya politik bisa ditekuk, bisa dibuat tidak kuorum juga (sidang paripurna). Mudah-
mudahan tidak perlu ada insiden, tambah Eva Kusuma Sundari, anggota MPR dari Fraksi
PDI-P.
Namun, Ketua Panitia Ad Hoc I MPR (yang bertugas membahas Tatib MPR) Daryatmo
Mardiyanto mengatakan, pasal tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Ia malah meminta semua
pihak berdoa agar pelantikan presiden 20 Oktober berjalan dengan lancar.
Ketua MPR Sidarto Danusubroto yang memimpin sidang menyatakan, substansi tatib tidak
bisa diubah karena semua fraksi sudah membacakan pandangan dan menyetujuinya.
Selain mengesahkan tatib, sidang paripurna yang dihadiri 456 dari 692 anggota MPR itu juga
memutuskan, MPR akan membentuk badan sosialisasi, pengkajian, dan anggaran sebagai
bagian dari alat kelengkapan.
Dengan adanya badan tersebut, MPR diberi tugas melakukan pengkajian dan penguatan
Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika,
Ketetapan MPR, mengkaji sistem ketatanegaraan, dan menyerap aspirasi rakyat, kata
Daryatmo.
Rekomendasi
Dalam rapat itu, MPR juga merumuskan tujuh rekomendasi untuk periode selanjutnya.
Panitia Ad Hoc II, M Jafar Hafsah, mengatakan, rekomendasi itu antara lain perubahan UUD
1945 dengan tetap berdasarkan Pancasila; penguatan MPR sebagai lembaga tertinggi dalam
mengubah, menetapkan, dan menafsirkan UUD 1945; menguatkan wewenang DPD; serta
penyederhanaan sistem kepartaian.
Itu semua hanya rekomendasi berdasarkan hasil kajian tim kerja kajian sistem
ketatanegaraan Indonesia. Pelaksanaannya bergantung anggota MPR mendatang, kata
Jafar. (A13)











Ketua DPR Sah Dipilih
Dua Hakim MK Ajukan Pendapat Berbeda

JAKARTA, KOMPAS Mahkamah Konstitusi menolak seluruh permohonan yang
diajukan PDI-P dan sejumlah calon anggota DPR terpilih dari PDI-P. Dengan
demikian, pemilihan ketua dan wakil ketua DPR, seperti diatur dalam UU No 17/2014
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, sah dan konstitusional.
Mekanisme pengisian jabatan pimpinan DPR, menurut MK, merupakan open legal policy
atau kebijakan hukum terbuka yang dapat ditentukan pembuat UU. Konstitusi tidak mengatur
secara spesifik susunan organisasi kelembagaan DPR, termasuk tata cara pengisian jabatan
pimpinannya. Pasal 19 Ayat (2) UUD 1945 menyerahkan persoalan tersebut kepada
pembentuk UU.
Bagaimana organisasi termasuk mekanisme pemilihan pimpinannya adalah wilayah
kebijakan pembentuk undang-undang untuk mengaturnya, kata hakim konstitusi Patrialis
Akbar saat membacakan pertimbangan putusan MK, Senin (29/9).
Sidang yang dihadiri tujuh hakim konstitusi itu dipimpin Ketua MK Hamdan Zoelva. MK tak
dapat menerima alasan pemohon yang mendalilkan, konfigurasi pimpinan DPR harus
mencerminkan konfigurasi pemenang pemilu untuk menghormati kedaulatan rakyat. Alasan
itu dinilai tak berdasar. Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, presiden, dan
wakil presiden sesuai ketentuan Pasal 22 E UUD 1945. Pemilu bukan untuk memilih
pimpinan DPR.
Dalam praktik politik di Indonesia yang menganut sistem presidensial dengan sistem
multipartai, kesepakatan dan kompromi politik di DPR sangat menentukan ketua dan
pimpinan DPR karena tidak ada partai politik yang benar-benar memperoleh mayoritas
mutlak kursi di DPR sehingga kompromi dan kesepakatan berdasarkan kepentingan adalah
sesuatu yang tidak bisa dihindari, ujar Patrialis.
MK juga menolak pengajuan uji formil. Mengenai tidak dilibatkannya DPD dalam
pembahasan RUU, MK berpegang pada terbatasnya kewenangan konstitusional DPD untuk
ikut dalam pembahasan UU.
Putusan itu dijatuhkan dengan suara tak bulat. Dua hakim konstitusi, Arief Hidayat dan Maria
Farida, mengajukan pendapat berbeda atau dissenting opinion. Keduanya berpendapat,
permohonan PDI-P seharusnya dikabulkan. Maria mengungkapkan, pembentukan UU
17/2014 bertentangan dengan asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat, serta
asas keterbukaan. Pembentukan UU itu juga tidak sesuai putusan MK No 92/PUU-X/2012
yang seharusnya melibatkan DPD. Menurut Arief, UU MD3 sejak kelahirannya mengalami
cacat baik formil pembentukannya maupun materiil materi muatannya.
Ketua Bidang Hukum DPP PDI-P Trimedya Panjaitan kecewa dengan putusan MK. Menurut
dia, hakim konstitusi seharusnya mendengarkan ahli yang akan diajukannya sebelum
menjatuhkan putusan final.
Paket di DPR
Di DPR, pertarungan politik menguat. Sesuai UU No 17/2014 serta Tatib DPR, calon
pimpinan DPR harus diajukan dalam bentuk paket. Gabungan fraksi harus mengajukan lima
calon pimpinan DPR sekaligus dan tidak boleh dari fraksi yang sama. Koalisi Merah Putih
lebih berpeluang dengan lima fraksi anggota koalisinya. Koalisi Indonesia Hebat hanya
terdiri dari empat fraksi dan tengah mencari tambahan fraksi. (ANA/RYO/NTA)









Bupati Biak Numfor
Dituntut 6 Tahun

JAKARTA, KOMPAS Bupati Biak Numfor, Papua, Yesaya Sombuk dituntut 6 tahun
penjara dan denda Rp 250 juta subsider 5 bulan kurungan. Yesaya yang dilantik jadi bupati
pada April 2014 itu juga dituntut pidana tambahan berupa pencabutan hak dipilih dalam
jabatan publik.
Demikian tuntutan tim Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi yang
dibacakan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (29/9). Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim
Artha Theresia.
Jaksa Haerudin saat membacakan surat tuntutan mengatakan, Yesaya terbukti menerima suap
100.000 dollar Singapura (setara Rp 950 juta) dari pengusaha Teddy Renyut terkait proyek
rekonstruksi tanggul laut di Kabupaten Biak Numfor.
Terdakwa Yesaya Sombuk terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan korupsi
secara berlanjut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf a UU No 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi jo Pasal 64 Ayat (1) KUH Pidana, ujar
Haerudin.
Perkara ini berawal ketika pada Juni 2014 Yesaya menghubungi Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Biak Numfor Yunus Saflembolo dan
menyampaikan membutuhkan uang sekitar Rp 600 juta.
Pada 5 Juni 2014, Yesaya yang sedang di Jakarta menelepon Teddy Renyut dan mengajaknya
bertemu di Hotel Acacia Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Yesaya menyampaikan bahwa
dia membutuhkan uang Rp 600 juta. Teddy mengatakan bisa mengambil kredit dari bank jika
Yesaya bisa memberinya pekerjaan yang pasti.
Teddy lalu menyampaikan, dalam APBN-P 2014 terdapat program di bidang bencana untuk
Biak Numfor yang akan dianggarkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
sekitar Rp 20 miliar.
Sebagai realisasi permintaan uang oleh Yesaya yang telah disetujui Teddy, pada 13 Juni 2014
Teddy menemui Yesaya di Hotel Acacia dan menyerahkan sebuah amplop warna putih yang
di dalamnya berisi uang 63.000 dollar Singapura. Pada 16 Juni 2014, Teddy kembali
menemui Yesaya di Hotel Acacia dan menyerahkan uang 37.000 dollar Singapura.
Jaksa menyimpulkan, pemberian uang oleh Teddy tersebut untuk menggerakkan Yesaya agar
proyek tanggul laut di Biak Numfor diberikan kepadanya.
Menanggapi tuntutan ini, Yesaya dan kuasa hukumnya akan mengajukan pembelaan.
Sementara itu, Teddy Renyut kemarin dituntut hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 150
juta subsider 3 bulan kurungan. (faj)











Kejari Jayapura Diduga
Tutupi Keterlibatan Wakil
Bupati Keerom

Oleh: Fabio M Lopes Costa

JAYAPURA, KOMPAS Kejaksaan Negeri Jayapura diduga menutupi keterlibatan Wakil
Bupati Keerom Muhammad Markum dalam dugaan korupsi proyek fiktif pengadaan pupuk
bagi petani kakao di lima wilayah pada 2012. Proyek fiktif itu bernilai Rp 819 juta. Padahal,
nama Muhammad telah berulang kali disebut dalam tahap penyidikan sebagai pihak yang
mengeluarkan rekomendasi pencairan dana dalam proyek itu.
Saat ini, kasus tersebut memasuki tahap mendengarkan keterangan saksi-saksi di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jayapura. Terdakwa dalam kasus ini adalah Joko Susilo,
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Keerom; Sunarto, petugas pemeriksa
barang; Abdul Karim, penjabat pembuat komitmen kerja; Flasius Marabia, panitia lelang; dan
Ahmad Harjono, kontraktor dan adik kandung Muhammad Markum.
Para terdakwa dinyatakan terlibat dalam pengadaan fiktif 50.140 kilogram pupuk bagi 2.000
petani di Distrik Arso dan Distrik Skamto. Namun, dalam tahapan penyidikan, Joko selaku
kuasa pengguna anggaran mengaku hanya menjalankan perintah Muhammad untuk
menandatangani pencairan dana bagi adiknya, Ahmad Harjono.
Kejari Jayapura tak pernah berinisiatif menghadirkan Muhammad dari tahapan penyidikan
hingga proses persidangan. Padahal, seluruh terdakwa dalam tahap penyidikan mengaku
hanya menjalankan perintah Muhammad untuk melancarkan penunjukan langsung kontraktor
ke adik Muhammad, yakni Ahmad Harjono. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagi
kami, kata Hotwy Gultom, kuasa hukum Joko Susilo, di Jayapura, Papua, Selasa (30/9).
Hotwy menuturkan, jaksa penuntut umum Kejari Jayapura hanya menghadirkan dua saksi
dalam persidangan kasus kliennya, yakni Ika Rinaningsih, Bendahara Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Keerom dan Sukanto, rekan bisnis Ahmad Harjono. Padahal,
keduanya bukanlah auktor intelektualis di balik kasus ini.
Kami akan mengajukan permintaan ke pihak majelis hakim untuk menghadirkan
Muhammad dalam persidangan, ujarnya.
Tiga kali dipanggil
Ketika dikonfirmasi, Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Jayapura Piet Nahamury
mengatakan, pihaknya telah mengirimkan surat pemanggilan kepada Muhammad sebanyak
tiga kali. Namun, Muhammad beralasan sedang mengikuti kegiatan Lemhannas di Jakarta.
Kami tak bisa terus menunggu kedatangan Muhammad. Sebab, proses penyidikan perkara
hanya berjangka waktu dua bulan saja. Apabila kuasa hukum terdakwa mengajukan
permintaan kepada majelis hakim, kami siap untuk menghadirkan Muhammad dalam
persidangan, kata Piet.











1965, Dulu dan Sekarang

THE ACT OF KILLING tidak hanya menguliti kekejaman di era penumpasan Partai
Komunis Indonesia tahun 1965. Film dokumenter nominator Oscar 2012 ini juga menggugat
komitmen bangsa Indonesia menyelesaikan masa lalunya.
Film ini merekonstruksi pembunuhan-pembunuhan di tahun 1965. Pelaku-pelaku yang masih
hidup tidak hanya diminta bercerita, tetapi juga mereka ulang tindakan mereka. Alhasil, yang
terjadi seperti dejavu alias melihat hal-hal yang masih terjadi hingga kini. Tidak hanya
pengerahan preman oleh penguasa, tetapi kekerasan yang terjadi atas nama nilai yang
dianggap lebih tinggi daripada nilai-nilai kemanusiaan dan konsensus kebangsaan.
Dampak peristiwa 65 tidak hanya di masa lalu, tetapi pada kita sekarang, kata dosen
Universitas Indonesia Hilmar Farid dalam diskusi di Universitas Tarumanagara seusai
pemutaran film tersebut, Senin (29/9). Ia mengatakan, inti dari peristiwa 65 adalah
diizinkannya kondisi pengecualian. Atas nama sesuatu yang lebih penting, yang dalam
kasus ini berlatar politik yaitu anti PKI, prinsip-prinsip dasar kemanusiaan diabaikan.
Kondisi pengecualian ini berulang sepanjang Orde Baru, seperti pembantaian ulama,
pembunuhan preman-preman secara misterius di Yogyakarta, kasus Talangsari, Nipah,
sampai peristiwa Mei 1998. Semua berpola sama. Atas nama keamanan dan ketertiban,
semua boleh dilakukan. Bahkan, negara sampai membuat Kopkamtib, yaitu Komando
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. Bukan hanya di atas hukum, Kopkamtib
adalah hukum itu sendiri, katanya.
Hingga kini, kondisi pengecualian itu tidak kunjung diselesaikan negara. Akibatnya, pola-
pola serupa berulang, seperti larangan membangun rumah ibadah sampai larangan beribadah.
Semua terjadi karena ada yang merasa nilai-nilainya lebih tinggi daripada negara.
Sosok tanpa nama yang menjadi salah satu kru film The Act of Killing saat diwawancara via
Skype mengatakan, pola kekerasan dulu dan sekarang mirip. Salah satunya, ketika
kepentingan ekonomi berbenturan dengan kepentingan penguasa. Rakyat biasa dilatih
menjadi milisi dan membuat kekerasan.
Kata banal bisa jadi tepat menggambarkannya. Adegan dalam The Act of Killing yang
membuat bergidik, bukan karena darah, tapi karena kesadisan yang dingin. Seorang pemain
figuran yang berperan sebagai korban bercerita, ayah tirinya benar-benar jadi korban
pembantaian 1965. Si pemain yang saat itu masih kecil melihat sendiri ayahnya dibawa pukul
03.00 dan ditemukan tewas seperti kambing keesokan harinya.
Stanley Adi Prasetyo, anggota Dewan Pers yang juga mantan Wakil Ketua Komnas HAM,
mengatakan, soal masa lalu harus diselesaikan agar tidak berulang. Ia mengajukan bentuk
rekonsiliasi. Yang penting, negara membuka kebenaran dan mengakui kesalahan. Ini beban
negara yang selalu mengulik kepekaan organisasi dan orang-orang tertentu.
Film The Act of Killing selesai dalam waktu 166 menit. Namun, lembar-lembar hitam sejarah
bangsa Indonesia belum selesai hingga kini, 49 tahun kemudian. (Edna C Pattisina)












Mafia Minyak Marah-marah

TANGGAL 5 Maret 1976, di Departemen Pertambangan dan Energi, Jakarta, berlangsung
acara serah terima jabatan Direktur Utama Pertamina dari Letnan Jenderal Ibnu Sutowo
kepada Mayor Jenderal Piet Haryono.
Pergantian ini terjadi setelah pada 1970, mahasiswa turun ke jalan menuntut penyelidikan
terhadap dugaan korupsi di Pertamina. Soeharto segera membentuk tim penyelidikan korupsi
yang disebut Tim Empat yang dipimpin Wilopo (tokoh Partai Nasional Indonesia). Empat
anggotanya adalah IJ Kasimo (Partai Katolik), Anwar Tjokroaminoto (Partai Serikat Islam
Indonesia), Johannes (mantan Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), dan
Mohammad Hatta (mantan Wakil Presiden).
Tim Empat berhasil membongkar adanya kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di
Pertamina, Bulog, dan pelayanan umum di Indonesia. Presiden RI 1967-1978 Soeharto
menyebut kasus ini sebagai krisis Pertamina yang parah. Tetapi, Soeharto menunggu waktu
selama enam tahun untuk menggeser Ibnu Sutowo dari jabatannya. Alasannya, agar situasi
tidak panas.
Tanggal 15 April 1976, di Istana Negara, Presiden Soeharto melantik Piet Haryono sebagai
Dirut Pertamina. Kepada Saudara Piet Haryono, saya percayakan tugas untuk memimpin
Pertamina. Atau lebih tepat kalau saya katakan, rakyat Indonesia memercayakan kepada
Saudara pengelolaan minyak bumi yang merupakan kekayaan alam ini, berguna sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat, demikian kata Soeharto.
Ketika kepercayaan rakyat itu diselewengkan, terjadilah unjuk rasa. Unjuk rasa massal
kemudian memuncak pada 21 Mei 1998 yang membuat Soeharto lengser. Soeharto lengser,
tetapi KKN yang kemudian mewujud dalam mafia minyak mulai terbangun.
Senin, 25 Mei 1998, empat hari setelah Soeharto lengser, di Bina Graha yang dibangun Ibnu
Sutowo di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada tahun 1970-an, Menteri
Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusubroto, antara lain, mengatakan, pemerintahan
Presiden BJ Habibie akan mengatur kembali tata niaga ekspor dan impor minyak yang
dilakukan tiga perusahaan mitra Pertamina dan membasmi KKN. Saat itu istilah mafia
minyak mulai merebak.
Saat itu pula, di DPR, Dirut Pertamina (Juni 1998-Desember 1998) Soegianto mengatakan,
ada tiga perusahaan mitra Pertamina, yakni Permindo Trading Oil Co Ltd, Perta Oil
Marketing Ltd, dan Pacific Petroleum.
Menggurita
Kamis, tanggal 12 Agustus 2004, dua bulan sebelum pemerintahan Presiden Megawati
Soekarnoputri lengser, Menteri Badan Usaha Milik Negara Laksamana Sukardi mengatakan,
Dirut Pertamina (2004-2006) Widya Purnama diharapkan bisa memberantas mafia
perminyakan yang selama itu bercokol di Pertamina. Tetapi, mafia minyak telah jadi gurita
raksasa yang tak terkalahkan sampai kini.
Selasa, 10 Juni 2014 lalu, para pengunjuk rasa di depan Istana Merdeka menyerukan
pemberantasan mafia minyak oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pengunjuk rasa
juga mempertanyakan pembangunan kilang minyak di Indonesia yang tidak kunjung
terealisasi.
Presiden terpilih Joko Widodo dan wakil presiden terpilih Jusuf Kalla telah mencanangkan
perang terhadap mafia, termasuk mafia minyak. Dalam berbagai kesempatan kampanye,
masyarakat mencatat hal itu.
Mafia minyak jadi pembicaraan luas. Seorang pekerja perusahaan minyak Eropa yang ada di
Jakarta dan tidak mau dibuka identitasnya mengatakan, saat ini mafia minyak Indonesia
sedang marah besar dan terganggu. Bahaya lho kalau mafia minyak itu marah. Saat ini
sudah kelihatan tanda-tandanya, ujar pekerja perusahaan minyak yang punya pengalaman
menyaksikan mafia di perusahaannya di Eropa itu.
Berani dan sanggupkah Jokowi, JK, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan rakyat menghadapi
kemarahan ini? (J Osdar)






Parpol Orba Diprediksi
Bungkam KPK

JAKARTA, KOMPAS Sejumlah elemen masyarakat sipil mengkhawatirkan keberadaan
DPR yang didominasi kekuatan sejumlah partai politik yang ingin mengembalikan sistem
Orde Baru dengan melemahkan KPK.
Indikasi itu menguat setelah parpol-parpol itu sukses memperjuangkan pengesahan UU MPR,
DPR, DPD, dan DPRD (MD3) dan UU Pilkada. Pelemahan itu bisa melalui proses uji
kelayakan-kepatutan di DPR, serta pembahasan revisi UU KPK, Tipikor, KUHP, dan
KUHAP nanti.
Kekhawatiran itu disampaikan anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch Emerson
Yuntho, Direktur Eksekutif Lingkaran Masyarakat Madani Ray Rangkuti, pengamat hukum
Asep Iwan Iriawan, dan Koordinator Bantuan Hukum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia Yulius Ibrani kepada pers, Senin (29/9), di Jakarta.
Emerson mengungkapkan, elemen masyarakat harus waspada terhadap sepak terjang
sejumlah parpol di DPR setelah parpol di DPR itu memuluskan UU MD3 dan UU Pilkada.
Tidak menutup kemungkinan sejumlah parpol tersebut memiliki agenda melemahkan KPK.
Emerson menambahkan, patut diduga ada empat agenda besar yang menjadi target sejumlah
parpol di DPR. Agenda pertama, menguasai parlemen dengan UU MD3. Kedua, menguasai
pemerintah daerah dengan UU Pilkada. Ketiga, menguasai atau melemahkan KPK dengan
seleksi pimpinan DPR dan sejumlah revisi produk UU terkait pemberantasan korupsi.
Keempat, menguasai pemerintahan dengan merevisi UU Pilpres untuk dipilih langsung oleh
DPR/MPR.
Apalagi, lanjut Emerson, sejumlah politisi parpol itu terjerat kasus korupsi di KPK. Artinya,
patut diwaspadai motivasi para politisi untuk menyelamatkan diri dari tuntutan hukum.
Orde Baru
Ray menambahkan, sejumlah parpol itu ingin mengembalikan sistem Orde Baru (Orba).
Pemilihan kepada daerah oleh DPRD salah satu bukti upaya mengembalikan pola Orba.
Oleh karena itu, menurut Ray, lembaga-lembaga yang terbentuk pada era Reformasi sebagai
bentuk perubahan dari Orba, seperti KPK atau MK, dapat dibubarkan oleh parpol-parpol
tersebut.
Asep mengungkapkan, proses pemilihan enam pimpinan KPK, seperti uji kelayakan dan
kepatutan di DPR nanti, dikendalikan sejumlah parpol. Kewenangan pemberantasan korupsi
dapat dipangkas melalui orang-orang yang dimasukkan sebagai pimpinan KPK oleh parpol
tertentu.
Yulius menambahkan, masyarakat mengkhawatirkan sejumlah parpol tersebut juga memiliki
agenda melemahkan KPK dengan produk UU, seperti revisi UU KPK, UU Tipikor, UU
KUHP, dan UU KUHAP nanti. (FER)











Ada yang Ingin Bikin Novel,
Mengajar, hingga Tetap
Mengabdi di Partai

Saya ingin sekali menulis novel, kata Wakil Ketua MPR Hajriyanto Y Thohari, Senin
(29/9), ditanya menjelang akhir masa baktinya di parlemen. Hajriyanto tidak akan berkantor
lagi di Senayan karena tidak lolos dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah IV.
Hajriyanto dikenal punya perbendaharaan kosakata yang luas didukung wawasan nyaris tak
bertepi dalam tiap diskusi. Selama ini, para pengamat, wartawan, dan masyarakat menikmati
tutur lisan dari Hajriyanto, namun kiranya baik jika ia menumpahkan pengalaman politiknya
dalam sebuah novel.
Itu cita-cita lama. Saya punya janji dengan Taufik Ismail dan (alm) Dr Kuntowijoyo.
Keduanya meminta saya dengan sungguh-sungguh untuk menulis novel dan cerpen,
ujar Hajriyanto. Dia mengaku, hingga kini selalu ditagih novel jika bertemu Taufik Ismail.
Anggota DPR/MPR akan mengakhiri tugasnya pada Selasa (30/9) ini. Mereka yang tidak
terpilih kembali harus meninggalkan Senayan. Hajriyanto segera pulang ke Karanganyar,
Jawa Tengah. Mungkin dari Karanganyar, suatu hari nanti kita akan mendengar didirikannya
Padepokan Sastra Gunung Lawu yang dipimpin Hajriyanto.
Saya juga berpikir mau mengajar lagi di Universitas Diponegoro, tetapi ya masih mikir-
mikir. Sementara ini, mau menikmati kebebasan setelah 20 tahun aktif di politik, kata
Hajriyanto, yang sejak tahun 1997 menjadi anggota DPR dari Partai Golkar.
Nudirman Munir, politisi Partai Golkar dari Dapil Sumatera Barat, berencana kembali
menjadi pengacara, profesinya sebelum menjadi wakil rakyat. Kembali ke habitat asal,
katanya. Nudirman mengaku tak akan berhenti memperjuangkan kepentingan rakyat.
Politisi PPP Ahmad Yani juga kembali ke profesi semula, yaitu pengacara dan dosen. Saya
sudah ditawari mengajar di sejumlah perguruan tinggi di Jakarta dan juga di daerah lain. Jadi
walau karier di DPR berakhir, bukan berarti hidup ikut berakhir, katanya. Yani berencana
membuat buku mengenai pengalamannya di DPR. Saya juga mau menyelesaikan S-3 di
Universitas Padjadjaran (Bandung), katanya.
Ketua DPR Marzuki Alie, yang juga tak lolos dari dapil neraka Jakarta III, memilih
mengabdikan diri di dunia pendidikan. Marzuki mengaku akan menjadi Rektor dan Direktur
Pascasarjana di Universitas Indo Global Mandiri di Palembang.
Partai itu tempat pengabdian tanpa akhir, ujar Marzuki, yang telah menyatakan tetap setia
di Partai Demokrat. Namun, harus didukung finansial yang cukup agar tidak ikut-ikutan
dalam praktik transaksional. Jadi, saya akan fokus di pendidikan dan bisnis, katanya.
Sambil fokus di pendidikan dan bisnis, Marzuki mengatakan menunggu penugasan dari Partai
Demokrat. Apa pun penugasannya, saya siap untuk tetap mengabdi bagi partai, ujar
Marzuki, yang pernah menjadi Direktur Komersial PT Semen Baturaja (persero) tahun 1999-
2006.
Hal berbeda ditempuh Eva Kusuma Sundari yang tidak lolos dari Dapil Jawa Timur VI
(Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kota Blitar, dan Kota
Kediri). Peraih gelar master dari Jurusan Politics of Development Institute of Social Studies
(Belanda) dan master Jurusan Development Economics University of Nottingham (Inggris)
itu mengatakan akan berjuang di akar rumput.
Dia tetap akan mengawal kehendak rakyat dan ikut mengawasi pemerintahan dan parlemen
dengan berjuang melalui beberapa LSM. Eva tetap berkegiatan di Kemitraan, Seknas Jokowi,
dan Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat.
Modal Eva memang cukup besar. Selain lama bergabung dengan LSM, dia juga kritis. Dia
juga dibekali dengan sejumlah aktivitas, di antaranya pernah mengikuti Summer Course
Democracy and Pluralism di Polandia (2001), Global Woman Leadership di Amerika (2007),
Woman Leaders in Moslem Countries (2007), dan mengikuti Summer Course Public Account
Committee di Australia (2008).
Mantan aktris Nurul Arifin, yang dikenal cukup vokal di DPR, justru berniat kembali
mengabdi di Partai Golkar seusai tak terpilih lagi. Nurul tercatat jadi salah satu Wakil
Sekretaris Jenderal Partai Golkar.
Sejauh ini, Nurul memang berhasil membuktikan diri tidak sekadar jual kecantikan di
panggung dunia politik. Dia membuktikan diri sebagai politisi tulen. Nurul, peraih Young
Global Leaders dari World Forum- Swiss, itu kini hanya membutuhkan wahana yang tepat
untuk kembali memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Apakah Nurul masih tertarik jadi wali kota Depok? Untuk (wali kota) Depok lihat mandat
partai dulu, ujar Nurul. Pendulum memang sedang bergeser. Baru saja DPR memutuskan
kepala daerah tidak lagi dipilih langsung, tapi melalui DPRD.
Mereka yang hengkang dari Senayan memang punya strategi masing-masing untuk menjalani
hidup di masa depan. Mudah-mudahan lancar dan bermanfaat untuk bangsa dan negara,
kata Hajriyanto. (HARYO DAMARDONO/A PONCO ANGGORO)
Reformasi Fiskal Menjadi
Prasyarat

JAKARTA, KOMPAS Tanpa reformasi fiskal, Joko Widodo sebagai presiden terpilih
hanya akan meneruskan model fiskal miskin stimulus. Anggaran menggelembung, tetapi
alokasinya terkuras untuk membiayai program rutin, wajib, dan boros. Sementara program
pro rakyat dan pro penciptaan lapangan kerja menjadi minimalis.
Fiskal miskin stimulus tersebut sudah tampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) 2015 yang disahkan dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat, di Jakarta,
Senin (29/9). Di samping meneruskan pola lama yang miskin stimulus, APBN 2015 adalah
anggaran yang disusun berdasarkan pagu dasar karena bersifat transisional.
Reformasi fiskal adalah langkah pertama yang harus menjadi prioritas pemerintahan Jokowi.
Reformasi fiskal adalah prasyarat bagi Jokowi agar bisa menjalankan visi-misinya
semaksimal mungkin, kata peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Latief Adam.
Dalam APBN 2015, pendapatan negara ditargetkan sebesar Rp 1.793,59 triliun, sedangkan
belanja negara dianggarkan Rp 2.039,48 triliun. Jadi, defisit anggaran mencapai Rp 245,9
triliun atau 2,21 persen terhadap produk domestik bruto.
Dibandingkan dengan APBN Perubahan 2014, pendapatan meningkat Rp 158,19 triliun.
Ditambah target utang tahun 2015, artinya ada tambahan anggaran Rp 404,09 triliun pada
2015.
Namun, alih-alih untuk membiayai kegiatan produktif, tambahan anggaran tersebut lebih
banyak untuk membiayai program rutin dan mengikat. Salah satunya subsidi energi yang
mencapai Rp 334,7 triliun atau 24,75 persen dari total belanja pemerintah pusat senilai Rp
1.392,44 triliun.
Sementara anggaran produktif dan mendasar justru merosot dibandingkan dengan pagu 2014.
Contohnya anggaran kesehatan dan infrastruktur. Anggaran kesehatan turun dari Rp 70,5
triliun menjadi Rp 68 triliun. Anggaran infrastruktur turun dari Rp 206 triliun menjadi Rp
169 triliun.
Anggaran penanggulangan kemiskinan hanya naik Rp 500 miliar, dari Rp 134,5 triliun
menjadi Rp 135 triliun. Jika asumsi inflasi tahun 2015 sebesar 4,4 persen dihitung, nilai riil
anggaran infrastruktur juga merosot.
Menurut Latief, tanpa reformasi fiskal, penambahan volume APBN hanya akan terus-
menerus terkuras untuk membiayai program tak produktif dan boros yang juga
menggelembung. Oleh karena itu, reformasi fiskal menjadi keniscayaan.
Secara terpisah, dosen Universitas Atma Jaya Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, berpendapat,
pemerintah belum bisa melakukan ekspansi fiskal pada 2015. Alasannya, fasenya memang
sedang stabilisasi. Pertumbuhan ekonomi juga belum akan kembali ke 6 persen atau lebih.
Untuk mengubah lanskap ekonomi dalam lima tahun ke depan, kita harus melakukan
perubahan yang tidak enak, yakni mengurangi subsidi BBM (bahan bakar minyak). Ini
termasuk dalam reformasi fiskal yang mesti menjadi prioritas, katanya.
Kenaikan harga BBM bersubsidi, menurut Prasetyantoko, akan memberikan ruang fiskal
meskipun tidak serta-merta lebar. Namun, langkah itu akan meningkatkan kepercayaan
pelaku ekonomi bahwa pemerintah bergerak ke arah yang benar.
Saat rapat kerja antara Badan Anggaran DPR dan Kementerian Keuangan, Fraksi Partai
Golkar dan Fraksi PKS bermaksud melucuti kewenangan pemerintah soal penyesuaian harga
BBM bersubsidi. Namun, usaha ini gagal karena Menteri Keuangan M Chatib Basri dan
fraksi lain berketetapan menjaga kewenangan tersebut di tangan pemerintah.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menegaskan, satu-satunya
penyesuaian harga yang harus melalui persetujuan DPR adalah tarif listrik.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, Wakil Ketua Umum
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik
Hariyadi B Sukamdani, serta Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Sanny Iskandar
menyesalkan ulah elite politik yang lebih memikirkan kelompok daripada kepentingan
bangsa. Kemelut politik bermotif ketidakpuasan setelah pemilihan presiden merugikan karena
iklim investasi memburuk. (LAS/HAM)





Subsidi BBM Lebih Besar
daripada Kesehatan

JAKARTA, KOMPAS Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 mengalokasikan
anggaran subsidi bahan bakar minyak Rp 276 triliun. Kendati ada sedikit penghematan
dibandingkan nota keuangan, alokasinya tetap saja jauh lebih besar dibandingkan anggaran
produktif seperti kesehatan.
Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015
disahkan dalam rapat paripurna di Jakarta, Senin (29/9). Rapat yang dipimpin Mohamad
Sohibul Iman dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera itu dihadiri Menteri Keuangan M Chatib
Basri.
Ketua Badan Anggaran DPR dari Fraksi Partai Golongan Karya Ahmadi Noor Supit dalam
laporannya menyatakan, alokasi subsidi bahan bakar minyak (BBM), bahan bakar nabati, dan
elpiji tabung 3 kilogram untuk tahun 2015 mencapai Rp 276 triliun. Alokasi ini berkurang Rp
15 triliun dibandingkan alokasi dalam nota keuangan yang sebesar Rp 291 triliun.
Berkurangnya alokasi tersebut, menurut Ahmadi, disebabkan kuota BBM bersubsidi yang
semula 48 juta kiloliter turun menjadi 46 juta kiloliter. Dengan demikian, kuota BBM
bersubsidi tahun 2015 sama persis dengan kuota tahun 2014.
Meskipun jumlahnya berkurang, alokasi subsidi BBM tetap besar. Ditambah subsidi listrik
senilai Rp 68,69 triliun, maka subsidi energi menjadi Rp 344,69 triliun.
Dibandingkan belanja pemerintah pusat dalam APBN 2015 yang sebesar Rp 1.392 triliun,
porsi subsidi energi mencapai 24,76 persen. Besarnya alokasi subsidi bahan bakar minyak itu
meneruskan pola yang ada selama ini.
Alokasi anggaran subsidi BBM tahun 2015 itu dua kali anggaran pengentasan rakyat miskin
yang mencapai Rp 135 triliun. Jika dibandingkan dengan anggaran kesehatan pada APBN
2015 yang sekitar Rp 68 triliun, subsidi BBM tersebut mencapai empat kalinya.
Efisiensi subsidi
Chatib Basri dalam pendapat akhir pemerintah menyatakan, efisiensi anggaran subsidi
menjadi salah satu kebijakan penting pada belanja APBN 2015. Langkah ini ditempuh
dengan kebijakan alokasi subsidi yang lebih tepat sasaran, program pengurangan penggunaan
BBM bersubsidi secara bertahap, dan kebijakan pengembangan energi baru dan terbarukan.
Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Niaga PT Pertamina (Persero) Hanung Budya
menyatakan, konversi BBM ke bahan bakar gas akan menjadi tren kebijakan pemerintah ke
depan. Untuk itu, Pertamina mengaku siap mendukung, antara lain dengan membangun 150
stasiun pengisian bahan bakar gas pada 2015.
Subsidi BBM sebesar Rp 276 triliun pada 2015 itu terdiri dari subsidi premium dan bahan
bakar nabati Rp 108,28 triliun, subsidi solar dan bahan bakar nabati Rp 80,27 triliun, subsidi
minyak tanah Rp 6 triliun, dan subsidi elpiji tabung 3 kilogram Rp 55,12 triliun.
Perhitungan subsidi BBM itu juga mencakup Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp 24,98
triliun, perkiraan subsidi LGV atau gas untuk kendaraan Rp 4,2 miliar, dan tagihan subsidi
2014 yang dialihkan ke 2015 sebesar Rp 46,28 triliun.
Subsidi listrik yang pada nota keuangan dianggarkan Rp 72,42 triliun disepakati menjadi Rp
68,69 triliun. Penghematan terjadi karena pembayaran tagihan tahun 2014 senilai Rp 3,73
triliun tidak disetujui untuk dibebankan pada APBN 2015. Mulai tahun 2015, PT PLN
(Persero) tidak lagi diberi margin 7 persen, tetapi insentif investasi Rp 19,97 triliun. (LAS)









Celah Eksploitasi oleh Pihak
Asing
RI Akan Berkiprah di Laut Lepas

JAKARTA, KOMPAS Ketua Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional
Indonesia Riza Damanik mengemukakan, Indonesia membutuhkan Undang-Undang
Kelautan untuk memperbesar kehadiran negara di laut serta mempercepat konsolidasi
kelembagaan dan instrumen hukum di laut sehingga pengelolaan laut menjadi optimal.
Pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kelautan hingga Senin (29/9) pukul 21.00
masih menunggu pengesahan RUU yang lain.
Jika disahkan, UU itu akan menyelesaikan sebagian persoalan di laut, di antaranya
kelembagaan pengawasan laut dan peningkatan alokasi anggaran daerah kepulauan. Akan
tetapi, hal itu belum menjawab kepentingan strategis, seperti mewujudkan kedaulatan
ekonomi di laut agar bangsa Indonesia menjadi tuan rumah di laut sendiri.
Substansi UU Kelautan masih mengandung sejumlah celah penyimpangan, antara lain
pengaturan izin lokasi yang bernuansa eksploitatif dan melenceng dari fungsi awal UU
Kelautan, yakni mengonsolidasikan regulasi dan kelembagaan di laut.
Indonesia telah mengeluarkan skema perizinan di perairan kurang dari 22,22 kilometer dan
kini UU Kelautan mempromosikan skema izin lokasi di atas 22,22 km hingga 370,4 km. Hal
itu dikhawatirkan membuka lebar peluang dilibatkannya swasta asing dalam pemanfaatan
laut ZEEI, khususnya untuk pertambangan dan industri perikanan.
Penentuan skema perizinan untuk wilayah 12-200 mil laut (22,22-370,4 km) ceroboh karena
kita belum mengetahui persis kekayaan di perairan itu, katanya, di Jakarta, Senin (29/9).
Ke depan, diperlukan perhatian khusus terhadap peraturan pemerintah untuk menghindari
arus liberalisasi di laut yang berdampak pada semakin sempitnya kesempatan rakyat untuk
memanfaatkan potensi kelautan.
Sementara itu, terjadi ambiguitas kegiatan reklamasi dalam Pasal 27 UU Kelautan.
Pengaturan reklamasi telah digunakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pekerjaan
Umum sehingga berpotensi tumpang tindih dan destruktif.
Kelemahan lain, tidak dimasukkan cuaca ekstrem akibat badai tropis dan asidifikasi
(pengasaman) air laut sebagai bentuk bencana pemanasan global. Padahal, keduanya penting
disebutkan karena memberi dampak nyata bagi nelayan dan laut.
Terobosan UU Kelautan untuk mendorong politik anggaran provinsi/kabupaten/kota untuk
pembangunan kelautan tidak ditopang skema disinsentif apabila daerah abai mengalokasikan
anggaran untuk pembangunan kelautan berperspektif kepulauan dan melindungi warganya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengemukakan, pengesahan UU
Kelautan akan menjadi sejarah karena merupakan UU pertama yang dihasilkan DPR,
pemerintah, dan Dewan Perwakilan Daerah yang melampaui proses panjang.
Inisiatif pembentukan UU Kelautan mulai digulirkan sejak awal reformasi dan dilakukan
pembentukan Dewan Maritim Indonesia yang berganti nama menjadi Dewan Kelautan
Indonesia pada tahun 2007.
UU Kelautan penting karena dua alasan. Pertama, Indonesia merupakan penggagas konsepsi
negara kepulauan berciri Nusantara. Deklarasi Djuanda 1957 adalah tonggak sejarah pertama
perjuangan diplomasi menuju pengakuan dunia. Kedua, Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi ekonomi, keanekaragaman hayati, dan
budaya bahari.
Sumber daya kelautan meliputi tiga hal. Pertama, sumber daya alam terbarukan, antara lain
perikanan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, dan padang lamun (seagrass). Kedua,
sumber daya alam tak terbarukan, yaitu minyak, gas bumi, bahan tambang, dan mineral lain.
Ketiga, energi kelautan berupa energi gelombang, energi pasang surut, energi arus laut, dan
energi panas laut.
Sharif menambahkan, salah satu substansi penting dalam UU Kelautan adalah penegasan
Indonesia sebagai negara kepulauan yang, menurut Konvensi Hukum Laut Internasional
1982, selain memiliki laut teritorial, wilayah yurisdiksi, dan kawasan dasar laut, juga
mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan potensi maritim di laut lepas.
Penegasan ini mengisyaratkan bahwa Indonesia, selain akan mengoptimalkan pengelolaan
sumber daya lautnya sendiri, juga akan mulai berkiprah di laut lepas dan kawasan dasar laut,
katanya. (RYO/LKT)


Pipa Transmisi Gas Arun
Segera Selesai

BELAWAN, KOMPAS PT Pertamina menginvestasikan dana 750 juta dollar AS untuk
membangun proyek regasifikasi dan pipanisasi untuk PLN dan industri di Aceh dan Sumatera
Utara. Proyek ini dilaksanakan oleh PT Pertamina Gas. Penyelesaian proyek diharapkan
mampu mengatasi krisis energi di Aceh dan Sumut.
Demikian disampaikan Direktur Pengembangan Bisnis dan Komersial PT Pertamina Gas
(Pertagas) Ahmad Kudus saat memeriksa penyelesaian pipanisasi di kompleks pembangkit
listrik tenaga uap dan gas PLN Belawan, Sumut, Minggu (28/9) sore.
Untuk pembangunan instalasi pengolahan gas cair kembali menjadi gas uap di Arun,
Lhokseumawe, Aceh, Pertamina menginvestasikan dana 90 juta dollar AS, sedangkan untuk
pembangunan jaringan pipa penyalur gas uap ke Arun hingga Belawan, Pertamina
menyiapkan dana 480 juta dollar AS, ungkap Ahmad.
Diharapkan dalam 20 tahun kedua proyek yang dikerjakan oleh Pertagas ini bakal mencapai
titik impas atau kembali modal.
Yang lebih penting dari itu adalah penyelesaian kedua proyek ini akan mengakhiri krisis
energi yang membelit PLN dan sejumlah kawasan industri di Aceh dan Sumut, ucapnya.
Ahmad menyebutkan, gas cair akan didatangkan dari Tangguh, Papua; PT Badak, Bontang,
Kalimantan Timur; dan Amerika Serikat.
Instalasi pengolahan gas cair menjadi gas yang disebut sebagai proses regasifikasi itu berada
di Blang Lancang, Arun, Lhokseumawe. Dari tempat ini, lewat jaringan pipa, gas dialirkan ke
Aceh dan Sumut melalui dua stasiun kompresor di Rantau Panjang dan Pangkalan Brandan.
Kedua stasiun tersebut berfungsi meningkatkan tekanan gas.
Pendistribusian gas ini untuk memenuhi kebutuhan PLN serta dua kawasan industri di Sumut,
yaitu Kawasan Industri Medan (KIM) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei,
Simalungun.
Sesuai kontrak, kami akan menyuplai gas ke PLN sebanyak 120 MMSCFD (juta standar
kaki kubik per hari), sedangkan untuk KIM dan KEK kami akan menyuplai gas masing-
masing 75 MMSCFD, katanya. Pembangunan jaringan pipa transmisi gas Arun akan selesai
pada tanggal 10-15 Oktober dan siap untuk uji coba (commissioning). (WIN)
Efisiensi Jadi Pertimbangan
KPPU Dorong Otoritas Jasa Keuangan
Batasi Suku Bunga Deposito

JAKARTA, KOMPAS Komisi Pengawas Persaingan Usaha mendorong Otoritas
Jasa Keuangan untuk menetapkan batas atas suku bunga deposito perbankan. Hal ini
perlu dilakukan supaya perbankan makin efisien dan tidak terbebani biaya dana.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) M Nawir Messi mengatakan, suku bunga
deposito cenderung tinggi karena struktur pendanaan bank dikuasai oleh sedikit nasabah.
Struktur dana nasabah tidak masuk akal karena 70 persen di antaranya dikuasai oleh
beberapa orang atau korporasi, kata Nawir, Senin (29/9), di Jakarta.
Selain memberi suku bunga deposito tinggi, perbankan juga meningkatkan promosi supaya
nasabah tertarik menempatkan dananya. Hanya di Indonesia bank memberi hadiah mobil
mewah kepada nasabah. Di negara lain tak ada promosi yang semahal itu, ujar Nawir.
Biaya dana dan biaya operasional yang tinggi mendorong inefisiensi perbankan. Untuk
meningkatkan efisiensi, perbankan harus menurunkan suku bunga simpanan dan mengurangi
biaya promosi.
Pembatasan suku bunga deposito hanya bisa dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Perbankan bisa saja melakukan kesepakatan pembatasan, tetapi mereka akan terkena aturan
mengenai kartel. Supaya perbankan tidak terkena aturan kartel, tetapi mereka juga tidak
terbebani biaya bunga, hanya OJK yang bisa memberi batasan suku bunga deposito, ujar
Nawir.
Namun, KPPU juga meminta OJK untuk menetapkan batas atas yang masih masuk akal. Jika
batas itu ditetapkan terlalu rendah, pemilik dana dikhawatirkan akan menempatkan dana di
perbankan luar negeri.
Komisioner KPPU, Muhammad Syarkawi Rauf, mengungkapkan, pasar perbankan Indonesia
juga hanya dikuasai oleh beberapa bank. Sebanyak 40 persen pangsa pasar perbankan
dikuasai oleh empat bank saja. Adapun empat bank tersebut bersama 10 bank lain menguasai
sekitar 80 persen pangsa pasar perbankan Indonesia.
Dengan struktur pasar perbankan seperti itu, peran deposan dalam menggiring penentuan
suku bunga sangat besar, kata Syarkawi.
Persaingan
OJK sudah sejalan dengan rekomendasi KPPU. Pekan lalu, Ketua Dewan Komisioner OJK
Muliaman D Hadad menyatakan, pihaknya sudah meminta perbankan untuk menghentikan
persaingan suku bunga deposito. Persaingan itu hanya menguntungkan deposan besar, tetapi
merugikan perbankan.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menilai,
harus ada penguatan gerakan menabung supaya perbankan mendapatkan dana pihak ketiga
(DPK) berbiaya murah. Peningkatan DPK diperlukan perbankan supaya likuiditas tetap
terjaga.
Berhubung deposito masih dominan, harus ada upaya meningkatkan volume tabungan
supaya perbankan masih bisa mempertahankan tingkat penyaluran kredit, kata Sigit. (AHA)










Bukan Urusan Citra

SEMUA paham, ruang fiskal pemerintah di negeri ini sudah demikian sempit. Tahun depan,
subsidi dari APBN untuk bahan bakar minyak sekitar Rp 291 triliun. Jumlah ini kalau kuota
BBM 46 juta kiloliter bisa dijaga. Padahal, konsumsi BBM tahun ini diperkirakan akan jebol
1,6 juta kiloliter. Anggaran subsidi pun bertambah.
Penentuan kuota 46 juta kiloliter ini dilakukan DPR dan pemerintah, dengan sadar serta
penuh perhitungan. Soalnya, kuota BBM sebelumnya mencapai 48 juta kiloliter. Jadi,
seharusnya kuota ini bertambah karena terjadi pertumbuhan ekonomi yang berarti konsumsi
meningkat. Penjualan kendaraan bermotor juga mencapai jutaan unit per tahun.
Semangat mengurangi kuota ini untuk menekan beban subsidi BBM. Tetapi, kenyataan di
lapangan berkata lain. Konsumsi BBM bersubsidi melonjak. Terjadi penyimpangan
penggunaan BBM subsidi, khususnya solar. Tidak heran, PT Pertamina (Persero) yang
bertanggung jawab atas pasokan BBM subsidi beberapa bulan lalu mengurangi pasokan
BBM subsidi.
Apakah langkah Pertamina keliru? Tidak, jika dilihat dari ketentuan bahwa apabila kuota
BBM subsidi jebol, kelebihan konsumsi di atas kuota akan ditanggung Pertamina. Dalam
urusan merugi, bukan lagi urusan citra. Sebagai entitas bisnis, rugi bagi Pertamina adalah
rugi, bukan citra. Rugi harus dihentikan, dikendalikan.
Pasokan BBM subsidi diteruskan oleh Pertamina setelah ada jaminan pemerintah. Jaminan
tanpa ada kebijakan bagaimana mengendalikan konsumsi BMM subsidi. Juga tak ada upaya
keras mengatasi penyimpangan BBM subsidi. Di sisi lain, pemerintah demi menjaga citra
tetap tak mau menaikkan harga BBM subsidi. Padahal, wewenang ada di tangan pemerintah.
Lupakan saja pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam urusan menaikkan harga BBM
subsidi. Karena dalam urusan beban fiskal yang sudah demikian berat, yang sebagian dari
anggaran negara ini sudah dibiayai dengan utang, pencitraan bukan lagi hal tepat. Perlu
pemerintah yang bisa menerapkan kebijakan subsidi tepat sasaran, bukan pada BBM yang
lebih banyak dikonsumsi kelas menengah.
Belakangan ini muncul wacana agar wewenang kenaikan harga BBM subsidi dikembalikan
kepada DPR. Wacana ini muncul dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang APBN
2015 antara Badan Anggaran DPR dan Kementerian Keuangan pada Jumat (26/9) malam.
Dari pengalaman, kenaikan harga BBM subsidi tidak pernah jalan karena DPR lebih banyak
memunculkan pencitraan ketimbang beban riil.
Pada tahun 2012, pemerintah tidak pernah mendapat dukungan DPR menaikkan harga BBM
subsidi. Pemungutan suara di DPR selalu berakhir dengan penolakan kenaikan harga BBM
subsidi. Padahal, ketika itu, pemerintah perlu menekan subsidi yang kian memberatkan.
Praktis tidak ada dana untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan dan jalan raya. Terjadi
keterlambatan yang membuat pasokan listrik kini sangat terbatas dan rentan.
Mahkamah Konstitusi, Mei 2014, telah membatalkan kewenangan DPR membahas APBN
secara rinci hingga tingkat kegiatan dan jenis belanja (satuan tiga) serta menunda pencairan
anggaran karena dinilai bertentangan dengan konstitusi. DPR memang tidak pas membahas
secara rinci, termasuk kenaikan harga BBM subsidi. Ini urusan teknis pemerintah.
Menaikkan harga BBM subsidi diakui bisa berdampak luas menyangkut kepentingan rakyat
banyak. Tetapi, pemerintah jelas punya alasan kuat dan jelas, penuh perhitungan rinci,
mengapa harga BBM subsidi harus dinaikkan. Pemerintah paham benar, tekanan anggaran
sudah demikian berat. Perlu berutang untuk menutup defisit anggaran. Sekarang ini bukan
lagi urusan citra, melainkan melihat kenyataan. (Pieter P Gero)









SP3 Kasus Fadel Digugat
Mantan Sekretaris Daerah Sulsel Divonis 2
Tahun Penjara


GORONTALO, KOMPAS Untuk kedua kali, Kejaksaan Tinggi Gorontalo digugat
atas surat perintah penghentian penyidikan perkara kasus korupsi dana mobilisasi
APBD Provinsi Gorontalo senilai Rp 5,4 miliar dengan tersangka mantan Gubernur
Gorontalo Fadel Muhammad. Gugatan itu sebagai upaya pencarian kebenaran.
Kami menggugat untuk mencari kebenaran. Tindakan kejaksaan melakukan SP3
memperburuk penegakan hukum. Masak ketua DPRD dihukum, sedangkan gubernur
dibebaskan, kata Koordinator Gorontalo Corruption Watch, Deswerd Zougira, Senin (29/9),
di Gorontalo.
Dalam kasus korupsi dana mobilisasi DPRD Provinsi Gorontalo senilai Rp 5,4 miliar, Ketua
DPRD Provinsi Gorontalo Amir Piola Isa divonis Mahkamah Agung 1,6 tahun penjara. Ia
dinilai bersalah dan bertanggung jawab dalam penggunaan bantuan dana mobilisasi kepada
anggota DPRD Gorontalo periode 2001-2004.
Menurut Deswerd, Amir bersama Fadel membuat Surat Keputusan Bersama Nomor 112
Tahun 2002 dan No 16/2002 yang tidak melalui rapat paripurna atau rapat pimpinan untuk
membagikan dana APBD kepada anggota DPRD Provinsi Gorontalo sebesar Rp 200 juta per
orang.
Kepala Seksi Hukum dan Penerangan Kejati Gorontalo, Mulyadi, menjelaskan, SP3 kasus
Fadel diputuskan pada 8 November 2013. Kejaksaan menilai Fadel tak bersalah dan tak ada
bukti cukup menyeret Fadel ke pengadilan. Kasus Pak Fadel pengembangan dari kasus
Ketua DPRD Amir Piola Isa. Sudah dua kali kami periksa, tetapi tidak juga menemukan
kesalahan. Bukti tak cukup kuat, katanya.
Fadel Muhammad mengakui telah menerima SP3 Kejati Gorontalo pada 13 November 2013.
Saya tidak bersalah, tidak ada kerugian negara. Dana APBD sudah dikembalikan oleh
anggota yang menerima, ujarnya.
Divonis 2 tahun
Mantan Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Andi Muallim divonis 2 tahun penjara
dan denda Rp 50 juta oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Makassar,
Senin. Muallim terbukti bersalah dalam kasus korupsi bantuan sosial Pemerintah Provinsi
Sulsel tahun 2008 yang merugikan negara Rp 8,867 miliar.
Majelis hakim yang diketuai M Damis menyatakan, yang bersangkutan saat kasus ini terjadi
masih menjabat sebagai Sekda Sulsel bertanggung jawab atas pemberian dana bansos
terhadap 202 lembaga, organisasi, dan yayasan senilai Rp 8,867 miliar. Belakangan
diketahui, ke-202 lembaga itu tidak jelas keberadaannya, alamat tidak ada, dan ada yang
alamatnya ada tetapi tidak diketahui lembaganya.
Atas vonis itu, Muallim menyatakan banding. Karena saya meyakini tak bersalah, saya
menyatakan banding, katanya di hadapan sidang. Adapun pihak jaksa penuntut umum yang
diwakili Greafik LTK dan Muhammad Yusuf menyatakan pikir-pikir atas vonis tersebut.
Di Sulawesi Tengah, Kejaksaan Negeri Palu melakukan penahanan kota terhadap pejabat
Kementerian Perumahan Rakyat, Andri Dirgantara. Perlakuan atas tersangka korupsi
pembangunan rumah susun sederhana sewa ini dinilai tak memberi efek jera.
Sejak Kamis lalu, tersangka menjadi tahanan kota menyusul pelimpahan kasus ini dari
Kepolisian Resor Palu. Ada surat jaminan dari atasan AD (Andri Dirgantara) dari
kementerian, ujar Kepala Seksi Pidana Khusus Kejari Palu Nur Alim Rachim.
Polres Palu menetapkan dua tersangka dalam kasus pembangunan rusunawa di kompleks
RSUD Anatapura, Palu. Selain Andri, polisi juga menjerat Agusry Membia, rekanan proyek.
Andri jadi pejabat pembuat komitmen dalam proyek milik Kemenpera dari APBN 2013
sebesar Rp 5 miliar. Ia menandatangani dokumen pencairan dana 100 persen meski proyek
belum selesai.
Kejati Jawa Tengah menahan mantan Bupati Kudus periode 2003-2008, M Tamzil, tersangka
kasus dugaan korupsi pengadaan sarana dan prasarana pendidikan Kabupaten Kudus tahun
2004- 2005. Kasus itu merugikan negara sebesar Rp 2,85 miliar.
Asisten Intelijen Kejati Jateng, Yacob Hendrik, Senin, menjelaskan, penahanan tersebut
dilakukan bertepatan dengan pelimpahan tahap kedua, yaitu proses menuju persidangan.
Selain Tamzil, kejati juga menahan dua tersangka lain, yaitu mantan Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Kudus Ruslin serta Direktur CV Ghani and Son, Abdul Ghani.
Hendrik menjelaskan, Tamzil melakukan penunjukan langsung rekanan atas proyek
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan tanpa melalui proses lelang. Total proyek
tersebut mencapai Rp 19 miliar. Diduga dana sebesar Rp 2,85 miliar mengalir ke sejumlah
pihak. Dalam proses penyidikan, pihak CV Ghani and Son telah mengembalikan kerugian
negara sebesar Rp 1,8 miliar. Penahanan kami lakukan untuk mempermudah proses
persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang dan agar para tersangka tidak
menghilangkan barang bukti, ujarnya. (ENG/VDL/ZAL/UTI)

Warga Tetap Melarang
Penanggulangan Lumpur Lapindo Belum
Bisa Dilakukan


SIDOARJO, KOMPAS Upaya penanggulangan luapan lumpur Lapindo yang
menyembur dari Sumur Banjarpanji di Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
hingga kini masih terhenti. Akibatnya, kondisi sejumlah tanggul kritis dan rawan jebol.
Bahkan, dipastikan lumpur meluber keluar tanggul apabila hujan mengguyur.
Juru Bicara Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Dwinanto Hesti Prasetyo,
mengatakan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak menghadapi sikap warga korban lumpur
yang bersikeras melarang aktivitas penanggulangan. Langkah yang dilakukan saat ini tidak
lebih dari pemantauan sejumlah titik tanggul yang dianggap kritis.
Sebenarnya kami ingin segera aktif karena musim hujan semakin dekat sehingga aliran
lumpur berpotensi meluber keluar tanggul. Namun, kami tidak ingin bentrok dengan warga,
ujar Dwinanto, Senin (29/9), di Sidoarjo.
Seperti diberitakan sebelumnya, empat bulan ini BPLS tidak bekerja karena dihalangi warga.
Akibatnya, upaya penanggulangan semburan lumpur berhenti total. Kondisi tanggul kritis,
bahkan tanggul titik 68 jebol dan lumpur meluber ke permukiman warga.
Menyikapi kondisi itu, BPLS mengadakan rapat kerja dengan Bupati Sidoarjo dan Gubernur
Jatim, Rabu (24/9). Hasilnya ada dua pilihan.
Pertama, pemerintah menalangi pembayaran sisa ganti rugi, lalu Lapindo membayar kepada
pemerintah. Pilihan kedua, pemerintah membayar sisa ganti rugi dan tanah warga yang
dibayar itu menjadi aset negara. Nilai yang ditanggung Rp 786 miliar dari total tunggakan
Lapindo sebesar Rp 1,256 triliun.
Menanggapi niat baik pemerintah menyelesaikan pembayaran ganti rugi, warga korban
lumpur, Minggu, menggelar doa bersama (istigasah). Dalam acara di tanggul titik 42 Desa
Jatirejo, Porong, itu, mereka menggelar doa sebagai ungkapan syukur.
Warga menunggu
Namun, warga korban tidak serta-merta bergembira. Alasannya, mereka menunggu uang
ganti rugi cair. Sikap warga didasari pengalaman selama delapan tahun menderita akibat
pembayaran ganti rugi yang tertunggak.
Kami menyambut baik rencana pemerintah membayar sisa ganti rugi yang menjadi
tanggungan PT Lapindo Brantas Inc dari dana APBN. Namun, sebelum pembayaran
terealisasi, penanggulangan lumpur belum boleh dilakukan, ujar Djuwito, koordinator warga
korban lumpur Lapindo.
Warga beralasan sudah kenyang dengan janji-janji pelunasan yang diberikan Lapindo dan
Minarak Lapindo Jaya. Sekarang pemerintah juga menjanjikan akan menyelesaikan masalah
itu. Namun, karena pengalaman sebelumnya, yakni janji kerap diingkari, warga menjadi tidak
mudah percaya.
Pokoknya kami tidak percaya sebelum menerima uangnya. Apalagi ini, kan, prosesnya
masih panjang, ujar Sunarni, salah satu korban lumpur.
Bupati Sidoarjo Syaiful Illah meminta warga korban lumpur bersabar menunggu. Ia juga
meminta warga mengizinkan BPLS bekerja supaya semburan lumpur tertanggulangi.
Tolong jangan jadi orang jahat, izinkan BPLS beraktivitas demi kebaikan warga Sidoarjo,
kata Syaiful.
Dapat dipidanakan
Syaiful sempat mengingatkan warga, jika tetap menghalangi kerja BPLS, mereka dapat
dipidanakan. Ia khawatir jika BPLS tidak bekerja, akan berdampak melubernya semburan
lumpur, terutama di tanggul titik 22 Desa Siring. Luberan akan mengenai rel kereta dan jalan
sehingga melumpuhkan transportasi dan ekonomi di Sidoarjo dan Jawa Timur.
Namun, permintaan Bupati Sidoarjo itu belum dituruti oleh warga.
Lumpur Lapindo mulai menyembur 29 Mei 2006. Luberan lumpur panas mengenai 621
hektar kawasan di Kecamatan Tanggulangin, Porong, dan Jabon.
Masyarakat yang terkena lumpur masuk dalam peta area terdampak mendapat ganti rugi dari
Lapindo Brantas. Adapun masyarakat di luar peta mendapat penggantian dari pemerintah.
Satu meter persegi tanah dinilai Rp 1 juta per dan 1 meter persegi bangunan Rp 1,5 juta.
Namun, Lapindo tidak menunaikan kewajibannya sehingga menunggak pembayaran Rp
1,256 triliun. Jumlah itu terdiri dari tanggungan terhadap warga sebesar Rp 786 miliar dan
sekitar Rp 500 miliar tanggungan terhadap pelaku usaha korban lumpur. (NIK)

Pelaku Dituntut 4 Bulan
Penjara

SLEMAN, KOMPAS Abdul Kholiq (39), terdakwa kasus penyerangan rumah Direktur
Galang Press Julius Felicianus (54), di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
dituntut 4 bulan penjara oleh jaksa penuntut umum. Tuntutan jaksa tersebut dinilai terlalu
ringan dan tidak memberi efek jera kepada para pelaku kekerasan dan intoleransi di DIY.
Tuntutan kepada Abdul Kholiq itu dibacakan Jaksa Penuntut Umum Sugana dalam
persidangan di Pengadilan Negeri Sleman, Senin (29/9). Sidang yang dipimpin Ketua Majelis
Hakim Marliyus itu hanya berlangsung sekitar 15 menit dan dihadiri oleh belasan rekan
terdakwa.
Dalam tuntutannya, Sugana menyebut Kholiq terbukti melakukan kekerasan di rumah Julius
di Dusun Tanjungsari, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, pada Kamis malam, 29
Mei 2014, bersama sekitar empat orang lain. Kholiq disebut memukul dan melemparkan pot
bunga kepada Julius sehingga korban mengalami patah tulang selangka kiri serta luka di
kepala.
Kholiq dan kawan-kawan juga melakukan kekerasan terhadap korban lain bernama Nur
Wahid yang kala itu sedang duduk di teras rumah Julius. Menurut Sugana, Kholiq memukuli
Nur Wahid sehingga korban mengalami luka memar di kepala dan tangan kiri.
Terdakwa dan pelaku lain juga merobohkan sejumlah sepeda motor yang ada di depan
rumah Julius, serta melakukan pelemparan yang mengakibatkan kaca jendela dan lampu
taman pecah serta taman di depan rumah menjadi rusak, katanya.
Sugana menambahkan, peran Kholiq dalam kekerasan itu didasarkan pada sejumlah
kesaksian di persidangan, baik yang dituturkan langsung oleh saksi maupun kesaksian tertulis
yang dibacakan oleh jaksa. Faktor yang memberatkan Kholiq adalah perbuatannya
menimbulkan keresahan di masyarakat. Sementara itu, faktor meringankan antara lain adanya
kesepakatan damai antara pelaku dan korban dalam kasus tersebut.
Perbuatan terdakwa melanggar Pasal 170 Ayat 2 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP). Karena itu, kami sebagai jaksa penuntut umum menuntut supaya majelis hakim
memutuskan menyatakan terdakwa terbukti bersalah dan menjatuhkan pidana penjara 4 bulan
dikurangi masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani, ujar Sugana.
Sesudah pembacaan tuntutan, sidang ditunda hingga Kamis (9/10) dengan agenda pembelaan
dari terdakwa dan kuasa hukumnya.
Disayangkan
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Samsudin Nurseha, menyayangkan
tuntutan jaksa yang sangat ringan terhadap Kholiq. Kami prihatin dengan tuntutan jaksa
karena ini akan menjadi preseden buruk dalam penegakan hukum kasus intoleransi di DIY.
Tuntutan yang ringan ini akan membuat pihak lain tidak takut melakukan tindakan kekerasan
dan intoleransi, katanya.
Samsudin mengingatkan, penyerangan rumah Julius bukan merupakan aksi kekerasan biasa.
Alasannya, peristiwa itu terjadi saat sejumlah umat Katolik berdoa bersama di rumah
tersebut. Oleh karena itu, LBH Yogyakarta meminta majelis hakim yang menangani kasus
tersebut memberikan sanksi pidana yang lebih berat daripada tuntutan jaksa. (HRS)











Pejabat Diduga Memalsukan
Izin Kampus

PALU, KOMPAS Sekretaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu, Sulawesi
Tengah, Rahman A Intang membangun rumah toko di dekat kampus Institut Agama Islam
Negeri Palu dengan memalsukan persetujuan dari lembaga tersebut. Pihak kampus mendesak
Pemerintah Kota Palu untuk mencabut izin mendirikan bangunan ruko itu.
Ruko yang dibangun mulai Mei lalu itu berada di Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat.
Ruko tiga lantai yang dibangun di atas lahan seluas 157 meter persegi itu berada persis di
samping timur kampus IAIN Palu.
Hari Senin (29/9), sekitar 200 mahasiswa anggota Badan Eksekutif Mahasiswa IAIN Palu
berunjuk rasa di Balai Kota Palu. Kami mendesak pihak berwajib untuk mencabut IMB ruko
tersebut karena melanggar prosedur yang ditetapkan. Ada pemalsuan tanda tangan pejabat
kampus yang kami nilai sangat memalukan dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan,
ujar Agus Salim, koordinator aksi.
Menurut Agus, cacatnya penerbitan IMB ruko tersebut mengindikasikan adanya konspirasi
antara pemerintah dan pengembang. Kami sudah protes pembangunan ruko pada Mei lalu,
tetapi tidak ada respons positif dari pemerintah, ujarnya.
IMB ruko tersebut terbit pada 2012. Saat itu, Rahman menjabat Sekretaris Dinas Penataan
Ruang dan Perumahan, dinas yang berhak memverifikasi dan mengeluarkan IMB.
Dalam lembaran pernyataan persetujuan tetangga yang diperoleh Kompas, tercantum tanda
tangan yang mengatasnamakan STAIN (kini IAIN). Namun, tidak disebutkan jabatan
penanda tangan. Hal sama juga terjadi kepada tiga pemberi rekomendasi lain dengan nama
Taman Budaya 1, Taman Budaya 2, dan Jalan.
Kami sudah cek semua ke pegawai kampus, tidak ada yang pernah membubuhkan tanda
tangan. Jelas ini rekayasa yang melukai dunia akademis. Tidak ada pilihan lain bagi
pemerintah selain mencabut IMB dan menghentikan pembangunan, ujar Wakil Rektor
Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama IAIN Palu, Muhtadin Dg Mustafa.
Muhtadin memastikan, pihaknya akan memproses secara hukum pengembang atau pemilik
ruko atas pemalsuan rekomendasi persetujuan tetangga.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Penataan Ruang dan Perumahan Kota Palu Singgih B
Prasetyo mengatakan, penanganan kasus yang melibatkan Rahman tersebut berada di bawah
Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Kota Palu Ansyar Sutiadi.
Ketika menerima mahasiswa, Ansyar mempersilakan IAIN memproses hukum pemberi izin,
(Dinas Penataan Ruang dan Perumahan), serta pemilik ruko. (VDL)













Turki Kerahkan Tank
Obama: Agen Rahasia AS Meremehkan
NIIS

MURSITPINAR, SENIN Turki mengerahkan tank-tank mereka di sebuah
perbukitan, mengarah ke kota perbatasan dengan Suriah, Kobani, yang sepekan lebih
dikepung milisi Negara Islam di Irak dan Suriah, Senin (29/9). Ankara akan
mengajukan usul kepada parlemen, meminta mandat aksi militer di Irak dan Suriah
bersama pasukan koalisi.
Menurut koresponden kantor berita Reuters, sedikitnya 15 tank dikerahkan Turki di dekat
pangkalan militer di sebelah barat laut Kobani. Moncong senjata tank-tank Turki itu
mengarah ke teritorial Suriah.
Pengerahan tank Turki itu sebagai respons atas tindakan milisi Negara Islam di Irak dan
Suriah (NIIS) yang menembakkan artileri ke wilayah Turki. Kepulan asap tembakan terlihat
membubung ke angkasa di sisi timur dan barat Kobani.
Selama ini Turki menahan diri, tak mau terlibat atau bergabung dengan pasukan koalisi
internasional melawan NIIS. Sikap itu diambil Turki terkait penahanan puluhan diplomat dan
keluarga mereka oleh NIIS di Mosul.
Melalui operasi rahasia, Turki berhasil membebaskan warganya yang disandera NIIS.
Dilaporkan, sandera Turki itu ditukar dengan pembebasan 50 personel NIIS.
Setelah warganya bebas, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan posisi Turki
telah berubah. Ia memberikan sinyal untuk bersikap lebih tegas terkait kelompok militan
NIIS.
Kami akan berdiskusi dengan lembaga terkait pekan ini. Kami pasti akan berada di posisi
yang seharusnya. Kami tak bisa berada di luar (terkait NIIS) ini, kata Erdogan.
Senin, Pemerintah Turki mengatakan sepertinya akan mengajukan usul kepada parlemen
dalam waktu 24 jam untuk memperoleh mandat aksi militer di Irak dan Suriah.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu berharap usulan itu dibahas parlemen hari Kamis.
Sambil menunggu mandat parlemen, Turki mengerahkan tank dan kendaraan lapis baja ke
perbatasan Suriah.
Dua tembakan NIIS jatuh di Turki. Militer Turki menegaskan akan membalas tembakan ke
wilayahnya. Lebih dari sepekan, NIIS mengepung Kobani atau Ain al-Arab, kota yang
didominasi warga Kurdi, dari tiga penjuru. Akibat serangan itu, lebih dari 150.000 warga
Kurdi Suriah mengungsi ke Turki. Sebelumnya, Turki telah kebanjiran lebih dari 1,5 juta
pengungsi Suriah.
Minggu malam, pesawat tempur Amerika Serikat terus menggempur NIIS di Suriah dengan
target tambang gas alam di Suriah timur. Demikian laporan Organisasi Pemantau Hak Asasi
Manusia Suriah (SOHR).
Serangan AS juga menghantam gudang penyimpanan padi, menewaskan warga sipil.
Serangan udara AS, dibantu lima negara Arab, dimulai Selasa lalu. Sejauh ini serangan itu
gagal menghentikan laju NIIS. Semalam, NIIS tinggal berjarak 5 kilometer dari Kobani.
Pengakuan
Dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS, Minggu, Presiden AS Barack Obama
mengakui, agen rahasia AS telah meremehkan aktivitas NIIS di Suriah. Pada saat bersamaan,
AS juga menilai terlalu tinggi kemampuan bertempur tentara Irak melawan NIIS.
Namun, selama beberapa tahun, saat berlangsung perang saudara di Suriah, tempat secara
esensial Anda menguasai wilayah begitu besar di luar kontrol pemerintah, mereka menyusun
diri kembali dan memanfaatkan kekacauan itu, kata Obama. Dan, tempat ini menjadi pusat
kelompok jihadis di seluruh dunia. (AP/AFP/REUTERS/SAM)







Pendemo Abaikan Imbauan
Tiongkok Pantau Ketat Demo di
Hongkong, Inggris Minta Hak Rakyat
Dihormati

HONGKONG, SENIN - Setelah sepanjang Minggu malam bentrok dengan para pengunjuk
rasa, aparat kepolisian Hongkong, Senin (29/9), dilaporkan mulai menarik diri. Sementara itu,
di sejumlah lokasi, puluhan ribu pengunjuk rasa masih melanjutkan aksi protes mereka dan
menolak mematuhi imbauan agar segera membubarkan diri.
Setelah bentrokan, para pendemo juga tak lagi terkonsentrasi di jalan-jalan utama dan
kawasan pusat bisnis tertentu. Pengunjuk rasa telah menyebar ke lokasi-lokasi lain, seperti
kawasan permukiman dan sejumlah pusat belanja.
Seperti diwartakan, pengunjuk rasa yang terdiri dari gabungan mahasiswa, pelajar,
masyarakat sipil, dan para aktivis pro demokrasi Occupy Central berdemo menentang
kebijakan pemerintah pusat Tiongkok yang dianggap mencemari demokrasi di bekas koloni
Inggris itu.
Saya akan tetap bertahan hingga akhir. Sampai kami mendapatkan apa yang kami inginkan,
yaitu demokrasi sejati, ujar Michael Wan (18), pelajar sekolah menengah atas.
Tuntutan pengunjuk rasa juga bertambah dengan desakan agar Pemimpin Eksekutif
Hongkong Leung Chun-ying segera mundur.
Dalam pernyataannya, Leung membantah rumor yang menyebutkan Beijing akan
mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk menangani aksi unjuk rasa.
Angkatan bersenjata Tiongkok itu diketahui menempatkan garnisunnya di Hongkong. Akan
tetapi, pihak Tiongkok sampai sekarang menilai otoritas Hongkong masih mampu mengatasi
situasi.
Peringatan Tiongkok
Beijing juga sudah memperingatkan agar negara lain tidak ikut campur dan membantu
demonstrasi ilegal di Hongkong.
Selain itu, Pemerintah Tiongkok juga dilaporkan telah memblokade media sosial Instagram.
Selama ini, media sosial internet dimanfaatkan para aktivis untuk menyebarluaskan
perjuangan dan aksi unjuk rasa mereka.
Dari Taipei dilaporkan, Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, Senin, meminta Beijing menerapkan
pendekatan damai dan hati-hati dalam menghadapi aksi unjuk rasa di Hongkong.
Beijing harus mendengar dengan saksama keinginan rakyat di sana. Kami mendukung
perjuangan rakyat Hongkong, tetapi tak menginginkan ada konflik, ujar Ma dalam
pernyataan tertulis.
Pemerintah Inggris juga menyuarakan kecemasan terkait eskalasi situasi di Hongkong.
Kementerian Luar Negeri Inggris meminta agar segera digelar dialog konsultasi demi
kemajuan demokrasi bekas koloninya itu. Pihak Inggris juga mengingatkan bahwa hak warga
Hongkong berunjuk rasa dilindungi Deklarasi Bersama Tiongkok-Inggris.
Deklarasi itu menyebutkan, Hongkong pada prinsipnya melestarikan sistem kapitalis dan cara
hidup sebelum penyerahan kembali wilayah itu dari Inggris ke Tiongkok hingga tahun 2047.
Perekonomian terpukul
Gelombang unjuk rasa besar yang terjadi empat hari terakhir itu juga memukul sektor
perekonomian Hongkong dan mengakibatkan saham jatuh 1,90 persen, Senin. Indeks Saham
Hang Seng dilaporkan jatuh sebesar 449,20 poin menjadi 23.229,21.
Bank-bank besar, termasuk HSBC, Citigroup, Bank of China, Standard Chartered, dan DBS,
bahkan terpaksa menutup sejumlah kantor cabang mereka dan meminta pegawai bekerja dari
rumah atau kantor cabang sekunder lain.
Menyikapi eskalasi unjuk rasa di Hongkong, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI)
Hongkong mengimbau warga Indonesia tidak mendatangi lokasi unjuk rasa. Konsul
Pensosbud KJRI Helena Tuanakotta mengatakan, tiga wilayah yang perlu dihindari adalah
Mongkok, Causeway Bay, dan Admiralty.
Apabila tidak ada keperluan yang sangat mendesak, kami menganjurkan kepada warga
Indonesia yang berada di Hongkong agar tidak keluar, kata Helena.
Ia menambahkan, meskipun KJRI Hongkong berada di wilayah Causeway Bay, konsulat
tetap memberikan pelayanan seperti biasa. (AFP/BBC/REUTERS/DWA/JOS)


Irlandia Bantu Apple
Gelapkan Pajak

LONDON, SENIN Uni Eropa menuduh perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat,
Apple, mendapatkan bantuan dari Pemerintah Irlandia. Itu sebabnya, selama dua dekade
Apple menikmati fasilitas pajak rendah karena dukungan yang dianggap ilegal menurut UE.
Demikian diberitakan harian Inggris The Financial Times, Senin (29/9).
Sebuah komisi UE telah melakukan investigasi terhadap kebijakan perpajakan Irlandia, yang
secara de facto mengenakan pajak rendah di bawah 2 persen. Namun, ditemukan bantuan
sengaja dari Pemerintah Irlandia yang memungkinkan Apple menggelapkan pajak.
Departemen Keuangan Irlandia mengonfirmasikan, UE kemungkinan akan memublikasikan
sebuah dokumen terkait isu itu. Akan tetapi, dikatakan komisi UE tidak menyebut secara
khusus bahwa ada bantuan negara di balik kasus itu.
Irlandia yakin tidak ada pelanggaran dalam kasus ini dan telah mengeluarkan respons formal
pada awal September 2014, demikian pernyataan Departemen Keuangan Irlandia.
Sejak Juni UE telah meneliti skema bantuan negara Irlandia yang memungkinkan Starbucks
dan Fiat (Italia) menggelapkan pajak. UE tidak saja menyelidiki bantuan Pemerintah Irlandia,
tetapi juga Pemerintah Belanda dan Luksemburg.
Irlandia terkenal sebagai pilihan utama untuk markas bisnis di kawasan Eropa oleh beberapa
perusahaan multinasional, termasuk Amazon, Facebook, PayPal, dan Twitter.
Apple memilih kota York di barat daya Irlandia sebagai markas di Eropa. Di kota ini Apple
mempekerjakan 4.000 orang untuk bisnisnya.
Irlandia memiliki tingkat pajak perusahaan setinggi 12,5 persen. Besaran pajak ini dikritik
oleh sejumlah negara anggota UE sebagai tidak adil karena hampir semua negara UE
mengenakan pajak lebih tinggi. Irlandia kukuh membela tingkatan pajak tersebut.
Negara surga pajak
Akan tetapi, masalah yang terjadi adalah Irlandia tidak memungut pajak 12,5 persen, tetapi
jauh lebih rendah. Hal itu dimungkinkan karena Irlandia mendukung korporasi melakukan
rekayasa yang dikenal dengan sebutan Double Irish.
Pada awal bulan ini Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mulai
meredam praktik penggelapan pajak oleh perusahaan multinasional.
Berdasarkan skema Double Irish, sebuah perusahaan akan membayar pajak setara dengan
tingkat pajak yang berlaku di negara-negara surga pajak (safe havens). Sebagai contoh, meski
Apple memiliki markas di Irlandia, perusahaan ini dimungkinkan membayar pajak rendah.
Hal itu dilakukan dengan mendirikan lagi sebuah anak perusahaan yang bermarkas di negara
surga pajak.
Ditemukan indikasi bahwa Pemerintah Irlandia memfasilitasi tindakan seperti itu. Dengan
demikian, Apple hanya dibebani pembayaran pajak rendah sesuai tingkat pajak yang berlaku
di negara lokasi anak perusahaan Apple.
Perusahaan Apple belum memberikan respons atas berita tersebut. Namun, selama ini Apple
selalu membantah tuduhan serupa. Irlandia pun terus membela diri.
(AFP/AP/REUTERS/MON)









Pemerintahan Persatuan
Bekerja Pasca Idul Adha

Kairo, Kompas - Anggota komite pusat faksi Fatah, Azzam Ahmad, Senin (29/9),
mengungkapkan, pemerintahan persatuan nasional Palestina akan mulai bekerja secara resmi
di Jalur Gaza dan Tepi Barat pasca Idul Adha.
Seperti dimaklumi, Hamas-Fatah, Kamis pekan lalu, di Kairo, mencapai kesepakatan tentang
kembalinya otoritas Palestina. Ini ditandai dengan aparat keamanannya mengontrol semua
pintu gerbang di Jalur Gaza, mulai dari pintu gerbang Rafah antara Mesir dan Jalur Gaza
hingga pintu gerbang Erez antara Israel dan Jalur Gaza.
Menurut Ahmad, seperti dikutip harian Jordania Al-Ghad, kesepakatan Kairo memuat
mekanisme pelaksanaan kesepakatan tersebut.
Adapun Pelapor Khusus PBB tentang situasi HAM di wilayah Palestina yang diduduki Israel
sejak tahun 1967, Makarim Wibisono, dalam laporan investigasinya yang disebarluaskan di
Kairo mengungkapkan kekhawatirannya melihat dampak konflik Gaza terhadap penduduk
sipil.
Wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, melaporkan, Wibisono berada di
Amman dan Kairo selama sepekan lalu untuk investigasi perkembangan terakhir di Jalur
Gaza dan Tepi Barat.
Wibisono mengemukakan kekhawatirannya atas biaya luar biasa yang dipikul penduduk sipil
Palestina, khususnya anak-anak di Gaza, sebagai akibat dari operasi militer Israel yang
berlangsung 50 hari, sejak 7 Juli sampai dengan 26 Agustus 2014.
Wibisono telah mengunjungi para korban konflik Gaza yang dirawat di Rumah Sakit Raja
Hussein di Amman. Korban itu antara lain Manar, gadis berusia 14 tahun, berasal dari Beit
Hanoun, yang telah kehilangan dua kakinya akibat serangan brutal Israel. Manar juga
kehilangan ibunya dan tiga saudara kandungnya dalam serangan yang sama.
Rangkaian kekerasan terakhir di Gaza telah membunuh 1.479 orang, dengan 506 orang di
antaranya anak-anak. Sebanyak 11.231 penduduk sipil Palestina mengalami cedera dan luka-
luka, termasuk 3.436 anak-anak. Banyak anak-anak seperti Manar yang sekarang berjuang
dengan cacat badan seumur hidup. Lebih dari 10.000 anak-anak mengalami trauma akibat
menyaksikan sendiri, di depan matanya, pembunuhan keji terhadap anggota keluarganya,
teman-temannya, dan tetangganya.
Wibisono mengamati bahwa kecenderungan yang memprihatinkan itu telah berkembang
sebagai akibat dari tiga operasi militer Israel selama enam tahun terakhir yang telah
mengabaikan hak-hak asasi manusia.
Wibisono menegaskan, Israel harus segera mencabut blokade darat, laut, dan udara terhadap
Gaza, serta segera mengizinkan masuknya bahan-bahan material untuk rekonstruksi dan
pemulihan wilayah Gaza yang luluh lantak.











Tim Pencari Temukan Lagi
Lima Korban

TOKYO, SENIN - Di tengah bahaya embusan gas beracun, tim pencari hari Senin (29/9)
menemukan lagi lima jenazah di dekat puncak Gunung Ontake yang meletus Sabtu lalu.
Letusan tiba-tiba gunung yang berada lebih kurang 200 kilometer di barat Tokyo, Jepang, itu
sejauh ini telah menewaskan 36 orang. Dikhawatirkan jumlah korban akan terus bertambah
karena gunung tersebut meletus ketika banyak pendaki, termasuk anak-anak, berada di
gunung itu.
Seorang juru bicara polisi mengatakan, kelima jenazah itu ditemukan tidak jauh dari 31
jenazah yang telah ditemukan pada Minggu lalu.
Ratusan petugas pemadam kebakaran, polisi, dan tentara, yang didukung pencarian udara
dengan menggunakan helikopter, sepanjang Senin terus berupaya mencari korban yang masih
terjebak di gunung berketinggian 3.067 meter itu.
Seorang perwira tentara Jepang yang ikut dalam pencarian mengatakan, tim penolong
dilengkapi dengan helm, rompi anti peluru, kacamata, dan masker untuk melindungi diri dari
setiap letusan baru. Saya melihat batu berukuran hingga 1 meter kubik terlempar ke udara,
katanya.
Tebalnya abu juga menghalangi upaya tim pencari untuk menemukan korban lain. Operasi
pencarian dihentikan pada Senin sore karena kekhawatiran munculnya gas beracun.
Ontake adalah salah satu gunung berapi yang tergolong aktif di Jepang. Letusan besar
terakhir terjadi pada 1979. Tujuh tahun lalu gunung tersebut juga meletus.
Para pendaki gunung mengatakan, mereka tidak mendapat peringatan saat hendak mendaki
Ontake pada Sabtu lalu. Ketika tiba-tiba Ontake meletus, ratusan orang terperangkap.
Saya merasakan embusan angin panas di punggung saya dan saya segera berjongkok ke
tanah. Saya merasa akan mati, kata seorang pria.
Di luar prediksi
Apa yang terjadi pada Sabtu lalu berada di luar metode prediksi kami saat ini, kata
Toshitsugu Fujii, Kepala Badan Meteorologi Jepang.
Fujii juga mengatakan sulit meramalkan kapan gunung meletus. Hal itu didukung oleh
sejumlah ahli lainnya, apalagi tidak ada perubahan lain pada Gunung Ontake.
Terkait letusan Ontake, Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan, letusan
gunung itu tidak berdampak pada reaktor nuklir Sendai yang berada di barat daya Jepang.
Suga menambahkan, Badan Meteorologi Jepang yang memonitor aktivitas gunung berapi
mempertimbangkan kembali sistem pengawasan mereka.
Perdana Menteri Shinzo Abe menyatakan belasungkawa tulus kepada para korban dan
berjanji untuk melakukan upaya maksimal dalam menyelamatkan korban.(AFP/Reuters/JOS)










Pengangguran Masalah
Serius
Lulusan Perguruan Tinggi Masih Perlu
Bekali Diri

JAKARTA, KOMPAS Penganggur terdidik dari perguruan tinggi pada jenjang
diploma ataupun sarjana yang masih tinggi menjadi ancaman serius dalam persaingan
tenaga kerja menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Sejauh ini, kajian
tentang lulusan perguruan tinggi di Indonesia dan relevansinya dengan dunia kerja
belum selesai.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Illah Sailah mengatakan, saat ini
sedang diadakan tracer study (penelusuran rekam jejak alumni). Studi itu memberikan
gambaran jejak lulusan perguruan tinggi dan relevansinya dengan dunia kerja.
Dari studi itu didapat informasi penyerapan alumni di dunia kerja, perkembangan karier, dan
sejauh mana pendidikan di perguruan tinggi membekali alumni untuk sukses di dunia kerja.
Belum selesai kajiannya, kata Illah, di Jakarta, Senin (29/9).
Seperti diberitakan sebelumnya (Kompas, 29/9), saat ini, lebih dari 600.000 lulusan
perguruan tinggi Indonesia menganggur. Penganggur intelektual itu sebagian besar lulusan S-
1, yakni 420.000 orang, dan sisanya lulusan diploma.
Data Badan Pusat Statistik Februari 2014 mencantumkan pengangguran terbuka lulusan
universitas di Indonesia berjumlah 398.298 orang. Jumlah itu setara dengan 4,31 persen dari
total pengangguran terbuka sebanyak 7.147.069 orang.
Terkait kemampuan perguruan tinggi menyiapkan lulusan yang dapat bersaing di pasar kerja
ASEAN, Illah mengatakan, Ditjen Pendidikan Tinggi menyiapkan program student
mobility dengan sistem alih kredit. Mahasiswa bisa kuliah di perguruan tinggi negara-negara
ASEAN selama satu semester atau lebih dan perolehan kreditnya diakui. Ada pula sistem uji
kompetensi untuk tenaga kesehatan. Hal itu agar perawat, bidan, dokter, dan dokter gigi
memiliki kompetensi untuk bersaing dengan tenaga kesehatan dari negara asing.
Serius
Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid mengingatkan
agar pemerintah serius menyiapkan rencana tenaga kerja. Dengan demikian, diketahui
perkiraan kebutuhan lulusan perguruan tinggi dalam bidang-bidang yang dibutuhkan.
Pembukaan program studi lebih mengikuti tren. Sekarang ini, misalnya, menjadi guru
diminati, program pendidikan guru dibuka di mana-mana, kata Edy.
Demikian juga program studi ekonomi yang dimiliki hampir semua perguruan tinggi, harus
bisa dikaji kebutuhannya. Jika berlebih, hanya akan menimbulkan penganggur terdidik.
Menurut Edy, dengan acuan rencana tenaga kerja, terjadi sinergi antara pemerintah
(Kementerian Tenaga Kerja, Badan Pusat Statistik, dan Kemdikbud), dunia usaha, serta
perguruan tinggi.
Terkait tracer study, menurut Edy, belum semua perguruan tinggi serius melakukannya.
Umumnya, pelaporan perguruan tinggi lebih untuk kebutuhan akreditasi dibandingkan untuk
memotret keterkaitan perguruan tinggi dengan dunia kerja.
Pilih-pilih
Keinginan mencari pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, dan ilmu membuat wisudawan rela
menunggu hingga satu tahun, bahkan lebih. Sementara menunggu, mereka membekali diri
dengan kursus bahasa asing dan memperluas jaringan. Mereka menyadari, untuk bersaing di
era ekonomi terbuka dibutuhkan keterampilan, termasuk berbahasa asing, seperti bahasa
Inggris.
Pekerjaan yang spesifik untuk ilmu yang saya pelajari masih terbatas. Saya tak berminat
masuk pekerjaan yang umum, seperti di bank atau perusahaan swasta, kata I Nyoman Alit
Anggara (24), alumnus Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Senin.
Hal senada diungkapkan Arum Sejati (24), alumnus Fakultas Hukum UGM. Menurut dia,
persaingan mendapatkan pekerjaan berat karena jumlah pekerjaan jauh lebih sedikit
dibandingkan wisudawan. Pekerjaan yang saya inginkan pembukaan lowongannya sedikit,
hanya beberapa tahun sekali, ujarnya.
Sambil menunggu, mereka meningkatkan keterampilan. Syukri (24), sesama alumnus
Fakultas Hukum UGM, mengungkapkan, sambil menunggu pembukaan lowongan untuk
calon hakim pada Oktober, dia kursus bahasa Inggris dan memperluas jaringan. Rieska Indah
Mulyani, sarjana asal Institut Pertanian Bogor, juga mengikuti kursus agar mendapatkan skor
memuaskan dalam tes International English Language Testing System.(ELN/A07/A15)


Demokratisasi Media
Penyiaran Diperlukan
Jokowi-JK Diminta Perkuat Kewenangan
KPI

YOGYAKARTA, KOMPAS Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla diminta
memperkuat kewenangan Komisi Penyiaran Indonesia untuk mendorong
demokratisasi media penyiaran. Hal itu karena penyebab utama monopoli kepemilikan
dan isi siaran televisi di Indonesia adalah lemahnya kewenangan Komisi Penyiaran
Indonesia mengontrol media penyiaran.
Gagasan itu mengemuka dalam peluncuran dan diskusi buku Mengawal Demokratisasi
Media: Menolak Konsentrasi, Membangun Keberagaman karya wartawan senior Amir
Effendi Siregar di kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin (29/9). Buku
tersebut berisi tulisan-tulisan Amir di berbagai media massa dan diterbitkan Penerbit Buku
Kompas.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Masduki, mengatakan,
pergantian pemerintahan pada tahun ini harus menjadi momentum untuk mendorong
terjadinya demokratisasi media penyiaran. Hal itu karena selama masa pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, upaya mewujudkan iklim demokratis dalam industri penyiaran
selalu gagal karena adanya hambatan regulasi. Akibatnya, kepemilikan televisi di Indonesia
memusat pada sejumlah kelompok dan isi siaran televisi yang memakai frekuensi publik itu
didikte oleh sekelompok elite.
Pemerintahan baru di bawah Jokowi-Kalla (Joko Widodo-Jusuf Kalla) harus didorong agar
memindahkan kewenangan yang selama ini berada di Kementerian Kominfo (Komunikasi
dan Informatika) ke KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dengan merevisi Undang-Undang
Penyiaran. Tanpa migrasi kewenangan itu, praktik monopoli televisi di Indonesia akan sulit
dihapuskan, kata Masduki.
Dia menambahkan, selain kewenangan mengawasi isi siaran, KPI juga perlu diberi
kewenangan untuk mengatur izin frekuensi media penyiaran. Selama ini, kewenangan
memberikan izin frekuensi media penyiaran dipegang oleh Kementerian Kominfo sehingga
pengawasan media penyiaran yang komprehensif tak bisa dilakukan. Selama ini teguran
yang dikeluarkan KPI kepada stasiun televisi kurang digubris karena lembaga itu tak punya
kewenangan terkait frekuensi televisi, tuturnya.
Ketua KPI Judhariksawan mengatakan, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang
Penyiaran sebenarnya memberikan kewenangan cukup besar kepada KPI. Sejumlah pasal
undang-undang itu menyebut KPI harus dilibatkan dalam penyusunan peraturan pemerintah
(PP) sebagai turunan UU Penyiaran. Namun, sejumlah pihak kemudian mengajukan uji
materi undang-undang itu ke Mahkamah Konstitusi sehingga KPI kehilangan kewenangan
untuk ikut membuat PP turunan UU Penyiaran.
Hilangnya kewenangan KPI itulah yang merupakan salah satu sebab utama terjadinya
oligarki media penyiaran di Indonesia saat ini, kata Judhariksawan.
Dia menambahkan, media penyiaran, khususnya televisi, harus diawasi secara ketat karena
operasional televisi menggunakan frekuensi publik. Selain itu, televisi juga bisa masuk ke
ruang pribadi warga dan memberikan dampak besar.
Amir Effendi Siregar menyatakan, demokratisasi media penyiaran harus ditandai adanya
keberagaman dalam dua hal, yakni kepemilikan dan isi siaran. Dari sisi kepemilikan,
pemerintah harus melarang kepemilikan stasiun televisi terpusat pada kelompok tertentu. Isi
siaran televisi juga harus beragam serta tak hanya mencerminkan kondisi dan kepentingan
Jakarta. (HRS)







Polutan Udara Menambah
Risiko

JAKARTA, KOMPAS Lingkungan dengan polusi udara tinggi meningkatkan risiko
kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Oksidan atau molekul oksigen yang tak stabil
akibat polusi udara yang terserap tubuh menyebabkan kerentanan pembuluh darah.
Demikian disampaikan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
(Perki) Anwar Santoso pada Peringatan Hari Jantung Sedunia, Senin (29/9). Data
menunjukkan korelasi positif antara tingginya polusi dengan penyakit jantung dan pembuluh
darah.
Melihat kondisi saat ini, yaitu prevalensi hipertensi 25 persen, prevalensi diabetes melitus 5-
10 persen, prevalensi kolesterol tinggi 40 persen, dan prevalensi merokok 30 persen,
ditambah polusi udara tinggi, risiko penyakit jantung dan pembuluh darah akan kian berlipat.
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih rendah, ujar Anwar.
Ketua Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Amiliana M Soesanto menambahkan, penyakit kardiovaskular di Indonesia sudah
menjadi ancaman yang patut diperhatikan. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), penyakit kardiovaskular, termasuk jantung koroner dan stroke, merupakan
pembunuh nomor satu di dunia. Sebanyak 30 persen kematian dunia pada 2005 disebabkan
penyakit itu.
Menurut Anwar, memerangi oksidan dalam tubuh membutuhkan konsumsi sayuran dan buah
yang banyak. Hidup sehat dengan mengurangi konsumsi gula, garam, dan lemak juga perlu
dilakukan. (ADH)




Gajah-gajah Kian Terasing
Oleh: Brigitta Isworo Laksmi



UJARAN yang berbunyi Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak
tampak itu mewujud sebagai realitas di Riau dan Aceh. Hewan berbelalai panjang itu
terabaikan. Gajah kemudian dikeluarkan dari diskursus ranah ekosistem dan keragaman
hayati. Keberadaannya diposisikan sebagai musuh masyarakat sekitar kawasan hutan.
Ancaman utama terhadap gajah sumatera (Elephas maximus) adalah hilangnya tutupan hutan
di dataran rendah dan tanah kering, bukan di daerah gambut sedalam lebih dari 100
sentimeter. Habitat asli mamalia besar ini dataran rendah bervegetasi, ujar Direktur
Konservasi WWF-Indonesia Arnold Sitompul, beberapa waktu lalu.
Gajah tidak hidup di hutan lebat di pegunungan. Gajah butuh hutan dengan bukaan untuk
sinar matahari masuk. Menurut pakar keanekaragaman hayati dari Departemen Biologi
Universitas Indonesia, Jatna Supriatna, Gajah memakan vegetasi yang di bawah, bukan dari
pohon-pohon bertajuk tinggi.
Saat ini, menurut dia, adalah titik krusial. Berada di bibir jurang kepunahan, katanya.
Ironisnya, gajah tak pernah didata. Gajah sumatera merupakan salah satu gajah asia.
Laporan penelitian WWF oleh Ajay A Desai dan Samsuardi, 2009, Status of Elephants in
Riau Province, kini tinggal sekitar 14 persen wilayah dataran rendah tersisa dari luas tahun
1982. Deforestasi lebih luas terjadi pada dataran kering yang sesuai habitat gajah,
dibandingkan kawasan yang tak sesuai untuk habitat gajah. Kurang dari dua dekade, sekitar
80 persen habitat gajah hilang, tulis laporan itu.
Sebaliknya, kata Arnold, kini sekitar 80 persen habitat gajah bersinggungan dengan kawasan
dilindungi. Pemerintah daerah sering melupakan pentingnya konservasi gajah, katanya.
Pembangunan mewujud dalam perluasan permukiman, pertanian, untuk industri bubur kertas
dan kertas, kelapa sawit, serta pertambangan yang menyebabkan habitat gajah kian tergerus.
Akhirnya gajah diburu, gajah masuk ke wilayah pertanian atau perkebunan sehingga muncul
konflik antara manusia dan gajah. Eksistensi gajah kian terancam, kata Arnold.
Berita tentang gajah mati diracun, ditembak, atau kelebihan dosis anestesi menjadi berita
langganan. Berita terakhir, pekan pertama September 2014, tiga gajah ditemukan mati di
Aceh. Satu gajah di antaranya sedang hamil. Beberapa orang ditangkap untuk diperiksa.
Penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan gajah masih amat lemah, ucapnya.
Kawasan hidup untuk kawanan gajah pun semakin terfragmentasi. Habitat gajah terpotong-
potong daerah pertanian dan perkebunan.
Meski terus-menerus terancam kelangsungannya, rasa khawatir gajah akan punah rupanya
belum ada. Hingga sekarang tak ada pendataan populasi gajah. Kini, bersama Lembaga
Biologi Molekuler Eijkman sedang dilakukan penelitian dengan teknik identifikasi individu
melalui DNA dari kotoran gajah di Tesso Nilo, kata Sunarto dari WWF-Indonesia.
Pada Forum Gajah, Maret 2014, disampaikan, estimasi populasi gajah sumatera di alam liar
ada 1.724 ekor. Di Riau ada sekitar 310 gajah. Estimasi, antara lain, didapatkan dari data
pertemuan penduduk dengan gajah di sejumlah area.
Penelitian menghitung populasi gajah bukan hal mudah karena area jelajahnya sekitar 10.000
hektar. Itu minimal, agar bisa bertahan, kata Arnold. Menurut Nyoman Iswarayoga,
Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia, seekor gajah dalam sehari bisa berjalan
sejauh 12 kilometer.
Menghilang
Dalam penelitian WWF-Indonesia yang dilaporkan Juli 2010 dengan pemimpin tim penulis
Yumiko Uryu, Sumatras Forests, Their Wildlife and the Climate, Windows in Time: 1985,
1990, 2000 and 2009, dituliskan, di Sumatera pada 1985 terdapat 2.800-4.800 gajah di 43
area.
Pada 2008, gajah telah punah di 23 areadari 43 area itu Di Riau, tinggal 210 gajah di
sembilan area. Padahal, Riau punya populasi gajah terbanyak di Sumatera, lebih dari 1.600
ekor.
Saat ini, dua habitat gajah yang berpotensi untuk konservasi dalam jangka panjang adalah
Taman Nasional Tesso Nilo dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Menurut Desai dan
Samsuardi, di dua kluster tersebut, fragmentasi berhenti dan terjadi pembalikan. Sementara
kawasan perbatasan dengan tanaman akasia berpotensi menjadi perluasan habitat gajah.
Keseimbangan
Selain gadingnya yang bernilai ekonomi tinggi, nilai penting gajah secara keseluruhan seakan
tak terpikirkan secara umum.
Menurut Jatna, secara filosofis, perlu dipahami prinsip koeksistensi. Untuk hutan tropis,
Indonesia harus berterima kasih kepada gajah yang bisa menyebarkan biji. Daya jelajah yang
jauh turut menebar bibit-bibit vegetasi. Oleh karena tak memahami itu, kata Jatna, manusia
yang menentukan mana yang boleh hidup dan tak boleh. Itu memperciut keanekaragaman.
Menurut penelitian, kata Arnold, bekas tapak gajah menjadi suatu ekosistem tersendiri bagi
serangga kecil.
Sunarto menambahkan, perlakuan tak manusiawi manusia kepada gajah karena manusia
asing pada gajah. Ada penyangkalan bahwa gajah merupakan bagian dari ekosistem yang
sehat. Bahwa manusia dan gajah seharusnya hidup berdampingan.
Akibatnya, manusia tidak menghiraukan kebutuhan gajah. Seharusnya, jalur migrasi gajah
tidak boleh dipotong, rombongan gajah tidak boleh dipecah saat sedang berjalan. Dan,
janganlah gajah dianggap hama.




Harmoni Barca Ancam PSG
Serigala Roma Serbu Markas
Manchester City

BARCELONA, SENIN Barcelona kembali tampil atraktif dan mencetak gol-gol
artistik saat menikam Granada 6-0. Barca bergetar harmonis seperti dawai kecapi yang
berdenting merdu tetapi mematikan. Harmoni itu kini mengancam Paris Saint-
Germain di Liga Champions, Rabu (1/10) pukul 01.45 WIB.
Barcelona bangkit dari penampilan buruk saat gagal melepaskan satu pun tendangan ke
gawang Malaga. Anak-anak asuh pelatih Luis Enrique ini menjawab kritik dengan
menceploskan enam gol ke gawang Granada. Neymar mencetak hattrick, Lionel Messi dua,
dan satu dari Ivan Rakitic yang mengendalikan lini tengah.
Kemenangan besar ini diraih seiring lonjakan level permainan. Barca bermain cepat dan para
gelandangnya bekerja keras memutus aliran bola lawan. Di lini belakang pun Barca belum
kemasukan gol.
Saat ini, saya tidak melihat ada pemain yang tidak bisa tampil brilian di Paris. Bagi saya, itu
sebuah keuntungan, ujar Enrique.
Ini modal krusial saat menantang Paris Saint-Germain (PSG) di Parc des Princes. Laga besar
ini menjadi salah satu ujian Barca di era Enrique. Neymar dan Messi yang semakin padu
dalam kerja sama satu-dua di jantung pertahanan lawan diharapkan menjadi kunci mengoyak
pertahanan anak-anak asuh Laurent Blanc.
Tahun pertama adalah adaptasi, tetapi sekarang saya merasa lebih baik dan bisa bermain
dalam level yang lebih tinggi, ujar Neymar.
Kami disatukan lebih sebagai pasangan dan saya sangat senang dengan gol-gol yang saya
cetak saat ini yang merupakan hasil kerja tim, kata pemain serang asal Brasil itu.
Barca berangkat ke Paris dengan kekuatan penuh. Ini menjadi tantangan berat bagi PSG yang
diragukan bisa diperkuat bomber Zlatan Ibrahimovic. Striker asal Swedia itu sudah absen
dalam dua laga karena cedera tungkai kaki.
Tanpa Ibra, PSG kesulitan mencetak gol seperti saat bermain 1-1 melawan Toulouse, pekan
lalu. Pilihan lini serang menipis menyusul cedera otot paha Ezequiel Lavezzi.
Blanc bisa menurunkan Edinson Cavani di lini depan. Namun, striker tim nasional Uruguay
tersebut belum mencapai permainan terbaiknya musim ini.
Para staf akan melakukan apa pun yang mereka bisa supaya dia (Ibra) bisa pulih tepat
waktu, ujar Blanc yang juga kehilangan bek tengah Thiago Silva.
Cedera pemain yang menghantam PSG itu dinilai oleh Enrique tidak akan mengurangi
kekuatan juara Ligue 1 itu. PSG memang bergantung kepada Ibra. Akan tetapi, mereka juga
memiliki pemain lain yang sama berbahayanya, seperti Cavani.
Namun, bagi bek tengah Barca Jeremy Mathieu, PSG tanpa Ibra akan sangat berbeda. Jika
dia (Ibra) tidak ada, PSG bukanlah tim yang sama, ujar Mathieu.
City-Roma
Di Grup E, Manchester City harus berjuang menuai tiga poin saat menjamu AS Roma. Ini
laga yang sangat berisiko bagi City yang kalah 0-1 dari Bayern Muenchen di laga pertama.
Jika kembali kalah, peluang City lolos ke babak 16 besar sangat tipis.
Ini laga yang sangat penting karena Roma menang di laga pertama mereka dan kami kalah.
Ini akan menjadi grup yang sangat ketat dan kami tidak bisa membuang poin di sini, di
kandang. Sangat penting bagi kami memenangi laga ini, kata Manajer City Manuel
Pellegrini tegas.
City harus berhati-hati melawan tim berjuluk Serigala Roma itu. Musim ini mereka
kembali tampil brilian, selalu menang dalam lima laga di Serie A Italia. Di Liga Champions,
mereka menggulung CSKA Moskwa 5-1.
Di Serie A, Roma baru kemasukan satu gol dan telah mencetak sembilan gol. Jika City terlalu
menggebu mengejar gol, gerombolan Serigala Roma bisa melukai melalui serangan balik
yang cepat dan efektif.
City juga harus membatasi ruang gerak gelandang Miralem Pjanic yang menjadi motor
permainan Roma. (Reuters/AFP/Marca/ANG)




Rossi Hanya Pusing,
Marquez Akui Salah

ARAGON, SENIN Pebalap tim Yamaha Valentino Rossi memaksa diri keluar dari rumah
sakit setelah hasil pemindaian kepalanya tidak menunjukkan ada masalah berarti. Rossi
mengunggah fotonya di Twitter yang menunjukkan dia dalam kondisi baik dan hanya
mengaku pusing.
Hai kawan-kawan, saya baik-baik saja. Hanya sedikit pusing, tulis Rossi, Minggu (28/9).
Sebelumnya, pada MotoGP seri Aragon di siang harinya, Rossi terjatuh dengan keras pada
putaran keempat setelah mencoba menyalip Dani Pedrosa. Rossi hampir tertimpa sepeda
motornya dan harus ditandu tim medis untuk menuju ke pos kesehatan.
Rossi tidak mengalami cedera berarti dan dikirim ke rumah sakit untuk pemindaian kepala.
Saat hasil pemindaiannya tidak menunjukkan ada masalah, para dokter tetap meminta agar
Rossi menginap untuk pencegahan jika ada masalah yang tiba-tiba muncul. Namun, saran
para dokter itu ditolak Rossi.
Valentino pulih dengan cepat. Di Alcaniz, pemindaian kepala negatif, dan meski dokter
lokal meminta dia bermalam, Valentino memaksa keluar, kata Michele Zasa, dokter di
MotoGP.
Setelah keluar dari rumah sakit, Rossi bergabung dengan timnya di markas mereka. Namun,
tim dari Clinica Mobile tetap memantau kondisi kesehatan Rossi sepanjang malam.
Rossi diperkirakan tidak mengalami masalah berarti dan bakal siap berlaga lagi dua pekan
mendatang di Jepang.
Marquez mengaku salah
Sementara itu, Marc Marquez mengakui dirinya salah dalam menerapkan strategi sehingga ia
terjatuh di lintasan basah dan gagal merebut kemenangan.
Ini sepenuhnya kesalahan saya. Sebelum lomba, saya dan tim sudah berdiskusi mengenai
strategi apabila lintasan berubah dari kering menjadi basah. Semua diserahkan pada
keputusan saya karena tidak ada yang mengetahui kondisi lintasan secara tepat selain saya,
papar Marquez.
Marquez tetap melaju di lintasan yang basah karena hujan menggunakan ban kering. Dia
tidak mau masuk ke pit untuk mengganti motor sehingga dia terjatuh dan finis di posisi ke-
13.
Menurut Marquez, dirinya bertahan di lintasan karena hanya mengkhawatirkan jarak pebalap
di belakangnya dan tidak memikirkan risiko berkendara dengan ban kering di lintasan basah.
Saat itu, masih ada Dani Pedrosa dan beberapa pebalap lain yang tidak masuk pit.
Tim memperingatkan hujan akan turun sebelum finis. Namun, saya hanya memikirkan
lomba dan mengabaikan risiko. Saya meminta maaf kepada tim karena saya gagal merebut
hasil bagus, kata Marquez.
Namun, Marquez mengatakan gembira dengan kejadian itu karena mendapatkan tambahan
pengalaman. Pertarungan dengan perubahan cuaca menjelang finis adalah pengalaman
pertama bagi Marquez di MotoGP.
Dani Pedrosa yang juga terjatuh sebelum Marquez menyatakan, insiden itu merupakan
keputusannya yang salah. Pedrosa berharap dapat merebut posisi terdepan dengan terus
bertahan di lintasan basah dengan ban kering. Itu kesalahan saya sepenuhnya, kata Pedrosa
yang finis di posisi ke-14. (AFP/ECA)








Tim Inti Tidak Banyak
Berubah

JAKARTA, KOMPAS Komposisi pemain tim nasional sepak bola U-19 yang akan
dibawa pelatih Indra Sjafri ke kompetisi Piala Asia (AFC) U-19 di Myanmar, Oktober, tidak
mengalami banyak perubahan setelah diciutkan menjadi 23 pemain.
Ini adalah nama-nama final yang akan turun di Piala AFC. Mereka langsung didaftarkan,
kata Sekretaris Badan Tim Nasional (BTN) Sefdin Syaifudin, di Jakarta, Senin (29/9).
Dalam daftar ke-23 pemain yang disodorkan Indra itu, Rully Desrian yang merupakan
penjaga gawang tim Semen Padang U-21 didaftarkan menggantikan Awan Setho Rahadjo
yang masih dalam proses penyembuhan cedera kelingking tangan kiri.
Sebelumnya, Indra menjelaskan, para pemain sudah mengetahui standar yang dia minta
sehingga mereka yang dicoret tahu alasannya.
Tiga pemain yang terpaksa dicoret berada di posisi yang memang gemuk, yaitu lini tengah,
sehingga persaingannya sangat ketat. Mereka adalah Miftahul Hamdi, Irfandi Zein, dan
Yabes Roni yang sering menempati posisi sayap.
Di posisi penjaga gawang, Indra akan membawa Ravi Murdianto, Mochamad Diky Indriyana,
dan Rully Desrian.
Posisi pemain belakang adalah Putu Gede Juni Antara, Mahdi Fahri Albaar, Hansamu Yama
Pratama, Ricky Fajrin Saputra, Sahrul Kurniawan, Muhammad Fatchurohman, Rudolof
Yanto Basna, dan Febly Gushendra.
Di lini tengah, Indra mengandalkan Evan Dimas Darmono, Muhammad Hargianto, Paulo
Oktavianus Sitanggang, Zulfiandi, Ilham Udin Armaiyn, Maldini Pali, Dinan Yahdian Javier,
Hendra Sandi Gunawan, dan Ichsan Kurniawan.
Adapun lini depan diisi trio yang sudah tidak asing lagi, Muhammad Dimas Drajad, Muchlis
Hadi Ning Syaifulloh, dan Septian David Maulana.
Di Piala Asia U-19 tahun 2014, Indonesia berada di Grup B bersama Uni Emirat Arab,
Uzbekistan, dan Australia yang umumnya memiliki keunggulan fisik atas pemain Indonesia.
Pengalaman latihan dan pertandingan di Spanyol diharapkan membuat para pemain semakin
siap. (BTN/OKI)
Buah Upaya Mengeruk
Tabungan


Hasil akhirnya bagaimana, ya? tanya atlet lompat jauh Maria Natalia Londa kepada
wartawan Kompas, Wisnu Aji Dewabrata, yang menunggunya di area wawancara di kolong
Stadion Utama Asiad, Incheon, Korea Selatan, Senin (29/9).
Ternyata, Maria belum sadar, dialah peraih emas lompat jauh Asian Games 2014 yang baru
saja dia ikuti. Dalam lomba itu, lompatan terbaik Maria adalah 6,55 meter. Maria memang
melakukan lompatan terakhir pada giliran awal sehingga dia tidak tahu ukiran lompatan
lawan-lawannya.
Setelah upacara penghormatan pemenang, wajah Maria sangat berseri-seri. Ia menghadiri sesi
jumpa pers dengan wartawan internasional, didampingi Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Tigor M Tanjung dan pelatihnya, I Ketut Pageh. Senyum
lebar selalu tersungging di bibirnya saat melayani pertanyaan wartawan.
Indonesia mengirimkan tiga atlet putri di cabang atletik Asian Games. Mereka ialah Dedeh
Erawati (100 meter gawang), Rini Budiarti (3.000 meter halang rintang), dan Maria di lompat
jauh dan lompat jangkit.
Prestasi puncak di puncak pesta olahraga Asia ini tidak datang tiba-tiba. Maria menjalani
pelatnas atletik bersama pelatih I Ketut Pageh di Pantai Legian, Bali. Latihan rutin dilakukan
di pantai berpasir putih setiap pagi dan sore lengkap dengan lalu lalang para turis. Di
Indonesia, lompat jauh dan jangkit adalah nomor yang sepi peminat. Namun, Maria
menemukan dunianya di dua nomor langka itu.
Saya selalu minta kepada Tuhan agar diberikan yang terbaik. Dari sebelum berangkat, saya
yakin dapat emas, tapi masih perlu diyakinkan pelatih. Kalau kita mau berusaha, pasti bisa,
ujar atlet berusia 23 tahun itu.
Menurut Maria, dengan berlatih keras dan berkat Tuhan, ia optimistis dapat meraih prestasi.
Kalau kita mau usaha, pasti ada hasilnya, kata atlet yang berlatih lompat jauh sejak kelas
III SD dan lompat jangkit sejak kelas VI SD tersebut.
Maria mengaku tidak panik saat lompatannya beberapa kali gagal di final, kemarin. Dalam
pertandingan lompat jauh, kegagalan melakukan lompatan adalah hal yang biasa. Saya
percaya, sebelum lompatan terakhir, siapa pun masih punya peluang juara. Itulah yang
membuat saya yakin, ucap atlet yang meraih dua emas di SEA Games Myanmar 2013 itu.
Pageh yang melatih Maria secara intensif sejak kelas I SMP mengungkapkan, ia melihat
potensi Maria meski, secara postur, Maria tidak terlalu tinggi. Tapi, Maria punya bakat dan
kemauan, kata sang pelatih.
Kemauan segunung untuk mencapai prestasi tertinggi yang mengantar Maria ke podium
tertinggi di Asian Games Incheon. Pageh menuturkan, Maria berhasil meraih emas setelah
melalui tahapan bertahun-tahun. Ia tak mau memaksa Maria mencapai suatu target jika belum
sampai waktunya. Pada SEA Games 2009 yang merupakan SEA Games pertamanya, ia
hanya ditarget perunggu. Pada SEA Games 2011, dia ditarget perak. Saya ditanya kenapa
tidak emas sebab kalau dipaksa harus emas bisa membuatnya cedera. Akhirnya baru pada
SEA Games 2013 Maria dapat emas, papar Pageh.
Rp 2 juta untuk suplemen
Menurut Pageh, atlet jangan dipaksa berprestasi puncak kalau belum saatnya. Ibarat buah
yang dipaksa matang, rasanya tidak enak. Maria pun berjuang meraih medali tanpa banyak
perhatian pemerintah. Menurut Pageh, Maria menyisihkan uang tabungannya Rp 2 juta per
minggu untuk membeli suplemen. Tidak ada bantuan pemerintah untuk membeli suplemen
yang sangat dibutuhkan atlet.
Motivasi lain yang mendorong Maria meraih medali di Asian Games adalah utang Rp 150
juta untuk membangun rumah. Maria berhasil mengumpulkan uang dari bonus atlet Rp 400
juta, tapi untuk membangun rumah perlu Rp 550 juta.
Dia berharap mendapat medali sehingga bisa melunasi utangnya, kata Pageh yang kerap
menalangi dana untuk kebutuhan makanan dan suplemen Maria yang sudah dianggapnya
sebagai anak sendiri.
Tigor mengatakan, prestasi Maria memang mengagumkan, tetapi sebenarnya tidak terlalu
mengejutkan. Sebab, lompatan sejauh 6,55 meter pernah dilakukannya. Dengan catatan itu,
Maria memang berpeluang meraih medali.
Koordinator Cabang Terukur Satlak Prima Hadi Wihardja memuji Pageh karena mampu
membuat kondisi Maria mencapai puncak saat pertandingan. Padahal, waktu persiapan Maria
sejak kedatangan di Incheon sampai hari perlombaan terhitung mepet.



Perjalanan Undang-undang


Penulis dan dokter kesehatan jiwa Nova Riyanti Yusuf (36) akan mengakhiri masa kerjanya
di DPR dengan sebuah buku. Ia menulis cerita perjalanan sebuah undang-undang yang
diperjuangkannya selama bertugas di Komisi IX DPR.
Buku berbahasa Inggris dengan judul A Rookie & Passage of Mental Health Law: The
Indonesian History itu akan diluncurkan pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa, 10 Oktober.
Niatnya ingin membuat buku memoar perjuangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa. Saya
merasa berhak dan wajib membagi perjuangan mengusulkan sebuah undang-undang sebagai
inisiatif pribadi, katanya.
Nova mulai menulis buku pada awal September lalu setelah Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa lahir. Buku yang terbagi dalam tiga bab ini diawali
dengan alasan pentingnya Undang-Undang Kesehatan Jiwa.
Memperjuangkan kesehatan jiwa tidak hanya dalam bentuk undang-undang, tetapi juga
membuat model project, seperti mobile mental health service, ungkap penulis Atas Nama
Jiwa ini.
Nova bercerita tentang asal kata rookie yang diambil dari kamus Merriam-Webster. Artinya,
seseorang yang memulai bekerja dengan sedikit pengalaman.
Ini fakta. Waktu mulai kerja di DPR, saya benar-benar rookie, banyak learning by doing dan
trial and error. Akhirnya berhasil menyelesaikan lima tahun dengan undang-undang,
katanya.
Memilih buku berbahasa Inggris, Nova berharap bisa mengatakan kepada dunia bahwa
Indonesia punya Undang-Undang Kesehatan Jiwa. Indonesia juga pada jalur yang tepat untuk
menyelesaikan masalah pelanggaran HAM, seperti pemasungan sekitar 56.000 orang dengan
gangguan jiwa. (SIE)














TAJUK RENCANA
Menanti Langkah Konkret


KEGERAMAN publik atas walk out-nya 124 anggota Partai Demokrat belum reda. Ekspresi
kegeraman dalam bahasa keras bisa dilihat di media sosial.
Kegeraman publik itu dialamatkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga
Ketua Umum Partai Demokrat. Dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, sebagai ketua
umum partai, sebagai kepala pemerintahan, dan kepala negara, Yudhoyono sebenarnya bisa
menyelamatkan hak rakyat untuk memilih kepala daerah. Harapan publik itu wajar karena
sebenarnya sudah disampaikan Yudhoyono dalam pidato melalui Youtube. Seandainya
Yudhoyono memerintahkan 124 anggota Demokrat mendukung opsi pilkada langsung, hak
rakyat itu tetap aman!
Namun, jangankan berjuang mengamankan opsi pilkada langsung, 124 anggota Demokrat itu
malah meninggalkan ruang rapat paripurna. Juru bicara Fraksi Partai Demokrat, Benny K
Harman, mengumumkan sikap Demokrat yang netral dan melakukan walk out.
Langkah walk out Demokrat sebagai ruling party dengan kekuatan 124 anggota memang
tidak masuk akal. Publik marah dan mencerca. Seandainya saja 124 anggota Demokrat
memberikan suara pada pilkada langsung, pasti citra Yudhoyono tetap baik sebagai Bapak
Demokrasi. Sebagian syarat perbaikan sudah terakomodasi dalam undang-undang. Namun,
sejarah tak mengenal kata jika. Hak rakyat memilih (right to vote) pemimpin daerah telah
diambil DPRD. Inilah warisan menyedihkan.
Menanggapi kemarahan publik itu, Yudhoyono menggelar tiga kali jumpa pers dalam
lawatannya ke luar negeri. Dia menjanjikan bersama rakyat mengembalikan pilkada
langsung. Yudhoyono menyatakan ketidaksetujuannya atas substansi pilkada oleh DPRD.
Penjelasan Yudhoyono tetap ditanggapi skeptis. Tanpa ada penjelasan memadai mengenai
walk out Demokrat, publik susah menerima penjelasan elite Demokratyang penjelasannya
juga berbeda-beda. Penjelasan elite Demokrat soal kesalahan komunikasi all out dan walk
out rasanya terlalu sederhana untuk urusan sepenting itu. Dalam sejumlah media,
berkembang spekulasi bahwa walk out dirancang sejak awal. Ada barter politik di sana.
Dalam ruang samar, memang terbuka ruang untuk menganalisis peristiwa politik, termasuk
dengan mencermati pembagian kursi di pimpinan MPR atau pimpinan DPR, pada 1 Oktober.
Kini, rakyat menunggu langkah konkret yang mau diambil Yudhoyono, baik sebagai Presiden
selaku kepala pemerintahan dan kepala negara maupun sebagai Ketua Umum Partai
Demokrat.
Masih ada ruang bagi Yudhoyono untuk menyelamatkan hak memilih rakyat meskipun ruang
itu kecil karena masa jabatannya berakhir 20 Oktober 2014. Karena itulah, kekuatan
masyarakat sipil yang nyata-nyata dirugikan hak konstitusionalnya bisa menyusun
permohonan uji materi ke Mahkamah Konstitusi. Dalih uji materi tidak hanya didasarkan
pada soal konstitusionalitas pilkada DPRD, tetapi juga asas kepastian hukum dan pencabutan
hak politik warga negara (right to vote).














TAJUK RENCANA
India dan Misi Mars


INDIA senantiasa memunculkan kontras dan kejutan. Selain soal kemiskinan atau kecelakaan
transportasi, India tampil dengan berita spektakuler.
India mencatat keberhasilan dalam misi ke Planet Mars, planet keempat dari Matahari dalam
tata surya kita. Setelah diluncurkan Desember 2013, pada Rabu 24 September lalu wahana
bernama Mangalyaan, yang merupakan karya putra-putri India, tiba di orbit Mars. Dengan
itu, India menjadi negara pertama di Asia yang mampu meluncurkan wahana antariksa ke
orbit Mars.
Sebelum ini, hanya negara adidaya Amerika Serikat, Rusia, dan kemudian Eropa yang
memiliki kemampuan ini. Jepang pernah mencoba, tetapi gagal. Rusia yang berhasil
membawa wahana ke orbit masih belum berhasil mengoperasikan wahana pendaratnya di
Mars.
Semua itu memperlihatkan, teknologi ruang angkasa merupakan teknologi canggih yang
hanya dikuasai sedikit orang di dunia. Tiongkok akhir-akhir ini juga memperlihatkan
kemajuan berarti dengan keberhasilan meluncurkan antariksawan dan kini sedang
mempersiapkan stasiun ruang angkasa.
Menyebut Tiongkok hanya untuk menegaskan, program ruang angkasa lazimnya baru bisa
dilakukan setelah negara mencapai tingkat kemajuan ekonomi tertentu. Maklum, jika masih
banyak rakyat hidup di bawah tingkat sejahtera, program antariksa hanya akan dianggap
sebagai mercusuar yang tidak relevan.
Yang menarik memang India. Benar negara ini sudah banyak mencapai kemajuan di bidang
perekonomian sehingga dimasukkan dalam kelompok BRIC yang terdiri dari Brasil, Rusia,
India, dan Tiongkok. Namun, juga harus diakui, masih banyak pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan India untuk memakmurkan mayoritas rakyatnya.
Jadi, mengapa ketika masih banyak rakyat belum sejahtera, India meluncurkan wahana ke
Planet Mars?
Di sinilah persisnya kita melihat visi India yang jauh, dan bukan kali ini saja kita melihat
bukti akan visi konsisten India. Boleh jadi didorong oleh kebutuhan untuk survival, karena
hidup dikelilingi oleh negara pesaing, India lalu memutuskan langkah strategis.
Dalam visi ini, negara mungkin masih punya PR untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
tetapi bangsa tidak boleh kehilangan visi dan komitmen terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi, industri, dan manufacturing. Melalui program ke Mars, India bisa memperlihatkan
inovasi, proyek ruang angkasa bisa dilaksanakan dengan biaya relatif murah. Proyek Mars
AS menelan 671 juta dollar AS, sementara proyek India hanya butuh 74 juta dollar AS.
Kita juga yakin, melalui proyek Mars, pemimpin India ingin terus menebarkan semangat
ilmiah bagi generasi muda agar menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir, yang
bisa membawa negara pada kejayaan.












Tujuan Universitas

Oleh: Daoed Joesoef


Pikiran memindahkan pendidikan tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ke
Kementerian Riset dan Teknologi adalah demi terwujudnya integrasi yang lebih baik antara
fungsi keilmuan pembelajaran universiter dengan riset dan teknologi industrial.
Di Indonesia sebenarnya sudah ada beberapa lembaga ilmiah yang menangani riset yang
diharapkan itu atau membuhul kontrak kerja dengan komunitas bisnis, yaitu Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), atau
lembaga penelitian lain. Bukankah di lembaga-lembaga tersebut ada guru besar riset yang
membuat riset tidak dalam rangka perkuliahan (pendidikan), tetapi demi pembangunan dunia
bisnis dan industri.
Kalau bersamaan dengan hal itu, sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi dosen dituntut
menjadi ujung tombak di bidang riset, tentu bisa saja tanpa harus memindahkannya ke jajaran
Kemristek. Hal ini wajar mengingat universitas/institut merupakan kumpulan dari the
relatively best brains of the country.
Riset sudah membudaya
Adapun riset, sejatinya, sudah ada sejak awal pembentukan perguruan tinggi, sudah
membudaya dan bukan hal yang baru lagi. Bagi dosen, melaksanakan riset merupakan satu
panggilan karena pekerjaannya lebih merupakan vokasi ketimbang profesi. Nyaris semua
ilmuwan yang mendapat anugerah Nobel adalah guru besar yang memanfaatkan fasilitas di
lembaganya atau menggunakan dana pribadi.
Madame Curie yang mempelajari radioaktivitas alami, misalnya, menyewa bekas gudang
batubara sebagai laboratorium riset. Dia memakai sisa-sisa batubara sebagai bahan bakar dan
ketika bahan ini habis, dia pakai perabotan rumahnya sendiri karena ketiadaan uang. Dia
menerima penghargaan Nobel dua kali, dalam fisika (1903) dan kimia (1911), dan menjadi
perempuan pertama yang dikukuhkan menjadi guru besar di Sorbonne. Mengenai dia,
Einstein berkata, she is the only person where glory had not corrupted.
Sumbangan universitas/institut dapat berupa periset yang ia cetak melalui proses
pendidikannya. Periset lalu berkarya di lembaga-lembaga penelitian, di pusat-pusat penelitian
di perguruan tinggi, maupun badan-badan R&D perusahaan. Mereka inilah yang
melaksanakan riset fundamental maupun riset terapan yang bertujuan untuk mengembangkan
ilmu, meningkatkan daya produktif dan daya saing industrial, dan kemudian dipatenkan.
Di samping ini para dosensecara individual atau berkelompoktetap harus turut
berpartisipasi dalam riset seperti itu di lingkungan universitas/institut. Dapat dibayangkan
empat jenis kegiatan riset yang relevan, yaitu (i) riset fundamental bebas, (ii) riset
fundamental terarah (yang berusaha mendalami satu sektor khusus di bidang pengetahuan),
(iii) riset terapan yang bertujuan mendapat solusi dari masalah praktis, dan (iv) studi terapan
yang dipusatkan pada eksploitasi efektif ilmu pengetahuan demi perbaikan produksi barang
dan jasa.
Kegiatan riset ini dipaparkan dalam makalah dan/atau jurnal yang beredar di komunitas
ilmiah regional dan internasional. Dari isi paparan itulah komunitas ini lalu menetapkan
ranking keilmuan dari universitas/institut berdasarkan kriteria yang disepakati. Ranking ini
pada gilirannya menentukan gengsi akademis dari universitas/institut yang bersangkutan.
Riset seperti itu pasti memerlukan dana dan ia bukan tidak ada di Kemdikbud. Namun,
penyalurannya semakin tidak memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan dan kekisruhan
inilah yang menyebabkan beberapa rektor mengusulkan agar PT dipindah saja ke Kemristek.
Mengenai siapa yang menjadi pengelola dana riset ini pasti perlu pembahasan tersendiri.
Namun, dalam kesempatan ini ada baiknya dikemukakan kehadiran sebuah lembaga sejak 30
Januari 2012, berbentuk Badan Pelayanan Umum, bernama Lembaga Penyalur Dana
Pendidikan (LPDP), berada di jajaran Kementerian Keuangan. Dana yang dikelola lembaga
ini meliputi antara lain beasiswa dan pendanaan riset. Sampai sekarang tidak ada keluhan
mengenai kinerjanya, dana yang dikelola diaudit dengan baik, tidak melakukan riset atas
nama sendiri, semata-mata melayani kebutuhan dana dari Kemdikbud, Kementerian Agama,
dan individu untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Apabila masalah pendanaan riset sudah terjawab, ada masalah lain yang membayangi
kegiatan riset oleh universitas/institut, yaitu akibat sampingan yang bisa merusak holisme
pemikiran universiter. Akibat sampingan ini justru timbul apabila riset dilakukan
sebagaimana seharusnya correct, terarah, dan dengan penuh tanggung jawab. Maka
kemungkinan ini perlu direnungi bersamaan dengan pengambilan keputusan riset agar jauh-
jauh hari sudah disiapkan cara menanggulangi konsekuensi yang tidak dikehendaki itu.
Pembagian radikal
Bayangkan! Tiga dari keempat jenis riset tersebut mengakibatkan lahirnya suatu pembagian
radikal dalam pengetahuan, suatu kompartementalisasi ketat, suatu superspesialisasi bidang
riset/pengetahuan. Berarti, spesialisasi menjadi semakin sempit dan tajam, para peneliti
semakin dikondisikan oleh logika intern dari sektor-sektor yang digarap. Setiap orang sibuk
menggali salurannya sendiri, setiap orang mengunci diri dalam biro dan laboratoriumnya,
hingga pertemuan antarpribadi akademisi menjadi semakin jarang. Maka kontak antara
anggota-anggota dari universitas dan institut yang sama menjadi semakin lemah dan
terjadilah isolasi human dari individu.
Universitas/institut cenderung menjadi pemusatan guru besar dan dosen-dosen muda yang
superspesialis, yang tidak lagi menguasai jenis-jenis pengetahuan yang memungkinkan
transmisi high knowledge, mengabaikan kompleksitas dari realitas dan kesukaran manusia
untuk memahaminya. Mereka puas dengan menghasilkan teknokrat yang juga puas dan
bangga dengan pengetahuan spesialistisnya, tidak mau tahu dengan pengetahuan teknokratis
lain. Mereka anggap wajar kalau masing-masing bertanggung jawab atas solusi dari masalah
khas masing-masing. Padahal, masalah gawat biasanya timbul pada konjungsi antara solusi-
solusi sepihak yang diambil secara terpisah. Lalu masalah ini tanggung jawab siapa?
Universitas/institut ditantang untuk melawan kecenderungan yang merusak holisme
pemikiran universiter. Sementara fakultas dari universitas dan departemen dari institut
membanjiri masyarakat dengan spesialis bidang tertentu yang memang dibutuhkan,
universitas/institut perlu mengimbanginya dengan menghasilkan lulusan terlatih menurut
pendekatan keterkaitan monodisiplin pokok.
Untuk keperluan ini universitas/institut membuka suatu program pembelajaran S-2 dan S-3.
Dengan menangani sendiri pelaksanaan program ini, universitas/institut berarti tidak hanya
berfungsi administratif, koordinator dari fakultas/departemen yang dicakupnya, tetapi
melaksanakan pula fungsi edukatif, sesuai dengan khitah awal jadinya.
Kuliah program ini membahas subjeknya melalui visi poliokuler. Kuliah pembangunan atau
kesehatan nasional, misalnya, terang akan lebih mencerahkan apabila semua aspek dibahas
sama penting. Yang menjadi concern perkuliahan universitas/institut bukanlah suatu sintetis,
tetapi suatu pikiran yang tidak pecah di perbatasan antardisiplin. Yang menjadi perhatian
adalah gejala multidimensional dan bukan disiplin yang mengiris-iris dimensi di gejala.
Sebab, apa-apa yang human adalah sekaligus psikis, sosiologis, ekonomis, historis,
demografis, antropologis. Maka penting bahwa aspek-aspek tersebut tidak dipisah-pisah,
diabstraksi dengan asumsi ceteris paribus, tetapi dikerahkan menjadi satu visi poliokuler.
Ini bukan perkuliahan yang mengada-ada. Kompleksitas adalah suatu gejala yang didesakkan
oleh realitas kepada kita dan yang tidak dapat ditolak begitu saja. Yang perlu ditentang
adalah simplifikasi arogan yang memuja formalisasi yang mereduksi kesatuan global jadi
unsur-unsur konstitutifnya. Perkuliahan ini bukan hendak mengetengahkan sistem
kompleksitas, tetapi menyadarkan adanya uncontourable problem of complexity.
Mungkin mahasiswa yang tertarik pada program ini tidaklah banyak. Tidak apa, sebab not the
many is good, but the goodness is many.
Ketahuilah bahwa kemajuan kita selaku bangsa tidak akan bisa lebih cepat daripada
kemajuan pendidikan nasional. Ia memang butuh pembenahan agar bisa maju, tetapi bukan
dengan jalan mengubah strukturnya. Para pengasuhnya perlu diganti besar-besaran. Kalau di
suatu rumah diketahui ada maling, sebagai perbaikan bukan rumah itu yang harus dibakar,
tetapi malingnya yang harus ditangkap.


DAOED J OESOEF
Alumnus Universit Pluridisciplinaires Pantheon-Sorbonne












Demokrasi Tanpa Hikmat-
Kebijaksanaan

KEBAIKAN itu tidak datang dari niat buruk. Politik memang bekerja atas dasar kepentingan.
Namun, dalam politik beradab, kepentingan itu harus diletakkan sesuai dengan makna politik
itu sendiri; penyelesaian masalah melalui praktik-praktik etis deliberasi dan argumentasi demi
kebajikan hidup bersama.
Demokrasi Pancasila bekerja dalam kerangka etis cita kerakyatan, cita permusyawaratan, dan
cita hikmat-kebijaksanaan. Cita kerakyatan hendak menghormati suara rakyat; dengan
memberikan jalan bagi peranan dan pengaruh besar rakyat dalam pengambilan keputusan
oleh pemerintah. Cita permusyawaratan memancarkan kehendak untuk menghadirkan negara
persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan dan golongan, dengan mengakui
kesederajatan/persamaan dalam perbedaan.
Cita hikmat-kebijaksanaan merefleksikan orientasi etis bahwa kerakyatan yang dianut
bangsa Indonesia bukan kerakyatan yang mencari suara terbanyak semata, melainkan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat-kebijaksanaan. Orientasi etis (hikmat-kebijaksanaan)
ini dihidupkan melalui daya rasionalitas, kearifan konsensual, dan komitmen keadilan yang
menghadirkan sintesis terbaik.
Rambu-rambu etis demokrasi Pancasila itu tidak diindahkan dalam keputusan dramatis
menyangkut Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah. Jebolnya semangat kekeluargaan
membuat pembelahan politik yang saling menafikan: apakah bersama kami atau bersama
mereka; tanpa menyisakan ruang bagi kemungkinan sintesis terbaik.
Dalam semangat saling menafikan, yang pertama kali dimatikan adalah penalaran. Di negara
demokratis di dunia, pilkada bisa dilakukan langsung atau tidak langsung. Keduanya sama-
sama demokratisnya meski kecenderungan global kian mengarah ke pilkada langsung. Yang
harus dilakukan adalah memahami secara baik prinsip-prinsip penerapan kedua model
pemilihan itu serta plus-minus penerapan kedua model pilkada tersebut dalam pengalaman
Indonesia.
Di kebanyakan negara Eropa, pilkada dilakukan tidak langsung. Dengan ketentuan, partai
pemenang diberikan kesempatan untuk membentuk pemerintahan. Penghormatan kepada
partai pemenang ini penting karena mencerminkan arus kehendak di akar rumput. Apabila
partai pemenang tidak berhasil membentuk pemerintahan, barulah partai pemenang kedua
diberi kesempatan, dan seterusnya berdasarkan urutan.
Di belahan dunia lain, beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan
Filipina, melakukan pilkada langsung. Negara dengan tingkat pluralitas masyarakat yang
tinggi, di luar negara komunis (bekas komunis), cenderung ke pilkada langsung.
Yang harus dilakukan Indonesia adalah memilih sistem yang sesuai dan efektif dalam
konteks sosiokultural bangsa ini. Harus ditekankan bahwa Pancasila tidak memihak pilkada
langsung atau tak langsung. Kepedulian Pancasila hanya ingin memastikan sistem apa pun
harus menghasilkan pemerintahan yang menghormati daulat rakyat dengan menjadikan
warga sebagai subyek berdaulat, bukan obyek tindasan dan manipulasi tirani oligarki
penguasa atau pemodal.
Indonesia punya pengalaman menerapkan pilkada tidak langsung dan langsung. Keduanya
tidak berujung pada penghormatan daulat rakyat. Dalam sistem pertama, aspirasi rakyat
dibajak oligarki elite partai; kedua, dibajak oligarki pemodal. Kita harus mengevaluasi
sumber-sumber distortif dari kedua sistem itu dan menemukan sistem mana yang lebih cocok
diterapkan dengan segala perbaikannya.
Menerapkan pilkada tidak langsung mengandaikan bahwa anggota-anggota Dewan adalah
orang-orang dengan moralitas dan akuntabilitas publik yang bisa diandalkan sehingga bisa
memilih pemimpin harapan publik. Apakah prasyarat itu bisa dipenuhi DPRD kita yang
merupakan produk biaya politik yang mahal? Dalam pilkada tak langsung, konvensinya
adalah pemberian kesempatan kepada partai pemenang untuk membentuk pemerintahan.
Masalahnya, dalam sistem multipartai yang begitu kompleks, pembentukan koalisi selalu
rumit dan tidak ada jaminan partai pemenang bisa mudah meraih dukungan mayoritas. Sistem
ini juga mempersempit akses masuk kandidat-kandidat alternatif. Dengan demikian,
gelombang aspirasi rakyat mudah terdistorsi oleh persekongkolan kepentingan elitis.
Menerapkan pilkada langsung menggelembungkan biaya politik, baik untuk penyelenggaraan
maupun kampanye. Situasi inilah yang menjadi pintu masuk bagi korupsi dan penetrasi
pemodal dalam penguasaan sumber daya di daerah. Sistem ini juga rawan bagi manipulasi
politik identitas di akar rumput. Namun, sistem ini lebih membuka ruang partisipasi dan
dapat menghindari pembajakan aspirasi rakyat oleh persekongkolan elite partai. Sistem ini
juga menjadi solusi atas kesulitan partai pemenang membentuk pemerintahan dalam sistem
multipartai yang kompleks.
Oleh karena itu, sistem pilkada langsung bisa menjadi pilihan saat ini, dengan sejumlah
perbaikan yang bisa mengatasi mahalnya biaya politik dan politisasi identitas. Proposal
perbaikan ini sesungguhnya telah diajukan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY). Sayang proposal ini setengah hati; terkesan sebagai usaha menohok
dengan cara menghindar. Sebagai presiden, SBY semestinya sudah harus memasukkan
proposal perbaikan ini dalam RUU yang diajukan pemerintah. Partainya juga bisa beraliansi
dengan kekuatan pro pilkada langsung sebagai batu lompatan menuju proposal perbaikan.
Mengetahui masalah tanpa berusaha memperjuangkannya adalah pertanda kepengecutan.
Pilihan lainnya adalah mengombinasikan pilkada langsung dan tak langsung. Pilkada
langsung bisa diterapkan untuk kabupaten/kota. Pilkada tak langsung untuk provinsi. Di luar
itu, apabila kita datang dengan visi otonomi asimetris, soal pilkada ini sesungguhnya bisa saja
diserahkan kepada daerah masing-masing untuk menentukan pilihan terbaik sesuai konteks
lokal. Alhasil, banyak pilihan yang bisa didiskusikan sebelum ketuk palu. Namun, dalam
politik tanpa hikmat-kebijaksanaan, penalaran sudah dimatikan oleh kepentingan dan
kesumat.


YUDI LATI F
Pemikir Kenegaraan dan Kebangsaan









Dewan Presiden

Oleh: Bahrul Ilmi Yakup

Kegagalan Joko Widodo-Jusuf Kalla mewujudkan struktur kabinet ramping dengan jumlah
pos kementerian lebih kecil daripada 34, sebagaimana struktur Kabinet Indonesia Bersatu II
SBY, menjadi indikator pertama bahwa perjuangan Jokowi-JK mewujudkan visi-misinya
yang berbungkus Nawa Citasembilan jalan perubahan menuju Indonesia berdaulatberat
dan terjal.
Perjuangan itu justru akan menjadi lebih berat setelah Jokowi-JK dilantik. Pada saat itu masa
bulan madu Jokowi-JK dengan konstituen pendukungnya akan berakhir, yang secara pasti
akan mengubah sikap konstituen dari memuji menjadi mencaci, dari mendukung menjadi
memancung, dari apresiasi menjadi destruksi.
Pada saat itu, niscaya Jokowi-JK akan menuai kritik dan kecaman bertubi-tubi dan abadi,
yang secara alami akan membuatnya kesepian dan kesendirian dalam visi-misinya yang
terbungkus rapi.
Pengalaman demikian dialami semua presiden Indonesia di era Reformasi: Abdurrahman
Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono. Ketiganya
mengalami kegetiran ketika harus menghadapi kekecewaan konstituen yang berpaling sikap
dan tindakan.
Gejala demikian menunjukkan, memang tidak gampang mengelola dan menata sistem politik
dan sistem pemerintahan Indonesia sesuai dengan gagasan dan nalar konstitusi. Dalam
konteks inilah, Soekarno mengatakan bahwa revolusi akan selalu memakan anaknya
sendiri.
Nalar zaken konstitusi
UUD 1945 hasil amendemen sesungguhnya telah memilih sistem pemerintahan presidensial
murni sebagaimana dicirikan oleh masa jabatan presiden secara fixed selama lima tahun;
presiden tak tunduk kepada DPR, MA, dan MK; dan presiden tidak dapat diberhentikan di
tengah masa jabatan, kecuali atas alasan melanggar UUD 1945 atau melanggar UU.
Selanjutnya, UUD 1945 membagi kedaulatan negara ke dalam tiga cabang kekuasaan
eksekutif (Pasal 4 Ayat 1), legislatif (Pasal 20 Ayat 1), dan yudisial (Pasal 24 Ayat 2).
Sesuai dengan gagasan dan nalar konstitusi tersebut, seharusnya Indonesia memiliki presiden
yang kuat mengemban amanat pemerintahannya tanpa harus mengalkulasi kuantitas
dukungan anggota DPR. Namun, realitas politik tak memberi citra demikian. Senyatanya,
Jokowi-JK tidak dapat melenggang lepas mewujudkan Nawa Cita mereka tanpa memiliki
dukungan signifikan dari DPR.
Persoalan demikian, sejatinya, bukan hal baru bagi bangsa Indonesia. Isu tersebut sebetulnya
sudah diprediksi dan diperdebatkan di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) ketika membahas sistem pemerintahan dan tipe demokrasi untuk negara
Indonesia.
Para pendiri negara yang terhimpun di BPUPKI telah membahas dan akhirnya memilih
sistem pemerintahan dan tipe demokrasi yang cocok dengan kultur rakyat Indonesia
sebagaimana materi sidang 31 Mei 1945 dan pidato Soekarno pada 1 Juni 1945. Intinya,
Indonesia tidak memilih demokrasi Barat yang memang tidak sesuai dengan kultur rakyat
Indonesia yang memosisikan rakyat hanya dalam kualitas angka mati, tetapi Indonesia akan
memilih demokrasi yang sesuai dengan sejarah hukum dan lembaga sosial masyarakat
Indonesia.
Namun, gagasan dan nalar dasar zaken konstitusi itu dicampakkan begitu saja oleh
sekelompok komponen bangsa yang terbakar euforia reformasi yang waktu itu
mengendalikan MPR. Tanpa penyelidikan mendalam dan pemahaman sahih atas sejarah
hukum dan lembaga sosial masyarakat, mereka mendorong MPR mengusung empat
amendemen UUD 1945 yang mencampakkan gagasan dan nalar zaken konstitusi tersebut.
Konsekuensinya, Indonesia pada era Reformasi sekarang berada dalam sistem pemerintahan
yang tak berarah seraya tidak berbasis pada sejarah hukum dan lembaga sosial masyarakat.
Moral politicking
Dampaknya, negara Indonesia saat ini dikendalikan oleh para anggota DPR yang hanya
memiliki moral dan milieu politicking, anggota DPR yang berperilaku sebagai pedagang
kebijakan legislasi, yang tidak memahami spirit UUD 1945 sebagai zaken konstitusi. Dengan
anggota DPR yang demikian itulah, Jokowi-JK harus berhadapan dan berpacu untuk
mewujudkan Nawa Cita selama lima tahun ke depan. Dengan demikian, adalah suatu
keniscayaan jika langkah dan kiprah pemerintahan Jokowi-JK harus mendaki bukit terjal
yang berbatu padas.
Dalam konteks demikian, dapat diprediksi bahwa sinergi pemerintahan Jokowi-JK dengan
DPR akan senantiasa fluktuatif. Distribusi pos kabinet dalam kerangka koalisi belum tentu
mampu menjamin terwujudnya pemerintahan yang stabil.
Karena itu, Jokowi-JK harus mencari pilar tambahan yang akan mengukuhkan
pemerintahannya. Pilar tambahan itu dapat digali dari sumber daya kultural bangsa Indonesia
yang masih berada dalam lingkungan kultur kepemimpinan karismatik. Rakyat Indonesia
masih kental menghormati wibawa para tokohnya. Di antara para tokoh negara yang
memegang simpul karisma adalah para mantan presiden dan wakil presiden.
Dalam prisma demikian, cukup bijak dan piawai apabila Jokowi-JK menyatukan para mantan
presiden dan wakil presiden dalam suatu forum yang disebut Dewan Presiden. Dari forum
Dewan Presiden tersebut, Jokowi-JK dapat memetik karisma dan hikmah kepemimpinan
seraya memahami pengalaman teknokratis sebagai modal membangun dan mengelola
Indonesia lima tahun mendatang.
Pemikiran dan pengalaman Dewan Presiden yang merupakan tokoh-tokoh utama dalam
mengelola Indonesia secara akademis merupakan sumber pengetahuan primer yang dapat
menjadi substitusi Garis-garis Besar Haluan Negara yang pernah ada sebagai garis kontinum
prismatik dalam membangun Indonesia.


BAHRUL I LMI YAKUP
Ketua Asosiasi Advokat Konstitusi; Advokat dan Konsultan Hukum BUMN; Ketua Pusat
Kajian BUMN









Pertumbuhan Dua Digit

Oleh: Gustav F Papanek

Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla punya dua pilihan skenario kebijakan ekonomi.
Pertama, skenario bisnis seperti biasa dengan sekadar melanjutkan kebijakan ekonomi yang
ada saat ini. Kedua, memilih skenario merebut peluang meraih mimpi pertumbuhan dua digit.
Skenario pertama hanya memberi peluang penciptaan kurang dari 1 juta lapangan kerja baru
per tahun. Pilihan ini kemungkinan juga hanya menghadirkan pertumbuhan pendapatan
nasional 5 persen, bahkan kurang, per tahun. Padahal, dua juta angkatan kerja baru tumbuh
setiap tahun di Indonesia. Artinya, dengan skenario ini, 1 juta lebih tenaga kerja baru hanya
bisa bekerja di lapangan kerja tidak layak, dengan produktivitas rendah, bahkan cenderung
sebagai pengangguran.
Skenario kedua berbeda. Lewat skenario ini, Indonesia berpeluang menciptakan 4 juta
lapangan kerja berkualitas setiap tahun. Pertumbuhan ekonomi akan mencapai 10 persen pada
2019, dan 10 juta keluarga miskin akan beralih status sebagai kelas menengah. Pilihan kedua
ini merupakan peluang yang hanya ada sekali dalam seabad.
Peluang ini hadir tidak terlepas dari situasi ekonomi di Tiongkok. Negara yang telah
mendominasi pasar manufaktur dunia dalam beberapa dekade terakhir itu kini daya saingnya
kian merosot. Lima tahun ke depan, negara-negara lainsebagian besar Asiaakan
mengambil pangsa pasar ekspor manufaktur Tiongkok.
Strategi merebut peluang
Dalam buku Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru, Dr Raden Pardede, Profesor
Suahasil Nazara, dan saya mencoba menggambarkan secara detail kebijakan-kebijakan yang
diperlukan untuk membawa ekonomi negeri ini menuju pertumbuhan dan produktivitas yang
tinggi. Buku ini dipublikasikan oleh Pusat Transformasi Kebijakan Publik dan secara bebas
dapat dibaca melalui www.transformasi.org.
Dalam buku itu, kami mengalkulasi, ekspor manufaktur Indonesia akan meningkat sekitar
110 miliar dollar AS jika negara ini dapat mengambil 7 persen saja pangsa pasar manufaktur
padat karya Tiongkok hingga lima tahun ke depan. Bertumbuhnya ekspor dan industri
pengganti impor, yang dikombinasikan dengan meningkatnya permintaan domestik, akan
menciptakan 21 juta lapangan kerja yang layak dan produktif seiring berakhirnya masa
jabatan presiden pada 2019. Hal itu berimbas pada meningkatnya ketersediaan lapangan kerja
untuk warga berpendidikan rendah dan peningkatan penghasilan penduduk miskin.
Berita baik untuk Indonesia: kondisi para kompetitor pun tak sempurna. Mereka punya
keuntungan dalam beberapa hal, tetapi bermasalah dalam hal-hal lain. Indonesia tidak harus
memangkas seluruh biaya yang ada untuk meningkatkan daya saingnya. Karena itu,
pengambil kebijakan negeri ini dapat fokus pada upaya penyesuaian biaya-biaya tertentu saja
yang memberikan keuntungan terbesar.
Sebagai contoh, biaya logistik Indonesia tergolong tinggi karena tertundanya perbaikan
infrastruktur utama. Karena itu, pemerintah mestinya fokus pada upaya perbaikan jalan dan
pelabuhan serta menyediakan pasokan listrik memadai guna meningkatkan daya saing.
Terkait dengan upaya penyediaan infrastruktur yang baik, peningkatan investasi publik untuk
pembangunan infrastruktur nasional sangat diperlukan. Salah satu upaya penting agar dana
publik tersedia secara cukup untuk saat ini adalah keputusan yang tegas dan berani guna
memangkas subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Reformasi perpajakan menjadi langkah penting berikutnya untuk meningkatkan penerimaan
negara. Investasi publik diprioritaskan ke daerah-daerah yang sukses menarik minat investasi
baru di sektor manufaktur sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang cepat dan besar,
yang kemudian dapat digunakan untuk membangun infrastruktur di daerah-daerah lain.
Kebutuhan akan infrastruktur sangat besar. Pemerintah tidak mungkin memenuhi semua
kebutuhan tersebut. Keterlibatan modal dan keahlian swasta pun sangat diperlukan. Sistem
bagi hasil dengan sektor swasta, seperti dalam industri minyak, dapat diaplikasikan dalam
pembangunan dan operasional sejumlah infrastruktur publik.
Rekomendasi lain, termasuk menawarkan kepada perusahaan swasta peluang membangun
infrastruktur dengan kompensasi keringanan pajak. Mengonversi BBM kendaraan komersial
ke gas alam guna mengurangi biaya transportasi juga sangat penting.
Manufaktur padat karya
Indonesia juga harus mengurangi ongkos tenaga kerja agar perusahaan dapat berkompetisi
dalam pasar dunia untuk kemudian meningkatkan penghasilan tenaga kerja. Devaluasi nilai
tukar mata uang merupakan cara ampuh mengurangi biaya tenaga kerja dan biaya domestik
lainnya bagi para eksportir. Inflasi yang muncul akibat devaluasi dapat diatasi dengan
menstabilkan harga makanan pokok untuk 40 persen penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan.
Kami juga merekomendasikan sebuah program yang menjamin lapangan kerja dan
penghasilan untuk tenaga kerja di sektor pertanian selama musim paceklik atau saat bencana
alam. Program tersebut tak hanya memberikan lapangan kerja, tetapi juga secara efisien dapat
memberi keuntungan kembali bagi daerah berupa terbangunnya infrastruktur serta memberi
kontribusi signifikan untuk jaring pengaman sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dipengaruhi
ledakan harga komoditas di pasar global, terutama sumber daya alam. Hal yang sama akan
sulit terulang. Karena itu, jika Indonesia tidak mendongkrak daya saingnya dalam
pengembangan industri manufaktur berbasis padat karya, pendapatan ekspor akan tersendat,
permintaan domestik akan melemah karena lambannya pertumbuhan.
Memperkuat daya saing di pasar manufaktur dunia menjadi pilihan terbaik bagi pemerintah
baru ke depan untuk meraih pertumbuhan dua digit. Langkah tersebut memerlukan kerja
sama yang erat antara pemerintah, pelaku bisnis, dan gerakan buruh. Dengan cara itu, era
baru tak mustahil dihadirkan, yaitu era kesejahteraan bersama.


GUSTAV F PAPANEK
Profesor Emeritus Bidang Ekonomi, Universitas Boston, AS










Setelah Heboh 4 x 6 Vs 6 x 4

Oleh: Hendra Gunawan

ADA kejadian luar biasa di negeri kita pada September 2014 ini. Tiba-tiba orang Indonesia
ramai berbicara tentang soal matematika walau yang menjadi topik pembicaraan hanya
seputar 4 x 6 atau 6 x 4.
Pada mulanya siswa kelas II sekolah dasar diminta mengerjakan sejumlah soal penjumlahan
berulang oleh gurunya. Siswa diminta menuliskan penjumlahan berulang tersebut sebagai
bentuk perkalian terlebih dahulu sebelum menuliskan jawabannya. Seorang siswa menulis:
4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 x 6 = 24.
Oleh gurunya, ia pun disalahkan. Gurunya menulis bahwa penjumlahan berulang tersebut
seharusnya adalah 6 x 4, bukan 4 x 6. Kakak sang siswa protes dan mengunggah lembar
jawaban adiknya yang telah diperiksa oleh guru tersebut ke media sosial. Indonesia pun
ramailah. Bahkan, di tengah riuhnya soal pilkada lewat DPRD, anggota DPR pun turut
bicara. Seru!
Beberapa isu
Memang ada beberapa isu dalam kasus di atas. Pertama, apa arti tanda = (baca: sama
dengan) dalam konteks ini. Ketika guru menyalahkan jawaban anak tersebut, ia
sesungguhnya sedang menerapkan arti = yang khas dalam matematika, yaitu = yang
dinobatkan atau didefinisikan, bukan = yang merupakan fakta atau konsekuensi dari
asumsi-asumsi sebelumnya.
Sebagai contoh, dalam kalimat: jika n = 1, maka n2 = 1, tanda = yang pertama berbeda
artinya dari tanda = yang kedua.
Sebagai bilangan kardinal (yang menyatakan banyaknya sesuatu), 4 + 4 = 8 = 10 2.
Kesamaan di sini bukan definisi. Demikian juga 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 x 6 = 24. Akan
tetapi, dalam kasus di atas, sang guru menuntut siswanya menjawab 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6
x 4 = 24.
Perhatikan bahwa tanda = yang pertama dalam hal ini merupakan = yang didefinisikan.
(Dapat diduga bahwa sebelumnya guru tersebut telah mendefinisikan perkalian dua bilangan
bulat positif sebagai penjumlahan berulang, atau sebaliknya: penjumlahan berulang sebagai
perkalian.)
Bagi siswa kelas II SD, ini tentu merupakan isu besar. Saya pun bertanya: apakah anak kelas
II SD sudah cukup matang untuk diajak bermain dengan definisi? Menurut saya, belumlah
waktunya bagi guru menuntut siswa bekerja dengan definisi (yang ketat pula). Apalagi
meminta siswa menuliskan kalimat matematika yang mengandung dua tanda = yang
berbeda artinya!
Yang namanya definisi itu kesepakatan. Bijakkah guru, seorang manusia dewasa yang sudah
bisa berpikir abstrak, mengajak siswa kelas II SD, yang masih berpikir dalam tahap konkret,
bersepakat tentang sesuatu yang baru akan mereka pelajari? Rasanya tidak.
Lagi pula, dalam matematika, definisi tidak harus unik. Beberapa definisi yang setara bisa
dibuat untuk satu hal yang sama. Mengapa memaksakan satu versi definisi?
Isu kedua berkenaan dengan penyajian soal. Penjumlahan berulang memang diajarkan lebih
dulu daripada perkalian. Namun, soal di atas jelas memperlihatkan, perkalian hanya dianggap
sebagai singkatan dari penjumlahan berulang. Bahkan, kita bisa mempertanyakan, andaikan
siswa menulis 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6 x 4 (sebagai definisi), bagaimana kemudian ia tahu
bahwa 6 x 4 = 24 (sebagai fakta)?
Pada hemat saya, urutannya yang lebih bisa diterima adalah 6 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 =
24. Ini pun dengan catatan bahwa ada dua tanda = yang berbeda artinya dalam kalimat ini.
Bagaimana sebaiknya?
Jadi bagaimana sebetulnya, atau katakanlah sebaiknya? Penjumlahan berulang sebetulnya
bisa dipandang sebagai metode atau cara untuk menyelesaikan masalah perkalian. Karena
itulah, sebelum siswa belajar perkalian, penjumlahan berulang diperkenalkan terlebih dahulu.
Tujuannya, ketika siswa belajar perkalian, senjata untuk menyelesaikannya sudah ada.
Ingat bagaimana siswa kelas I SD belajar penjumlahan. Sebelumnya siswa belajar
menghitung maju lebih dulu. Budi memiliki 5 butir kelereng. Pada hari ulang tahunnya
ayahnya memberi ia 10 butir kelereng baru. Berapa banyakkah kelereng Budi kemudian?
Jawabannya tentu 15.
Namun, bagaimana jawaban ini diperoleh? Siswa menghitung maju, 5 di kepala, 10 di
tangan. Masih ingat, bukan? Namun, ada cara kedua, yang lebih efisien, 10 di kepala, 5 di
tangan. Dengan cara pertama, siswa menulis: 5 + 10 = 15. Dengan cara kedua, siswa menulis:
10 + 5 = 15.
Nah, untuk perkalian, guru seyogianya memulai dengan masalah perkalian, lalu meminta
anak untuk menyelesaikannya dengan menggunakan penjumlahan berulang. Masalah atau
soal perkalian seperti apa? Soal alami perkalian adalah soal luas daerah persegi panjang.
Akan tetapi, untuk anak kelas II SD, tentu guru harus memilihkan soal yang cukup konkret
bagi anak. Sebagai contoh, mintalah anak menghitung banyak ubin pada lantai, yang terdiri
atas 4 baris, masing-masing baris terdiri atas 6 ubin.
Bagaimana anak menghitungnya?
Ingat, anak sudah diajarkan penjumlahan berulang sebelumnya. Dalam hal ini, anak bisa
menghitungnya baris per baris: 6 + 6 + 6 + 6 = 24.
Akan tetapi, ini bukan satu-satunya cara. Anak juga bisa menghitung kolom per kolom: 4 + 4
+ 4 + 4 + 4 + 4 = 24. Bahkan, anak yang belum mantap dengan penjumlahan berulang bisa
juga mencacah ubin tersebut: 1 + 1 + + 1 = 24. Semuanya benar.
Guru kemudian dapat memberi soal serupa, misalnya: Ada 3 baris ubin, masing-masing
terdiri atas 9 ubin. Berapa ubin semuanya? Setelah cukup bermain dengan ubin, guru pindah
ke papan tulis dan menulis (misalnya): Ini adalah 4 x 6.
Bagaimana menghitungnya? Berdasarkan permainan dengan ubin sebelumnya, 4 x 6 dapat
dihitung baris per baris sebagai 6 + 6 + 6 + 6 atau kolom per kolom sebagai 4 + 4 + 4 + 4 + 4
+ 4. Dengan cara pertama, siswa menulis: 4 x 6 = 6 + 6 + 6 + 6 = 24. Dengan cara kedua,
siswa menulis: 4 x 6 = 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24. Di sini tanda = bukan definisi, tetapi
fakta atau konsekuensi terkait dengan cara menghitungnya.
Kalau ada siswa yang bertanya, Bu, bolehkah saya anggap gambar di atas sebagai 6 x 4?
Guru yang ramah akan menjawab: Mengapa tidak, Nak? Kalau kamu anggap 6 x 4,
memangnya bagaimana kamu akan menghitungnya? Sama saja, bisa 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4,
atau 6 + 6 + 6 + 6, ya, bukan?
Soal lainnya yang juga merupakan masalah perkalian bisa diberikan. Misalnya, ada 10
kantong, masing-masing berisi 2 butir kelereng. Berapa kelereng semuanya?
Ya, ini adalah masalah perkalian 10 x 2, seperti kata Prof Yohanes Surya. Akan tetapi,
bagaimana menghitungnya? Bagi sebagian siswa, banyak kelereng semuanya sama dengan 2
+ 2 + ... + 2 = 20. Siswa yang menjawab seperti ini mungkin membayangkan dirinya
menghitung kelereng kantong per kantong.
Siswa yang lain membayangkan dirinya mengeluarkan kelereng dari masing-masing kantong,
lalu menjejerkannya sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 * * * * * * * * * *
2 * * * * * * * * * *
Kemudian ia berpikir bahwa akan lebih mudah baginya bila ia menghitung baris per baris:
kelereng pertama dari masing-masing kantong berjumlah 10, demikian juga kelereng
kedua. Jadi, banyak kelereng semuanya 10 + 10 = 20.
Membangun pemahaman
Apa yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini adalah: jangan terburu-buru bermain
dengan definisi, apalagi dengan siswa SD kelas bawah. Untuk perkalian, gunakan
penjumlahan berulang sebagai metode atau cara, bukan definisi. Ketika ia didudukkan
sebagai metode atau cara, ingat prinsip bahwa sering kali ada banyak cara untuk
mendapatkan satu hasil yang sama.
Dengan pendekatan seperti ini, saya berharap guru pun bisa membangun pemahaman pada
siswa bahwa 4 x 6 = 6 x 4.
Sifat serupa juga ditemui dalam penjumlahan: 5 + 7 = 7 + 5. Akan tetapi, guru juga mesti
mengingatkan bahwa tidak semua operasi bisa dibolak-balik: 4 - 2 2 - 4.


HENDRA GUNAWAN
Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai