Delta adalah sebuah nama endapan muara sungai di wilayah pertemuan
antara sungai dan laut, disebut delta karena bentuk endapannya menyerupai huruf besar Yunani untuk D berbentuk seperti segitiga dan dinamai delta. Puncak segitiga adalah muara sungai, dan endapannya melebar ke arah laut sebagai kaki dan alas segitiga. Konon nama delta ini bermula dipakai untuk delta Sungai Nil di Mesir yang bermuara di Laut Tengah. Dalam perkembangan konsep delta, bentuk endapan delta ternyata tidak selalu segitiga, bisa bentuk-bentuk yang lain seperti setengah lingkaran, bahkan berbentuk kaki burung pun bisa. Bentuk delta itu sangat bergantung kepada aktivitas mana yang lebih aktif berpengaruh atas endapan sungai tersebut, apakah pasang surut, gelombang laut, atau arus sungai. Delta terkenal sebagai wilayah kaya minyak/gas. Di delta-delta Kalimantan Timur: Delta Mahakam, delta-delta di Pulau Bunyu, Pulau Tarakan, Sangatta, Sepinggan, telah ditemukan lapangan-lapangan minyak/gas. Delta Mahakam merupakan delta terbesar di Kalimantan Timur. Banyak sekali lapangan minyak/gas besar-raksasa ditemukan di sini. Produksi gas terbesar Indonesia pun berasal dari lapangan-lapangan gas di Delta Mahakam. Perusahaan- perusahaan minyak telah lama mengerjakan Delta Mahakam, sejak akhir abad ke- 19. Sampai sekarang pun aktivitas perminyakan di Delta Mahakam masih sibuk, meskipun sebagian besar berupa produksi karena sebagian besar lapangannya telah ditemukan oleh usaha-usaha eksplorasi yang intensif sejak akhir tahun 1960- an. Perusahaan-perusahaan yang sejak dulu mengeksplorasi delta-delta di Kalimantan Timur adalah Total Indonesie, Huffco/Vico, Union/Unocal/Chevron, Pertamina, dan Tesoro/Exspan/Medco. Mereka bekerja di berbagai delta, baik yang endapannya lebih tua (yang umumnya lebih masuk ke daratan), atau lebih muda (ke arah lepas pantai). Karena perusahaan-perusahaan ini telah puluhan tahun mengerjakan delta, maka biasanya merekalah para jagoan delta, perpaduan antara pengetahuan dan pengalaman. SYARAT DELTA & DELTA-DELTA DI KALIMANTAN TIMUR Di Indonesia, Kalimantan merupakan pulau yang paling banyak dan paling bagus mengembangkan endapan delta. Penyebabnya ada dua: (1) ada pasokan sedimen yang besar dan terus-menerus dari hulu ke muara sungai, (2) ada tempat buat mengendapkan sedimen itu. Kedua syarat ini akan membuat delta berkembang. Bagian tengah Kalimantan, yang suka disebut Tinggian Kuching (Kuching High), atau Central Ranges of Kalimantan adalah bagian yang terangkat karena proses-proses geologi. Semua daratan yang tinggi akan direndahkan oleh erosi, sedimen hasil erosi kemudian akan diangkut oleh sungai-sungai yang berhulu di tempat-tempat tinggi itu. Bagian tengah Kalimantan adalah pemberi pasokan sedimen yang luar biasa besar. Beberapa studi pernah dilakukan untuk menghitung berapa besar sedimen yang diangkut dan diendapkan oleh sungai- sungai di Kalimantan, misalnya dari Milliman et al. (1999, Flux and fate of fluvial sediments leaving large islands in the East Indies, Journal of Sea Research 41, p. 97-107). Milliman et al. (1999) menulis bahwa Sungai Mahakam mengangkut sedimen sebesar 114 juta ton sedimen/tahun, Sungai Barito 83 juta ton/tahun, Sungai Kapuas 124 juta ton/tahun, Sungai Kayan (Tarakan) 100 juta ton/tahun. Syarat no. (1) untuk terjadinya delta sudah dipenuhi: pasokan sedimen yang terus- menerus dan besar. Sungai Barito dan Sungai Kapuas mempunyai pasokan sedimen yang besar, Sungai Kapuas bahkan mengangkut sedimen lebih besar daripada Sungai Mahakam. Tetapi mengapa kedua sungai ini di muaranya tidak membentuk delta yang definitif? Karena syarat no. (2) tak dipenuhinya. Tak ada cekungan yang cukup besar di depan kedua sungai ini untuk menampung pasokan sedimen yang besar. Sungai Kapuas bermuara di Selat Karimata, Sungai Barito bermuara di Laut Jawa. Selat Karimata dan Laut Jawa adalah wilayah yang stabil, merupakan bagian benua yang tenggelam, bernama Sundaland, sehingga tak terjadi retakan- retakan yang membuka kehadiran daerah rendah/ depresi/cekungan. Sementara Sungai Mahakam dan Sungai Kayan, dua-duanya menghadap ke area yang cekungannya besar karena merupakan area yang banyak patahan turunnya ke arah laut terbuka. Maka sedimen yang besar diendapkannya dengan mudah ke cekungan yang terbentuk itu, dan terjadilah delta. Hal yang sama juga dialami oleh sungai-sungai yang mengalir di Sarawak, Brunei Darussalam, dan Sabah di sisi utara Kalimantan. Sungai-sungai di sini bermuara di Laut Cina Selatan atau Sulu, yang tepinya penuh dengan retakan dan daerah rendah. Sehingga terbentuklah delta yang baik juga di sini, misalnya Delta Balingian, Baram, dan Sabah. Syarat no. (2) dipenuhi. DELTA: WILAYAH KAYA MIGAS Mengapa wilayah delta kaya minyak/gas? Karena syarat-syarat untuk terjadinya lapangan minyak/gas dipenuhi semuanya oleh delta. Syarat-syarat untuk terjadinya akumulasi minyak/gas di suatu area ada lima yang terkenal disebut petroleum system. 1. Ada batuan induk yang kaya zat organik yang matang karena tertekan dan terpanaskan sehingga zat organik itu berubah menjadi minyak/gas, 2. Ada batuan reservoir yang menyimpan minyak/gas asal perpindahan/migrasi dari batuan induk, 3. Ada batuan penyekat yang akan menutup reservoir sehingga minyak/gas tidak berpindah lagi, 4. Ada perangkap tempat minyak/gas terperangkap, perangkap punya dua komponen yaitu batuan reservoir dan batuan penyekat, mereka bisa membentuk perangkap karena proses deformasi geologi atau sedimentasi, deformasi melipat atau mematahkan batuan sehingga jadi perangkap struktur, atau karena proses sedimentasi oleh perubahan karakter batuan sehingga bisa menyimpan minyak/gas dan tersekat oleh perubahan karakter batuan sebagai perangkap stratigrafi, 5. Ada jalur perpindahan/migrasi minyak/gas dari batuan induk matang (disebut kitchen/ dapur) ke perangkap. Delta mengandung batuan induk karena banyak zat organik dari pepohonan nipah dan bakau/mangrove yang tumbuh di permukaan delta (deltaic plain) karena itu delta kaya akan batubara. Delta kaya reservoir karena cabang- cabang sungai (distributary channel), atau alur-alur pasang surutnya (tidal channel) yang ada di delta, maupun endapan di muaranya (distributary mouth bar) kaya endapan pasir. Delta kaya akan batuan penyekat sebab ketika satu delta tidak berkembang lagi karena sungai utama penyebab delta berpindah alur secara alamiah, maka delta akan digenangi laut, dan hasil genangan ini adalah lempung /serpih marin (laut) yang kelak akan menjadi batuan penyekat. Delta kaya akan perangkap minyak/gas, baik perangkap karena proses deformasi batuan maupun karena proses sedimentasi delta sendiri proses pembentukan delta sendiri suka bersamaan dengan deformasi akibat pembebanan sedimen. Jalur-jalur migrasi minyak/gas di delta pun relatif berjarak pendek dan sederhana, memungkinkan pengisian perangkap oleh minyak/gas lebih besar. Dan semua yang saya ceritakan di atas sudah terbukti di delta-delta yang berkembang di Kalimantan Timur dengan ditemukannya lapangan-lapangan minyak/gas, mulai dari Bunyu, Tarakan, Sangatta, sampai lapangan-lapangan delta yang terbesar berkembang di Delta Mahakam. Bahwa endapan delta kaya minyak/gas bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di banyak delta yang berkembang di tempat-tempat lain, misalnya di negara tetangga Malaysia (Sarawak, Sabah) dan Brunei. Di situ berkembang Delta Balingian, Baram dan Sabah. Negara Brunei Darussalam terkenal kaya, itu karena mereka punya Delta Baram yang kaya minyak/gas dan kekayaan itu hanya dibagi oleh segelintir penduduk, maka pendapatan per kapitanya menjadi sangat tinggi. Di tempat lain lagi, delta juga sangat kaya minyak/gas, misalnya Delta Mississippi di Teluk Meksiko, Delta Niger di Nigeria, Delta Gangga di India. PROGRADASI DELTA MAHAKAM Delta juga selalu tumbuh maju ke arah laut, disebut berprogradasi, meskipun sekali waktu ia digenangi laut yang maju ke arah daratan, transgresi, yang mematikan delta. Sebagaimana halnya banyak proses geologi yang terjadi berulang-ulang, bersiklus, maka delta pun tumbuh berulang-ulang sepanjang zaman geologi. Sehingga, akibatnya, di bawah permukaan itu ada tumpukan delta yang tebal sekali bisa sampai ribuan meter hasil proses geologi berulang-ulang. Karena satu siklus delta saja bisa membawa komponen-komponen supaya ia kaya minyak/gas (batuan induk, batuan reservoir, batuan penyekat, perangkap, migrasi); apalagi bertumpuk-tumpuk sampai belasan, puluhan, atau ratusan delta; maka tak mengherankan mengapa delta itu wilayah yang sangat kaya akan minyak/gas. Delta Mahakam adalah sebuah contoh ideal bagaimana delta-delta yang berkembang di sini berprogradasi, maju ke arah laut, dari zaman ke zaman. Delta Mahakam ada bila dua syarat yang saya sebutkan itu dipenuhi: (1) ada pasokan sedimen, (2) ada ruang buat mengendapkan sedimen. Delta Mahakam yang sekarang berkembang ada di pantai timur Kalimantan Timur, di sebelah timur kota Samarinda, panjang dari utara ke selatan sekitar 60 km dan maju ke arah laut sekitar 30 km. Itulah delta berumur modern (Resen). Tetapi itu adalah delta posisi progradasi terakhir, padahal delta di Kalimantan Timur itu ada sejak sekitar 20 juta tahun yang lalu, pada kala geologi Miosen Awal. Sumber pasokan sedimennya sendiri baru ada, yaitu Kuching High, pada 25 juta tahun yang lalu, seiring dengan terhentinya pembukaan Laut Cina Selatan pada Oligosen Akhir. Mengapa Laut Cina Selatan berhenti membuka, mengapa Kuching High naik, mengapa lalu ada delta setelah itu berkembang adalah cerita rentetan proses- proses geologi, tektonik, dan sedimentasi yang sangat menarik. Semua di dalam geologi itu tidak ada yang ujug-ujug (tiba-tiba) terjadi. Semuanya punya hubungan kausalitas sebab akibat dalam hubungan ruang dan waktu. Geologists yang dapat memahaminya dengan baik akan punya kemampuan analisis-sintesis-prediksi yang baik, bila mereka cukup punya pengetahuan, pengalaman dan menggunakan nalarnya, juga tahu kapan mereka tak bisa tahu, membatasi dirinya. Bila di Kalimantan Timur ada delta purba seumur 20 juta tahun, di mana lokasinya? Karena geologist tahu bahwa Delta Mahakam sekarang yang umurnya Resen adalah hasil progradasi, maju ke arah laut, maka delta purbanya tentunya harus jauh mundur ke daratan, inilah nalar menggunakan konsep The Present is the Key to the Past (Charles Lyell, 1830) dan menganggap bahwa selama 20 juta tahun itu proses-proses geologi tetap, seragam seperti sekarang, inilah prinsip keseragaman, Uniformitarian Principle (James Hutton, 1785). Tentu dalam 20 juta tahun itu proses geologi belum tentu sama, tetapi kita bisa melihat perbedaan- perbedaan itu hanya anomali-anomali sesaat dalam bingkai proses yang tetap sama. Jadi, di manakah delta purba itu? Di Kalimantan Timur bagian barat mendekati Kalimantan Tengah, saat itu garis pantai Kalimantan Timur masih jauh di sebelah barat. Dan perlahan tapi pasti delta purba ini berkembang makin maju ke timur, sampai akhirnya kita mendapatkan bentuknya sekarang seperti yang saya lihat saat terbang di atasnya. EKSPLORASI DELTA MAHAKAM Exploration geologist yang mencari minyak/gas tak pernah mengerjakan sedimen-sedimen berumur sekarang, tetapi yang berumur purba, jutaan tahun yang lalu, sebab semua proses geologi yang membentuk lapangan minyak/gas adalah proses-proses masa lalu. Maka bila geologist tak pernah melakukan rekonstruksi ke masa lalu, celakalah eksplorasi (!). Riwayat bagaimana delta-delta ini berkembang dalam ruang dan waktu adalah pengetahuan penting buat para geologits. Geologists yang lama bekerja di Kalimantan Timur tahu itu. Salah satunya adalah Bu Etty Nuay, salah seorang geologist senior yang dulu pernah mengeksplorasi Kalimantan Timur untuk perusahaan minyak asal Amerika, Huffco. Etty Nuay dkk. Pada tahun 1985 memublikasikan penelitiannya tentang bagaimana bila delta itu berprogradasi, diambilnya studi kasus atas sebuah delta yang berkembang di baratlaut Teluk Balikpapan sekarang (Nuay et al., 1985, Early Middle Miocene Deltaic Progradation in the Southern Kutai Basin, Proceedings Indonesian Petroleum Association, 14th Annual Convention, hal. 63- 81). Salah satu gambar kesimpulan dari proses tersebut saya lampirkan di tulisan ini. Bila para geologists mengerjakan delta-delta purba untuk mencari minyak/gas, perlukah mereka memelajari delta masa sekarang seperti Delta Mahakam? Sangat perlu, tentu saja. Mengapa? Seperti yang saya tulis sebelumya: The Present is the Key to the Past dan Principle of Uniformitarian adalah ruh- ruh yang menginspirasi pekerjaan ini. Dan ini disediakan oleh Delta Mahakam, sebuah sekolah lapangan untuk memahami delta bagi semua orang, terutama para geologist. Dan beruntunglah para geologists Indonesia sebab ada seseorang yang sangat mencintai studi delta modern Delta Mahakam untuk diterapkan dalam eksplorasi minyak/gas. Dia adalah George Allen (alm.), yang lama memelajari Delta Mahakam dan memublikasikannya di banyak pertemuan ilmiah dan jurnal. Salah satu publikasi klasiknya adalah Allen et al. (1976) Sediments Distribution Patterns in the Modern Mahakam Delta (Proceedings Indonesian Petroleum Association, 5th Annual Convention, hal. 159-178). Bagaimana mengaitkan sedimen delta purba Mahakam dengan delta modernya dalam 10 tahun belakangan ini kemudian banyak dipublikasikan oleh penerus George Allen, yaitu Irfan Cibaj (Total E&P Indonesie). Delta Mahakam dalam perspektif eksplorasi dan produksi minyak/gas adalah sekolah delta terbaik bagi Indonesia. Tahun 1994 sebuah sumur laut dalam pertama di Selat Makassar dibor oleh Mobil Oil Makassar PSC, Perintis-1, ini memang sumur pelopor/perintis yang berhasil membuktikan konsep eksplorasi laut dalam di Selat Makassar. Begitu kayanya Delta Mahakam, ke laut dalam di depannya pun ia masih menyumbangkan sedimen-sedimen yang bisa membuat akumulasi minyak/gas terjadi. Sumur Perintis-1 membuktikannya. Maka lima tahun kemudian, dimulailah perburuan lapangan-lapangan minyak/gas laut dalam di Selat Makassar, sebuah episode baru, dan berhasil! Delta Mahakam dari daratan, pantai, paparan, sampai sumbangannya ke laut dalam telah dieksplorasi selama lebih dari 40 tahun oleh lebih dari 10 perusahaan minyak. Memang lapangan pertama di Delta Mahakam ditemukan setelah 2 tahun delta ini mulai dieksplorasi (Lapangan Attaka, Union Oil 1970), tetapi bila perusahaan-perusahaan minyak di wilayah delta ini berhenti bekerja, mudah menyerah, tidak mencintai wilayah kerjanya, tidak tekun mengerjakannya, tidak konsisten, dan tidak berani; lapangan-lapangan besar di Delta Mahakam sampai di laut dalamnya tidak akan pernah ditemukan. Lapangan laut dalam pertama di depan Delta Mahakam (Merah Besar 1996, West Seno 1998) ditemukan setelah Delta Mahakam dieksplorasi 28 tahun.