Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
asing. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (Bennete.
2013).
Bronkopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus
bagian atas selama beberapa hari, yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Departemen
Kesehatan RI. 1993).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak (Smeltzer &
Suzanne. 2000).
Jadi, bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru.

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
B. Klasifikasi
1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital

Acquired

Organisme

seperti

Pneumonia
ini

dikenal

aeruginisa

sebagai

pseudomonas,

pneumonia
klibseilla

nosokomial.
atau

aureus

stapilococcus, merupakan bakteri umum penyebab hospital acquired pneumonia.


3. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Sekarang ini pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya
menurut lokasi anatominya saja.
4. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen
penyebabnya, kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme
perusak.

C. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia adalah:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
2

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, Charlene J, et all.
2001).

D. Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mulamula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus dan sedang (Ngastiyah, 2005).

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
E. Pohon Masalah/Pathway
Bakteri, virus, jamur, protozoa

Saluran nafas atas

Kuman berlebih di
bronkus

Kuman terbawa
disaluran pencernaan

Proses peradangan

Infeksi saluran
pencernaan

Akumulasi secret di
bronkus

Peningkatan flora
normal dalam usus

Peningkatan
peristaltic usus

Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Penderita akut berat yang dirawat di RS


Penderita yang mengalami penurunan
sistem pertahanan tubuh

Infeksi saluran
pernafasan bawah

Dilatasi
pembuluh darah

Peningkatan
Suhu

Edema antara
kaplier dan alveoli

Eksudat plasma
masuk alveoli

Peningkatan
metabolisme

Edema paru

Gangguan difusi
dalam plasma

Evaporasi
meningkat

Penurunan
compliance paru

malabsorbsi
Mukus brokus
meningkat

Pengerasan
dinding paru

Diare
Suplai O2 menurun

Bau mulut
tidak sedap

anoreksi

Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

Hiperventilas
i
Dispneu

Intake kurang
Retraksi dada/nafas
cuping hidung
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Gangguan
pola nafas
4

Hipoksia

Metabolisme
anaeraob meningkat

Akumulasi
asam laktat

Fatigue

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan


Intoleransi
aktifitas

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
F. Pemeriksaan penunjang
1.

Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner.

2.

Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang


berhubungan dengan oksigenasi.

3.

Hitung darah lengkap dan hitung jenis : digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi, dan proses inflamasi.

4.

Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba.

5.

Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi


tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan.

6.

Jumlah leukosit : terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial.

7.

Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.

8.

Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.

9.

Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus.

G. Manajemen Terapi
Pada anak yang sehat, infeksi oleh patogen virus biasanya hanya
membutuhkan perawatan suportif saja. Kebanyakan anak-anak yang terinfeksi oleh
virus tidak membutuhkan antibiotik. Bagaimanapun juga sangat penting mengingat
sebaiknya kita berjaga-jaga untuk memilih antibiotik dalam penatalaksanaannya
untuk mengurangi kematian dan kesakitan. Terapi untuk patogen bakteri
berdasarkan empiris. 5 Pemberian antibiotik yang direkomendasikan:
B Lactam: Benzylpenicillin, Amoxycillin, Ampicillin, Amoxycillin-Clavulanate
Cephalosporins : Cefotaxime, Cefuroxime, Ceftazidime
Carbapenem: Imipenam
Lainnya Aminoglycosides: Gentamicin, Amikacin
5

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Terapi suportif
1. Cairan
Oral intake sebaiknya dihentikan ketika anak dalam distres pernapasan. Pada
bronkopneumonia berat, hormon anti diuretik meningkat yang mana artinya
akan menyebabkan dehidrasi.
2. Oksigen
Oksigen menurunkan kematian pada kasus bronkopneumonia berat.
Sebaiknya diberikan terutama kepada anak yang kelelahan, takipneu dengan
retraksi dada berat, sianosis atau tidak mendapatkan makanan. Hal ini
penting untuk menjaga SaO2 diatas 95%.
3. Obat batuk
Tidak direkomendasikan karena menekan batuk dan dapat mengganggu
bersihnya jalan napas.
4. Obat demam
Rasional penggunaannya hanya untuk mengurangi ketidaknyamanan dari
gejala.
5. Fisioterapi dada
Fungsinya

untuk

membantu

menghilangkan

sekret

trakheobronkhial.

Tujuannya adalah untuk menghilangkan obstruksi jalan napas, meningkatkan


pertukaran gas dan mengurangi kerja napas. Tidak ada anjuran untuk
melakukan fisioterapi ini pada bronkopneumonia.

H. Prognosa
Pemberian antibiotik yang tepat dan akurat, mortilitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein dan pasien yang
datang terlambat, angka mortalitasnya masih tinggi.

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
I.

Proses Keperawatan
1.

Assestment
1) Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun
produksi sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok.
f.

Pola pengkajian
i.

Pernafasan

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/kuning) dan
banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang
(misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji). Pengunaaan oksigen pada
malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
(bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.
ii.

Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung/takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit/membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia.

iii.
8

Makanan/cairan

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Gejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
iv.

Aktifitas/istirahat
Gejala

Keletihan,

keletihan,

malaise,

aktifitas

sehari-hari

karena

melakukan

ketidakmampuan
sulit

bernafas,

ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk


tinggi.
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau
istirahat.
Tanda

Keletihan,

gelisah/insomnia,

kelemahan

umum/kehilangan masa otot.


v.

Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka
rangsang.

vi.

Hygiene
Gejala

Penurunan

kemampuan/peningkatan

kebutuhan

melakukan aktifitas sehari-hari


Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
vii.

Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat/faktor
lingkungan, adanya infeksi berulang.

2.

Diagnosa Keperawatan

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dan ketidak
efektifan batuk.
2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara

pemasukan dan pengeluaran oksigen.


4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas.
5) Kurangnya

pengetahuan

keluarga

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.

3.

Rencana Intervensi
1) Ketidakefektifan

bersihan

jalan

nafas,

perubahan

pola

nafas,

kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada


paru dan ketidakefektifan batuk.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas,
kerusakan pertukaran gas efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara
nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal (30-60 x/menit pada bayi dan
15-30 x/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan,
AGD normal (PaO2 80 100 dan CO2 35 45).
Intervensi
-

Lakukan auskultasi Suara 2 4 Jam


Rasional:

mengetahui

obstruksi

pada

saluran

nafas

dan

manifestainya pada suara nafas.


-

Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
Rasional: penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih
maximal.

10

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
-

Latih dan anjurkan klien untuk lebih efektif


Rasional:

batuk

merupakan

mekanisme

alamiah

untuk

mengeluarkan benda asing dari saluran nafas dengan baik dan


benar.
-

Ubah posisi klien sesering mungkin tiap 2 jam


Rasional: Posisi klien yang tetap secara terus menerus dapat
mengakibatkan akumulasi sekret dan cairan pada lobus yang berada
di bagian bawah.

Lakukan suction bila perlu


Rasional:

peningkatan

mucus/lendir

di

saluran

nafas

dapat

menyumbat jalan nafas.


-

Monitor tanda vital tiap 4 jam


Rasional: peningkatan frekuensi nafas mengindikasikan tingkat
keparahan.

Lakukan kolaborasi pemberian O2


Rasional: kebutuhan oksigen yang masuk ke tubuh dapat dibantu
dengan tambahan oksigen yang diberikan.

Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian


nebulizer hati. Hati pada anak yang sesak dan suhu tubuh yang
tinggi.
Rasional: getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang
menempel pada dinding saluran nafas, nebulizer merangkang batuk
efektif klien.

Berikan obat ekspektoran, broncodilator, mukolitik dan pemeriksaan


penunjang.

11

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
-

Rasional: pelebaran saluran nafas, sekret yang mudah keluar akan


mempermudah klien bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2
dapat diberikan dengan pemeriksaan penunjang.

2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus


Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria
suhu tubuh normal 365 3750C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120-140
x/menit (bayi) 100-120 x/menit (anak) Respirasi normal 30-60 x/menit
(bayi) 30-40 x/menit (anak).
Intervensi :
-

Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam


Rasional: perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.

Berikan kompres hangat


Rasional: kompres hangat menurunkan panas dengan cara konduksi
yaitu kontak langsung dengan obyek.

Berikan antipiretik, analgetik sesuai program dokter


Rasional: menurunkan panas di pusat hipotalamus.

3) Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

ketidakseimbangan

antara pemasukan dan pengeluaran oksigen


Tujuan :

klien mampu meningkatkan aktivitas fisiknya dengan kriteria

mampu melaksanakan aktifitas ringan dan mampu mempertahankan


gerak.
Intervensi :
-

Rencanakan periode istirahat sering pada klien untuk penghematan


energi.

12

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Rasional: istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien
secara bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.
-

Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa stress


Rasional: Lingkungan yang tenang dapat memberikan rasa nyaman
pada klien

Ubah posisi secara bertahap dan tingkatkan aktivitas sesuai toleransi


Rasional: membantu mobilisasi secara bertahap

Sertakan orang tua dalam meningkatkan kebutuhan istirahat


Rasioanal: istirahat tidur lebih efektif dengan peran serta orang tua.

4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses
bernafas.
Tujuan : volume cairan tubuh sumbang antara intake dan output dengan
kriteria kebutuhan cairan terpenuhi, urine normal, turgor kulit baik dan
membran mukosa lembab, tidak demam.
Intervensi :
-

Tingkatkan frekuensi pemasukan cairan melalui oral


Rasioanal: Membantu mengencerkan sekresi pernafasan dan
mencegah status cairan tubuh.

Libatkan orang tua dalam menemukan cara untuk memenuhi


kebutuhan cairan.

Monitor pengeluaran urine tiap 8 jam


Rasional:

mengetahui

perbandingan

antara

pemasukan

pengeluaran cairan.
-

Berikan cairan infus sesuai program dokter


Rasional: memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit

13

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

dan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
-

Kolaborasi tentang pemberian antipiretik


Rasional: mencegah timbulnya demam

5) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya


informasi mengenai proses penyakit dan perawatan di rumah.
Tujuan : Secara verbal keluarga dapat menjelaskan proses penyakit,
penyebab

dan

penyegahan

penyakit

dengan

kriteria

keluarga

menunjukkan pemahaman menganai instruksi evaluasi dan mengatakan


rencana keperawatan untuk istirahat cairan diet dan perawatan evaluasi.
Intervensi :
-

Berikan penjelasan pada keluarga tentang perlunya istirahat


Rasional: meminimalkan gerak sehingga klien tidak kelelahan

Jelaskan perlunya diet bergizi sesuai dengan usia dan cairan


tambahan
Rasional: diet bergizi dapat menimbilkan kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi

Diskusikan tanda dan gejala distres pernafasan


Rasional: keluarga mengetahui lebih dini gejala distres pernafasan

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan


dilakukan
Rasional: Keluarga dapat melakukannya.

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang akan


dilakukan.
Rasional: menghindari kesalah pahaman dalam tindakan dan
membantu peran aktif keluarga.

Ajarkan nama antibiotik dan antibiotik, dosis waktu pemberian dan


tujuan serta efek sampingnya pada keluarga.

14

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Rasional: Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai
kondisi klien.

15

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
DAFTAR PUSTAKA

Bennete.

(2013).

Pediatric

Pneumonia.

Diakses

pada

tanggal

Oktober

2014

http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview.
Departemen Kesehatan RI (1993). Asuhan Keperawatan Anak Dalam Kontek Keluarga.
Jakarta: DepKes
Doenges, Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Reevers, Charlene J, et all (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medica
Smeltzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta:
EGC

16

Ruang Mawar - Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo Parakan

Anda mungkin juga menyukai