A. Pengertian
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
asing. Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (Bennete.
2013).
Bronkopneumonia adalah salah satu peradangan paru yang terjadi pada
jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratus
bagian atas selama beberapa hari, yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam
penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing lainnya. (Departemen
Kesehatan RI. 1993).
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak (Smeltzer &
Suzanne. 2000).
Jadi, bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
B. Klasifikasi
1. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum
dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan
organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan
anak-anak atau kalangan orang tua.
2. Hospital
Acquired
Organisme
seperti
Pneumonia
ini
dikenal
aeruginisa
sebagai
pseudomonas,
pneumonia
klibseilla
nosokomial.
atau
aureus
C. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia adalah:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
2
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (Reeves, Charlene J, et all.
2001).
D. Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris bagian
atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40 derajat
celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta
sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa hari mulamula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus dan sedang (Ngastiyah, 2005).
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
E. Pohon Masalah/Pathway
Bakteri, virus, jamur, protozoa
Kuman berlebih di
bronkus
Kuman terbawa
disaluran pencernaan
Proses peradangan
Infeksi saluran
pencernaan
Akumulasi secret di
bronkus
Peningkatan flora
normal dalam usus
Peningkatan
peristaltic usus
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Infeksi saluran
pernafasan bawah
Dilatasi
pembuluh darah
Peningkatan
Suhu
Edema antara
kaplier dan alveoli
Eksudat plasma
masuk alveoli
Peningkatan
metabolisme
Edema paru
Gangguan difusi
dalam plasma
Evaporasi
meningkat
Penurunan
compliance paru
malabsorbsi
Mukus brokus
meningkat
Pengerasan
dinding paru
Diare
Suplai O2 menurun
Bau mulut
tidak sedap
anoreksi
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Hiperventilas
i
Dispneu
Intake kurang
Retraksi dada/nafas
cuping hidung
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Gangguan
pola nafas
4
Hipoksia
Metabolisme
anaeraob meningkat
Akumulasi
asam laktat
Fatigue
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
F. Pemeriksaan penunjang
1.
Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner.
2.
3.
Hitung darah lengkap dan hitung jenis : digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi, dan proses inflamasi.
4.
5.
6.
7.
Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8.
9.
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus.
G. Manajemen Terapi
Pada anak yang sehat, infeksi oleh patogen virus biasanya hanya
membutuhkan perawatan suportif saja. Kebanyakan anak-anak yang terinfeksi oleh
virus tidak membutuhkan antibiotik. Bagaimanapun juga sangat penting mengingat
sebaiknya kita berjaga-jaga untuk memilih antibiotik dalam penatalaksanaannya
untuk mengurangi kematian dan kesakitan. Terapi untuk patogen bakteri
berdasarkan empiris. 5 Pemberian antibiotik yang direkomendasikan:
B Lactam: Benzylpenicillin, Amoxycillin, Ampicillin, Amoxycillin-Clavulanate
Cephalosporins : Cefotaxime, Cefuroxime, Ceftazidime
Carbapenem: Imipenam
Lainnya Aminoglycosides: Gentamicin, Amikacin
5
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Terapi suportif
1. Cairan
Oral intake sebaiknya dihentikan ketika anak dalam distres pernapasan. Pada
bronkopneumonia berat, hormon anti diuretik meningkat yang mana artinya
akan menyebabkan dehidrasi.
2. Oksigen
Oksigen menurunkan kematian pada kasus bronkopneumonia berat.
Sebaiknya diberikan terutama kepada anak yang kelelahan, takipneu dengan
retraksi dada berat, sianosis atau tidak mendapatkan makanan. Hal ini
penting untuk menjaga SaO2 diatas 95%.
3. Obat batuk
Tidak direkomendasikan karena menekan batuk dan dapat mengganggu
bersihnya jalan napas.
4. Obat demam
Rasional penggunaannya hanya untuk mengurangi ketidaknyamanan dari
gejala.
5. Fisioterapi dada
Fungsinya
untuk
membantu
menghilangkan
sekret
trakheobronkhial.
H. Prognosa
Pemberian antibiotik yang tepat dan akurat, mortilitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein dan pasien yang
datang terlambat, angka mortalitasnya masih tinggi.
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
I.
Proses Keperawatan
1.
Assestment
1) Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun
produksi sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak sekali. Penderita
biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat hiperinflasi
dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit pucat
dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah
menderita kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit
yang dapat memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok,
terpaan polusi kima dalam jangka panjang misalnya debu/asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat
seperti merokok.
f.
Pola pengkajian
i.
Pernafasan
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/kuning) dan
banyak sekali. Riwayat pneumonia berulang, biasanya terpajan
pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang
(misalnya rokok sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu,
batubara, room katun, serbuk gergaji). Pengunaaan oksigen pada
malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung).
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
(bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, kasar
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.
ii.
Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung/takikardi berat, disritmia, distensi vena leher (penyakit
berat) edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit
jantung. Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan
peningkatan diameter AP dada).
Warna kulit/membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukkan anemia.
iii.
8
Makanan/cairan
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Gejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat, palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali.
iv.
Aktifitas/istirahat
Gejala
Keletihan,
keletihan,
malaise,
aktifitas
sehari-hari
karena
melakukan
ketidakmampuan
sulit
bernafas,
Keletihan,
gelisah/insomnia,
kelemahan
Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka
rangsang.
vi.
Hygiene
Gejala
Penurunan
kemampuan/peningkatan
kebutuhan
Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat/faktor
lingkungan, adanya infeksi berulang.
2.
Diagnosa Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dan ketidak
efektifan batuk.
2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara
pengetahuan
keluarga
berhubungan
dengan
kurangnya
3.
Rencana Intervensi
1) Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas,
perubahan
pola
nafas,
mengetahui
obstruksi
pada
saluran
nafas
dan
Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
Rasional: penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih
maximal.
10
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
-
batuk
merupakan
mekanisme
alamiah
untuk
peningkatan
mucus/lendir
di
saluran
nafas
dapat
11
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
-
3) Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
12
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Rasional: istirahat yang cukup dapat mengembalikan tenaga klien
secara bertahap dan mencegah pengeluaran yang berlebihan.
-
mengetahui
perbandingan
antara
pemasukan
pengeluaran cairan.
-
13
dan
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
-
dan
penyegahan
penyakit
dengan
kriteria
keluarga
14
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Rasional: Keluarga dapat memberikan obat yang tepat sesuai
kondisi klien.
15
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
DAFTAR PUSTAKA
Bennete.
(2013).
Pediatric
Pneumonia.
Diakses
pada
tanggal
Oktober
2014
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview.
Departemen Kesehatan RI (1993). Asuhan Keperawatan Anak Dalam Kontek Keluarga.
Jakarta: DepKes
Doenges, Marilynn. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Reevers, Charlene J, et all (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medica
Smeltzer, Suzanne C. (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I. Jakarta:
EGC
16