Anda di halaman 1dari 23

Praktikum Ekologi Tumbuhan

MINIMAL AREA

Prodi

: Pendidikan Biologi Reguler 2012

Kelompok : 7
Anggota

1. Ayu Indraswary

(3415122171)

2. Bagus Tito Wibisono

(3415120260)

3. Dea Hermadianti

(3415120257)

4. Izmania Shaharani

(3415122174)

5. Yulinda N. Demajosita

(3415122199)

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka
kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan
beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal
yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik
analisa vegetasi yang digunakan.
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Dari
segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat digunakan random sampling,
sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan
purposive sampling pun juga dibolehkan.
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara
sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin digunakan jika vegetasi
homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan
petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh
relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik
sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat
bersifat representatif. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposif sampling.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang
ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang
ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik
berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas
petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat
menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka
dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan

diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau
panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian
petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan.
Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan
yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Untuk
luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau
20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan
dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan.
Pada awal abad ke-20 studi ekologi tumbuhan sering menggunakan kurva spesies area
untuk memperkirakan ukuran minimum dari kuadrat yang diperlukan. Hal ini diperlukan
untuk mengkarakterisasi dan membuat suatu komunitas yang memadai. Hal ini dilakukan
dengan cara memplot kurva, dan memperkirakan daerah itu setelah menggunakan hasil
petak yang lebih besar dalam penambahan hanya lebih sedikit spesies. Hal ini disebut
minimal

area.

Dimana

sebuah

kuadrat

yang

melingkupi

daerah

minimal

ini

disebut relev, dan metode pengambilan data dengan cara ini disebut metode relev.
Estimasi daerah minimal dari kurva adalah tentu subjektif, sehingga beberapa penulis lebih
memilih untuk mendefinisikan area minim sebagai daerah melampirkan setidaknya 95
persen (atau beberapa proporsi besar lainnya) dari total spesies yang ditemukan. Yang
menjadi masalah adalah bahwa kurva wilayah spesies biasanya tidak menggunakan
pendekatan asimtot , sehingga tidak jelas apa yang harus diambil sebagai total data atau
spesies. Pada kenyataannya, jumlah spesies selalu bertambah dengan luas sampai ke titik di
mana wilayah dari seluruh dunia telah terakumulasi.
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk setiap
bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan
contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan

yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat
penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan
demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu
atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti
bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau
sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu,
dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Maka
dari itu, luas daerah ini disebut luas minimum.
1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah mengetahui struktur dan komposisi komunitas
tumbuhan yang ada pada lapangan sepak bola velodrome dengan menggunakan metode
minimal area.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem yang dapat menggambarkan
pengaruh dari kondisi-kondisi fakta lingkungan yang mudah di ukur dan nyata. Dalam
mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan
suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu hidup tertentu yang
mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi
dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara
umum. Dalam mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak dapat melakukan penelitian
pada seluruh area yang ditempati komonitas, terutama apabila area itu cukup luas. Oleh
karena itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas tersebut dengan
syarat bagian tersebut dapat mewakili sebagian komonitas yang ada. Luas area tempat
tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi,
tergantung dari bentuk/ struktur vegetasi tersebu(Harun,1993).
Luas daerah dalam satuan kecil yaitu komunitas atau vegetasi yang sangat
bervariasi keadaannya. Keberadaannya merupakan himpunan dan spesies populasi yang
sangat berinteraksi dengan banyak faktor lingkungan yang khas untuk setiap vegetasi,
kemudian muncul pertanyaan yang sering timbul yaitu bagaimana cara mengamati
komunitas atau vegetasi tersebut dan berapa banyak sampel yang herus di amati sehingga
dikatakan representatif bila di dalamnya terdapat semua atau sebaagian besar jenis
tumbuhan yang membentuk komunitas atau vegetasi tersebut. Daerah minimal yang
mencerminkan kekayaan. Komunitas atau vegetasi disebut luas minimum. Dalam
mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak mungkin melakukan penelitian pada seluruh
area yang ditempati oleh komunitas, terutama apabila area tersebut sangat luas. Oleh karena
itu kita dapat melakukan penelitian disebagian area komunitas tersebut dengan syarat
bagian tersebut dapat mewakili seluruh komunitas (Harun, 1993).

Suatu metode untuk menentukan luas minimum suatu daerah disebut metode luas
minimal. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah petak yang digunakan
dalam metode tersebut. Oleh karena itu pada umumnya suatu vegetasi akan didominasi oleh
spesies tumbuhan tertentu saja. Hal dapat dianalisa dengan metode luas minimum dan
jumlah minimum ini (Harun,1993).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas
minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang
dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat
berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan
patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Anonim, 2010).
Pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah
tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi luas daerah
ini disebut luas minimum.
Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:
1. Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 petak 1.
2. Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.
3. Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini petak ke 2.
4. Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).
5. Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.
Dari data yang telah diperoleh dibuat kurva :
1. Luas petak contoh sebagai absis (sb X)

2. Jumlah spesies sebagai ordinat (sb Y)


(Anonim, 2010)
Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10% jumlah spesies. Kemudian
ditarik garis resultansinya dari (dari 10% tadi). Setelah itu ditarik garis singgung pada kurve
yang sejajar resultante tersebut. Kemudian dari titik singgungnya ditarik garis ke absis yang
sejajar ordinat. Maka luas minimum petak(plot)dapatdiketahui (Anonim,2010).
Ukuran kuadrat terbagus yang dipakai tergantung pada hal yang harus diukur. jika
cover sendiri adalah penting, kemudian ukuran tidak merupakan suatu faktor. kenyatannya
kuadrat dapat menyusut menjadi garis dengan satu dimensi atau menjadi titik tanpa
dimensi. tetapi jumlah tumbuhan perunit area atau pola dispersal harus diukur, kemudian
ukuran kuadrat adalah sangat penting. Satu ukuran bagus adalah memakai satu ukuran
kuadrat paling sedikit dua kali luas rata-rata luas kanopi spesies besar yang lain dengan
memakai ukuran kuadrat yang mengijinkan hanya satu atau dua spesies untuk hadir dalam
semua kuadrat. Lain halnya menggunakan ukuran kuadrat yang memungkinkan
kebanyakan spesies untuk hadir tak lebih daripada 80% semua kuadrat (Hardjosuarno,
1990).
Ukuran plot minimal dapat ditentukan dengan cara survey pendahuluan untuk
menentukan ukuran luas plot minimal. menentukan luas minimal plot dapat dilakukan
dengan cara membuat kurva luas minimal terlebih dahulu. untuk bentuk plot persegi
dimulai dengan membuat sebuah plot (bidang datar) persegi pada satu tegakan dengan
kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk lapangan rumput adalah 25 x 25 Cm2, selanjutnya
dicatat spesies tumbuhan yang ada dalam kuadrat terkecil. kemudian kuadrat diperluas dua
kali luas semula dan kemudian penambahan spesies baru yang terdapat di dalam kuadrat
luasan di catat (Suprianto, 2001).
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk
setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah
pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan
ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas

tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis
tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu
tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya
terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut.
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu,
dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan. Jadi
luas daerah ini disebut luas minimum (Anonymous, 2007).
Bentuk cuplikan berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area
tertentu (kuadrat) luasnya bisa bervariasi sesuai dengan batas luas vegetasi alami yang
berbentuk seperti hutan luas kuadrat minimal 200 m2 dan vegetasi sederhana seperti
rumput dengan kuadrat seluas 1 m2. (Doblers & ellenberg,1979 dalam Rahardjanto,2001).
Untuk memahami luas, metode manapun yang di pakai untuk menggambarkan
suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan tujuan luas atau sempitnya
suatu area yang di amati (Rasnovi,2006). Luas area tempat pengambilan contoh komunitas
tumbuhan atau vegetasi sangat bervariasi, tergantung pada bentuk dan struktur vegetasi
tersebut. Untuk vegetasi lumut kerak, misalnya di perlukan ukuran 1cm2. sedangkan untuk
vegetasi hutan campuran dan tropika di perlukan ukuran 1 atau 10 hektar. Yang perlu di
perhatikan adalah seluas apa percontohan di ambil harus dapat menggambarkan bentuk
vegetasi dan apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan membentuk vegetasi itu
berada dalam daerah percontohan. Dengan demikian biasanya dalam pada suatu bentuk
vegetasi itu akan di dapatkan suatu wilayah terkecil yang dapat mewakili vegetasi kecuali
untuk hutan tropika yang sangat sulit di tentukan luas terkecil. Luas terkecil yang dapat
mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan di sebut luas
minimum (Rahardjanto, 2007).
Kadangkala ekolog tidak mengunakan luas minimum dalam menganalisa suatu
vegetasi tetapi dengan menggunakan luas tertentu yang sudah ditentukan. Cuplikan yang

dibuat kemudian diulangi lagi sehingga menggambarkan suatu jumlah minimumnya artinya
tidak ada lagi penambahan spesies pada cuplikan yang telah dibuat (Rahardjanto, 2001).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah
adalah Iklim Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan sebagainya yang
menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah spesies yang dapat
hidup secara tetap di suatu daerah. Keragaman Habitat Habitat dengan daerah yang
beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan habitat
yang lebih seragam. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di
bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif. Rumus
umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besardari daerah lain maka daerah itu akan
mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Anwar,1995).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan
untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas
minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang
dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada
areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat
berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan
patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat (Harun,1993).
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil,
kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali
didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan
penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar

jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%
(AgustiaE,W.Dkk, 2011 ).
Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau
2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya
yang merupakan dua kali luas petak awal (Rasnovi, 2006).
Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total
dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih
dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu: 1.
Penyebaran acak 2. Penyebaran secara merata 3. Penyebaran secara kelompok Untuk
mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka
penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan
yaitu: 1. Penyebaran percontohan secara acak 2. Penyebaran percontohan secara sistematik
3. Penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).
Dalam ekologi komunitas bearti suatu kumpulan bearti suatu kumpulan populasi
yang terdiri dari spesies yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak
harus merupakan suatu daerah luas dengan tumbuhan biasanya bersifat rumit dan tidak
mudah diberi warna menurut satu, dua spesies yang paling berkuasa sebagai mana umum
didaerah beriklim sedang. Suatu komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi
tumbuhan dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup ditempat tersebut dalam
kegiatan anggota-anggota komunitas ini bergantung pada penyesuaian dari setiap individu
terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada ditempat tersebut (Heddy,1986).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Oktober 2014 pukul 13.30 s.d. 14.30
bertempat di lapangan sepak bola velodrome Rawamangun, Jakarta Timur.

3.2 Alat dan Bahan


1. Tali rafia
2. Patok kayu
3. Alat ukur
4. Buku kunci determinasi tumbuhan
5. Alat Tulis

3.3 Metode
Metode yang digunakan adalah dalam praktikum ini adalah metode sampling dengan
menggunakan minimal area, yaitu pembuatan plot sementara untuk mengetahui struktur
komunitas suatu vegetasi. Plot ini polanya bertingkat, dimana semakin lama akan semakin
besar ukurannya. Perbesaran ukuran plot dihentikan ketika tidak lagi ditemukan
penambahan jumlah jenis spesies. Plot awal dimulai dengan ukuran 0.5 m x 0.5 m,
kemudian 1 m x 0.5 m, selanjutnya 1m x 1m, dan seterusnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Data Pengamatan Kelompok :


Hari/Tanggal: 14 Oktober 2014

Waktu Pengamatan

: 13.00 s.d. 14.20

Cuaca

: Panas terik

Luas Lokasi Pengamatan

: 5 plot x 0,5 m2

Lokasi

: Padang rumput di lapangan Velodrome, Rawamangun (dekat gudang)

Pengamat : 1. Ayu Indraswary

2. Bagus Tito W.

4. Izmania Shaharani

3. Dea Hermadianti

5. Yulinda Nurfit Demajosita

Tabel 1. Data Pengamatan Minimal Area


Minimal Area

Luas Area

Nama Spesies

(m2)

Jumlah

Penambahan

Spesies

Spesies

0,5 m x 0,5 m

0,25 m2

sp. 1

0,5 m x 1 m

0,5 m2

sp. 1, Mimosa pudica, sp. 2

1mx1m

1 m2

sp. 1, Mimosa pudica, sp. 2, sp.


3, sp.4

1mx2m

2 m2

sp.4, sp.5, sp. 6

2mx2m

4 m2

sp.7

Tabel 2. Data Spesies Tumbuhan


No

Nama

Spesies

Sp.1

Mimosa

Foto Spesies
Tidak di dokumentasikan

Deskripsi Spesies

pudica

sp. 2

Berakar serabut,

Daun dan batang daun terdapat rambut halus


4

sp. 3

berwarna putih yang tersusun rapat, namun


tidak di temukan pada tangkai daun, duduk
daun bersilang berhadapan,

sp.4

sp. 5

Bentuk daun bulat telur

Bentuk daun delta, tepi daun bergerigi halus,


7

sp. 6

tampak rambut halus di bagian daun dengan


jumlah sedikit dan banyak di bagian batang
daun, bunga tumbuh axilar

sp. 7

Beranak daun tiga, bentuk daun delta dan


bertepi rata

Kurva Minimal Area


Jumlah Jenis Tumbuhan

6
5
4
3
2
1
0

0.25

0.5

Luas Plot (m2)

Gambar 1. Grafik Luas Plot Minimum Yang Diamati


*ket :

Luas Minimum Area

Data Pengamatan Kelompok Lain :


Hari/Tanggal: 14 Oktober 2014

Waktu Pengamatan

: 13.00 s.d. 14.20

Cuaca

: Panas terik

Luas Lokasi Pengamatan

: 5 plot x 0,5 m2

Lokasi

: Padang rumput di lapangan Velodrome, Rawamangun (dekat pohon jambu)

Pengamat : 1. Helda Dumayanti


4. Kartika Aprilia

2. Diana Dia Lismana

3. Ni Wayan Evasari

5. Rizka Anugrahyanti

6. M. Hartadi

Tabel 1. Data Pengamatan Minimal Area


Minimal Area

Luas Area

Nama Spesies

(m2)
0,5 m x 0,5 m

0,25 m2

Family Araceae sp. 1 , Family

Jumlah

Penambahan

Spesies

Spesies

Aracaceae sp. 1
0,5 m x 1 m

0,5 m2

Family Araceae sp. 1 , Family


Aracaceae sp. 1

1mx1m

1 m2

Family Araceae sp. 1 , Family

Aracaceae sp. 1, Family


Leucenaceae sp. 1
1mx2m

2 m2

Psidium guajava, Family


Fabaceae sp.1

2mx2m

4 m2

Family Poaceae sp.1

Kurva Minimal Area


Jumlah Jenis Tumbuhan

3.5
3

2.5
2

1.5
1

0.5
0
0.25

0.5

Luas Plot (m2)

Gambar 2. Grafik Luas Plot Minimum Yang Diamati


*ket :

Luas Minimum Area

4.2 Pembahasan
Minimum Area erat kaitannya dengan analisa vegetasi yang ada didalam suatu
kawasan. Menurut Agustia, E. W, dkk (2011), Analisa vegetasi adalah cara mempelajari
susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi . Untuk suatu kondisi hutan yang
luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini
ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak
contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.

Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area)
yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang
sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman
jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut, makin luas petak contoh yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat
berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas
petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan
patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat .
Kondisi lingkungan tempat pembuatan petak minimal area adalah padang terbuka
yang banyak ditumbuhi oleh rerumputan dan herba. Tempat yang dipilih tidak berada pada
naungan pohon. Digunakannya petak minimal area karena daerah lapangan terbuka
tumbuhannya bersifat homogen, karena bebas menempatkan petak contoh (sampling area)
dimana saja, namun peluang menemukan jenis tumbuhan bebeda tiap petak contoh
(sampling area) relatif kecil. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup
besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi
atau pengabaian.
Luas minimal area optimum ditentukan dari garis persinggungan kurva
pertambahan spesies dengan garis yang sejajar antara ujung kurva pertambahan dengan
koordinat (0,0)/garis linear. Garis m ditarik dari titik 0 ke koordinat 10 % (A) dari jumlah
jenis dan 10 % dari luas petak. Garis m ini merupakan tempat kedudukan dari 10 % luas
petak tempat, dimana terdapat 10% jumlah jenis. Garis n yang sejajar dengan m,
menyinggung kurva pada titik K. Proyeksi K pada sumbu X (titik B adalah luas minimal
petak). Luas petak yang diamati tidak melebihi 10 % seluruh area, karena jenis-jenisnya
hanya akan bertambah 10 % saja, sehingga secara umum cara tersebut dapat diterima.
Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode minimal area ini, didapat tumbuhan
Mimosa pudica dan terdapat 7 spesies tumbuhan lainnya yang belum dapat diidentifikasi.
Dari hasil identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi yang ada, didapat bahwa

spesies 1 dan 4 merupakan tumbuhan dengan Family Poaceae. Family Poaceae memiliki
ciri khas yaitu tumbuhan perennial dan herba, bentuk seperti pohon tetapi tanpa penebalan
sekunder, dinding sel, dan memiliki epidermis kuat. Batang biasanya slinder dan dengan
ruas kosong (internodus). Tetapi kami tidak dapat mengidentifikasi tumbuhan tersebut
secara lengkap sampai pada nama, karena bagian sampel yang diambil untuk diidentifikasi
tidak lengkap.
Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, dkk dalam Agustia, E.W,
dkk, 2011). Jenis baru hingga plot kelima terjadi peningkatan walaupun pada plot keempat
tidak ada penambahan spesies, sedangkan pada plot pertama dengan luas 2 x 4 m dan 4 x
4 m tidak ada sama sekali penambahan spesies baru yang lebih dari 10%. Maka untuk
menentukan luas plot minimum dapat dibuat kurva minimal area dengan menggunakan
data luas plot pada sumbu X dan jumlah jenis spesies pada sumbu Y. Dapat dilihat pada
Gambar 1 di atas, terlihat pada grafik terjadi penambahan jumlah spesies tumbuhan dari
luas plot 0,5 m x 1 m2 hingga luas plot 1 x 2 m2 yang ditunjukkan dengan menarik garis
yang sejajar dengan garis yang sejajar antara garis ujung kurva pertambahan dengan
koordinat ( 0,0 ) / garis linear, Sehingga dapat ditentukan luas minimum yang diperlukan
untuk menganalisis vegetasi di area tersebut dengan ukuran 1 x 1 m. Hal ini dinyatakan
pada saat garis mulai mendatar atau penambahan jumlah jenis tumbuhan tidak lebih dari 10
%.
Bila dibandingkan dengan data dari kelompok lain, keanekaragaman spesies
tumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan data kelompok. Hal ini disebabkan oleh area
sampling yang berbeda, dengan letak sampling kelompok ini cenderung ke area tanpa
kanopi dan secara kasat mata pun terlihat homogenitasnya. Sementara, data kelompok lain
yang dijadikan sampling perbandingan, menyinggung area yang memiliki satu kanopi besar
dari Psidium guajava yang menyebabkan banyak serangga tertarik, dan tanpa sengaja
membawa benih dari tumbuhan lain. Hal ini menjadi salah satu hipothesis keanekaragaman
khususnya dari segi family, cukup banyak dibanding kelompok ini.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah


adalah

Iklim Fluktuasi, yaitu iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam

membagi keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi jumlah
spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah. Keragaman Habitat dengan daerah
yang beragam dapat menampung spesies yang keragamannya lebih besar di bandingkan
habitat yang lebih seragam. Ukuran Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies
di bandingkan dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasar adalah kuantitatif. Rumus
umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besardari daerah lain maka daerah itu akan
mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Anwar,1995).
Namun, hal yang unik adalah dengan proporsi keanekaragaman yang berbeda,
minimal area sampling pada kedua kelompok ini relative sama, yaitu pada luas 1 m 2.
Keadaan ini membuktikan dominansi dari family pada area ini, walaupun jumlah individu
lain juga lebih banyak pada beberapa plot. Hal ini dipengaruhi oleh factor-faktor yang telah
disebutkan di atas, dan area dominansi tanpa kanopi yang membuat tumbuhan tertentu
dengan karakteristik tahan kekeringan, perakaran menjalar jauh dalam artian akar serabut,
umur yang singkat, dll. Selain itu, keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu
vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi.
Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan
ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu
komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh
jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh
itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan
pembentuk komunitas tersebut (Anonymous, 2007). Jelaslah, bahwa luas minimal dalam
area sampling kali ini kurang lebih 1 m2.
Kadangkala ekolog tidak mengunakan luas minimum dalam menganalisa suatu
vegetasi tetapi dengan menggunakan luas tertentu yang sudah ditentukan. Cuplikan yang
dibuat kemudian diulangi lagi sehingga menggambarkan suatu jumlah minimumnya artinya

tidak ada lagi penambahan spesies pada cuplikan yang telah dibuat (Rahardjanto, 2001).
Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan luas total dari
jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih
dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu: 1.
Penyebaran acak 2. Penyebaran secara merata 3. Penyebaran secara kelompok Untuk
mengetahui apakah penyebaran individu suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka
penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi dapat dibedakan dengan cara pendekatan
yaitu: 1. Penyebaran percontohan secara acak 2. Penyebaran percontohan secara sistematik
3. Penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).

BAB V
KESIMPULAN
1. Pada praktikum analisa vegetasi dengan metode minimal area ini, didapat tumbuhan
Mimosa pudica dan terdapat 7 spesies tumbuhan lainnya yang belum dapat
diidentifikasi. Dari hasil identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi yang
ada, didapat bahwa spesies 1 dan 4 merupakan tumbuhan dengan Family Poaceae.
2. Luas minimum yang diperoleh dalam pengamatan Plot 1 yaitu 0,5 m x 0,5 m , Plot
2 0,5 m x 1 m, Plot 3 1 m x 1 m, Plot 4 1 m x 2 m, dan Plot 5 2 m x 2 m. Hal ini
menunjukkan bahwa luas tersebut serta jenis tumbuhan yang mendominasi di
dalamnya dapat mewakili karakteristik suatu vegetasi.
3. Penyebaran jenis tumbuhan dalam suatu vegetasi dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti sushu, kelembaban, keadaan tanah dan senyawa organik.
4. Semakin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, semakin
luas petak contoh/plot yang digunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk
bujur sangkar dan empat persegi panjang.
5. Berdasarkan perbandingan dengan data dari kelompok lain, keanekaragaman
spesies tumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan data kelompok. Hal ini
disebabkan karena area sampling yang berbeda. Letak sampling kelompok kami
cenderung ke area tanpa kanopi dan secara kasat mata pun terlihat homogenitasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 1995. Biologi Lingkungan. Bandung : Ganexa Exact
Heddy. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : Angkasa
Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta : Fakultas
Biologi UGM
Harun. 1993. Ekologi Tumbuhan. Jakarta : Bina Pustaka
Irwan, Zoeraini Djamal. 2010. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi Ekosistem, Lingkungan, dan
Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara

LAMPIRAN

Sp. 2

Sp. 4

Sp. 3

Sp. 5

Sp. 6

Sp. 7

Anda mungkin juga menyukai