Disusun Oleh :
Diana Mazaya Atsarina
01.209.5869
Pembimbing :
Nama Mahasiswa
NIM
: 01.209.5869
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. J
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Ngaliyan Semarang
Dikirim oleh
: Keluarga
No CM
: 462344
Tanggal masuk RS
: 28 November 2014
Tanggal pulang
: 29 November 2014
Mengetahui,
Mahasiswa
Penguji
ANAMNESA
Telah dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis di bangsal Amarilis, tanggal 16 Juni 2013,
jam 14.30 WIB.
1. Keluhan Utama
:
kelemahan seluruh anggota gerak, 4 hari tidur terus tanpa makan/minum
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan sudah 4 hari tidur terus tanpa makan-minum.
Pasien selalu tampak mengantuk. 2 minggu sebelum datang ke IGD pasien jatuh dirumah
karena terpeleset tanpa sebab yang jelas. Setelah terjatuh pasien masih bisa berjalan
dengan rambatan. Pasien saat itu mengeluh kedua kaki dan tangan terasa lemah.
Sampai 4 hari yang lalu pasien ketika pagi hari tidak beraktifitas seperti biasa. Pasien
tampak mengantuk dan tidur terus. Pasien sulit berbicara. Pasien ketika diberi
makan/minum juga tidak respon. BAK mengompol. Belum BAB sudah 5 hari.
Sebelum pasien terjatuh, pasien tidak ada keluhan apapun. Sakit kepala disangkal. Tetapi
anak pasien menyebutkan jika pasien sejak umur 50 tahunan sudah mulai pikun. Bicara
kadang tak jelas maksudnya. Tetapi keluhan diatas tidak selalu muncul sehingga keluarga
menganggap keluhan tersebut karena usia tua saja. Makan dan minum tidak ada keluhan.
BAB dan BAK dalam batas normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: mesochepal
: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+),
edem palpebra (-/-), pupil isokor 3 mm / 3 mm
Hidung
Telinga
: discharge (-/-)
Mulut
Leher
Jantung
Paru-paru
Abdomen
:
Inspeksi : datar, peristaltik tak tampak
Auskultasi: bunyi usus (+) dalam batas normal, suara abnormal (-)
Perkusi : timpani, pekak sisi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-) ,hepar / lien tak teraba, massa (-)
: mesochepal
: (+)
: simetris
: bebas
: (-)
C. Saraf Kranial
1. N I. (Olfaktorius)
Kanan
Sulit dinilai
Kiri
Sulit dinilai
2. N II. (OPTIKUS)
Kanan
Sulit dinilai
Daya penglihatan
Pengenalan warna
Lapang pandang
Kiri
Sulit dinilai
3. N III. (OKULOMOTORIUS)
Palpebra
Pupil
Bentuk
Ukuran
Gerak bola mata
Refleks pupil langsung
Refleks pupil tak langsung
Refleks akomodatif
Strabismus
Kanan
Kiri
normal
isokor
bulat
3 mm
(+) N
(+)
(+)
Sulit dinilai
normal
isokor
bulat
3 mm
(+) N
(+)
(+)
Sulit dinilai
4. N IV. (TROKHLEARIS)
Gerak bola mata
Kanan
Sulit dinilai
Kiri
Sulit dinilai
V. (TRIGEMINUS)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka atas
Sensibilitas muka tengah
Sensibilitas muka bawah
Refleks kornea
Kanan
Sulit dinilai
Kiri
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
5. N.
6. N VI. (ABDUSEN)
Gerak bola mata
Stabismus konvergen
Diplopia
Kanan
Sulit dinilai
Kiri
Sulit dinilai
7. N VII. (FASIALIS)
Tic fasial
Motorik
-
sudut mulut
mengerutkan dahi
mengangkat alis
lipatan nasolabial
meringis
kembungkan pipi
Kanan
Sulit dinilai
Kiri
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Kanan
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Kiri
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan
Kanan
Kiri
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Daya perasa
8. N VIII. (AKUSTIKUS)
Pendengaran
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Swabach
9. N IX. (GLOSSOFARINGEUS)
Arkus faring
Daya perasa
Refleks muntah
10. N X. (VAGUS)
Arkus faring
Disfonia
Menelan
Kanan
Sulit dinilai
Kiri
Sulit dinilai
Kanan
(+)
Sulit dinilai
Kiri
(+)
Sulit dinilai
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termis
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
2. Anggota gerak atas
Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
: (+) simetris
: (-)
: tidak ada kelainan bentuk
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: tak diperiksa
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
kanan
: hipoaktif
: normal
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
kiri
hipoaktif
normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Tonus
Trofi
: normal
: atrofi
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Proprioseptif
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: tidak dilakukan
: Sulit dinilai
Reflek fisiologis
Biceps
Triceps
Radius
Ulna
kanan
kiri
: (-)
(-)
: (-)
(-)
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Reflek patologis
Reflek Trommer
Reflek Hoffman
: (-)
: (-)
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Proprioseptif
Reflek Fisiologis
Patella
Achiles
Reflek Patologis
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
normal
atrofi
(-)
(-)
kanan
: hipoaktif
: normal
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: normal
: atrofi
kiri
hipoaktif
normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai
normal
atrofi
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: sulit dinilai
kanan
: (+)
: (+)
kiri
(+)
(+)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Schaeffer
Bing
: (-)
: (-)
(-)
(-)
Pemeriksaan Klonus
Klonus patella
Klonus kaki
: (-)
: (-)
(-)
(-)
6. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
Mioklonus
Khorea
7. Tes tambahan
Tes Nafziger
Tes Valsava
: (-)
: (-)
: (-)
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
III.RINGKASAN
Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan sudah 4 hari tidur terus tanpa makan-minum.
Pasien selalu tampak mengantuk. 2 minggu sebelum datang ke IGD pasien jatuh
dirumah karena terpeleset tanpa sebab yang jelas. Setelah terjatuh pasien masih bisa
berjalan dengan rambatan. Pasien saat itu mengeluh kedua kaki dan tangan terasa
lemah.
Sampai 4 hari yang lalu pasien ketika pagi hari tidak beraktifitas seperti biasa. Pasien
tampak mengantuk dan tidur terus. Pasien sulit berbicara. Pasien ketika diberi
makan/minum juga tidak respon. BAK mengompol. Belum BAB sudah 5 hari.
Sebelum pasien terjatuh, pasien tidak ada keluhan apapun. Sakit kepala disangkal.
Tetapi anak pasien menyebutkan jika pasien sejak umur 50 tahunan sudah mulai
pikun. Bicara kadang tak jelas maksudnya. Tetapi keluhan diatas tidak selalu muncul
sehingga keluarga menganggap keluhan tersebut karena usia tua saja. Makan dan
minum tidak ada keluhan. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
Pemeriksaan fisik dan neurologis :
Status Present
KU
: tampak lemah
Status gizi
: kesan kurang
Kesadaran
: GCS = E3 M5 V1
Tekanan Darah
: 130/ 80 mmHg
Nadi
: 64 x/ menit
RR
: 20 x/ menit
Suhu
: 36,6 0C
Kepala
: dbn
Leher
: kaku kuduk (-)
Thoraks
: dbn
Abdomen
: dbn
Ekstremitas
: dbn
superior
sulit dinilai
sulit dinilai
normal
atrofi/atrofi
-/-/-
inferior
sulit dinilai
sulit dinilai
normal
atrofi/atrofi
+/+
-/-/-
Miksi
Defekasi
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi
: mengompol
: belum BAB 5 hari
V. RENCANA AWAL
Assesment
Dx
perfusi otak
: Laboratorium : darah rutin, GDS, elektrolit, profil lipid
CT Scan kepala tanpa kontras
Tx
:
IV line: RL 20 tpm
Dexametasone 4 x 10mg iv
Citicholin 2 x 500mg
Piracetam 4 x 3 gr iv
Ranitidin 3 x 50 gr iv
Ex
TINJAUAN PUSTAKA
Space Occupying Lesion
A. Definisi
Lesi desak ruang (Space Occupying Lesion) merupakan lesi yang luas atau menempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematom dan abses. Karena cranium merupakan tempat
yang tidak feksibel dengan volume yang terfiksasi, maka lesi ini akan meningkatkan tekanan
intracranial. Suatu lesi yang luas, pertama kali akan diakomodasi dengan cara megeluarkan
cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena akan mengalami kompresi dan
gangguan sirkulasi darah otak akan mulai timbul seiring dengan peningkatan tekanan
intracranial.
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel otak
atau dari struktur sekelilingnya. Tumor benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang
bersifat tidak ganas, sedangkan tumor maligna merupakan kanker yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya yang telah menyebar (metastase)
menuju jaringan tubuh lainnya.
B. Etiologi
1. Malignansi
Meliputi metastase glioma, adenoma pituitary dan neuroma akustik
Pada dewasa. 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada anak-anak 2/3
Gambaran Klinis
Glioblastoma
Mengambarkan
multiformis
peningkatan
keluhan
tekanan
nonspesifik
intrakranial.
dan
Dengan
Medulloblastoma
Ependymoma
Oligodendroglima
Brainste glioma
Cerebellar
hemangioblastoma
Digambarkan
dengan
peningkatan
tekanan
Acoustic neurinoma
Gangguan
pendengaran
melibatkan
tinnitus,
ipsilateral.
sakit
kepala,
Dapat
vertigo,
Primary
lymphoma
cerebral Berhubungan
dengan
AIDS
dan
gangguan
D. Gejala Klinis
Gejala tumor otak menyebabkan disfungsi neurologi progresif. Pada tumor benigna yang
pertumbuhannya bersifat lambat, gejala klinis muncul perlahan-lahan. Sehingga tumor otak
ditemukan dalam ukuran yang sudah besar. Gejala yang ditimbulkan tergantung pada
ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasi tumor. Gejala umu akan dijumpai gangguan
fungsi akibat adanya pembengkakan otak dan peningkatan tekanan dalam craium, seperti :
1. Nyeri Kepala
Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus. Biasanya terlokalisir,
tapi bisa menyeluruh. Sering muncul saat pagi hari ketika bangun tidur, rekuren dengan
interval tidakteratur beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri kepala akan bertambah
saat penderita batuk, bersin atau mengejan. Penyabab nyeri kepala ini diduga
dikarenakan adanya traksi pada struktur sensitive duramater, pembuluh darah dan
serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor yang berlokasi di
daerah lobus occipital
2. Muntah proyektil
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor dan biasanya disertai dengan
nyeri kepala. Muntah tersebut dapat bersifat proyektile dan dapat hilang untuk sementara
waktu.
3. Gejala peningkatan tekanan intracranial
Berupa keluhan nyeri epala di daerah frontal dan occipital yang dapat timbul pada pagi
dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
ditemukan papil edema. Keadaan ini perlu tindakan segera karena suatu saat dapat
timbul herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI.
4. Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus. Perlu dicurigai
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak, apabila :
Bangkitan kejang pertama kali pada usia >25 tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsy
Bangkitan disetai dengan gejala peningkatan tekanan intracranial yang lain
Tabel. Manifestasi klinis berdasarkan lokasi tumor
Lokasi Tumor
Manifestasi Klinis
Lobus Frontalis
Lobus Temporal
Afasia sensorik
Gngguan lapang pandang
Lobus Parietal
Gangguan sensorik
Gangguan lapang pandang
Gangguan rasa gerak
Apraksia
Lobus occipital
Corpus
Sindrom diskoneksi
collusum
Batang otak
Hipotalamus
Gangguan endokrin
Cerebellum
Penurunan kesadaran
Tremor
Kelainan gerak bola mata
Muntah, cegukan
Ataksi berjalan
Dismetria
Disartria
Nistagmus
E. Patofisiologi
Tumor otak secara umum menyababkan peningkatan tekanan intracranial melalui dua
mekanisme, yaitu :
1. Penambahan volume otak oleh jaringan tumor, sehingga terjadi :
Tekanan oleh massa neoplasma
Tekanan oleh oedem serebri
2. Mekanisme obstruksi
Obstruksi aliran CSS
Obstruksi vena
Obstruksi absorbs CSS
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik. CT-scan kepala
dan MRI kepala untuk konfirmasi adanya tumor dan lokasi tumor. MRI lebih sensitive unutk
mendeteksi adanya tumor metastase yang berukuran kecil. Pada pencitraan penting untuk
menentukan apkah benar tumor atau menunjukkan gambaran abses.
Tanda atau gambaran meningiomas pada MRI atau CT-Scan secara virtual berbentuk
diagnostik, seperti ada lesi pada daerah tertentu (Regio Parasagittal dan Gyrus Olfaktorius)
yang kelihatan seperti daerah homogenous dengan peningkatan densitas pada scan non
kontras dan meningkat secara seragam dengan kontras.
G. Tatalaksana
1. Terapi suportif
Terapi suportif berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi neurologic
penderita. Terapi suportif yang utama digunakan adalah:
Antikonvulsan
Antikonvulsan diberikan pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda seizure.
Phenytoin (300-400mg/hari) adalah paling umum digunakan, tapi Carbamazepin
(600-1000mg/hari), Phenobarbitol (90-150mg/hari) dan valproic acid (750
glioma
Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam pengobatan pasien dengan malignant
glioma. Kemoterapi disarankan pada pasien dengan oligodendroglioma.
H. Prognosis
Rata-rata masa harapan hidup pasien dengan terapi yang adekuat kurang lebih hanya enam
bulan . beberapa data menyatakan 15-30% pasien dapat hidup selama satu tahun, 5-10%
dapat bertahan dalam dua tahun setelah terapi diberikan. Beberapa hal yang mempengaruhi
prognisus pada kasus utmor intracranial adalah :
1. Lokasi dan jumlah metastase
2. Tingkat da tipe tumor
3. Ada atau tidaknya metastase ke organ lain
4. Usia pasien
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbatobing. 2010. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. FKUI. Jakarta
Aida.
2013.
Space
Occupying
Lession.
Diunduh
www.scribd.com/doc/208693451/Space-Occupying-Lesion.
4. Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
dari
http://