Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

Space Occupying Lession


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh program pendidikan profesi dokter
Bagian Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun Oleh :
Diana Mazaya Atsarina
01.209.5869

Pembimbing :

dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp.S


dr. Siti Istiqomah, Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
STATUS MAHASISWA
KEPANITRAAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
Kasus

: Space Occupying Lession

Nama Mahasiswa

: Diana Mazaya Atsarina

NIM

: 01.209.5869

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny. J

Umur

: 65 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Ngaliyan Semarang

Dikirim oleh

: Keluarga

No CM

: 462344

Tanggal masuk RS

: 28 November 2014

Tanggal pulang

: 29 November 2014

Mengetahui,

Mahasiswa

Penguji

( Diana Mazaya Atsarina )


I. SUBYEKTIF

( dr. Noorjanah , Sp.S )

ANAMNESA
Telah dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis di bangsal Amarilis, tanggal 16 Juni 2013,
jam 14.30 WIB.
1. Keluhan Utama
:
kelemahan seluruh anggota gerak, 4 hari tidur terus tanpa makan/minum
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan sudah 4 hari tidur terus tanpa makan-minum.
Pasien selalu tampak mengantuk. 2 minggu sebelum datang ke IGD pasien jatuh dirumah
karena terpeleset tanpa sebab yang jelas. Setelah terjatuh pasien masih bisa berjalan
dengan rambatan. Pasien saat itu mengeluh kedua kaki dan tangan terasa lemah.
Sampai 4 hari yang lalu pasien ketika pagi hari tidak beraktifitas seperti biasa. Pasien
tampak mengantuk dan tidur terus. Pasien sulit berbicara. Pasien ketika diberi
makan/minum juga tidak respon. BAK mengompol. Belum BAB sudah 5 hari.
Sebelum pasien terjatuh, pasien tidak ada keluhan apapun. Sakit kepala disangkal. Tetapi
anak pasien menyebutkan jika pasien sejak umur 50 tahunan sudah mulai pikun. Bicara
kadang tak jelas maksudnya. Tetapi keluhan diatas tidak selalu muncul sehingga keluarga
menganggap keluhan tersebut karena usia tua saja. Makan dan minum tidak ada keluhan.
BAB dan BAK dalam batas normal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini


Riwayat hipertensi : diderita sejak lama. Keluarga lupa sudah berapa lama. Pasien

tidak pernah control.


Riwayat penyakit jantung
Riwayat kencing manis
Riwayat trauma kepala
Riwayat alergi
Riwayat penyakit lainnya

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama
5. Riwayat Sosial, Ekonomi dan Pribadi
Pasien tinggal bersama keluarganya, kesan ekonomi cukup, dan biaya pengobatan pasien
ditanggung sendiri.
II. OBYEKTIF
Telah dilakukan pemeriksaan di bangsal Alamanda tanggal 28 November 2014
1. Status Present
KU
: tampak lemah
Status gizi
: kesan kurang
Kesadaran
: GCS = E3 M5 V1
Tekanan Darah
: 130/ 80 mmHg
Nadi
: 64 x/ menit
RR
: 20 x/ menit
Suhu
: 36,6 0C
Kepala
Mata

: mesochepal
: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+),
edem palpebra (-/-), pupil isokor 3 mm / 3 mm

Hidung

: nafas cuping hidung (-), deformitas (-), secret (-/-)

Telinga

: discharge (-/-)

Mulut

: sianosis (-), lidah kotor (-)

Leher

: simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), kaku kuduk (-)

Jantung

: iktus kordis tak tampak, tak kuat angkat, perkusi batas-batas


jantung dalam batas normal, bunyi jantung I dan II reguler, suara
tambahan (-)

Paru-paru

: kembang dada simetris, perkusi sonor seluruh lapang paru, suara


dasar vesikuler, suara abnormal (-)

Abdomen

:
Inspeksi : datar, peristaltik tak tampak
Auskultasi: bunyi usus (+) dalam batas normal, suara abnormal (-)
Perkusi : timpani, pekak sisi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-) ,hepar / lien tak teraba, massa (-)

Ekstremitas : edema (-), akral dingin (-)


2. Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk
Simetris
B. Leher
Bentuk
Gerakan
Kaku kuduk

: mesochepal
: (+)
: simetris
: bebas
: (-)

C. Saraf Kranial
1. N I. (Olfaktorius)
Kanan
Sulit dinilai

Daya membau subyektif


Dengan bahan

Kiri
Sulit dinilai

2. N II. (OPTIKUS)
Kanan
Sulit dinilai

Daya penglihatan
Pengenalan warna
Lapang pandang

Kiri
Sulit dinilai

3. N III. (OKULOMOTORIUS)

Palpebra
Pupil
Bentuk
Ukuran
Gerak bola mata
Refleks pupil langsung
Refleks pupil tak langsung
Refleks akomodatif
Strabismus

Kanan

Kiri

normal
isokor
bulat
3 mm
(+) N
(+)
(+)
Sulit dinilai

normal
isokor
bulat
3 mm
(+) N
(+)
(+)
Sulit dinilai

4. N IV. (TROKHLEARIS)
Gerak bola mata

Kanan
Sulit dinilai

Kiri
Sulit dinilai

V. (TRIGEMINUS)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka atas
Sensibilitas muka tengah
Sensibilitas muka bawah
Refleks kornea

Kanan
Sulit dinilai

Kiri
Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

5. N.

6. N VI. (ABDUSEN)
Gerak bola mata
Stabismus konvergen
Diplopia

Kanan
Sulit dinilai

Kiri
Sulit dinilai

7. N VII. (FASIALIS)
Tic fasial
Motorik
-

sudut mulut

mengerutkan dahi

mengangkat alis

lipatan nasolabial

meringis

kembungkan pipi

Kanan
Sulit dinilai

Kiri
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Kanan
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

Kiri
Sulit dinilai
tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

Kanan

Kiri

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Daya perasa

8. N VIII. (AKUSTIKUS)
Pendengaran
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Swabach

9. N IX. (GLOSSOFARINGEUS)

Arkus faring
Daya perasa
Refleks muntah

10. N X. (VAGUS)

Arkus faring
Disfonia
Menelan

Kanan
Sulit dinilai

Kiri
Sulit dinilai

Kanan
(+)
Sulit dinilai

Kiri
(+)
Sulit dinilai

11. N XI. (AKSESORIUS)


Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu

12. N XII. (HIPOGLOSSUS)


Posisi lidah terjulur
Tremor lidah
Disartri
Kekuatan lidah
Atrofi papil
Fasikulasi lidah
D. Badan dan anggota gerak
1. Badan
Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk kolumna vertebra

Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termis
Diskriminasi 2 titik
Sensibilitas posisi
2. Anggota gerak atas
Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

: (+) simetris
: (-)
: tidak ada kelainan bentuk
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: tak diperiksa
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai

kanan
: hipoaktif
: normal
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai

kiri
hipoaktif
normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Tonus
Trofi

: normal
: atrofi

Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Proprioseptif

: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: tidak dilakukan
: Sulit dinilai

Reflek fisiologis
Biceps
Triceps
Radius
Ulna

kanan
kiri
: (-)
(-)
: (-)
(-)
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan

Reflek patologis
Reflek Trommer
Reflek Hoffman

: (-)
: (-)

3. Anggota gerak bawah


Motorik
Inspeksi
Palpasi
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi

Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Proprioseptif

Reflek Fisiologis
Patella
Achiles
Reflek Patologis
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon

normal
atrofi

(-)
(-)

kanan
: hipoaktif
: normal
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: normal
: atrofi

kiri
hipoaktif
normal
Sulit dinilai
Sulit dinilai
normal
atrofi

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: sulit dinilai
kanan
: (+)
: (+)

kiri
(+)
(+)

: (-)
: (-)
: (-)
: (-)

(-)
(-)
(-)
(-)

Schaeffer
Bing

: (-)
: (-)

(-)
(-)

Pemeriksaan Klonus
Klonus patella
Klonus kaki

: (-)
: (-)

(-)
(-)

4. Pemeriksaan otonom dan fungsi vegetatif


Miksi
: mengompol
Defekasi
: belum BAB 5 hari

5. Koordinasi, langkah dan keseimbangan


Ataksia
: tidak bisa diperiksa
Tes Romberg
: tidak bisa diperiksa
Gaya berjalan
: tidak bisa diperiksa
Tes disdiadokhokinesis
: tidak bisa diperiksa
Tes dismetria
: tidak bisa diperiksa

6. Gerakan-gerakan abnormal
Tremor
Mioklonus
Khorea

7. Tes tambahan
Tes Nafziger
Tes Valsava

: (-)
: (-)
: (-)

: tidak diperiksa
: tidak diperiksa

III.RINGKASAN
Pasien di bawa ke IGD dengan keluhan sudah 4 hari tidur terus tanpa makan-minum.
Pasien selalu tampak mengantuk. 2 minggu sebelum datang ke IGD pasien jatuh
dirumah karena terpeleset tanpa sebab yang jelas. Setelah terjatuh pasien masih bisa
berjalan dengan rambatan. Pasien saat itu mengeluh kedua kaki dan tangan terasa
lemah.

Sampai 4 hari yang lalu pasien ketika pagi hari tidak beraktifitas seperti biasa. Pasien
tampak mengantuk dan tidur terus. Pasien sulit berbicara. Pasien ketika diberi
makan/minum juga tidak respon. BAK mengompol. Belum BAB sudah 5 hari.

Sebelum pasien terjatuh, pasien tidak ada keluhan apapun. Sakit kepala disangkal.
Tetapi anak pasien menyebutkan jika pasien sejak umur 50 tahunan sudah mulai

pikun. Bicara kadang tak jelas maksudnya. Tetapi keluhan diatas tidak selalu muncul
sehingga keluarga menganggap keluhan tersebut karena usia tua saja. Makan dan
minum tidak ada keluhan. BAB dan BAK dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
Pemeriksaan fisik dan neurologis :
Status Present
KU
: tampak lemah
Status gizi
: kesan kurang
Kesadaran
: GCS = E3 M5 V1
Tekanan Darah
: 130/ 80 mmHg
Nadi
: 64 x/ menit
RR
: 20 x/ menit
Suhu
: 36,6 0C
Kepala
: dbn
Leher
: kaku kuduk (-)
Thoraks
: dbn
Abdomen
: dbn
Ekstremitas
: dbn

Nervus cranialis : sulit dinilai


Motorik
Gerak
Kekuatan
Tonus
Trofi
RF
RP
Klonus

superior
sulit dinilai
sulit dinilai
normal
atrofi/atrofi
-/-/-

inferior
sulit dinilai
sulit dinilai
normal
atrofi/atrofi
+/+
-/-/-

Otonom dan fungsi vegetatif

Miksi
Defekasi

IV. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologi

: mengompol
: belum BAB 5 hari

: tetraparesis spastik, kelemahan umum?


: Hemisfer cerebri
: SNH
DD : SH
SOL

V. RENCANA AWAL
Assesment

: Eliminasi sumbatan, melindungi saraf, dan meningkatkan

Dx

perfusi otak
: Laboratorium : darah rutin, GDS, elektrolit, profil lipid
CT Scan kepala tanpa kontras

Tx

:
IV line: RL 20 tpm
Dexametasone 4 x 10mg iv
Citicholin 2 x 500mg
Piracetam 4 x 3 gr iv
Ranitidin 3 x 50 gr iv

Ex

: Evaluasi GCS dan kekuatan otot


Waspada munculnya defisit neurologis baru
Waspada tanda-tanda peningkatan TIK

TINJAUAN PUSTAKA
Space Occupying Lesion

A. Definisi
Lesi desak ruang (Space Occupying Lesion) merupakan lesi yang luas atau menempati
ruang dalam otak termasuk tumor, hematom dan abses. Karena cranium merupakan tempat
yang tidak feksibel dengan volume yang terfiksasi, maka lesi ini akan meningkatkan tekanan
intracranial. Suatu lesi yang luas, pertama kali akan diakomodasi dengan cara megeluarkan
cairan serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena akan mengalami kompresi dan
gangguan sirkulasi darah otak akan mulai timbul seiring dengan peningkatan tekanan
intracranial.
Tumor otak merupakan pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel-sel otak
atau dari struktur sekelilingnya. Tumor benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal yang
bersifat tidak ganas, sedangkan tumor maligna merupakan kanker yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan di sebelahnya yang telah menyebar (metastase)
menuju jaringan tubuh lainnya.
B. Etiologi
1. Malignansi
Meliputi metastase glioma, adenoma pituitary dan neuroma akustik
Pada dewasa. 2/3 dari tumor primer terletak supratentorial, tetapi pada anak-anak 2/3

dari tumor infratentorial


Tumor primer umumnya tidak melakukan metastase dan sekitar 30% tumor otak

merupakan tumor metastase, 50% diantaranya adalah tumor multiple


2. Hematoma yang disebabkan trauma
3. Abses serebri
4. Amubiasis sentral
5. Limfoma yang sering terjadi akibat infeksi HIV
6. Tuberkuloma
C. Klasifikasi
Secara umumm, tumor otak dapat dikelompokkan menjadi tumor inttraksial, yaitu tumor
yang berasal dari parenkim otak ( sel saraf dan sel glia) dan yang berasal dari ekstra
serebral.
Klasifikasi tumor berdasar topis intracranial :
1. Tumor supratentorial
Hemisfer serebral. Misalnya meningioma, tumor metastase, glioma

Tumor midline misalnya tumor pineal


2. Tumor infratentorial
Pada dewasa, misalnya schwanoma akustik, hamangioma
Pada anak-anak misalnya astrositoma serebral dan medulablastoma
Tabel. Manifestasi tumor berdasar topis intrakranial
Tumor

Gambaran Klinis

Glioblastoma

Mengambarkan

multiformis

peningkatan

keluhan
tekanan

nonspesifik
intrakranial.

dan
Dengan

perkembangan akan menghasilkan defisit fokal.


Astrocytoma

Gambaran mirip glioblastoma multiformis tetapi


lebih lambat, sering setelah beberapa tahun.
Cerebellar astrocytoma dapat memiliki gambaran
yang lebih jinak

Medulloblastoma

Sering terlihat pada anak. Seringkali timbul daripada


dasar ventrikel keempat dan mengarah kepada
peningkatan intrakranial selanjutnya menghasilkan
tanda cerebellar dan batang otak.

Ependymoma

Glioma yang timbul daripada ependyma ventrikel,


terutama pada ventrikel IV, membawa kepada gejala
awal peningkatan tekanan intrakranial.

Oligodendroglima

Berkembang lambat. Seringkali timbul daripada


hemisfera serebral pada dewasa. Kalsifikasi dapat
terlihat

Brainste glioma

Timbul saat usia muda dengan palsy saraf krania dan


kemudian gejala tract sign pada tungkai. Tanda
peningkatan tekanan timbul lambat

Cerebellar

Datang dengan dysequilibrium, ataksia tungkai, dan

hemangioblastoma

tanda peningkatan tekanan intrakranial. Dapat


berhubungan dengan lesi vaskular spinal dan retinal,

polyctythemia, dan renal cell carcinoma


Pineal tumor

Digambarkan

dengan

peningkatan

tekanan

intrakranial, kadang dengan impaired upward gaze


(Parinaud syndrome) dan gangguan lesi batang otak
Craniopharyngiom

Berasal daripada sisa Rathke pouch di atas sella,

menekan optic chiasm. Dapat hadir pada semua usia


tetapi seringkali pada usia muda dengan disfungsi
endokrin dan gangguan lapang bitemporal

Acoustic neurinoma

Gangguan

pendengaran

melibatkan

tinnitus,

ipsilateral.

sakit

kepala,

Dapat
vertigo,

kelemahan/kesemutan wajah dan long tract sign.


Meningioma

Berasal daripada dura mater atau araknoid, menekan


dibandingkan menguasai struktur neural berdekatan.
Meningkat dengan berlanjutnya usia. Saiz berbagai.
Gejala tergantung daerah tumor. Seringkali jinak dan
dapat tereteksi dengan CT-Scan, dapat membawa
kepada kalsifikasi dan erosi tulang

Primary
lymphoma

cerebral Berhubungan

dengan

AIDS

dan

gangguan

immunidefisiensi. Gambaran termasuk gangguan


defisit fokal atau dengan gangguan kognitif dan
kesadaran. Mungkin tidak dapat dibezakan dengan
cerebral toxoplasmosis

D. Gejala Klinis
Gejala tumor otak menyebabkan disfungsi neurologi progresif. Pada tumor benigna yang
pertumbuhannya bersifat lambat, gejala klinis muncul perlahan-lahan. Sehingga tumor otak
ditemukan dalam ukuran yang sudah besar. Gejala yang ditimbulkan tergantung pada
ukuran, kecepatan pertumbuhan dan lokasi tumor. Gejala umu akan dijumpai gangguan
fungsi akibat adanya pembengkakan otak dan peningkatan tekanan dalam craium, seperti :
1. Nyeri Kepala

Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus. Biasanya terlokalisir,
tapi bisa menyeluruh. Sering muncul saat pagi hari ketika bangun tidur, rekuren dengan
interval tidakteratur beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri kepala akan bertambah
saat penderita batuk, bersin atau mengejan. Penyabab nyeri kepala ini diduga
dikarenakan adanya traksi pada struktur sensitive duramater, pembuluh darah dan
serabut saraf. Nyeri kepala merupakan gejala permulaan dari tumor yang berlokasi di
daerah lobus occipital
2. Muntah proyektil
Muntah dijumpai pada 1/3 penderita dengan gejala tumor dan biasanya disertai dengan
nyeri kepala. Muntah tersebut dapat bersifat proyektile dan dapat hilang untuk sementara
waktu.
3. Gejala peningkatan tekanan intracranial
Berupa keluhan nyeri epala di daerah frontal dan occipital yang dapat timbul pada pagi
dan malam hari, muntah proyektil dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
ditemukan papil edema. Keadaan ini perlu tindakan segera karena suatu saat dapat
timbul herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI.
4. Kejang
Kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus. Perlu dicurigai
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak, apabila :
Bangkitan kejang pertama kali pada usia >25 tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsy
Bangkitan disetai dengan gejala peningkatan tekanan intracranial yang lain
Tabel. Manifestasi klinis berdasarkan lokasi tumor
Lokasi Tumor

Manifestasi Klinis

Lobus Frontalis

Kelemahan lengan dan tungkai kontralateral


Perubahan
kepribadian,
penurunan
intelektual

Lobus Temporal

Afasia sensorik
Gngguan lapang pandang

Lobus Parietal

Gangguan sensorik
Gangguan lapang pandang
Gangguan rasa gerak

Apraksia

Lobus occipital

Gangguan lapang pandang

Corpus

Sindrom diskoneksi

collusum
Batang otak

Hipotalamus

Gangguan endokrin

Cerebellum

Penurunan kesadaran
Tremor
Kelainan gerak bola mata
Muntah, cegukan

Ataksi berjalan
Dismetria
Disartria
Nistagmus

E. Patofisiologi
Tumor otak secara umum menyababkan peningkatan tekanan intracranial melalui dua
mekanisme, yaitu :
1. Penambahan volume otak oleh jaringan tumor, sehingga terjadi :
Tekanan oleh massa neoplasma
Tekanan oleh oedem serebri
2. Mekanisme obstruksi
Obstruksi aliran CSS
Obstruksi vena
Obstruksi absorbs CSS
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisik. CT-scan kepala
dan MRI kepala untuk konfirmasi adanya tumor dan lokasi tumor. MRI lebih sensitive unutk
mendeteksi adanya tumor metastase yang berukuran kecil. Pada pencitraan penting untuk
menentukan apkah benar tumor atau menunjukkan gambaran abses.
Tanda atau gambaran meningiomas pada MRI atau CT-Scan secara virtual berbentuk
diagnostik, seperti ada lesi pada daerah tertentu (Regio Parasagittal dan Gyrus Olfaktorius)
yang kelihatan seperti daerah homogenous dengan peningkatan densitas pada scan non
kontras dan meningkat secara seragam dengan kontras.
G. Tatalaksana
1. Terapi suportif

Terapi suportif berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi neurologic
penderita. Terapi suportif yang utama digunakan adalah:
Antikonvulsan
Antikonvulsan diberikan pada pasien yang menunjukkan tanda-tanda seizure.
Phenytoin (300-400mg/hari) adalah paling umum digunakan, tapi Carbamazepin
(600-1000mg/hari), Phenobarbitol (90-150mg/hari) dan valproic acid (750

1500mg/hari) juga dapat digunakan


Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi udem dan penurunan tekanan intracranial. Efeknya
mengurangi sakit kepala dengan cepat. Dexamethasone adalah kortikosteroid yang
terpilih karena aktifitas mineralkortikoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan
mulai dari 16mg/hari, tetapi dosis ini dapat ditambah dan diturunkan untuk mencapai

dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.


Manitol
Digunakan untuk mengurangi peningktan tekanan intracranial.
2. Terapi definitive
Pembedahan
Bertujuan mengurangi efek massa dan edema, melindungi dan memperbaiki fungsi
neurologis, mengurangi kejadian kejang, menjaga aliran CSS dan memperbaiki
prognosis.
Dasar dilakukan pembedahan adalah sifat dan stadium tumor, bila harapan hidup
hanya selama 3-6 minggu, terapi pembedahan terhadap tumor intracranial tidak
dianjurkan. Kemudian jumlah focus tumor, dilakukan pada tumor metastase tunggal,

tumor-tumor yang dapat diangkat melalui kraniotomi tunggal.


Terapi radiasi
Terapi radiasi mengantarkan radiasi yang menginisasi sel-sel tumor. Ionisasi ini
merusak DNA sel tumor dan meghentikan proses pembelahan sel tumor . Terapi
radiasi adalah terapi nonpembedahan yang paling efektif untuk pasien dengan
malignant glioma dan juga sangat penting bagi pengobatan pasien dengan low-grade

glioma
Kemoterapi
Kemoterapi hanya sedikit bermanfaat dalam pengobatan pasien dengan malignant
glioma. Kemoterapi disarankan pada pasien dengan oligodendroglioma.

H. Prognosis

Rata-rata masa harapan hidup pasien dengan terapi yang adekuat kurang lebih hanya enam
bulan . beberapa data menyatakan 15-30% pasien dapat hidup selama satu tahun, 5-10%
dapat bertahan dalam dua tahun setelah terapi diberikan. Beberapa hal yang mempengaruhi
prognisus pada kasus utmor intracranial adalah :
1. Lokasi dan jumlah metastase
2. Tingkat da tipe tumor
3. Ada atau tidaknya metastase ke organ lain
4. Usia pasien

DAFTAR PUSTAKA
1. Lumbatobing. 2010. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. FKUI. Jakarta

2. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.


Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.
3. Meega

Aida.

2013.

Space

Occupying

Lession.

Diunduh

www.scribd.com/doc/208693451/Space-Occupying-Lesion.
4. Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

dari

http://

Anda mungkin juga menyukai