Anestesi Spinal
Anestesi Spinal
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi
Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani yang berarti keadaan tanpa rasa
sakit. An tidak atau tanpa dan Aesthesos, persepsi atau kemampuan untuk merasa.
Secara umum Anestesi adalah tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh
(Wikipedia, 2008). Istilah Anestesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes
pada tahun 1948 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara,
karena anestesi adalah pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
pembedahan. Sedangkan Analgesia adalah tindakan pemberian obat untuk menghilangkan
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien (Latief, dkk, 2001). Anestesi dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu :
1. Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel (Miharja, 2009). Anestesi umum
biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan
pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung,
pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-lain (Joomla, 2008).
Adapun cara pemberian anestesi umum, yaitu secara parenteral (intramuscular/
intravena), perektal, dan inhalasi.
2. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri secara lokal (setempat)
tanpa disertai hilangnya kesadaran (Bachsinar, 1992). Anestesi lokal bersifat ringan
dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat (Joomla,
2008). Adapaun cara pemberian anestesi lokal, yaitu anestesi permukaan dengan cara
pengolesan atau penyemprotan, anestesi infiltrasi dengan cara penyuntikan obat
langsung diarahkan di sekitar lesi, luka, atau insisi dan anestesi blok dengan cara
menyuntikkan obat langsung ke saraf utama atau pleksus saraf misalnya anestesi
spinal, anestesi epidural, dll.
2.2 Anestesi Spinal
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestesi lokal ke dalam ruang subaraknoid pada tindakan bedah yang memerlukan waktu
yang cepat. Dimana teknik pemberian obat dilakukan dengan cara menyuntikkan
anestetik lokal secara langsung ke dalam cairan serebrospinal di dalam ruang subaraknoid
di daerah vertebra L2 - L3, L3 - L4 atau L4-L5 (Watsone et al., 2004) dengan tujuan
mendapatkan efek anelgesik (memblok) dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal adalah jenis obat, dosis obat, berat
jenis obat, posisi tubuh, bentuk tulang belakang, efek vasokonstriksi, tekanan
intraabdomen, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat.
1. Indikasi
Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan tungkai bawah,
pangul, dan perineum. Anestesi spinal juga banyak digunakan pada keadaan
khusus,seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang
panggul, dan bedah obstetri.
2. Kontraindikasi
-
Absolut
o Kelainan pembekuan
Bahayanya adalah bila jarum spinal menembus pembuluh darah besar,
perdarahan dapat berakibat penekanan pada medula spinalis.
o Koagulopati atau mendapat terapi koagulan.
o Tekanan intrakranial yang tinggi
o Menyebabkan turunnya atau hilangnya liquor sehingga terjadi penarikan otak.
o Pasien menolak persetujuan.
o Infeksi kulit pada daerah pungsi
o Fasilitas resusitasi minim
o Kurang pengalaman atau / tanpa didampingi consult
o Hipotensi, sistolik di bawah 80 90 mmHg, syok hipovolemik
o Blok simpatis menyebabkan hilangnya mekanisme kompensasi utama
Relatif
o Infeksi sistemik ( sepsis, bakteremi )
o Infeksi sekitar tempat suntikan
o Nyeri punggung kronis
o Kelainan neurologis
Posisi pasien duduk di meja operasi, bersandar ke depan dengan tangan menyilang
di depan. Pada posisi decubitus lateral, pasien tidur berbaring dengan salah satu
sisi tubuh berada di meja operasi.
4. Obat Anestesi
-
Volume obat analgetik lokal : makin besar makin tinggi daerah analgesia.
Tekanan abdominal yang meningkat : dengan dosis yang sama didapat batas
analgesia yang lebih tinggi.
Tinggi pasien : makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin besar dosis
yang diperlukan ( berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis obat ).
Waktu : setelah 15 menit dari saat penyuntikan, umumnya larutan analgetik sudah
menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi diubah dengan posisi pasien.
Komplikasi tindakan
o Hipotensi berat
o Bradikardi
o Hipoventilasi
o Trauma saraf
o Mual - muntah
o Gangguan pendengaran
o Blok spinal tinggi atau spinal total