A. TUJUAN
Mampu menetapkan kadar senyawa obat yang dapat bereaksi dengan adanya
brom berlebihan ( titrasi tidak langsung ).
B. LANDASAN TEORI
Iodimetri ( secara langsung ) merupakan reaksi oksidasi yang relatif kuat dan
termasuk reaksi redoks pencampuran iodium sebagai larutan yang digunakan
sebagai penitrasi suatu larutan. Iodometri adalah titrasi tidak langsung dan
digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa
yang bersifat oksidator seperti CuSO4 dan 5H2O (Rohman, 2007).
Asam salisilat merupakan senyawa yang berkhasiat sebagai fungisidal dan
bakteriostatis lemah. Asam salisilat bekerja keratolitis sehingga digunakan dalam
sediaan obat luar terhadap infeksi jamur yang ringan. Asam salisilat bersifat sukar
larut dalam air. Apabila asam salisilat diformulasikan sebagai sediaan topikal,
maka pemilihan dasar salep merupakan hal yang sangat penting, yang akan
menentukan efek terapi asam salisilat (Astuti, 2007).
Salisilat termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid (AINS).
Mekanisme kerja adalah menghambat sintesis Prostaglan-din dengan menghambat
kerja enzim siklooksigenase pada pusat termoregulator di hipotalamus dan perifer.
Salisilat sudah digunakan lebih dari 100 tahun. Salisilat digunakan sebagai
analgetik, antipiretik, anti inflamasi, anti fungi. Pemberian secara per orang,
salisilat akan di absorpsi di dalam lambung dan usus halus melalui cara difusi
pasif. Mencapai plasma dalam waktu 30 menit dan mencapai konsentrasi puncak
setelah 1 2 jam. Pada dosis kecil, mempunyai waktu paruh kira-kira 4 jam. Pada
dosis yang digunakan sebagai antiinflamasi (4-6 g/hari) dengan kadar salisilat
serum mencapai 200-300 mg/L menunjukkan waktu paruh 12-25 jam. Kecepatan
absorpsi dan ekskresi bergantung pada jenis preparat, besarnya dosis dan individu
(Darsono, 2002).
Pada analisis titrimetri atau volumetrik untuk mengetahui saat reaksi sempurna
dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah
senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan
adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran
dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena sistem
kromofornya diubah oleh reaksi asam basa (Suirta, 2010).
2. Bahan
Asam Salisilat
Larutan KBr 0,1 M
Larutan HCl
Larutan KI
Indikator kanji
Larutan Natrium Tiosulfat 0,11
3. Uraian Bahan
1) HCl ( Dirjen POM, 1979 )
Nama resmi
: Acidum hydrochloridum
Nama lain
: Asam klorida
Pemerian
Kegunaan
: Zat tambahan
Penyimpanan
: Starch
Nama lain
: Amilum/pati/kanji
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai indikator
: NATRI THIOSULFAS
Nama lain
: Natrium tiosulfat/hipo
RM
: Na2S2O3 .5h2O
BM
: 248,17
Pemerian
Kelarutan
: Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol
Kegunaan
: Sebagai penitrasi
Penyimpanan
: KALII BROMIDUM
Nama lain
: Kalium bromida
Pemerian
: KBr
BM
: 109,01
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagai sampel
Kelarutan
: Larut dalam 1,6 bagian air dan dalam 200 bagian etanol
: ACIDUM SALICYLICUM
Nama lain
: Asam salisilat
RM
: C7H6O3
BM
: 138,13
Pemerian
Kelarutan
: Sebagai sampel
Penyimpanan
: KALII IODIDUM
Nama lain
: Kalium iodide
RM
: KI
BM
: 166,00
Pemerian
Kelarutan
D. PROSEDUR KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
NO
Perlakuan
1. 0,04 gr Asam Salisilat + 30 ml KBr + 5 ml
HCl + 5 ml KI + 1 pipet indikator kanji
2. 10 ml larutan campuran dititrasi dengan
larutan Natrium Tiosulfat 0,1 M ( Na2S2O3 )
Larutan
biru tua
Larutan
putih
Hasil
berwarna
berwarna
F. PEMBAHASAN
Bromatometri merupakan salah satu metode oksidimetri dengan dasar reaksi
dari ion bromat (BrO3). Oksidasi potensiometri yang relatif tinggi dari sistem ini
menunjukkan bahwa kalium bromat adalah oksidator kuat. hanya saja kecepatan
reaksinya tidak cukup tinggi. untuk menaikkan kecepatan ini titrasi dilakukan
dalam keadaan panas dan dalam lingkungan asam kuat. adanya sedikit kelebihan
kalium bromat dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ion
bromat, dan bromin yang dibebaskan akan merubah larutan menjadi warna kuning
pucat, warna ini sangat lemah sehingga tidak mudah untuk menetapkan titik akhir.
metode bromometri dan bromatometri ini terutama digunakan untuk menetapkan
senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk tribrom substitusi. metode
ini dapat juga digunakan untuk menetapkan senyawa arsen dan stibium dalam
bentuk trivalent walaupun tercampur dengan stanum valensi empat.
Pada percobaan kali ini digunakan bedak salicyl dan asam salisilat sebanyak
0,04 g. Kedua sampel tersebut dikerjakan sendiri-sendiri. Sampel kemudian
dilarutkan dengan kalium bromida sebanyak 5 ml sebagai oksidatornya.
Selanjutnya, larutan ditambahkan dengan HCl pekat kira-kira sebanyak 3 pipet.
Penambahan HCl bertujuan untuk memberikan suasana asam agar bromin dapat
terbebas. Ketika asam klorida pekat ditambahkan, maka brom akan dibebaskan.
Setelah dicampur, larutan tersebut kemudian ditutup kurang lebih selama 15
menit. Hal tersebut ditujukan agar penguapan brom dapat dihindarkan. Bromin
yang dibebaskan tidak stabil, karena mempunyai tekanan uap yang tinggi dan
mudah menguap. Oleh sebab itulah bahan untuk titrasi ini harus ditutup. Setelah
waktu penutupan cukup, larutan ditambahkan larutan kalium iodida
dan
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
Astuti Yuni Ika, Sudirman Iskandar, Hidayati Umi. 2007. Pengaruh Konsentrasi
Adeps Lanae dalam Dasar Salep Cold Cream Terhadap Pelepasan
Asam Salisilat. Pharmacy. Vol. 05. No. 01.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Darsono Lusiana. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan
Parasetamol. JKM. Vol.2. No.1.
Rohman, Abdul. Gandjar, Golib, Ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Suirta, I.W. 2010. Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol sebagai Indikator
dalam Titrasi. Jurnal Kimia. Vol.4. No.1. Hal : 27-34.