Anda di halaman 1dari 16

BAB II

ISI
A.

Pengertian Iklim Kerja


Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembapan, kecepatan gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari
pekerjaannya. (Menaker, 1999)
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan dan
suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh
yang disebut tekanan panas. (Ramdan, 2007)
Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja, kelembapan udara, kecepatan gerakan
udara dan suhu radiasi pada suatu tempat kerja. cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai
engan syarat yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat menurunnya
efisiensi dan produktivitas kerja. suhu udara dianggap baik untuk orang Indonesia adalah
berkisar 24C samapai 26C dan selisih suhu didalam dan siluar tidak boleh lebih dari 5C. Batas
kecepatan angin secara kasar yaitu 0,25 sampai 0,5m/dtk. (Subaris, 2007)
Menurut Simamur PK (1996:84) iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan
udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan
dengan produksi panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanna panas. Indeks tekanan panas
disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembapan udara, kecepatan
gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil akyivitas seseorang.
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang di ukur dari perpaduan antara suhu
udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban udara, kecepatan aliran udara,dan suhu radiasi.
Kombinasi dari ke empat factor itu di hubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang di
sebut dengan Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang di terima oleh tubuh
manusia. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang di terima tubuh manusia
atas beban iklim kerja tersebut.
Tubuh Manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses pembakaran zat
makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses pengeluaran panas tubuh terganggu
maka suhu tubuh akan meningkat. Lingkungan kerja dengan tubuh selalu saling terjadi
pertukaran panas, pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja).

B.

Macam-macam Iklim kerja


Salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan terhadapperaturan keselamatan tersebut adalah
iklim keselamatan. Iklim keselamatan merupakan persepsi atas kebijakan, prosedur, dan praktek
yang terkait dengan keselamatan.
Penelitian McGovern, et. al. (Neal & Griffin, 2002) menemukan bahwa iklim keselamatan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan
keselamatan. Hal ini didukung hasil penelitian Neal dan Griffin (2002) yang menunjukkan
adanya korelasi positif yang signifikan antara iklim keselamatan dan kepatuhan.

a.

Iklim Kerja Panas


Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabakan
oleh gerakan angin, kelembapan, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (Budiono,
2008). Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus
dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan
kelingkungan sekitar. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka
tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan
cara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi (Sumamur PK, 1996: 82).
Berdasarkan proses pertukaran panas tubuh, rasa nyaman seseorang terhadap suhu panas
atau dingin di lingkungannya ditentukan oleh 4 faktor komponen fisik udara atmosfer, yaitu :

1.

Pertukaran panas tubuh oleh proses konduksi dan konveksi yang bergantung pada suhu udara.

2.

Pertukaran panas tubuh oleh proses konveksi yang bergantung pada pergerakan udara.

3.

Pertukaran panas tubuh oleh proses radiasi yang bergantung pada suhu benda-benda yang
terdapat di sekeliling permukaan tubuh.

4.

Kehilangan panas tubuh oleh proses evaporasi yang bergantung pada kelembapan relatif
udara.

a.

Konduksi,
sekitar
akan

merupakan
dengan

melalui

menghilangkan

sekitar

lebih

dingin

kepada

tubuh

apabila

tubuh manusia.

pertukaran

diantara

sentuhan

panas

dari

suhunya,
benda-benda

tubuh
atau

tubuh
dan

akan
sekitar

dan

bendabenda

kontak.

Konduksi

apabila

benda-benda

menambah
lebih

panas

panas
dari

b.

Konveksi,

adalah

lingkungan

petukaran

melalui

kontak

panas

udara

dari

dengan

badan

tubuh.

dengan

Pada

proses

ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.


c.

Radiasi,

merupakan

dengan

tenaga

panjang

gelombang

dari

gelombang

lebih

panjang

elektromagnetik
dari

sinar

matahari.
d.

Evaporasi,

adalah

cepat

menguap

aliran

angin

kulit,

maka

badan

bisa

secara

keringat

bila

udara

sehingga
cepat
menurun.

maksimal,

keluar

melalui

diluar

badan

kering

terjadi
terjadi

fisiologis

dengan

yang

penguapan

Terhadap
tubuh

dan

pelepasan

bila

akan
usaha

cuaca
berusaha

tersebut

dan

panas
yang

paparan

kulit

tidak

akan
terdapat

dipermukan

akhirnya
kerja

suhu
panas,

menghadapinya
berhasil

akan

timbul efek yang membahayakan.


Faktor luar seperti kadar kelembaban dan angin akan mempengaruhi tahanan pakaian
terhadap aliran panas. Pakaian yang lembab akan mempunyai tahanan yang lebih rendah.
Kecepatan aliran udara yang lebih tinggi akan cenderung mengempiskan pakaiaan, mengurangi
ketebalannya dan ketahanannya juga. Sementara pada pakaian yang terbuka, angin
dapatmenghilangkan lapisan udara hangat yang ada didalam Kecuali jika dipergunakan
sebagai pelindung bahaya kimia atau bahaya lainnya. Isolasi perorangan cenderung
mengatur

sendiri, orang

menambah

atau

membuang

lapisan

pakaian

sesuai

dengan perasaan kenyamanannya. Lama pemajanan dapat beragam sesuai dengan jadwal
kerjaatau istirahat, lebih baik dengan masa istirahat yang diambil dalam lingkungan
yang kurang ekstrem (Harrington, 2005). Orang-orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi
dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29C-30C dengan kelembapan sekitar 85%-95%.
Aklimitisasi terhadap panas berarti suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama
seminggu pertama berada di tempat panas, sehingga setelah itu ia mampu bekerja tanpa pengaruh
tekanan panas.
b.

Iklim Dingin

Pajanan suhu lingkungan yang terlalu dingin disebut cold stress. Pengaruh suhu dingin
dapat mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan
pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit terkenal
yang disebut dengan chilblains, trench foot dan frostbite.
Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin dilakukan
melalui seleksi pekerja yang fit dan penggunaan pakaian pelindung yang baik. Disamping itu,
pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik (budiono, 2008).
C.

Faktor-faktor Iklim keselamatan kerjaKerja


Griffin and Neal mengukur keselamatan yang terdiri dari lima sistem meliputi:

1.

Management Value (Nilai Manajemen)


Nilai manajemen menunjukkan seberapa besar manajer dipersepsikan menghargai keselamatan
di tempat kerja, bagaimana sikap manajemen terhadap keselamatan, dan persepsi bahwa
keselamatan penting.

2.

Safety Communication (Komunikasi Keselamatan)


Komunikasi

keselamatan

diukur

dengan

menanyakan

dimana

isu-isu

keselamatan

dikomunikasikan.
3.

Safety Practices (Praktek Keselamatan)


Yaitu sejauh mana pihak manajemen menyediakan peralatan keselamatan dan merespon dengan
cepat terhadap bahaya-bahaya yang timbul.

4.

Safety Training (Pelatihan Keselamatan)


Pelatihan adalah aspek yang sangat krusial dalam sistem personalia dan mungkin metode yang
sering digunakan untuk menjamin level keselamatan yang memadai di organisasi karena
pelatihan sangat penting bagi pekerja produksi.

5.

Safety Equipment (Peralatan Keselamatan)


Peralatan keselamatan mengukur tentang kecukupan peralatan keselamatan, seperti alat-alat
perlengkapan yang tepat disediakan dengan mudah.

D.

Pengukuran Iklim Kerja


Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapapengukuran seperti suhu kering, suhu
basah, suhu bola, kecepatan angin dan kelembaban udara. Gabungan dari pengukuran

suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban udara dan kecepatan angin disebut dengan iklim
kerja (Haryutiet al.,1987).
Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur suhu basa,
termometer kata untuk mengukur kecepatan kecepatan udara dan termometer bola untuk
mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat menggunakan Questemp yaitu
suatu alat digital untuk mengukur tekanan panas dengan parameter Indek Suhu Bola Basah
(ISBB). Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhukering dan suhu radiasi.Pengukuran
tekanan panas di lingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat pada ketinggian 1,2m
(3,3 kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6m (2kaki) bila tenaga kerja duduk dalam
melakukan pekerjaan. Pada saat pengukuran reservoir (tandon) termometer suhu basah diisi
dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10menit (Tim Hiperkes, 2006)
Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan peralatan yang sama yaitu
thermometer suhu udara, perbedaannya terletak pada pemasangan kain katun pada bola (bulb)
thermometer tersebut. Suhu basah menunjukkan keadaan uap air dan angin di udara. Suhu bola
atau suhu radiasi merupakan pengukuran suhu akibat adanya radiasi panas di lingkungan.
Radiasi panas bisa berasal dari sinar matahari, proses produksi ataupun proses metabolisme
tubuh. Kelembaban udara mengukur banyaknyanya uap air yang berada di udara sedangkan
kecepatan gerakan udara atau angin merupakan pengukuran terhadap gerakan udara.
Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yangditunjukkan oleh termometer suhu
kering.

Suhu

basah

alami(Natural

Wet

bulb

temperature)

adalah

suhu

yang

ditunjukkantermomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature) adalahsuhu yang


ditunjukkan oleh temperatur bola. (Hiperkes, 2005)Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan
secara menetap oleh suatu sistem pengatur suhu (Thermoregulatory system). Suhu menetap ini
adalah akibat keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat
metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu
penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan mencapai tingkat yang
paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27 derajat Celsius (Sritomo
Wigjosoebrata, 2003).
Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja adalah Indeks
Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: Kep-51/MEN/1999, Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1

ayat 9 berbunyi :Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang
disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil
perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
Pada lampiran 1 dari Kepmenaker tersebut tentang NilaiAmbang Batas untuk iklim kerja
tersaji pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola
(ISBB) yang Diperkenankan
Pengaturan waktu kerja setiap ISBB (0C)
jam

Beban Kerja

Waktu kerja

Waktu
Ringan

Sedang

Berat

30,0

26,7

25,0

75% kerja

25% istirahat

30,6

28,0

25,9

50% kerja

50% istirahat

31,4

29,4

27,9

25% kerja

75% istirahat

32,2

31,1

30,0

istirahat
Bekerja terus
menerus
(8jam/hari)

a.

Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 200 kilo kalori/jam.

b.

Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 350 kilo kalori/jam.

c.

Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 500 kilo kalori/jam.
Adapun formula yang digunakan adalah :

1.

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk luar ruangan dengan panas radiasi :

ISBB = 0,7 suhu

basah alami + 0,2 suhu bola + 0,1 suhu kering.


2.

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa

panas radiasi :

ISBB = 0,7 suhu basah alami + 0,3 suhu bola.


Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan
daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena,

permasalahan

umumnya manusia lebih mudah

melindungi dirinya dari pengaruh suhu

udara yang rendah daripada suhu udara yang

tinggi.
E.

Gangguan Kesehatan dan Penyakit Akibat Pajanan Lingkungan Panas

1.

Kelelahan
Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jamsehari. Setelah 4 jam kerja seseorang
harus istirahat, karenaterjadi penurunan kadar gula dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat
lelah karena pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas.
Kelelahan adalah suatu keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam
bekerja, yang dapat disebabkan oleh :

Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)

Kelelahan fisik umum

Kelelahan syaraf

Kelelahan oleh lingkungan yang monoton

Kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara menetap


Gejala keletihan kerja adalah adanya perasaan letih, penurunan kesiagaan, persepsi yang
lambat dan lemah disamping penurunan kerja fisik dan mental. Keletihan diklasifikasikan dalam
dua jenis, yaitu keletihan otot dan kelelahan umum. Keletihan otot adalah merupakan tremor
pada otot (perasaan nyeri pada otot). Sedangkan keletihan umum biasanya ditandai dengan
berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan karena monotoni, intensitas, lamanya
kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi.
ILO (1983) mengutarakan bahwa faktor yang mempengaruhi terjadinya keletihan kerja adalah
adanya monotoni pekerjaan, adanya intensitas dan durasi kerja mental dan fisik yang tidak
proporsional; faktor lingkungan kerja, cuaca dan kebisingan; faktor mental seperti tanggung
jawab, ketegangan dan adanya konflik-konflik; serta adanya penyakit-penyakit, kesakitan dan
nutrisi yang tidak memadai. Pengukuran perasaan keletihan secara subjektif dengan
menggunakan IFRC (Industrial Fatige Research Committee) dari Jepang, yang merupakan salah
satu pengukuran dengan menggunakan kuesioner, yang dapat mengindentifikasi tingkat keletihan
subjektif.
Jenis Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan
penyebab terjadinya kelelahan.
Berdasarkan proses, meliputi:
1.

Kelelahan otot (muscular fatigue)


Kelelahan otot menurut Sumamur PK (1999) adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang
terdapat pada otot. Hasil percobaan yang dilakukan para peneliti pada otot mamalia,
menunjukkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi
tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya
tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan
gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin
rendahnya gerakan.

2.

Kelelahan Umum
Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), biasanya kelelahan umum
ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja,yang sebabnya adalah pekerjaan yang
monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status
kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan
sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam
kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruhpengaruh ini seperti
berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah.
Menurut AM. Sugeng Budiono (2003), gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang
luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya
gejala kelelahan terebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,
segalanya

terasa

berat

dan

merasa

mengantuk.

Berdasar waktu terjadi kelelahan, meliputi:


1.

Kelelahan akut
Disebabkan

oleh

kerja

suatu

organ

tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

atau

seluruh

organ

2.

Kelelahan kronis
Merupakan

kelelahan

yang

terjadi

sepanjang

hari

dalam

jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti
perasaan kebencian yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan
psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya
sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan,
detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain.
Berdasar penyebab kelelahan, meliputi:
1.

Kelelahan fisiologis
Merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti
penerangan, kebisingan, panas dan suhu.

2.

Kelelahan psikologis
Terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau
perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama
pekerja maupun dengan atasan.

2.

Heat
yang

cramps,

dapat

menyebabkan

terjadi

sebagai

hilangnya

akibat

garam

bertambahnya

natrium

dari

dalam

keringat
tubuh,

sehingga bisa menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan


3.

Heat
terutama

exhaustion, biasanya
bagi

panas.

Penderita

badan

normal

mereka
biasanya
atau

terjadi

karena

yang

belum

keluar

subnormal,

cuaca

beradaptasi

keringat
tekanan

yang
banyak

darah

sangat
tehadap
tetapi

menurun,

panas
udara
suhu
denyut

nadi lebih cepat.


4.

Heat syncope. Kesadaran menurun secara mendadak akibat kehilangan cairan yang berlebihan
oleh pengeluaran keringan dan terjadinya hipotensi serebri, yaitu insufisiensi aliran darah ke otak
untuk sementara pada saat berdiri., akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah kulit secara
serentak sehingga darah menumpuk ditungkai.

5.

Kelainan kulit

a.

Heat edema, biasanya terjadi pada pekerja yang baru bekerja dilingkungan yang panas tanpa
melaksanakan periode aklimatisasi. Paling sering terlihat dipergelangan kaki. Kembali menjadi
normal secara spontan setelah 1 atau 2 hari berada di lingkungan yang lebih dingin.

b.

Erythema ag igne. Nodul-nodul hiperkeratosis yang berlanjut menjadi luka bakar.

c.

Intertrigo rash. Eritema disekitar ketiak, liputan siku, lutut, dan leher akibat keringat yang
berlebihan.

d.

Heat rash (miliaria). Obstruksi saluran kelenjar keringat, sehingga terjadi retensi keringat yang
mengakibatkan timbulnya warna kemerahan dan papel-papel kecil di permukaan kulit.

6.

Heat stroke dan hiperpireksia, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga
suhu badan naik, kulit kering dan panas. Gejalanya yaitu kulit memerah, kering karena tubuh
tidak mampu lagi menghasilkan keringat, suhu tubuh mungkin lebih dari 41C, lemah, sakit
kepala, rasa berputar, nadi cepat, kadang-kadang timbul kejang, kesadaran menurun sampai
koma. Gejala hiperpireksia hampir sama dengan heat stroke, tetapi pada hipereksia, kulit masih
terasa lebih basah.

Pengendalian Pajanan Lingkungan Panas


1.
a.

Pengendalian secara Umum


Penggantian Cairan
Kehilangan air yang sangat banyak dari tubuh dalam bentuk keringat adalah untuk tujuan
pendinginan dengan penguapan. Kehilangan dapat menzcapai 6 liter air dalam 1 hari. NIOSH
menyarankan agar tenaga kerja minum sebanyak 150 200 CC setiap 15 20 menit. Air minum
sebaiknya disimpan di tempat dingin dan ditempatkan dekat dengan tempat kerja sehingga
tenaga kerja dapat mengambil tanpa meninggalkan tenaga kerja.

b.

Aklimitasi
Setiap calon tenaga kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat kerja panas harus melaakukan
penyesuaian fisiologis terhadap pajanan panas secara bertahap. Proses aklimitasi sebaiknya
dilakukan secara bertahap sebagai berikut: pada hari pertama selama 2 jam. Pada hari kedua
tenaga kerja bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas selama 4 jam. Sedangkan pada hari
ketiga tenaga kerja bekerja selama 6 jam. Demikian seterusnya, sehingga akhirnya pada hari ke
lima, aklimitasi telah mencapai 100% atau 8 jam ataua 1 shift kerja.

c.

Self Determination
Diartikan sebagai pembatasan terhadap pajanan panas dimana tenaga xkerja menghindari
tehadap cuaca panas apabila ia sudah merasakan terpapar suhu panas secara berlebihan.

d.

Diet
Diet makanan seimbang dan mempunyai nilai gizi yang baik adalah sangat penting untuk
mempertahankan kesehatan yang prima. Makanan harus mengandung garam yang cukup bagi
tenaga kerja yang bekerja dibawah tekanan panas.

e.

Gaya Hidup dan Status Kesehatan


Tenaga kerja harus tidur cukup dan berolah raga merupakan hal yang sangat penting. Tenaga
kerja juga tidak mempunyai kebiasaan minum minuman beralkohol ataupun obat terlarang.
Semua tenaga kerja sebaiknya tidak mengidap penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung,
ginjal dan hati, karena tenaga kerja yang berpenyakit mempunyai toleransi yang rendah terhadap
tekanan panas.

f.

Pakaian Kerja
Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan yang mudah menyerap
keringat sepert i: bahan yang terbuat dari katun, sehingga penguapan mudah terjadi.

2.
a.

Pengendalian secara Khusus


Subtitusi
Mengurangi beban kerja dari berat ke beban kerja ringan dapat menurunkan tingkat tekanan
panas terutama panas metabolisme tubuh. Cara dalam mengurangi beban kerja umumnya
termasuk penggunaan tenaga untuk peralatan kerja atau cara kerja baru untuk mengurangi upayaupaya yang bersifat manual.

b.

Engineering Control
b.1 Menurunkan Suhu Udara
Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi denga cara pengenceran dan dengan
pendinginan secara aktif. Ventilasi dengan cara pengenceran maksudnya memasukkan udara
yang lebih dingin dari tempat lain (dari luar gedung) ke dalam lingkungan tempat kerja panas.
Cara ini dapat dilaksanakan untuk mendinginkan seluruh ruangan atau hanya pendinginan
setempat. Pendinginan secara aktif diartikan sebagai pendinginan dengan mesin atau penguapan
dengan pendinginan udara yang akan digunakan didinginkan lebih dulu dengan mesin pendingin,

selanjutnya baru dimasukkan ke lingkungan tempat kerja untuk mengencerkan udara lingkungan
kerja panas.
b.2 Menurunkan Kelembaban Udara
Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan tekanan panas, hal ini
disebabkan oleh karena suhu udara dan kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga
meningkatkan kecepatan penguapan dengan pendinginan.
b.3 Menurunkan Panas Radiasi
Panas radiasi dapat datang dari sumber dengan suhu permukaan yang tinggi (dari dapur
peleburan). Bila suatu sumber panas dapat ditentukan atau dilokalisir, maka panas radiasi dapat
dikembalikan secara efektif dengan memasang lembaran logam alumunium sebagai perisai di
sekeliling sumber tanpa menyentuh dinding dapur. Permukaan logam aluminium yang
menghadap ke sumber dibuat mengkilap. Ternyata dengan cara demikian 95% energi panas
radiasi yang dipancarkan dari sumber akan dipantulkan kembali, sedangkan yang 5% lainnya
akan diabsorbsi oleh logam aluminium. Dengan cara demikian udara dibelakang logam
aluminium akan tetap terasa dingin.
c.

Administratif Control

1.

Training
Pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja sebelum ditempatkan dan setelah ditempatkan
yang dilaksanakan secara berkala. Pendidikan yang demikian dilaksanakan baik untuk para calon
tenaga kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat kerja panas atau para tenaga kerja yang
bekerja di lingkungan kerja panas maupun untuk supervisornya. Informasi yang menguntungkan
yang dapat diperoleh dari pendidikan ini adalah cara-cara mengendalikan tekanan panas dan
cara-cara untuk mengendalikan resiko yang berhubungan dengan panas.

2.

Membagi Pekerjaan
Untuk mengurangi pajanan panas, pekerjaan dapat dibagi atau dikerjakan oleh beberapa orang
dengan cara bergantian. Dengan demikian pemaparan terhadap panas bagi pekerja
turun/berkurang atau hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.

d.

Perlindungan Perorangan
Perlindungan perorangan dalah suatau cara pengendalian yang diselenggarakan untuk
perorangan. Untuk tekanan panas, perlindungan perorangan terutama berupa suatu pakaian

pendingin, namun juga dapat termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang
tinggi dalam lingkungan tempat kerja panas. Jenis pakaian yang ada:
1.

Sistem Peredaran Udara


Udara dialirkan di bawah pakaian keseluruh tubuh. Untuk itu udara yang diperlukan bagi setiap
orang, harus dialirkan melalui pipa dengan tekanan yang tinggi dengan menggunakan blower.
Jadi jenis pakaian ini dirancang untuk menyerap panas tubuh.

2.

Pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang datang dari suatu sumber panas.

F.

Gangguan Kesehatan dan Penyakit Akibat Pajanan Lingkungan Dingin

1.

Chilblains, merupakan penyakit akibat pajanan lingkungan dingin atau basah pada suhu 016C selama beberapa jam. Pada daerah kulit yang terpajan tampak pembengkakan, kemerahan,
terasa nyeri, dan kesemutan.

2.

Immersion foot, terjadi pada pekerja yang kaki atau tangannya terendam air untuk beberapa
hari atau minggu pada suhu >10C. Cedera terutama mengenai jaringan saraf perifer dan otot,
sehingga timbul gejala seperti rasa kesemutan, baal, gatal, nyeri, pembengkakan pada kaki atau
tangan yang terpajan. Bila progresi berlanjut, kulit yang tadinya kemerahan akan berubah
menjadi kebiruan atau ungu, dapat timbul vesikel atau bahkan dapat berkembang menjadi
gangren.

3.

Trench foot, gejalanya sama seperti Immersion foot.Terjadi pada suhu <10C, tetapi umumnya
gejala timbul lebih cepat (beberapa jam atau hari).

4.

Frostnip, merupakan cedera pembekuan yang paling ringan. Biasanya terjadi akibat bagian
akral dari tubuh (cuping telinga, hidung, pipi, jari-jari tangan atau kaki) terpajan oleh cuaca yang
dingin. Bagian kulit yang terpajan berubah warna menjadi putih, biasanya terasa baal. Lapisan
kulit ditempat ini menjadi keras, sedangkan lapisan jaringan bagian dalam tetap lunak.
Frostnip, dapat dicegah dengan menggunakan penutup kepala, sarung tangan atau kaki, atau
sepatu kerja. dapat diatasi dengan pemanasan ringan. Jangan digosok dan jangan dihangatkan
dengan botol air panas karena kulit akan mengelupas.

5.

Frosbite, merupakan pembekuan bagian tubuh tertentu seperti jari tangan, jari kaki, hidung
atau telinga. Sinyal radang dingin meliputi- kurangnya rasa di daerah bencana; kulit yang muncul
lilin, dingin untuk disentuh, atau berubah warna (memerah, putih atau abu-abu, kuning atau
biru). Frostbite umumnya terjadi pada suhu 0C (32F).

Macam-macam frosbite
a.

Frosbite Permukaan
Anggota tubuh yang terkena forstbite : Kulit dan sebagian lapisan bawahnya.
Indikasi : Kulit terasa keras dan berwarna abu-abu putih, terasa sakit dan lama kelamaan
menghilang.

b.

Frosbite Dalam
Anggota tubuh yang terkena forstbite : kulit, otot, bahkan tulang.
Indikasi : Seluruh bagian yang terkena menjadi keras dan kaku seperti papan, mati rasa.

Pengendalian
1.

Hindari paparan lebih lanjut terhadap dingin, cepat pindahkan ke area yang lebih hangat.

2.

Jika kondisi memungkinkan, hangatkan organ yang terkena penyakit forstbite di dalam wadah
yang berisi air hangat. Hangatkan secara perlahan sampai kulitnya berubah menjadi memerah
kurang lebih 45 menit.

3.

Jika tidak tersedia air hangat, balut daerah yang mengalami frostbite dengan kain atau jika
tangan yang terkena, selipkan saja tangan di bawah ketiak atau di perut untuk menghangatkan
organ yang terkena forstbite.

4.

Jangan pernah menggosok atau menggaruk daerah yang mengalami frostbite karena dapat
menyebabkan infeksi bahkan cidera jaringan lebih lanjut.

5.

Jika mati rasa tetap berlanjut selama proses penghangatan segera pergi ke rumah sakit.

6.

Hipotermia
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana kondisi tubuh tidak dapat menghasilkan panas
disertai menurunnya suhu inti tubuh secara berangsur angsur tetapi pasti dibawah 350C.
Suhu normal manusia yang berkisar antara 37 derajat turun sampai 25 derajat.
Hipotermia diawali dengan badan menggigil, depresi pada pernapasan dan tekanan jantung.
hipotermia terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

I.

Hipotermia ringan

Suhu inti tubuh berkisar 35-36C. Perasaan dingin yang diikuti rasa nyeri pada bagian tubuh
yang terpajan adalah gejala dininya. Biasanya tubuh menggigil untuk menambah panas tubuh,
bila pajanan dingin berlanjut, rasa dingin dan nyeri berkurang berganti dengan rasa baal.
II.

Hipotermia sedang
Suhu inti tubuh berkisar 33-35C. Gejalanya mirip dengan hipotermia ringan, tetapi biasanya
menggigil berkurang atau tidak menggigil sama sekali, dan kesadaran mulai menurun.

III. Hipotermia berat


Suhu inti tubuh berkisar 28-33C. Gejalanya tidak menggigil sama sekali, kesadaran mulai
menurun, kulit pada bagian tubuh yang terpajan berwarna biru, kesadaran sangat menurun, otot
menjadi kaku, bicara tidak jelas lagi, dan timbul rasa syok.
IV. Hiportemia kritis
Suhu inti tubuh <28C. Gejalanya tidak sadar, pernapasan lemah, nadi melambat, pupil dilatasi,
dan tubuh kaku.
Pengendalian
1.

Bawa makanan yang cepat dibakar menjadi kalori

2.

Mengenakan pakaian hangat

3.

Hindari pakaian basah yang terkena hujan.

Daftar Pustaka
Ardyanto, Denny. Jurnal kesehatan lingkungan. Potret Iklim Kerja Dan Upaya
Lingkungan Pada Perusahaan Peleburan Baja Di Sidoarjo vol.1,

Pengendalian

no.2, januari 2005

M, Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta. FKUI.


Admin. 2006. Heat Stress. http://www.cdc.gov/niosh/topics/heatstress/. Diakses pada

tanggal

15 November 2013.
Admin._____.

Heat

Stress. http://www.hse.gov.uk/temperature/heatstress/index.htm.

Diakses pada tanggal 02 Juni 2012.


Admin. 2005. Heat Stress In Contruksion. http://www.cpwr.com/hazpdfs/hazheat.pdf. Diakses
pada tanggal 15 November 2013.

S,

Ikhram

Hardi.

2011.

Bahaya

Potensial

Tekanan

Panas

Di

Lingkungan

Kerja.

http://makalahkesehatankerja.info/artikel-kesehatan-kerja-bahaya-

potensial-

tekanan-panas-di-lingkungan-kerja/. Diakses pada tanggal 15 November 2013.

Anda mungkin juga menyukai