Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN TENTANG KROMATOGRAFI

Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1906),


seorang ahli botani Rusia. Tswest menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk
kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang
dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan
membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi
pada teknik pemisahan baru ini, dimana chroma berarti warna serta graphein
yang berarti tulisan. Kemudian kimiawan dari Swiss Richard Martin Willsttter
(1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni untuk pemisahan
pigmen klorofil.
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan
atas distribusi deferensial komponen sampel diantara dua fasa. Hal tersebut
mengacu pada beberapa sifat komponen, yaitu :

Melarut dalam cairan

Melekat pada permukaan padatan halus

Bereaksi secara kimia


Sifat-sifat tersebutlah yang dimanfaatkan dalam metode kromatografi ini,
yaitu perbedaan migrasi komponen-komponen di dalam sampel.
PENDAHULUAN TENTANG GC (GAS CHROMATOGRAPHY)
Kromatografi
gas
(GC) adalah
jenis
umum
darikromatografi yang digunakan dalam kimia analitik untukmemisahkan dan
menganalisis senyawa yang dapatmenguap tanpa dekomposisi. GC dapat
digunakan untuk pengujian kemurnian zat tertentu, atau memisahkan
komponen yang berbeda dari campuran (jumlah relatif komponen tersebut juga
dapat ditentukan). GC dapat digunakan dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan
kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert,
sedangkan fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer
ataupun larutan. Adapun gambaran umum dari GC adalah sebagai berikut :

DASAR TEORI GC

Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan


atas distribusi deferensial diantara dua fasa mengacu pada beberapa sifat
komponen sampel, yaitu :

Melarut dalam cairan

Melekat pada permukaan padatan halus

Bereaksi secara kimia


Sifat-sifat tersebutlah yang dimanfaatkan dalam metode kromatografi ini,
yaitu perbedaan migrasi komponen-komponen di dalam sampel.

Pada prinsipnya pemisahan dalam GC adalah disisebabkan oleh perbedaan


dalam kemampuan distribusi analit diantara fase gerak dan fase diam di dalam
kolom pada kecepatan dan waktu yang berbeda.
JENIS DAN MACAM ALAT GC
Kromatografi gas terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan dengan mekanisme pemisahan partisi, yaitu:
1.

Kromatografi gascair (KGC),


fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. Partisi komponen
cuplikan didasarkan atas kelarutan uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa diam).

2.

Kromatografi gas-padat (KGP)


fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Pada kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan
atas fenomena adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam). Namun KGP jarang digunakan sehingga pada umumnya yang disebut dengan
GC saat ini adalah KGC.
KOMPONEN ALAT GC

1.

a.

Gas Pengangkut
Gas pengangkut/ pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam silinder
bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi
tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara Iansung. Gas pengangkut
harus memenuhi persyaratan :
Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan material
dalam kolom.
b.
Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c.
Sesuai/cocok untuk detektor.
d.
Harus mengurangi difusi gas.
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah
terbakar, tetapi sangat mahal. H 2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati
dalam pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.
Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh ditektor yang
digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran
dan pengukur tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, ada pengukur
kecepatan aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk memisahkan air dan
pengotor gas lainnya. Pada dasarnya kecepatan alir gas diatur melalui pengatur
tekanan dua tingkat yaitu pengatur kasar (coarse) pada tabung gas dan
pengatur halus (fine) pada kromatografi. Tekanan gas masuk ke kromatograf
(yaitu tekanan dari tabung gas) diatur pada 10-50 psi (di atas tekanan ruangan)
untuk memungkinkan aliran gas 25-150 mL/menit pada kolom terpaket dan 125 mL/menit untuk kolom kapiler.
2.

Tempat injeksi ( injection port)


Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas dan
uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang
berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan
pemanasan sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC/KGC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan
alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan
suhu ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50C lebih tinggi dari titik
didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi. Bila
kita tidak mengetahui titik didih komponen dari cuplikan maka kita harus
mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan. Jika

puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan
pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu
tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau
penguraian dari senyawa yang akan dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan
melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi
yang sering disebut "a gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu
banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan
pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml untuk gas dan 0,2 - 20 ml
untuk cairan seperti pada gambar di bawah.

3.

Kolom
Coulom, ada dua jenis kolom yang digunakan dalam GC. Yang pertama
adalah kolom kemas, yaitu berupa tabung yang terbuat dari gelas atau
steinstless berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Kolom ini
memiliki ukuran panjang 1,5-10 m dan diameter 2,2-4 nm.
Yang kedua adalah kolom kapiler, yang biasanya terbuat dari silica
dengan lapisan poliamida. Kolom jenis ini biasanya memiliki ukuran panjang 2026 m dengan diameter yang sangant kecil

4.

Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah
dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat
melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut

diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum


digunakan:
a.
Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b.
Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c.
Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d.
Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e.
Detektor nyala alkali
f.
Detektor spektroskopi massa
Detector, yang paling umum digunakan dalam GC adalah detector ionisasi nyala (FID) dan detector kondutivitas termal (TCD).
Kedunya peka terhadap berbagai komponen dan dapat berfungsi pada berbagai konsentrasi. Sementara TCD pada dasarnya universal dan
dapat digunakan untuk mendeteksi setiap komponen selain gas pembawa (selama konduktivitas mereka berbeda dari gas pembawa, suhu
detektor),dalam jumlah besar sensitif terutama untuk hidrokarbon. Sedangkan FID tidak dapat mendeteksi air. TCD adalah detector nondestruktif, sedangkan FID adalah detector destruktif. Biasanya detector ini akan dihubungkan dengan Spektrokopi Masa, sehingga akan
menjadi rangkaian alat GC-MS. Adapun salah satu bentuk dari FID adalah sebagai berikut :

5.

Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu

diset terlalu tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam
kolom sehingga menjadi terpisah.

6.

Recorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram.

Dari kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu
retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang
dihasilkan detektor disambungkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data.
Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang
digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor.
Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang
digunakan.
Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas. Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis
selektivitas. Detektor non selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa, Detektor selektifmeresponi berbagai senyawa dengan sifat
fisik atau kimia umum dan detektor khusus menanggapi suatu senyawa kimia tunggal. Detektor juga dapat dikelompokkan ke dalam
concentration dependant detectors and mass flow dependant detectors.

Sinyal dari concentration dependant detectors terkait dengan konsentrasi zat terlarut dalam detektor, dan biasanya Pengenceran
sampel akan menurunkan respon detektor. Mass flow dependant detectors biasanya menghancurkan sampel, dan sinyal tersebut tergantung
dengan laju di mana molekul-molekul zat terlarut menuju ke detektor.
PROSEDUR DAN CARA PENGGUNAAN GC

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.

3.

4.

5.
6.

Mengaktifkan GC
Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas (FID)
Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
Aktifkan computer.
Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di sisi kiri
bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira 2 menit).
Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon instrument
1 online atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method
Method and Run Control pilih metode yang diinginkan.
Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu 20 oC
dibawah suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi tidak
diperbolehkan melewati suhu max column seperti yang tertera di tag column.
Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan untuk
analisa (Method and Run Control)
Analisis Sampel
Isi Operator Sample Info Isi identitas sampel melalui : Run Control Name, Sub
Directory (untuk memudahkan pencarian data, gunakan tanggal hari ini), Nama
Signal, Nama Sample, komentar bila ada.
Apabila menggunakan Sequance, isi identitas sampel melalui : Sequence Isi
Operator Name, Sub Directory (untuk memudahkan Parameter pencarian data,
gunakan tanggal hari ini), Pastikan Data file Prefix/Counter, Nama Signal,
Counter.
Sequence Table :
Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime Checklist :
Sequence
- Location : isikan lokasi vial sampel
- Sample Name : sampel yang akan dianalisa
- Method Name : method yang digunakan untuk analisa
- Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
- Inj Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan ke GC
- Injector : Front atau Back
- Sample Info : apabila diperlukan
Save Sequence.Sequence
Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada display
GC : Ready for Injection dan lampu indicator not ready (warna merah) pada
panel GC off.
Run Sequence.
Pastikan ikon Sequence aktif dengan cara pilih Run Control
Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa akan langsung tercetak secara
otomatis.
Kalibrasi Standar

1.

Setelah selesai running standard, pada menu View klik menu Data Analysis,
double click Data yang diinginkan.
Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
Bila pada data yang dipilih terdapat peak yang tidak dikehendaki (Auto
Integration), klik Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi nilai
parameter yang cocok, klik Yes.
Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama Auto
Calibration Table Concentrasi masing-masing compound, klik Yes.
Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace, bila ada
waktu retensi (RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
Simpan data yang sudah terkalibrasi.
Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mematikan GC
Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.
Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet, dan Detector berada pada suhu dibawah
50 0C.
Close software Chemstation : File
Tekan tombol Off (matikan GC)
Matikan UPS jika ada
Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N 2), Hydrogen (H2), dan
Compress Air.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

PROSEDUR DAN CARA PENGGUNAAN GC :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.

Mengaktifkan GC
Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas (FID)
Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
Aktifkan computer.
Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di sisi kiri bawah,
tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira 2 menit).
Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon instrument 1 online
atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method Method and
Run Control pilih metode yang diinginkan.
Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu 20 oC dibawah
suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi tidak diperbolehkan melewati
suhu max column seperti yang tertera di tag column.
Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan untuk analisa
(Method and Run Control)
Analisis Sampel
Isi Operator Sample Info Isi identitas sampel melalui : Run Control Name, Sub Directory
(untuk memudahkan pencarian data, gunakan tanggal hari ini), Nama Signal, Nama Sample,
komentar bila ada.
Apabila menggunakan Sequance, isi identitas sampel melalui : Sequence Isi Operator
Name, Sub Directory (untuk memudahkan Parameter pencarian data, gunakan tanggal hari

3.

4.
5.
6.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

ini),
Pastikan
Data
file
Prefix/Counter,
Nama
Signal,
Counter.
Sequence Table :
Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime Checklist :
Sequence
Location
:
isikan
lokasi
vial
sampel
Sample
Name
:
sampel
yang
akan
dianalisa
Method
Name
:
method
yang
digunakan
untuk
analisa
Inj/Location
:
jumlah
injeksi
pada
satu
lokasi
vial
Inj
Volume
:
jumlah
sampel
yang
diinjeksikan
ke
GC
Injector
:
Front
atau
Back
Sample
Info
:
apabila
diperlukan
Save Sequence.Sequence
Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada display GC : Ready
for Injection dan lampu indicator not ready (warna merah) pada panel GC off.
Run Sequence.
Pastikan ikon Sequence aktif dengan cara pilih Run Control
Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa akan langsung tercetak secara otomatis.

Kalibrasi Standar
Setelah selesai running standard, pada menu View klik menu Data Analysis, double click
Data yang diinginkan.
Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
Bila pada data yang dipilih terdapat peak yang tidak dikehendaki (Auto Integration), klik
Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi nilai parameter yang cocok, klik Yes.
Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama Auto Calibration Table
Concentrasi masing-masing compound, klik Yes.
Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace, bila ada waktu retensi
(RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
Simpan data yang sudah terkalibrasi.
Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report
Mematikan GC
Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.
Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet, dan Detector berada pada suhu dibawah 50 0C.
Close software Chemstation : File
Tekan tombol Off (matikan GC)
Matikan UPS jika ada
Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N2), Hydrogen (H2), dan Compress Air.

5. Perbedaan TCD dan FID

a. Flame Ionization Detector (FID),adalah detektor general untuk mengukur komponen-komponen sampel yang
memiliki gugus alkil (C-H).Komponen sampel masuk ke FID,kemudian akan dibakar dalam nyala (campuran gas
H2 dan udara),komponen akan terionisasi,ion-ion yang dihasilkan akan dikumpulkan oleh ion collector,arus yang

dihasilkan akan diperkuat,kemudian akan dikonversi menjadi satuan tegangan.Semakin tinggi konsentrasi
komponen,makin banyak pula ion yang dihasilkan sehingga responnya juga makin besar.
b. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab hampir semua komponen memiliki
daya hantar panas.TCD bekerja dengan prinsip mengukur daya hantar panas dari masing-masing
komponen.Mekanismenya berdasarkan teori Jembatan Wheatstone di mana ada dua sel yaitu sel referensi dan
sel sampel.Sel referensi hanya dilalui oleh gas pembawa,sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan
komponen sampel.Perbedaan suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon listrik antara keduanya
dan ini akan dihitung sebagai respon komponen sampel.Detektor TCD banyak digunakan untuk analisis gas.

Konduktivitas termal detector


Konduktivitas termal detector (TCD) adalah properti massal detektor dan detektor spesifik kimia
yang biasa digunakan dalam kromatografi gas-cair. [1] ini perubahan indera detektor konduktivitas
termal dari kolom limbah dan membandingkannya dengan referensi aliran gas pembawa . Karena
kebanyakan senyawa memiliki konduktivitas termal jauh lebih kecil daripada yang umum gas
pembawa helium atau hidrogen, ketika sebuah analyte elutes dari kolom, konduktivitas termal limbah
berkurang dan menghasilkan sinyal yang terdeteksi.

Operasi
The TCD terdiri dari filamen dipanaskan listrik pada suhu-sel dikendalikan. Kondisi normal ada aliran
panas yang stabil dari filamen ke tubuh detektor. Ketika sebuah analyte elutes dan konduktivitas
termal kolom limbah berkurang, filamen memanas dan perubahan resistensi. Resistensi ini
perubahan sering dirasakan oleh sebuah jembatan Wheatstone rangkaian yang menghasilkan
perubahan tegangan yang dapat diukur. Kolom limbah mengalir di atas salah satu resistor sementara
aliran referensi atas resistor kedua dalam rangkaian resistor empat.
TCD Schematic TCD Schematic
Sebuah skema klasik desain detektor konduktivitas termal memanfaatkanjembatan
Wheatstone sirkuit. Aliran referensi di resistor 4 dari rangkaian mengkompensasi melayang karena
aliran atau fluktuasi suhu. Perubahan dalam konduktivitas termal kolom di aliran limbah cair resistor 3
akan mengakibatkan perubahan temperatur resistor dan karena itu perubahan resistansi yang dapat
diukur sebagai sinyal.

Aplikasi
Karena semua senyawa organik dan anorganik, memiliki konduktivitas termal yang berbeda dari
helium, semua senyawa dapat dideteksi oleh detektor ini The TCD ini sering disebut universal
detektor karena menanggapi semua senyawa. Juga, karena konduktivitas termal senyawa organik
serupa dan sangat berbeda dari helium, sebuah TCD akan merespon mirip dengan konsentrasi
analyte serupa. Oleh karena itu TCD dapat digunakan tanpa kalibrasi dan konsentrasi komponen
sampel dapat diperkirakan oleh rasio analyte daerah puncak untuk semua komponen (puncak) dalam
sampel.
The TCD adalah tujuan umum yang baik detektor untuk penyelidikan awal dengan sampel yang tidak
diketahui. Karena TCD kurang sensitif dibandingkan dengan detektor ionisasi nyala dan memiliki
volume yang lebih besar itu mati tidak akan memberikan penyelesaian sebaik sebagai FID. Namun,
dalam kombinasi dengan film tebal kolom dan Sejalan dengan volume sampel yang lebih besar, batas

deteksi secara keseluruhan dapat serupa dengan yang dilakukan oleh seorang FID. Dalam
kesimpulan yang TCD tidak sensitif detektor lain tetapi non-spesifik dan non-destruktif.
Yang TCD juga digunakan dalam analisis gas permanen (argon, oksigen, nitrogen, karbon dioksida)
karena menanggapi semua zat murni ini berbeda denganFID yang tidak dapat mendeteksi senyawa
yang tidak mengandung karbon-ikatan hidrogen.

Detektor ionisasi nyala


Sebuah detektor ionisasi nyala (FID) adalah jenis detektor gas yang digunakan dalam kromatografi
gas. Api pertama detektor ionisasi dikembangkan pada1957 oleh para ilmuwan yang bekerja
untuk CSIRO di Melbourne, Australia. [1] [2]
Deteksi senyawa organik yang paling efektif dilakukan dengan ionisasi nyala. Biokimia senyawa
seperti protein, nukleotida, dan obat-obatan dapat dipelajari dengan ionisasi nyala serta detektor
lainnya, seperti konduktivitas termal, thermionic, ataukonduktivitas elektrolitik karena kehadiran
nitrogen, fosfor, atau belerang atom atau karena universalitas konduktivitas termal detektor. Namun,
biasanya senyawa biokimia memiliki jumlah karbon yang lebih besar hadir dari unsur-unsur lain. Ini
berarti bahwa senyawa tertentu mungkin lebih mudah dideteksi menggunakan ionisasi api atas
metode lain karena konsentrasi karbon yang lebih tinggi dan juga kepekaan ionisasi nyala.

Aplikasi
Sebagai contoh, sebuah FID ini sangat baik untuk mendeteksi metana di nitrogen, karena akan
menanggapi metana tetapi tidak nitrogen.
Jumlah besar yang terbaik untuk mendeteksi hidrokarbon dan komponen lain yang mudah terbakar
dengan mudah. Mereka sangat sensitif terhadap komponen-komponen ini, dan tanggapan cenderung
linier di berbagai konsentrasi.
Namun, sebuah FID menghancurkan sebagian besar - jika tidak semua - dari komponen itu
mendeteksi. Sebaliknya, dengan TCD komponen-komponen yang dapat melanjutkan ke detektor lain
setelah melewati TCD; karenanya dianggap non-destruktif detektor (ini dapat berguna untuk
menganalisis campuran kompleks dimana detektor yang berbeda diperlukan karena selectivities
detektor yang berbeda). Namun, dengan FID, sebagian besar komponen yang rusak dan tidak ada
deteksi lebih lanjut adalah mungkin.
Untuk alasan ini, dalam beberapa situasi detektor, yang FID hampir selalu detector.An terakhir FID
dasarnya hanya dapat mendeteksi komponen yang dapatdibakar. Komponen lain dapat terionisasi
dengan hanya melewati FID's api, tetapi mereka cenderung tidak cukup membuat sinyal untuk naik di
atas kebisingan dari detektor.
Jumlah besar juga dapat diintegrasikan ke dalam perangkat portabel dan pengukuran yang
digunakan, misalnya, untuk pemantauan gas TPA.

Operasi
Seperti namanya, melibatkan analisis deteksi ion. Sumber ion ini adalah hidrogen kecil-api udara.
Kadang-kadang api hidrogen-oksigen digunakan karena kemampuan untuk meningkatkan sensitivitas
deteksi, namun bagi sebagian besar analisis, penggunaan kompresi udara bernapas cukupApi yang
dihasilkan seperti luka bakar pada suhu seperti untuk pyrolyze kebanyakan senyawa organik,
menghasilkan ion yang bermuatan positif dan elektron.

Dalam rangka untuk mendeteksi ion ini, dua elektroda digunakan untuk memberikan beda potensial.
Elektroda positif ganda sebagai kepala nossel di mana nyala api yang dihasilkan. Lain, elektrode
negatif diposisikan di atas api. Ketika pertama kali dirancang, elektrode negatif itu baik berbentuk
tear-drop atau potongan sudut platinum. Saat ini, desain telah dimodifikasi menjadi elektrode tubular,
sering disebut sebagai seorang kolektor piring. Demikian ion tertarik ke kolektor memukul piring dan
di atas piring, menimbulkan arus. Arus ini diukur dengan impedansi tinggipicoammeter dan
dimasukkan ke sebuah integrator. Bagaimana data akhir yang ditampilkan didasarkan pada komputer
dan perangkat lunak. Secara umum, grafik akan ditampilkan yang memiliki waktu pada sumbu x dan
total ion pada sumbu-y.
Diukur saat ini kurang lebih sesuai dengan proporsi atom karbon berkurang dalam api. Khususnya
bagaimana ion yang diproduksi tidak selalu dimengerti, tapi respon dari detektor ditentukan oleh
jumlah karbon atom (ion) memukul detektor per satuan waktu. Hal ini membuat detektor peka
terhadap massa daripada konsentrasi, yang berguna karena respon dari detektor tidak terlalu
terpengaruh oleh perubahan pada laju aliran gas pembawa

Prinsip dan Instrumentasi High Performance


Liquid Chromatography (HPLC)
Apr

Saat ini banyak digunakan instrumen untuk keperluan analisis, beberapa diantaranya
menggunakan prinsip kromatografi seperti HPLC (High Performance Liquid
Chromatography),GC (Gas Chromatography), dan CE (Capillary Electrophoresis). Kali ini penulis
ingin membagi sedikit mengenai HPLC, semoga bermanfaat.
Prinsip Dasar High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC adalah sebuah instrumen yang menggunakan prinsip kromatografi (pemisahan) dengan
menggunakan fase gerak cair yang dialirkan melalui kolom yang merupakan fase diam menuju ke
detektor dengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fase gerak dengan cara
penyuntikan.
Di dalam kolom terjadi pemisahan senyawa-senyawa dalam kolom akan keluar atas dasar
kepolaran yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi kekuatan interaksi antara senyawa
terhadap fase diam. Senyawa-senyawa yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan
keluar terlebih dahulu, dan sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan fase diam akan
keluar lebih lama.
Senyawa yang keluar dari kolom akan dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Dari kromatogram tersebut akan dapat diidentifikasikan waktu retensi (tR) dan luas
area/tinggi puncak. Informasi tR digunakan untuk analisis kualitatif, sedangkan informasi luas area
atau tinggi puncak untuk analisis kuantitatif.
Instrumentasi High Performance Liquid Chromatography
Instrumentasi HPLC terdiri dari fase gerak, pompa, injektor, kolom, detektor dan pengolah data.

Skema instrumen HPLC

Fase gerak (eluen) berupa zat cair. Fase gerak selain sebagai pembawa senyawa
campuran menuju detektor, fase gerak juga dapat berinteraksi dengan solut-solut. Beberapa
persyaratan HPLC antara lain :
1.
2.

Harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk sampel yang akan dianalisis
Zat cair harus murni dan jernih untuk menghindari kotoran yang dapat mengganggu
interpretasi kromatogram dan menghindarkan penyumbatan kolom

3.

Mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun

4.

Memiliki viskositas rendah

5.

Sesuai dengan detektor yang digunakan


Pompa dianalogikan sebagai jantung, berfungsi mengalirkan fase gerak cair melalui

kolom.

Injektor merupakan tempat masuknya sampel. Sampel yang dimasukkan ke dalam HPLC
hanya beberapa puluh mikroliter. adakalanya injektor merupakan suatu sistem autosampler.

Kolom HPLC berisi fase diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi komponenkomponennya. Biasanya berukuran antara 5-30 cm dan diameter dalam berkisar antara 4-10
mm. Jenis kolom bervariasi bergantung keperluan, misalnya dikenal kolom C-18, C-8,
cyanopropyl, penukar ion. Yang paling banyak dipakai adalah kolom C-8 dan C-18. Saat ini yang
baru diperkenalkan adalah kolom HILIC (Hidrophilic Interactive Liquid Chromatography)

Detektor dengan persyaratan untuk detektor antara lain harus cukup sensitif, stabilitas
dan keterulangannya tinggi, respon terhadap sampel linier, waktu respon pendek sehingga tidak
tergantung pada kecepatan alir, reliabilitas tinggi, mudah digunakan serta tidak merusak
sampel.

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen
resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya
(biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan
pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive).
Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai
Resistansi sebuah Potensiometer. Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan
campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu
Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic
Potentiometer).
Fungsi-Fungsi Potensiometer:
1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD
Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinyal

Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar suatu larutan dan
mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan
suatu kolom cairan selain itu konduktometer memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya
hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Menurut literatur
faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika

semakin besar suhunya maka daya hantar pun juga akan semakin besar dan apabila semakin kecil
suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu dengan
sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi dapat
mempengaruhi daya hantar.
Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan dalam larutan akan
menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya akan
diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni berupa angka . Semakin banyak konsentrasi suatu
misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari
larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai
daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin
bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar
dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin
cepat). Sehingga semakin sering suatu konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan.

Anda mungkin juga menyukai