Anda di halaman 1dari 43

PRESENTASI

KASUS
PEMBIMBING :
dr. Rizki Drajat,
Sp.P
Oleh :
T.Erica Yunita
Septiani
(110.2006.259)

Identitas Pasien
Nama

: Tn. N
Usia
: 49 tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
: Link. Cikausa
No. CM
: -- -- - Pembiayaan
: JPS
Tanggal Berobat : 03-09-2012
Ruangan
: Nusa Indah RSUD Cilegon

Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa
pada tanggal 07 september 2012 pukul
14.00 WIB di UGD RSUD Cilegon dan di
Ruangan Nusa Indah RSUD Cilegon.
Keluhan Utama :
Batuk berdahak dan tidak berdarah
sejak 1 bulan SMRS disertai sesak napas.


Riwayat
Pada tanggal
penyakit
03 september
2012 datang seorang laki-laki
sekarang

berusia 49 tahun dengan keluhan


utama batuk berdahak dengan
frekuensi sering setiap harinya
sejak 1 bulan SMRS, berwarna
hijau kekuning-kuningan dan tidak
berdarah, batuk berdahak
diperberat dengan minuman yang
manis atau makanan berminyak.
Keluhan batuk batuk ini juga

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien mengatakan mempunyai riwayat DM sejak
2 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit hipertensi disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat Asma dan alergi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang mengeluh
keluhan yang sama dengan pasien.

Pemeriksaan Fisik

STATUS GENERALIS
Kulit

: Berwarna putih, Efloresensi


(-), ikterik (-), suhu afebris, dan
turgor kulit baik.

Kepala

: Bentuk oval, simetris,


wajah terlihat kesakitan.

ekspresi

Rambut

: Hitam, tumbuh lebat, tidak


mudah dicabut.

Alis

: hitam, tumbuh lebat, tidak


mudah dicabut

STATUS GENERALIS

Mata : exopthalmus (-), enopthalmus (-),


konjunctiva anemis (-), sklera
ikterik (-), lensa jernih, pupil bulat
dan isokor, pergerakan bola mata
baik.

Hidung : nafas cuping hidung (-), deviasi


septum (-), sekret (-), dan
hiperemis (-).

Telinga :tidak dilakukan pemeriksaan.

STATUS GENERALIS

Mulut

: bibir sianosis (-), gigi geligi lengkap,


gusi hipertropi (-), lidah kotor (-),
mukosa mulut basah, hiperemis oral
(-)
dan tonsil T1-T1 tidak hiperemis

Leher : pembesaran kelenjar getah bening


(-) pada submandibula, leher,
supraclavicula, axilla. Pembesaran
tiroid
(-), deviasi trakea (-), dan
Jugular
Venous Pressure bernilai
5+2 cmH2O

STATUS GENERALIS (Thoraks)

STATUS GENERALIS (Thoraks)

STATUS GENERALIS

STATUS GENERALIS

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

Nilai Normal

Hb

15,1 g/dl

14 - 18 g/dl

Ht

45,6 %

40 48 %

Leukosit

11.520 /ul

5000-10.000 /ul

Trombosit

458.ooo
/ul

150 - 450 ribu/ul

Laju endap
darah

0 10 mm/jam

Pemeriksaan

Nilai Normal

Kimia darah
GDS

326 mg/dl

< 200 mg/dl

SGOT

12 u/l

< 31 u/I

SGPT

31 u/l

< 31 u/I

Ureum Darah

27 mg/dl

17 43 mg/dl

Creatinin Darah

0,6 mg/dl

0,6 0,9 mg/dl

Natrium

137,4 mmol/l

135 155 mmol/l

Kalium

4,61 mmol/l

3,6 5,5 mmol/l

Chlorida

97,9

95 - 105

Fungsi Hati

Fungsi Ginjal

Elektrolit

Follow Up
04 sept 2012

05 sept 2012

Nyeri dada (+), sesak napas


(+),batuk (+)
Badan terasa lemas, pusing

Nyeri dada (+), sesak (+), batuk


(+)
Penglihatan kabur
Kaki kesemutan, pusing (+)

TD 10/60 mmHg
Suhu 370C
HR 80 x/mnt
RR 24 x/mnt
PF : ekspirasi memanjang +/+, rh-/GDS 191 mg/dl

TD 100/60 mmHg
Suhu 360C
HR 80 x/mnt
RR 26 x/mnt
PF : ekspirasi memanjang +/+, rh-/GDS 230 mg/dl, kolesterol tottal 209,
kolesterol HDL 40, kolseterol LDL
128,trigliserilida 209, asam urat 2,5

DM tipe II
TB paru

- DM tipe II
Dislipidemia
- TB paru

O2 3 lpm
IVFD RL 20 tpm
Ceftriaxone 1 x 2 gr drip dlm NaCl
100 cc
Ranitidin 2 x 1 amp
Sleeding scale GDS/24 jam
OAT kategori I (R450, H300,

O2 3 lpm
IVFD RL 20 tpm
Cefotaxime 2x1 gr
Ranitidin 2 x 1 amp
Neurodex 3x1 tab
Simvastatin 1x10 mg
Actrapid 8-8-8

Diagnosis Kerja: DM tipe II dan TB paru


Anamnesis: Batuk berdahak sejak 1
bulan SMRS
Demam sejak 2 minggu yang
lalu
disertai keringat malam.
Penurunan berat badan.
Tidak nafsu makan.
Sering BAK dan badan terasa
lemas
Mempunyai riwayat DM
sejak 2 bulan
yang lalu
Pemeriksaan Fisik : paru : ekspirasi

Diagnosis

Pemeriksaan yang
Dianjurkan
Pemeriksaan sputum BTA ( sediaan
langsung mikroskopis biasa, dengan
mikroskop florensens, kultur kuman, uji
resistensi)

Tes Tuberkulin (Mantoux)

VIII. Terapi yang


diberikan
Non farmakologis :
O2

3 lpm
Tirah baring
IVFD RL 20 tpm
Farmakologis :
inj
Cefotaxim 2x1
Ranitidin 2 x 1
Oral
OAT kategori I

IX. Prognosis
Quo

ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN
Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya.

Cara penularan :
Sumber penularan adalah pasien TB BTA
positif.
Pada waktu batuk atau bersin.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama.
Makin
tinggi
derajat
kepositifan
hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
Faktor
yang
memungkinkan
seseorang
terpajan
kuman
TB
ditentukan
oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan
lamanya menghirup udara tersebut.

Diagnosis tb paru berdasarkan kriteria


WHO 1991 adalah sebagai berikut :
Pasien dengan sputum BTA positif :
Pasien pada pemeriksaan sputumnya
ditemukan BTA, sekurang-kurangnya 2x
pemeriksaan, atau
Sedian
sputumnya
positif
disertai
kelainan radiologis yang sesuai dengan
gambaran TB paru aktif, atau
Satu sedian sputumnya positif disertai
biakan positif.

Pasien dengan sputum BTA negatif :


Pasien
yang
pada
pemeriksaan
sputumnya secara mikroskopis tidak
ditemukan
BTA
sedikitnya
2x
pemeriksaan tetapi gambaran radiologis
sesuai dengan TB paru aktif atau
Pasien dengan pemeriksaan sputumnya
negatif, tetapi pada biakan kuman
positif.

Gejala

utama pasien TB paru


batuk berdahak selama 2-3 minggu
lebih.

atau

dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu

dahak bercampur darah,


batuk darah,
sesak nafas,
badan lemas,
nafsu makan menurun,
berat badan menurun,
malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan

Pengobatan tuberkulosis memiliki dua


prinsip
dasar:
Bahwa
terapi yang berhasil, memerlukan
minimal dua macam obat yang basilnya peka
terhadap obat tersebut, dan salah satu
daripadanya harus bakterisid.
Bahwa

penyembuhan
membutuhkan
pengobatan baik setelah perbaikan gejala
klinis,
perpanjangan
lama
pengobatan
diperlukan untuk mengeliminasi basil yang
persisten.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan


prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT

harus diberikan dalam bentuk kombinasi


beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis
tepat
sesuai
dengan
kategori
pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal
(monoterapi).
Pemakaian
OAT-Kombinasi
Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan
dan sangat dianjurkan.

Untuk

menjamin kepatuhan pasien menelan


obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO)

Pengobatan TB diberikan dalam 2


tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Pada

tahap
intensif
(awal)
pasien
mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat.

Bila

pengobatan tahap intensif tersebut


diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu.

Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat
jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
Tahap

lanjutan
penting
untuk
membunuh kuman persisten sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan

Tujuan pengobatan penderita


tuberkulosis :
Menyembuhkan penderita
Mencegah kematian
Mencegah kekambuhan atau timbulnya
resistensi terhadap OAT
Memutuskan rantai penularan

Resimen pengobatan saat ini metode DOTS


dibagi berdasarkan empat kategori yaitu:
Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia
menggunakan paduan OAT, yaitu :

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif),
dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
Penderita baru TBC paru BTA positif.
Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru)
berat.

Kategori 2 : 2 HRZES / HRZE/ 5 H3R3E3 dan


paduan obat sisipan (HRZE)
Diberikan kepada:
Penderita kambuh
Penderita gagal terapi
Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum
obat

Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung
aktif
Obat sisipan
Obat ini diberikan apabila pada akhir tahap intensif dari
pengobatan dengan kategori 1 atau kategori 2, hasil
pemeriksaan sputum masih BTA positif

PEDOMAN NASIONAL PENANGGULANGAN


TUBERKULOSIS TAHUN 2007

Ilmu
Penyakit
dalam,2006
Nama obat
Dosis harian
Dosis berkala
3x seminggu

BB < 50 kg

BB > 50 kg

Isoniazid

300 mg

400 mg

600 mg

Rifampisin

450 mg

600 mg

600 mg

Pirazinamid

1000 mg

2000 mg

2-3g

Streptomisin

750 mg

1000 mg

1000 mg

Etambutol

750 mg

1000 mg

1 1,5 g

Etionamid

500 mg

750 mg

PAS

99

10 g

Efek samping obat


Obat

Efek samping

Kontra indikasi

Rifampisin

Ikterus, flu like


syndrome, nyeri
epigastrik, reaksi
hipersensitf, supresi
imun

Hipersensitif

INH

Neuritis perifer, ikterus,


hipersensitf, mulut
kering, nyeri epigastrik,
tinitus

Hipersensitif

Pirazinamid

Ggn hati, gout, atralgia, Ggn hati


anoreksia, mual muntah Hipersensitif

Etambutol

Gatal, nyeri perut,


bingung, ggn
penglihatan, halusinasi,
malaise, neuritis

Ggn ginjal

Streptomisin

Ggn vestibuler,
menurunkan fungsi
ginjal, hipersensitif

Ggn ginjal
Hamil

Pemantauan kemajuan pengobatan TB

Pemantauan

kemajuan hasil pengobatan


pada orang dewasa dilaksanakan
dengan pemeriksaan ulang dahak
secara mikroskopis.
Pemeriksaan dahak scr mikroskopis >
baik dibandingkan dengan pemeriksaan
radiologis dalam memantau kemajuan
pengobatan
LED tidak digunakan untuk memantau
kemajuan pengobatan karena tidak
spesifik untuk TB.

EVALUASI HASIL

Evaluasi pengobatan dilakukan


PENGOBATAN

dengan beberapa

cara, yaitu
evaluasi

klinis,
evaluasi radiologis,
dan pemeriksaan LED.
Evaluasi

yang terpenting adalah evaluasi klinis,

yaitu
menghilang

atau membaiknya kelainan klinis yang


sebelumnya ada pada awal pengobatan, misalnya
penambahan BB yang bermakna, hilangnya demam,
hilangnya batuk, perbaikan nafsu makan, dan lainlain. Apabila respons pengobatan baik, maka
pengobatan dilanjutkan.

Evaluasi

radiologis dalam 2-3 bulan pengobatan


tidak perlu dilakukan secara rutin, kecuali
v

pada TB dengan kelainan radiologis yang nyata/luas


seperti
TB
milier,
efusi
pleura
atau
bronkopneumonia TB.
Pada pasien TB milier, foto torak perlu diulang
setelah 1 bulan untuk evaluasi hasil pengobatan
sedangkan pada efusi pleura TB pengulangan foto
torak dilakukan setelah 2 minggu.

Laju

endap darah dapat digunakan sebagai


sarana evaluasi bila pada awal pengobatannya
nilainya tinggi.

PROGNOSIS
Jika
Jika

berobat teratur sembuh total (95%).

dalam 2 tahun penyakit tidak aktif, hanya


sekitar 1 % yang mungkin relaps.

DIABETES MELITUS

Secara definisi menurut American Diabetes Association


(ADA) 2005, diabetes melitus (DM) merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin ataupun keduanya.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang
diabetes, kecurigaan akan adanya DM perlu dipikirkan
apabila terdapat keluhan klasik DM, seperti poliuria,
polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya, atau keluhan lain
berupa lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae
pada wanita. Pasien didiagnosis DM jika:
gejala klasik DM dan GDS 200 mg/dl
gejala klasik DM dan GDP 126 mg/dl
G2PP 200 mg/dl

TB

sering ditemukan menyertai DM dan


menyebabkan resistensi insulin dan brittle
diabetes.
Perjalanan TB dengan DM lebih berat dan kronis
dibanding DM saja. Hal ini disebabkan
meningkat kepekaan terhadap kuman TB pada
pasien DM, reaktifasi fokus infeksi lama,
cenderung lebih banyak cavitas dan pada
hapusan serta kultur sputum lebih banyak
positif, keluhan dan tanda tanda klinis TB paru
toksik tersamar sehingga tidak pernah
didiagnosis atau dianggap TB paru ringan dan
akhirnya pada keadaan hiperglikemia pemberian
obat kemoterapi tidak efektif.
Faktor umur berperan dalam meningkatkan
prevalensi TB paru pada DM karena umur lebih
tua meningkatkan kepekaan terhadap TB.

Pengobatan TB paru dengan Diabetes Melitus (DM) terdiri


dari :
paduan OAT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM,
dengan syarat kadar gula darah terkontrol.
Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama
pengobatan dapat dilanjutkan sampai 9 bulan.
Hati-hati dengan penggunaan Etambutol, karena efek
samping etambutol pada mata, sedangkan pasien DM
sering mengalami komplikasi kelainan pada mata.
Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisn karena akan
mengurangi efektivitas pbat oral antidiabetik (sulfonilurea)
sehingga dosisnya perlu ditingkatkan.
Perlu kontrol/pengawasan sesudah pengobatan selesai,
untuk mengontrol/mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai