Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

PERSIAPAN PENETAPAN ERAPAN FOSFOR .....................................................

PENETAPAN ERAPAN FOSFOR ..............................................................................

PRESENTASI HASIL PENETAPAN ERAPAN FOSFOR

....................................

PERUBAHAN pH TANAH, Eh TANAH, Fe TANAH DAN Mn TANAH


PADA KONDISI TERGENANG ................................................................................ 10
PRESENTASI HASIL PERCOBAAN PERUBAHAN pH TANAH, Eh TANAH,
Fe TANAH DAN Mn TANAHPADA KONDISI TERGENANG ............................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 13

PENUNTUN PRAKTIKUM
KIMIA TANAH

Oleh:
Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc
Dr. Ir. Arief Hartono, MSc

Dr. Ir. Untung Sudadi, MSc

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN


SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

KATA PENGANTAR
Penuntun praktikum ini disusun berdasarkan sebagian reaksi-reaksi kimia tanah
yang umumnya terjadi pada tanah-tanah di Indonesia.

Tanah-tanah di Indonesia

terbentuk dari bermacam-macam bahan induk dengan tingkat pelapukan yang berbeda.
Ultisol, Inceptisols dan oxisols adalah order-order tanah yang dominan pada tanah yang
pelapukannya lanjut dan biasanya mempunyai mineral liat kaolinit dan oksida-oksida besi
dan aluminium. Vertisols (Grumusol) adalah order tanah yang dominan di tanah dengan
tingkat pelapukan yang relatif belum lanjut dan biasanya di dominasi oleh liat 2:1.
Sementara Andisols banyak terdapat pada daerah volkanik dengan ketinggian lebih dari
1000 m di atas permukaan laut, dan didomiasi oleh liat alofan dan oksida-oksida besi dan
aluminium yang amorf. Perbedaan karakter liat yang dipunyai masing-masing tanah
tentu mempengaruhi sifat-sifat kimia yang dimilikinya.
Karakteristik yang harus diketahui pada tanah-tanah di Indonesia adalah dalam
erapan anion-anion penting bagi tanaman.

Salah satu anion penting yang dapat dierap

adalah fosfor (P). Karena itu dalam praktikum ini dipelajari erapan P oleh berbagai jenis
tanah.
Hampir sebagian besar tanah subur di Indonesia digunakan untuk padi sawah.
Pada sistem sawah, tanah mengalami siklus reduksi oksidasi. Untuk itu perlu diketahui
bagaimana perubahan pH tanah, potensial reduksi oksidasi (Eh) dan status unsur-unsur
yang berpotensi mengalami proses reduksi oksidasi seperti misalnya Fe dan Mn.
Bogor, Pebruari 2015
Tim Penyusun

PERSIAPAN PERCOBAAN ERAPAN FOSFOR


Bahan dan Alat
Sebelum melakukan percobaan erapan fosfor, maka para praktikan harus
mempersiapkan bahan dan alat-alat yang dibutuhkan.
Tanah yang digunakan dalam praktium ini adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Latosol Darmaga (Inceptisol)


Podzolik Jasinga (Ultisol)
Grumusol Cihea (Vertisol)/Grumusol Tambak Rejo
Regosol Darmaga (Entisol)
Andisol Sukamantri (Andisol)
Mediteran Ciampea (Alfisol)

Bahan kimia yang digunakan adalah:


1. KH2PO4
2. CaCl2.2 H2O
3. Air Aquadest
Alat-alat yang akan digunakan adalah:
1. Tabung sentrifuse 50 mL
2. Label
3. Sendok timbang
4. Neraca
5. Botol semprot
6. Pipet (1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL)
7. Labu Takar
8. Erlenmeyer
9. Keranjang
10. Container penampung larutan
Jumlah tabung sentrifuse untuk masing-masing tanah adalah 18 tabung
(lihat prosedur penetapan erapan fosfor).

Tabung sentrifuse dicuci dengan bersih. Tahap pencucian adalah sebagai berikut:
1. Buat 40 L larutan HCl 0.2 M . Buat dari larutan HCl pekat 12 M.
Menggunakan rumus V1 x M1 = V2 x M2

2.
3.
4.
5.

Ambil 666 mL larutan HCl pekat lalu tuangkan ke ember yang berisi sektar
40 L air.
Rendam tabung sentrifuse dan tutupnya
Keluarkan tabung sentrifuse dari ember dan cuci dan bilas dengan air kran
Bilas dengan aquadest menggunakan botol semprot yang berisi aquadest
Keringkan

40 L larutan HCl 0.2 M digunakan untuk satu kelas. Tiga kelompok dalam satu
kelas menggunakan 40 L larutan HCl 0.2 M secara bergantian.
Penetapan kadar air tanah pecobaan
Kadar air tanah percobaan harus dtetapkan sebelum percobaan erapan P.
Penetapan kadar air tanah dilakukan dengan metode gravimetri.
Dalam cara gravimetri, kadar air ditetapkan secara langsung dengan mengukur
penurunan bobot karena air hilang akibat pengeringan tanah.
Tahap-tahap pekerjaannya sebagai berikut:
1. Masukkan contoh tanah ( 10 g) ke dalam botol timbang yang bersih dan kering
serta diketahui bobotnya, kemudian timbang tepat.
2. Keringkan contoh tanah tersebut dalam oven (tutup botol terbuka) pada suhu
105C sampai bobotnya tetap ( 24 jam).
3. Dinginkan botol timbang dan isinya dalam eksikator sampai mencapai suhu
kamar (botol timbang tertutup), kemudian timbang tepat.
4. Hitung kadar airnya atas dasar bobot tanah kering oven 105C dengan persamaan
sebagai berikut:
Bobot air = bobot botol berisi tanah lembab bobot botol berisi tanah kering
105C
Bobot tanah tanah kering 105C = bobot botol berisi tanah kering 105C bobot
botol.
Bobot air
% kadar air tanah =
x 100%
bobot tanah kering 105C

Pembuatan larutan
Buat larutan 1000 mL 1000 mgP/L (ppm):
1.
2.
3.
4.
5.

Timbang 0.4378 g KH2PO4


Masukkan ke dalam gelas piala
Tambahkan air aquadest dan kemudian larutkan hingga semua larut
Masukkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 1000 mL
Dengan pipet tetes tambahkan aquadest dengan hati-hati sampai volume
permukaan cairan tepat berimpit dengan tanda lingkaran pada leher labu takar.
6. Kocok supaya homogen
7. Pindahkan ke botol kontainer dan diberi label
Buat larutan 250 mL 600 mg P/L (ppm) (lihat prosedur penetapan erapan P):
1. Dibuat dari larutan 1000 ppm P dengan cara pengenceran
2. Gunakan rumus V1 M1 = V2 M2
3. Pipet 150 mL 1000 ppm P lalu masukkan ke dalam labu takar 250 mL
4. Kocok secara homogen
5. Pindahkan ke dalam kontainer
6. Beri label
Buat larutan 250 mL 300 mgP/L dengan cara yang sama
Buat larutan 100 mL 1 M CaCl2.2H2O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Timbang 14.701 g CaCl2.2H2O


Masukkan ke dalam gelas piala 50 mL
Aduk dan larutkan dengan air aquadest hingga larut semua
Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 mL
Kocok secara homogen
Pindahkan ke kontainer
Beri label

Buat larutan 500 mL 0.02 M CaCl2.2H2O


1. Dibuat dari larutan 1 M CaCl2.2H2O dengan cara pengenceran
2. Gunakan rumus V1 M1 = V2 M2
3. Pipet 10 mL larutan 1 M CaCl2.2H2O lalu masukkan ke dalam labu takar
500 mL
4. Kocok secara homogen
5. Pindahkan ke dalam kontainer
6. Beri label

PENETAPAN ERAPAN FOSFOR


Pendahuluan
Tanah-tanah di Indonesia sangat beragam. Keragaman yang ada karena tanahtanah di Indonesia berkembang dari bahan induk dan tingkat pelapukan yang berbeda.
Tanah-tanah yang berkembang dari volkan misalnya banyak tersebar di pulau Jawa dan
Sumatera sementara tanah-tanah yang berkembang dari bahan induk batuan sedimen
(batu liat dan batu pasir) banyak tersebar di Kalimantan. Perbedaan bahan induk dan
tingkat pelapukan memberikan perbedaan pada sifat-sifat mineraloginya, mineral liat
yang terbentuk dan akhirnya akan menentukan sifat-sifat kimia tanahnya.
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar setelah nitrogen. Tanah-tanah di Indonesia pada umumnya mempunyai total
P yang sangat rendah sehingga tanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan P hanya dari
tanah. Untuk mengatasi kekurangan P maka harus dilakukan pemupukan P.
Pemupukan P harus berdasarkan pada pengetahuan akan perilaku P dalam tanah.
Salah satu perilaku P dalam tanah adalah bagaimana P dierap oleh tanah. Sehingga kita
tahu berapa jumlah pupuk P yang harus diberikan dalam tanah agar dapat memenuhi
kebutuhan tanaman.

P yang dierap pada 0.2 mg P/L adalah jumlah P yang harus

diberikan ke dalam tanah.


Penetapan Erapan Fosfor
Penetapan erapan P menggunakan metode Fox dan Kamprath (1970). Konsep
dari metode Fox dan Kamprath (1970) ini adalah mendapatkan kesetimbangan reaksi
erapan P dalam 0.01 M CaCl2. Dipilih 0.01 M CaCl2 sebagai larutan matrik (background
electrolyte) karena mendekati ionic strength larutan tanah. P yang diberikan berbeda-beda
untuk mendapatkan kurva erapan P.

Langkah-langkah percobaan adalah sebagai berikut:


1. Buat deret percobaan erapan P (duplo) dalam tabung seperti Tabel di bawah ini.
Untuk tanah:
Latosol Darmaga (Inceptisol), Podzolik Gajrug (Ultisol), Mediteran Ciampea (Alfisol)
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Bobot
tanah
(g BKU)

Volume
0.02 M
CaCl 2
(ml)

3
3
3
3
3
3
3
3
3

Volume
300 ppm P
(ml)
15
15
15
15
15
15
15
15
15

0
1
2
3
5
7
10
12
15

Volume
Aquadest
(ml)
15
14
13
12
10
8
5
3
0

Konsentra
si deret
larutan P
(ppm P)
0
10
20
30
50
70
100
120
150

Untuk tanah:
Andosol Sukamantri (Andisol)

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Bobot
tanah

Volume

(g BKU)

0.02 M CaCl 2
(ml)
15
15
15
15
15
15
15
15
15

3
3
3
3
3
3
3
3
3

Untuk tanah:
Grumusol Cihea (Vertisol)

Volume
600 ppm P
(ml)
0
1
2
3
5
7
10
12
15

Volume
Aquadest

Konsentrasi
deret larutan P

(ml)

(ppm P)
15
14
13
12
10
8
5
3
0

0
20
40
60
100
140
200
240
300

Bobot
tanah
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

(g BKU)

Volume

Volume

0.02 M
CaCl 2
(ml)

100 ppm
P
(ml)
0
1
2
3
5
7
10
12
15

3
3
3
3
3
3
3
3
3

15
15
15
15
15
15
15
15
15

Volume
Aquades
t

Konsentrasi
deret larutan
P

(ml)

(ppm P)
15
14
13
12
10
8
5
3
0

0
3,33
6,67
10,0
16,7
23,3
33,3
40
50

Untuk tanah:
Gambut Kayuagung, Sumatera Selatan (Histosol)
Bobot
tanah
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9

(g BKU)

3
3
3
3
3
3
3
3
3

Volume
0.02 M
CaCl 2
(ml)

Volume

Volume
Aquades
t

Konsentrasi
deret larutan
P

50 ppm P

(ml)

(ppm P)

(ml)
15
15
15
15
15
15
15
15
15

0
1
2
3
5
7
10
12
15

15
14
13
12
10
8
5
3
0

0
1,67
3,33
5,00
8,33
11,7
16,7
20
25

2. Beri nomor tabung 1 sampai 18.


3. Tutup semua tabung, kemudian atur di dalam keranjang plastik.
4. Kocok menggunakan mesin pengocok selama 30 menit pagi hari dan 30 menit sore
hari selama 6 hari untuk mencapai kondisi kesetimbangan kimia.
5. Sentrifus selama 15 menit pada kecepatan 2500 rpm.

6. Saring larutan untuk memperoleh supernatan menggunakan kertas saring dan


tampung ke dalam tabung yang lain.
7.
Tentukan kadar P dalam supernatan secara kolorimetri menggunakan metode
Murphy and Riley (1962) dan tetapkan dengan UV-Vis Spectrophotometer dengan
660 nm.
8. Hitung jumlah P yang dierap menggunakan rumus sebagai berikut:
P yang dierap = P yang ditambahkan - P dalam larutan kesetimbangan
Analisis kurva erapan P menggunakan Persamaan Langmuir
Persamaan erapan langmuir dapat ditulis sebagai berikut :
X/m = kbC/ ( 1+ kC )
Persamaan ini dapat diubah menjadi bentuk linier :

C/X/m = 1/kb + 1/b C


X/m = jumlah P tererap per bobot tanah
k = konstanta energi ikatan
b = Erapan maksimum
C = konsentrasi P pada tingkat kesetimbangan
Dengan menggambarkan C/X/m sebagi sumbu Y dan C sebagai sumbu X, maka akan
diperoleh nilai b ( gradien -1) dan k ( 1/(gradien X nilai titik potong dengan sumbu Y) ) .
Apabila tanah memiliki lebih dari satu erapan , maka persamaan menjadi :

X/m = b (x/m /k C) + b ( x/m /k C)+.......


1
1 1
2
2 2
9. Tabelkan Erapan maksimum P, konstanta energi ikatan dan P yang dierap pada 0.2 mg
P/L dari beberapa macam tanah
Jenis tanah
Tanah..
Tanah..
Tanah..
Tanah..

b
(mg P/kg)

k
(L/mg)

P 0.2
(mg P/kg)

Metode pewarnaan menggunakan metode Murphy and Riley (MR) (1962)


1.
2.
3.
4.

Buat larutan MR 100 ml (volume dapat disesuaikan dengan kebutuhan):


Masukkan 50 mL 2.5 M H2SO4 ke dalam labu takar 100 mL
Tambahkan 15 mL 0.032 M amonium molibdat
Tambahkan 30 mL 0.100 M asam askorbik
Tambahkan 5 mL 0.004 M antimoni kalium tartrat

Larutan MR yang baik adalah berwarna kuning bening.


Larutan standar dibuat dengan konsentrasi: 0, 0.1, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 1 ppm
dalam larutan 0.01 M CaCl2.2H2O sebagai background electrolyte.

PRESENTASI PENETAPAN KARAKTERISTI ERAPAN FOSFOR


PADA SETIAP TANAH PERCOBAN
Setiap kelompok diwajibkan menyerahkan data percobaannya dalam bentuk file
excell kepada asisten dan dosen pembimbing praktikum sebelum presentasi. Kemudian
seminggu kemudian dilakukan pengolahan data secara bersama-sama dengan bimbingan
dosen praktikum.
Presentasi dilakukan setelah pengolahan data selesai dan dilakukan di depan
peserta praktium, asisten dan dosen pembimbing.

PERUBAHAN Ph TANAH, Eh TANAH, Fe DAN Mn PADA KONDISI


TERGENANG
Pada saat tanah digenangi misalya pada tanah-tanah sawah, pertukaran gas antara
tanah dan atmosfer menjadi sangat terhambat. Pergerakan oksigen dari atmosfer ke
sistim tanah hanya dengan cara difusi melalui lapisan air. Kecepatan oksigen untuk
berdifusi sangat lambat (1/10000 dari pada fase gas) sehingga tanah menjadi anaerobik
sementara oksigen yang larut digunakan oleh tanaman dan mikroorganisme untuk
berespirasi.
Setelah beberapa minggu penggenangan (kondisi reduksi), warna tanah yang
kecoklatan atau kemerahan pada saat teroksidasi berubah menjadi kelabu atau kehijauan.
Hal ini disebabkan besi dalam bentuk Fe3+ berubah bentuk menjadi Fe2+. Warna tanah
yang kecoklatan di interfase tanah dan air biasa terjadi karena ada lapisan oksidasi yang
tipis.

Gambaran pola sebaran oksigen pada interfase air dan tanah disajikan pada

Gambar 1.

Gambar 1.

Distribusi oksigen pada tanah sawah dan bentuk-bentuk unsur setelah


stabilisasi

Redoks potensial dikontrol terutama oleh aktifitas mikrobial yang aktifitasnya


dipengaruhi oleh pergerakan oksigen ke dalam tanah. Aktifitas mikrobial merupakan
fungsi dari temperatur dan jumlah bahan organik. Pengaruh dari aktifitas mikrobial akan
mendominasi status redoks tanah jika pasokan oksigen ke dalam tanah benar-benar
terhenti. Keadaan di mana oksigen sangat berkurang akan meningkatkan jumlah
mikroorganisme anaerob yang toleran terhadap berkurangnya konsentrasi oksigen
(terutama bakteri). Selama proses tersebut berlangsung, senyawa-senyawa yang sensitive
terhadap perubahan redoks potensial akan tereduksi. Hal ini terjadi karena oksigen
sebagai penerima hidrogen pada metabolisme bakteri sudah sangat berkurang. Contoh
senyawa-senyawa yang dapat tereduksi adalah senyawa-senyawa dari Fe 3+, MnO2, nitrat
dan sulfat.
Dalam praktikum ini, percobaan didesain untuk dapat mengilustrasikan pengaruh
aktifitas mikrobia dalam keadaan anaerob terhadap perubahan Ph, Eh dan status Fe
dalam tanah. Contoh-contoh tanah akan digenangi dalam satu periode dan akan diukur
perubahan pH, Eh, Fe dan Mn.
Metode percobaan reduksi oksidasi pada tanah
1.

Siapkan 50 g contoh tanah ke dalam 5 botol untuk 5 waktu inkubasi

2.

Tambahkan 5 gram bahan organik tanah

3.

Genangi tanah dengan air aquadest hingga 5 cm diatas permukaan tanah.

4.

Inkubasi botol-botol tersebut selama 0, 1, 3, 6 dan 9 minggu

5.

Ukur ph tanah dan Eh tanah pada setiap periode inkubasi dan kemudian saring
untuk memperoleh supernatan yang akan digunakan untuk pengukuran konsentrasi Fe
dan Mn

6.

Ukur Fe dan Mn dalam larutan menggunakan AAS

7.

Buat grafik untuk ph, Eh, Fe, Mn sebagai fungsi waktu.


Parameter
0

Masa inkubasi (minggu)


3
6

ph
Eh
Fe (ppm)
Mn (ppm)
PRESENTASI PERUBAHAN pH TANAH, Eh TANAH, Fe DAN Mn PADA
KONDISI TERGENANG

Setiap kelompok diwajibkan menyerahkan data percobaannya dalam bentuk file


excell kepada asisten dan dosen pembimbing praktikum sebelum presentasi. Kemudian
seminggu kemudian dilakukan pengolahan data secara bersama-sama dengan bimbingan
dosen praktikum.
Presentasi dilakukan setelah pengolahan data selesai dan dilakukan di depan
peserta praktium, asisten dan dosen pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA
Fox, R. L. and E. J. Kamprath. 1970. Phosphate sorption isotherms for evaluating the
phosphate requirements of soils. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 34: 902-907.
Murphy, J. and J. P. Riley. 1962. A modified single solution method for determination of
phosphate in natural waters. Anal. Chim. Acta. 27: 31-36.

Anda mungkin juga menyukai