PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang
membahayakan dari demam reumatik. Penyakit jantung reumatik adalah sebuah kondisi
dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh
demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit
yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus
hemoliticus tipe A (contoh: Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan
demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi
kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang
selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada
pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup), pembesaran atrium (ruang jantung),
aritmia
(gangguan
irama
jantung)
dan
gangguan
fungsi
ventrikel
(ruang
jantung).Penyakit jantug reumatik masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan
penggantian katup pada orang dewasa di Amerika Serikat.
RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik
didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung
terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan
dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai
menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih
sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus
RHD rata-rata 3,44 dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional
mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama
penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis RHD?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan RHD?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep medis RHD
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan RHD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis RHD
2
2.1.1
Pengertian
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat
akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi
Streptococcus beta hemolyticus group A pada saluran pernafasan bagian atas.
Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar
keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada
kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4
tahun dan penduduk di atas 50 tahun.
Demam reumatik / RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang
mengenai jaringan konektif jantung, tulang, jaringan subkutan dan pembuluh
darah pada pusat sistem persarafan, sebagai akibat dari infeksi beta-Streptococcus
hemolyticus grup A.
Demam Rheumatik merupakan suatu penyakit radang yang terjadi setelah
adanya infeksi streptokokus golongan beta hemolitik A, yang dapat menyebabkan
lesi patologis di daerah jantung, pembuluh darah, sendi, dan jaringan subkutan.
(Alimul Aziz. Salemba Medika. 2006 )
Rheumatic fever adalah suatu penyakit inflamasi akut yang diakibatkan
oleh infeksi streptococcus hemolytic group A pada tenggorokan (faringitis),
tetapi tanpa disertai infeksi lain atau tidak ada infeksi streptococcus di tempat lain
seperti di kulit. Karakteristik rheumatic fever cenderung berulang (recurrence)
(Udjianti, 2010).
2.1.2
Anatomi Fisiologi
Etiologi
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini
sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi
akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibodi dari tubuh. Antibodi yang
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Faktor-faktor
predisposisi
terjadinya
penyakit
jantung
rematik / Rheumatic Heart Desease terdapat pada diri individu itu sendiri dan
juga faktor lingkungan.
a. Faktor dari Individu diantaranya yaitu :
1. Faktor genetik
Epidemiologi
RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam
rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15
tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab,
lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara
dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian
lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah
sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 dari
seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD
cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung
2.1.5
1. Arditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan
aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi,
pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung
melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis
dari katup terutama mitral (bising sistolik ), Friction rub.
2. Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ),
gangguan fungsi sendi.
3. Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal ,
bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan
kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.
4. Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa
bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan
tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan
tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan.
5. Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah
kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada
minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang
ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan
ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak
dan bergerak bebas.
Kriteria Minor :
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik
2. Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dingin,
lesu,terlihat
pucat
dan
anemia
akibat
gangguan
eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan
manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia.Diagnosa
ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria
minor dan satu kriteria mayor.
2.1.6
Patofisiologi
Demam rematik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi
streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi
patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala demam
rematik bermanifestasi kira-kira1-5 minggu setelah terkena infeksi. Gejala awal,
seperti juga beratnya penyakit sangat bervariasi. Gejala awal yang paling sering
dijumpai (75%) adalah arthritis. Bentuk polyarthritis yang bermigrasi. Gejala
dapat digolongkan sebagai kardiak dan non kardiak dan dapat berkembang secara
bertahap.
Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun
pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta
Streptococcus HemolyticusGrup A sudah berkembang pesat, namun mekanisme
terjadinya demam reumatik yangpasti belum diketahui.Pada umumnya para ahli
sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam penyakit autoimun.
Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk
ekstrasel yang terpenting, diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S,
hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, deoksiribonuklease serta
streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang timbulnya
antibody.
Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira-kira
20 sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama daripada
yang lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa bulan dan berguna
untuk penelitian terhadap penderita yang menunjukkan gejala korea sebagai
manifestasi tunggal demam rematik, saat kadar antibody lainnya sudah normal
kembali.
mengisi ventrikel dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri
harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui
katup yang menyempit.Karena itu, selisih tekanan atau gradient tekanan antara
kedua ruang tersebut meningkat.Dalam keadaan normal selisih tekanan tersebut
minimal.
Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan
memompa darah.Makin lama peranan kontraksi atrium makin penting sebagai
faktor pembantu pengisian ventrikel.Dilatasi atrium kiri terjadi oleh karena
volume
atrium
kiri
meningkat
karena
ketidakmampuan
atrium
untuk
melalui
pembuluh
paru-paru.Akan
tetapi,
hipertensi
pulmonalis
11
2.1.7
Pathway
2.1.8
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)
diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh
bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada
paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung).
a. Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan
terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi
keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja
otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung,
kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua
faktor tersebut.
12
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu
dengan digitalis
Penatalaksanaan
Tata laksana RHD aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya.
Kelompok
Tirah baring
Mobilisasi bertahap
Klinis
- Karditis ( - )
( minggu )
( minggu)
- Artritis ( + )
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-)
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+)
- karditis ( + )
>6
> 12
- Gagal jantung (+ )
b. Eradikasi
dan
selanjutnya
sterptococcus dengan
pemberian
profilaksis
terhadap
kuman
intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta unit dan
jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit.
c. Untuk antiradang dapat diberikan obat salisilat atau prednison tergantung
keadaan klinisnya. Salisilat diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama
kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg BB/hari selama 1 bulan. Prednison
diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan teppering off ( dikurangi
bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari.
d. Pengobatan rasa sakit dapat diberikan analgetik
e. Pengobatan terhadap khorea hanya untuk symtomatik
saja,
yaitu
f.
1. Penisilin Benzatin 600.000 U untuk anak dengan berat badan kurang dari 30
kg dan 1,2 juta U bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan sekali dalam 4
minggu.
2. Sulfadiazin 1 x 500 mg/hari untuk anak dibawah 30 kg dan 1 g untuk anak
lebih dari 30 kg.
3. Pencegahan diberikan sekurang-kurangnya sampai 5 tahun bebas serangan
ulang demam reumatic.
Pada penderita dengan penyakit jantung reumatik dengan gagal jantung
atau katup buatan dianjurkan pemberian pencegahan seumur hidup.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan dengan RHD
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien.
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggungjawab. Terjadi pada anak
umur 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan
pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur 3
tahun atau setelah 20 tahun.
2. Riwayat Kesehatan
Sakit pada dada, nyeri sendi, sesak nafas, jantung berdebar-debar. Adanya
riwayat infeksi saluran nafas.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
TD
: menurun.
Nadi
: meningkat.
Suhu
3.
4.
5.
6.
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada
penutupan pada katup mitral ( stenosis katup )
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
metabolisme terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial
4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan
peradangan katup jantung
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau
imobilisasi
7. Syndrome kurang
perawatan
diri
berhubungan
dengan
Gangguan
Intervensi
16
1. Diagnosa 1 :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada
penutupan katup mitral ( stenosis katup ).
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat
diminimalkan.
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang)
2. bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas
normal, haluaran urine adekuat)
3. Melaporkan penurunan episode dispnea,angina.
4. Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi dan rasional:
Intervensi
1. Kaji frekuensi nadi, RR,
Rasional
1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi
jam.
2. Kaji perubahan
secara
kondisi
lingkungan
yang tenang.
5. Kolaborasi
untuk
pemberian oksigen.
6. Kolaborasi
untuk
pemberian digitalis
perifer
terhadap
tidak
meningkatkan
TD
dan
17
2. Diagnosa 2 :
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan
metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer
efektif
Kriteria hasil :
1. Klien tidak pucat
2. Tidak ada sianosis
3. Tidak ada edema
Intervensi dan rasional :
Intervensi
1. Selidiki perubahan
tiba-tiba
Rasional
1. Perfusi serebral secara langsung
pingsan.
2. Lihat pucat, sianosis, belang,
laboratorium,
penurunan
curah
jantung
dispnea
tiba-tiba
atau
18
dasar
Nadi, RR , suhu).
3. Pertahankan posisi daerah sendi
5. Ajarkan
relaksasi
dan
pengawasan
intervensi.
2. Mengetahui keadaan umum dan
memberikan informasi sebagai
dasar
dan
pengawasan
intervensi.
3. Menurunkan spasme/ tegangan
4. Menghambat
nyeri.
5. Membantu menurunkan spasme
sendi-sendi, meningkatkan rasa
kontrol
dan
mampu
mengalihkan nyeri.
6. Menghilangkan nyeri
19
Intervensi
Rasional
1. Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda- 1. Mengetahui
tanda vital lain seperti nadi, TD dan
respirasi.
2. Berikan klien kompres hangat pada
lipatan tubuh dan terdapat banyak
pembuluh darah besar seperti aksilla,
perut.
3. Anjurkan
klien
untuk
minum
data
dasar
terhadap
pembuluh
darah
juga
dapat
Rasional
20
antropometrik
dan
memantau
2.
3.
4.
penyediaan
makan
Menyediakan informasi mengenai
sehingga asupan nutrisi adekuat.
Membantu mengurangi produksi
asam lambnung/HCl akibat faktor-
untuk
penyusunan
dalam
dan
mengevaluasi intervensi.
Membantu
mempertimbangkan
perubahan
selera
makan.
Rasional
21
khususnya
perpindahan
bila
pasien
menggunakan vasolidator,
diuretik, penyekat beta.
2. Catat
respon
kardiopulmonal
aktifitas,
catat
terhadap
cairan
(diuretik)
atau
selama
aktivitas,
dapat
takikardi,
dispnea,
disritmia,
berkeringat, pucat.
3. Evaluasi
peningkatan
intoleran aktivitas.
4. Kolaborasi
juga
peningkatan
kelelahan
kelemahan.
3. Dapat
menunjukkan
dekompensasi
dan
peningkatan
jantung
daripada
Implementasikan program
rehabilitasi
jantung
aktifitas.
kelebihan aktivitas.
atau 4. Peningkatan bertahap
menghindari
oksigen
kerja
berlebihan.
pada
aktivitas
jantung/konsumsi
Penguatan
dan
disfungsi
jantung
tidak
dapat
membaik kembali.
Rasional
22
1. Memenuhi
untuk
kebutuhan
kebutuhan
klien
kepada
klien
bunyi
nafas,
Rasional
catat
1. Menyatakan
krekels, mengii.
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas
dalam.
3. Pertahankan
posisi
semifowler,
untuk
pemberianobat diuretik.
7. Kolaborasi untuk pemberian obat
bronkodilator
adanay
kongesti
paru/pengumpulan
sekret
dan
ekspansi
maksimal.
4. Meningkatkan
paru
konsentrasi
hipoksemia
jaringan.
5. Hipoksemia dapat menjadi berat
selama edema paru
6. Menurunkan kongesti alveolar,
meningkatkan pertukaran gas.
7. Meningkatkan aliran oksigen
dengan mendilatasibjalan nafas
kecil dan mengeluarkan efek
diuretic
ringan
untuk
24
jauhkan
benda-benda
klien.
4. Anjurkan keluarga untuk
menemani klien.
5. Kolaborasi intuk pemberian obat
intervensi.
2. Mencegah
akibat
terjadinya
terjatuh
atau
cidera
terkena
bahan berbahaya.
3. Mengurangi resiko klien terjatuh
dari tempat tidur.
4. Memberikan rasa aman klien
sehingga cidera tidak terjadi
5. Memberikan efek rileks pada
otot sehingga klien tenang.
Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan pada klien dengan gangguan jantung :
RHD, dilaksanakan sesuai dengan pelaksanaan perawatan yang meliputi
tindakan-tindakan yang telah direncanakan oleh perawat maupun hasil kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya serta memperhatikan kondisi dan keadaan klien.
2.2.5
Evaluasi
25
1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup
mitral ( stenosis katup ) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi :Menunjukkan
tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau
hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam
batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode
dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah dapat
teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak
ada edema
3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat
teratasi dengan kriteria evaluasi : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam
batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien
tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks
4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan
peradangan katup jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu
normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400
per mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada
hapusan tenggorokan.
5. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan mual dan
anoreksia berkuarang / hilang, masukan makanan adekuat dan kelemahan
hilang. BB dalam rentang normal.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau
imobilisasi dapat teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak cepat lelah,
dapat beraktivitas sesuai dengan batas toleransi
7. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat
Gangguan muskuloskeletal ; arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan
kriteria evaluasi : Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien
dapat melakukan perawatan diri dalam batas toleransi
8. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan
jaringan subcutan. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang
pada
tangan
dan
tubuh
klien,
mempertahanakan
integritas
kulit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai
jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah
oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya timbul
setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A,
mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada
jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga
kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul
gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall.2007.Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta:ECG.
Muftaqqin,Arif.2012.Askep
Klien
dengan
Gangguan
Sistem
Kardiovaskular
dan
Hematologi.Jakarta:Salemba Medika.
Wilkinson,Judith M dkk.2011.Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta:ECG.
Nanda,2005-2006, Diagnosis Keperawatan
Dhyna,dhiana.2013.RHD.http://dhyinadhyiana.blogspot.com/2013/06/rhd.html. diakses pada
tanggal 19 Maret 2015 Pukul 10.46 p.m.
Ariesti, agung. 2011. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan RHD.
http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-reumatoid-heart-disease-rhd.html.
diakses pada tanggal 19 Maret 2015 Pukul 10.47 p.m
28