Anda di halaman 1dari 13

Gangguan Keseimbangan Asam Basa karena Keracunan Morfin

Carla Oktavia Heryanti


10.2013.170
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
carlaoctavia@windowslive.com

Pendahuluan
Pernapasan merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan dua proses yang
berbeda tetapi saling berhubungan yaitu pernapasan seluler dan pernapasan mekanik.
Pernapasan seluler adalah proses dimana sel memperoleh energi melalui pemecahan molekul
organik. Pernapasan mekanik adalah proses melalui kebutuhan oksigen untuk pernapasan
seluler diserap dari atmosfir kedalam sistem vaksular darah dan proses melalui
karbondioksida dikeluarkan ke atmosfir. Pernapasan mekanik terjadi di dalam sistem
pernapasan.
Sistem pernapasan memiliki dua komponen fungsional, sistem konduksi untuk
mengangkut gas-gas ekspirasi dan inspirasi antara atmosfir dan sistem sirkulasi sebagai
permukaan untuk pertukaran pasif gas antara atmosfir dan darah. Selain sistem pernapasan,
adapula mekanisme untuk mencegah agar tidak terjadi suatu keadaan dimana keasaman di
dalam tubuh meningkat ataupun menurun, diperlukan suatu keseimbangan yaitu
keseimbangan asam basa. Keseimbangan asam basa ini dipegaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain sistem penyangga (buffer), pusat pernapasan dan ginjal.

Struktur Saluran Pernapasan Bawah


1. Larynx
Larynx adalah tabung tak teratur yang menghubungkan pharynx dengan trachea.
Didalam lamina propia terdapat jumlah tulang rawan laryngeal. Tulang rawan yang lebih
besar (thyroid, cricoid, dan kebanyakan arythenoid) adalah tulang rawan hialin, dan
beberapa di antaranya mengalami perkapuran pada orang tua. Tulang rawan yang lebih
1

kecil (epiglottis, cuneiform, corniculatum, dan ujung arythenoid) adalah tulang rawan
elastis. Ligament mengikat tulang-tulang rawan. Fungsi sebagai penyongkong (menjaga
agar jalan napas terbuka), tulang rawan ini berfungsi sebagai katup untuk mencegah
makanan atau cairan yang ditelan memasuki trachea, dan juga berfungsi sebagai alat
pengahasil nada suara untuk fonasi.
Kerangka laring terdiri atas cartilagi thyroidea yang terdiri atas dua lembaran
segiempat yang bersatu di depan bagaikan haluan kapal, pada ujungnya terdapat suatu
takik yaitu incisura thyroidea superior, cartilago cricoidea yang berbentuk cincin
stempel.
Kartilago arythenoidea yang duduk pada tepi atas lamina cartilago cricoidea
berbentuk limas segitiga, mempunyai 3 permukaan yaitu medial, dorsal dan lateral,
sebuah permukaan sendi basal dan tiga taju, taju taju tersebut adalah taju muskular,
processus vocalis dan puncak kartilago aritenoidea. Epiglottis berbaring pada bagian
tengah permukaan dalam cartilago thyroidea, mempunyai tangkai yang membentuk
tuberkulum epiglotticum dibawah mukosa dan sebuah lamina lonjong yang cekung ke
arah posterior.
Otot otot yang ada pada larynx yaitu otot otot supra dan infrahyoid, otot
cricothyroideus, otot cricoarythenoidus posterior, otot cricoarythenoideus lateralis, otot
vocalis, otot thyroarythenoideus, otot arythenoideus oblique dan transversus dan otot
aryepiglotticus.
2. Trachea
Trachea merupakan tuba dengan panjang 10 12 cm dan diameter 2,5 cm serta
terletak diatas permukaan anterior oesophagus. Tuba ini merentang dari larynx pada area
vertebrae cervical VI sampai area vertebrae thoracal V, tempatnya membelah menjadi
dua bronchus utama. Trachea tetap dapat terbuka karena adanya 16 20 cincin cartilago
berbentuk huruf C. Ujung posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot
sehingga memungkinkan ekspansi oesophagus. Trachea juga dilapisi oleh epithelium
respiratorik yang mengandung banyak sel goblet.
Susunan yang demikian memberi trachea keleluasaan gerak yang besar, sedangkan
cincin-cincin tulang rawannya memungkinkannya menahan tekanan dari luar yang dapat
menutup jalan napas. Di luar tulang rawan terdapat lapisan jaringan ikat padat dengan
banyak serat elastin. Dinding posterior trachea tidak dilengkapi tulang rawan dan sebagai
gantinya, terdapat pita tebal dari otot polos yang terorientasi melintang yang ujungujungnya berbaur dengan lapisan jaringan ikat padat di luar tulang rawan tadi.

Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat terlihat 6 jenis sel yaitu sel bersilia,
sel goblet, sel sikat, sel basal, dan sel sekretorik / bergranula. Sel bersilia mempunyai
silia yang panjang, aktif, motil yang bergerak ke arah pharynx. Sel goblet mensintesa dan
mensekresi lendir, mempunyai apparatus golgi dan retikulum endoplasma kasar di basal
sel. Pada sel goblet da mikrovili di apex dan mengandung tetesan mukus yang kaya akan
polisakarida.
Sel sikat mempunyai mikrovili di apex yang berbentuk seperti sikat. Ada dua macam
sel sikat, yaitu sel sikat 1 yang mempunyai mikrovili sangat panjang dan sel sikat 2 yang
dapat berubah menjadi sel pendek. Sel basal merupakan sel induk yang akan bermitosis
dan berubah menjadi sel lain. Sel sekretorik / bergranula memiliki diameter 100 300
milimikron.
3. Bronchus
Bronchus kanan dan kiri berjalan ke bawah dan ke luar dari bifurkasio trachea ke
hilus masing-masing paru. Bronchus utama kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih
vertikal letaknya daripada yang kiri. Oleh karena itu benda asing yang terhirup lebih
cenderung masuk ke bronchi kanan dan terus ke lobus kanan tengah dan lobus bawah
bronchi. Bronchus utama kiri memasuki hilus dan terbagi menjadi bronchus lobus
superior dan inferior. Bronchus utama kanan bercabang menjadi bronchus ke lobus atas
sebelum memasuki hilus dan begitu masuk hilus terbagi menjadi bronchi lobus medial
dan inferior.
Bronchus primer atau ekstrapulmonal becabang dan menghasilkan sederetan bronchi
intrapulmonal yang lebih kecil. Bronchi ini dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris
bersilia, lamina propria tipis, jaringan ikat halus dengan banyak serat elastin dan sedikit
limfosit. Ductus dari kelenjar bronchial submukosa melalui lamina propria untuk
bermuara ke dalam lumen bronchus. Diantara lempeng tulang rawan, jaringan ikat
submukosa menyatu dengan adventisia yang tebal. Pembuluh bronchial yang tampak
pada jaringan ikat bronchus mencakup sebuah arteri, sebuah vena, dan kapiler.
4. Bronchiolus
Bagian ni merupakan segmen intralobularis dengan diameter 1 mm. Bronchiolus tidak
mempunyai tulang rawan atau kelenjar pada mukosanya dan hanya menunjukkan sel-sel
goblet tang tersebar dalam epitel segmen permulaan. Pada bronchiolus yang lebih besar,
epitelnya bertingkat toraks tinggi bersilia dan kekompleksannya berkurang dan menjadi
epitel kubis bersilia pada bronchiolus terminalis. Selain sel-sel bersilia, bronchiolus
terminalis juga mempunyai sel-sel clara yang permukaan apikalnya berbentuk kubah
3

yang menonjol ke dalam lumen. Pemeriksaan pada sel-sel clara manusia berkesimpulan
bahwa itu adalah sel-sel sekretoris akan tetapi hingga sekarang fungsinya tidak diketahui.
Sebagian besar lamina propria terdiri dari otot polos dan serabut-serabut elastin. Otot
bronchus dan bronchiolus dibawah pengawasan nervus vagus dan sistem simpatis.
Perangsangan nervus vagus dapat mengurangi diameter susunan tersebut, sedangkan
perangsangan simpatis menimbulkan efek yang berlawanan.
5. Bronchiolus terminalis
Bronchiolus terminalis mempunyai diameter kecil. Terdapat banyak lipatan mukosa
yang menyolok dan epitelnya bertingkat silindris bersilia dan sedikit sel goblet. Pada
bronchiolus terminalis, epitelnya silindris bersilia tanpa sel goblet. Lapisan otot polos
yang berkembang baik mengelilingi lamina propria tipis, yang pada gilirannya dikelilingi
oleh adventisia. Di dekat bronchiolus terdapat sebuah cabang kecil yaitu arteri
pulmonalis. Bronchiolus ini dikelilingi oleh alveoli paru.
6. Bronchiolus respiratorius
Tiap-tiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronchiolus atau lebih, yang
berperan sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan respirasi dari sistem
respirasi. Bagian-bagian bronchiolus respiratorius dibatasi oleh epitel kubis bersilia,
tetapi pada pinggir lubang-lubang alveolaris, epitel bronchiolus dilanjutkan dengan epitel
pembatas alveolus, selapis gepeng. Makin ke distal bronchiolus, jumlah alveoli
bertambah dengan nyata dan jarak antara alveoli jelas makin dekat. Antara alveoli, epitel
bronchiolus terdiri atas epitel kubis bersilia; akan tetapi pada bagian yang lebih distal,
silia mungkin tidak ada. Sepanjang dinding yang sangat banyak mengandung alveoli,
sifat bronchiolus hanya terdapat antara alveoli dan terdiri atas sekelompok kubis yang
terletak diatas pita otot polos dan jaringan penyambung elastin. Karena alveoli
merupakan tempat pertukaran gas digunakan untuk menggambarkan fungsi ganda
segmen jalan pernapasan ini.
Dinding bronchiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada bagian
proksimalnya terdapat silia, namun hilang di bagian distal dari bronchiolus respiratorius.
Sebuah ductus alveolaris muncul dari bronchiolus respiratorius dan banyak alveoli
bermuara ke dalam ductus alveolaris. Pada setiap pintu masuk ke alveolus terdapat epitel
selapis gepeng.
7. Ductus alveolaris
Ductus alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel selapis gepeng yang sangat
tipis. Dalam lamina propria sekitar pinggir alveoli merupakan suatu jala-jala sel-sel otot
4

polos yang saling menjalin. Hanya matriks yang kaya akan serabut elastin dan kolagen
yang menyokong ductus dan alveolinya.
Ductus alveolaris bermuara ke dalam atria, ruang yang menghubungkan sakus
multilokularis alveoli, dua sakus alveolaris atau lebih terbentuk dari tiap-tiap atrium.
Serabut elastin dan kolagen yang banyak sekali membentukjaringan kompleks yang
melingkari lubang-lubang atria, sakus alveolaris dan alveoli. Serabut-serabut elastin
memungkinkan alveoli mengembang waktu inspirasi dan secara pasif berkontraksi waktu
ekspirasi. Kolagen berperanan sebagai penyokong yang mencegah peregangan
berlebihan dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.
Dari ujung ductus alveolaris terbuka pintu lebar menuju beberapa sakus alveolaris.
Saluran ini terdiri dari beberapa alveolus yang bermuara bersama membentuk ruangan
serupa rotunda yang disebut atrium. Alveolus paru merupakan kantong yang dibatasi
oleh epitel selapis gepeng yang sangat tipis, yang salah satu sisinya terbuka sehingga
menyerupai busa atau mirip sarang tawon.
8. Alveoli
Secara struktural, alveoli menyerupai kantong kecil yang terbuka pada salah satu
sisinya, mirip sarang tawon. Dalam struktur ini, oksigen dan karbondioksida
mengadakan pertukaran antara udara dan darah.
9. Paru
Ada dua buah paru, yaitu pau kanan dan kiri. Paru kanan mempunyai tiga lobus dan
paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi lagi menjadi beberapa segmen. Paru
kanan mempunyai 10 segmen sedangkan paru kiri mempunyai 8 segmen. Paru kanan
batas anterior paru kanan menuju ke bawah dimulai di belakang sendi sternoclavicular
dan mencapai linea mediana pada ketinggiian angulus sterni. Batas paru ini terus ke
bawah melalui belakang sternum pada ketinggian sternocondralis keenam, disini batas
bawah melengkung ke lateral dan sedikit ke inferior, memotong iga keeenam di linea
medioclavicularis dan memotong iga ke delapan pada linea medioaksilaris. Batas ini
kemudian menuju ke bagian posterior spinosus vertebra thoracica kesepuluh. Pada
keadaan inspirasi, batas inferior kira-kira turun dua iga. Bagian inferior fissura obliques
paru kanan berakhir di batas bawah paru pada linea medioclavicularis. Lokasi fissura
horizontalis pada ketinggian cartilago ke empat.
Paru kiri atas anterior paru kiri hampir sama dengan batas anterior paru kanan, tetapi
pada ketinggian cartilago iga keempat paru kiri berdeviasi ke lateral karena terdapat
jantung. Batas bawah paru kiri lebih inferior dibandingkan paru kanan karena paru kanan
terbatas oleh hepar. Fissura oblique paru kiri letaknya sama dengan paru kanan. Tidak
5

seperti pleura, paru jarang meluas ke inferior. Pleura parietalis costalis sering bertemu
berdempetan dengan pleura parietalis diafragmatica membentuk sulcus costophrenicus.
Vaskularisasi paru mendapat darah dari dua system arteri, yaitu arteri pulmonalis dan
arteri bronchialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronchus utama kanan dan
kiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke
intersisial paru. Tekanan darah pada arteri pulmonalis sangat rendah sehingga
memungkinkan pertukaran gas dengan baik. Tekanan darah pada pembuluh yang berasal
dari arteri bronchialis lebih tinggi dibandingkan tekanan pada arteri pulmonalis. Darah
yang dipasok oleh arteri bronchialis sampai ke saluran pernapasan, serta interlobular, dan
pleura. Sepertiga darah yang meninggalkan paru melalui vena azygos menuju vena cava
sedangkan yang dua per tiga lagi melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.

Fisiologi Mekanisme Pernapasan


Pernapasan yang lazim digunakan mencakup dua proses yaitu pernapasan luar
(eksternal) yang merupakan penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara
keseluruhan, dan pernapasan dalam (internal) yang merupakan penggunaan O2 dan
pembentukan CO2 oleh sel-sel.
Fungsi utama sistem respirasi ialah untuk membekalkan tubuh dengan oksigen dan
menyingkirkan karbondioksida. Untuk menyempurnakan fungsi ini, sekurang-kurangnya
diperlukan 4 proses yang secara kolektif disebut sebagai respirasi, yaitu :
1) Ventilasi pulmonal : pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru sehingga
tersedia gas yang terus menerus ditukat dan segar. Biasanya disebut bernapas.
2) Respirasi eksternal : pergerakan oksigen dari paru ke darah dan karbondioksida dari
darah ke paru-paru.
3) Transport gas : pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan tubuh dan pengangkutan
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Hal itu dilakukan dengan sistem
kardiovaskular menggunakan darah sebagai cairan transportasi.
4) Respirasi internal : pergerakan oksigen dari darah ke jaringan tubuh dan
karbondioksida dari jaringan tubuh ke darah.
Ventilasi pulmonal
Ventilasi pulmonal adalah suatu proses mekanik yang mengandalkan pada perubahan
volume pada rongga thoraks atau rongga dada. Perubahan volume membawa kepada
perubahan tekanan yang selanjutnya membawa kepada aliran gas untuk menyeimbangkan
6

tekanan tersebut. Dalam kata lain, ventilasi pulmonal ialah pertukaran udara antara atmosfer
dengan alveoli di paru-paru atau lebih dikenal sebagai bernapas.
Ventilasi pulmonal terbagi kepada dua yaitu inspirasi dan ekspirasi. Keduanya terjadi
akibat hasil dari perubahan volume thoraks yang menyebabkan udara untuk bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah. Hal ini adalah dimungkinkan karena hukum Boyle, dimana
pada suhu yang konstan, tekanan yang diberikan oleh gas berbanding terbalik dengan volume
gas.
Inspirasi
Proses inspirasi adalah suatu proses aktif dimana otot-otot

inspirasi melakukan

kontraksi. Otot utama yang berkontraksi untuk menghasilkan inspirasi sewaktu pernapasan
tenang terdiri dari diaphragma dan otot intercostalis externus. Inspirasi berlaku secara umum
mengikuti urutan peristiwa seperti berikut :
1. Pada permulaan inspirasi, otot-otot inspirasi utama berkontraksi dimana diaphragma
yang dirangsang oleh nervus phrenicus akan bergerak menurun. Apabila diaphragma
berkontraksi, maka akan menyebabkan volume thoraks bertambah secara vertikal.
Apabila otot intercostal externus berkontraksi, maka akan menyebabkan penambahan
volume thoraks pada dimensi lateral dan anteroposterior.
2. Hal ini menyebabkan volume rongga thoraks diperbesar secara keseluruhannya.
Tulang-tulang iga terangkat dan sternum bergerak ke anterior atas dan ke atas.
3. Paru-paru dipaksa meregang dan menjadi luas untuk mengisi rongga thoraks yang
membesar. Volume intrapulmonal meningkat akibat dari regangan paru.
4. Apabila paru membesar, tekanan intra alveoli menurun dari 760 mmHg menjadi 759
mmHg (-1 mmHg) dan mengakibatkan tekanan tersebut lebih rendah dari tekanan
atmosfer (760 mmHg).
5. Udara / gas mengalir ke dalam paru-paru menuruni gradien tekanan sehingga tekanan
intra alveol menjadi 0 atau menyamai tekanan atmosfer. Inspirasi kuat melibatkan
kontraksi diaphragma dan otot intercostal externus dengan lebih kuat dengan
membawa otot-otot inspirasi tambahan sama-sama berperan dalam membesarkan lagi
rongga

thoraks.

Otot-otot

inspirasi

tambahan

antara

lain

termasuk

otot

sternocleidomastoideus, pectoralis major dan scalenus. Kontraksi otot-otot inspirasi


tambahan ini menyebabkan kenaikan sternum dan dua tulang iga pertama sehingga
menyebabkan rongga thoraks bagian atas diperbesar. Perluasan yang lebih ini
menyebabkan penurunan tekanan intra alveol yang lebih dan mengakibatkan
pengaliran udara ke dalam paru dengan lebih banyak.
7

Ekspirasi
Proses ekspirasi secara umumnya terjadi dimana udara dibawa keluar dari paru.
Ekspirasi tenang merupakan suatu proses pasif dan melibatkan relaksasi otot-otot inspirasi
yaitu diaphragma dan otot intercostal externus. Peristiwa yang terjadi selama ekspirasi antara
lain :
1. Otot-otot

inspirasi

berelaksasi

dimana

diaphragma

terangkat.

Terangkatnya

diaphragma ini mengakibatkan volume rongga thoraks berkurang dalam dimensi


vertikal. Selain itu, relaksasi otot intercostal externus menyebabkan pengurangan
volume rongga thoraks dalam dimensi lateral dan anteroposterior.
2. Relaksasi otot-otot inspirasi membawa kepada pengurangan volume rongga thoraks
secara keseluruhan. Hal ini akan menyebabkan tulang-tulang iga untuk ikut menurun
ke bawah.
3. Jaringan paru yang elastis

kembali ke kedudukan semula sesudah teregang. Ini

merupakan daya recoil pasif jaringan paru. Recoilnya paru membawa kepada
berkurangnya volume intrapulmonal.
4. Volume paru yang berkurang mengakibatkan tekanan intra alveol meningkat 760
mmHg menjadi 761 mmHg (+1 mmHg) dan menjadi lebih tinggi dari tekanan
atmosfer.
5. Udara mengalir keluar dari paru menuruni gradient tekanan sehingga tekanan intra
alveol menjadi 0 atau menyamai tekanan atmosfer (760 mmHg).
Ekspirasi kuat atau ekspirasi aktif membutuhkan kontraksi dari otot-otot ekspirasi
yaitu otot dinding perut dan otot intercostal internus. Kontraksi otot dinding perut
(abdominal muscles) meningkatkan tekanan intra-abdominal menyebabkan diaphragma
terdorong ke atas dan mengurangi dimensi vertikal rongga thoraks. Kontraksi otot intercostal
internus pula menurunkan volume rongga thoraks dalam dimensi lateral dan anteroposterior
dengan meratakan sternum dan tulang-tulang iga.

Pertukaran Gas
Pertukaran gas di kedua kapiler pulmonal dan kapiler jaringan melibatkan difusi pasif
O2 dan CO2 menuruni gradient tekanan parsial.
Pertukaran gas pulmonal
PO2 dalam udara alveolar adalah 100 mmHg, sementara PO2 pada darah
terdeoksigenisasi dalam kapiler pulmonal sekitar alveoli adalah 40 mmHg. Hal disebabkan
8

karena tekanan parsial O2 adalah lebih tinggi pada udara alveoli dibandingkan PO2 pada
darah kapiler paru, maka O2 berdifusi dari udara alveolar menembusi membran respiratorik
menuju ke kapiler paru. Sedangkan PCO2 dalam udara alveolar adalah 40 mmHg dan PCO2
dalam kapiler disekitarnya adalah 45 mmHg, sehingga CO2 akan berdifusi dari kapiler ke
alveoli.
Darah yang memasuki kapiler pulmonal mempunyai PCO2 46 mmHg, sedangkan
PCO2 alveolar adalah 40 mmHg. CO2 berdifusi dari darah ke dalam alveoli sehingga PCO2
darah menyamai PCO2 alveolar. Oleh karena itu, darah yang meninggalkan kapiler pulmonal
mempunyai PCO2 40 mmHg dihantar kembali ke jantung dan dipompa ke jaringan tubuh
sebagai darah arteri sistemik.
Faktor yang mempengaruhi difusi gas selain gradient tekanan parsialnya antara lain:

Ketebalan membran respirasi


Penyebab apapun yang dapat meningkatkan ketebalan membran, seperti
edema dalam ruang interstitial atau infiltrasi fibrosa paru-paru akibat penyakit

pulmonar dapat mengurangi difusi.


Area permukaan membran respirasi
Pada penyakit seperti emfisema, sebagian besar permukaan yang tersedia
untuk pertukaran gas berkurang dan pertukaran gas mengalami gangguan

berat.
Solubilitas gas dalam membran respirasi
Solubilitas CO2 duapuluh kali lebih besar daripada O2, sehingga CO2
berdifusi melalui membran juga duapuluh kali lebih cepat dari O2.

Pertukaran gas sistemik

PO2 darah arteri yang mencapai kapiler sistemik ialah 100 mmHg dan PCO2

arteri 40 mmHg, sama dengan PO2 dan PCO2 alveolar.


Sel tubuh mengkonsumsi O2 dan menghasilkan CO2 melalui metabolisme
oksidatif. PO2 sel rata-rata sekitar 40 mmHg dan PCO2 kira-kira 46 mmHg

tergantung aktivitas metabolisme sel.


Oksigen berdifusi menuruni gradient tekanan parsial dari darah kapiler
sistemik (PO2 = 100 mmHg) ke dalam sel (PO2 = 40 mmHg) sehingga

kesetimbangan dicapai.
Karbondioksida berdifusi dengan giat keluar dari sel (PCO2 = 46 mmHg) ke
dalam darah kapiler (PCO2 = 40 mmHg) menuruni gradient tekanan parsial
yang terwujud disebabkan penghasilan CO2 yang berterusan.
9

Semakin giat sel bermetabolisme, PO2 sel semakin menurun sementara PCO2
sel semakin meningkat. Oleh karena itu, jumlah O2 yang ditransfer ke sel dan
jumlah CO2 yang diangkut keluar dari sel tergantung pada kadar metabolisme
sel.

Transport gas
Gas yang terlibat dalam sistem pernapasan ini terdiri dari dua yaitu oksigen dan
karbondioksida. Transport O2 dan CO2 ini umumnya dilakukan oleh darah. O2 yang
diangkut oleh darah kapiler di paru harus ditransport ke jaringan untuk digunakan oleh sel
tubuh. Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan pada tingkat sel harus ditransport ke paru untuk
disingkirkan dari tubuh.

Transport oksigen
Oksigen yang ada dalam darah terbagi dalam dua bentuk yaitu terlarut secara fisika
dan terikat pada haemoglobin secara kimiawi.
1. O2 yang terlarut secara fisika
Sangat sedikit jumlah O2 yang larut dalam plasma darah (92% air) karena O2
tidak dapat larut dengan baik di dalam cairan tubuh. Jumlah O2 yang terlarut
adalah berbanding lurus dengan tekanan parsial O2 darah (PO2). Semakin
tinggi PO2 semakin tinggi jumlah O2 yang terlarut. Hanya 1,5% dari O2
dalam darah yang dilarut.
2. O2 yang terikat pada haemoglobin (Hb) secara kimiawi
98,5% dari O2 dalam darah yang tidak terlarut terkait dengan haemoglobin.
Komponen heme mengandung 4 atom zat besi (Fe) yang mampu mengikat 1
molekul O2 pada setiap atom Fe, maka tiap molekul Hb dapat mengikat 4

molekul O2.
Hb mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin (HbO2) yang berwarna

merah tua. Ikatan ini tidak kuat dan reversible.


Hb yang tidak terikat O2 disebut reduced hemoglobin atau deoksihemoglobin

(HHb).
Hb tersaturasi penuh bila seluruh Hb tubuh berikatan secara maksimal dengan
O2.

10

Kejenuhan Hb dengan O2 mencapai 75% apabila 3 dari 4 atom Fe berikatan


dengan O2. Kejenuhan oksigen = (kandungan oksigen / kapasitas oksigen) x

100
Faktor penting dalam penentuan persen saturasi HbO2 adalah PO2 darah.

Transport karbondioksida
Sewaktu darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO2 berdifusi menuruni
gradient konsentrasi dari jaringan ke dalam darah. Karbondioksida di transport dalam darah
melalui beberapa bentuk pengangkutan antara lain :
1. Terlarut secara fisika
Jumlah CO2 yang terlarut dalam darah bergantung pada PCO2. CO2 lebih
mudah larut dalam plasma dibandingkan O2, sehingga lebih banyak CO2 yang
terlarut ke dalam plasma. Akan tetapi, hanya 10% total karbondioksida yang
ditransport melalui cara ini.
2. Berikatan dengan hemoglobin
Sebanyak 30% daripada total CO2 berikatan dengan Hb untuk membentuk
karbamino hemoglobin (HbCO2). CO2 mengikat bagian globin pada hemoglobin,
berbeda dengan oksigen yang berikatan dengan bagian heme. Reduced hemoglobin
mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap CO2 daripada oksihemoglobin. Oleh
karena itu, pembebasan oksigen daripada hemoglobin pada jaringan membantu dalam
pengambilan karbondioksida oleh hemoglobin. Proses ini dikenali sebagai efek
Haldane.
3. Sebagai bikarbonat
Merupakan transport CO2 yang paling penting. Total CO2 (60%) diangkut
sebagai ion bikarbonat (HCO3-) melalui reaksi :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Reaksi ini terjadi dengan lambat di dalam plasma tetapi mampu maju dengan
cepat di dalam sel darah merah dengan kehadiran enzim eritrosit, carbonic anhydrase,
dimana ia mengkatalisasi reaksi tersebut. Selain itu, karena kehadiran enzim ini, air
dan CO2 mampu menghasilkan ion bikarbonat dan ion hidrogen tanpa melalui tahap
asam karbonat. Karena konsentrasi ion bikarbonat lebih tinggi di dalam darah
dibandingkan di luar, ion ini akan berdifusi keluar plasma darah. Karena penghantaran
tersebut, darah menjadi positif. Untuk menetralkan sel darah merah, ion klorida (Cl-)
berdifusi masuk ke dalam sel darah merah. Keadaan ini dikenali sebagai cloride shift.

Keseimbangan asam basa


11

Pengaturan asam basa tubuh merupakan salah satu mekanisme penting tubuh untuk
mempertahankan tingkat keasaman (pH) cairan tubuh. Secara umum, keasaman cairan tubuh
ditentukan berdasarkan pengaturan kadar H+ dalam tubuh karena kadar H+ merupakan faktor
utama yang mempengaruh pH tubuh. Ada tiga faktor utama yang mengatur konsentrasi ion
hidrogen dalam tubuh guna mencegah terjadinya asidosis atau alkalosis, antara lain sistem
penyangga asam-basa (buffer), pusat pernapasan, dan ginjal. Mekanisme tubuh dalam
menjaga keseimbangan pH tubuh melalui tiga mekanisme di atas berlangsung secara
berurutan. Saat terjadi gangguan keseimbangan asam-basa, sistem buffer langsung diaktifkan
sebagai bentuk pertahanan tahap pertama. Apabila gangguan tidak dapat dikompensasi,
selanjutnya tubuh mengaktifkan pertahanan tahap kedua melalui mekanisme pernapasan, dan
terakhir melalui mekanime ginjal.
Karena konsentrasi ion hidrogen darah mempengaruhi konsentrasi ion hidrogen cairan
tubuh dan karena darah mudah diambil untuk analisa kimia, darah arteri digunakan sebagai
contoh cairan tubuh dalam mengkaji keseimbangan asam-basa. Evaluasi klinis terhadap
status asam-basa individu mencakup penentuan pH darah arteri, PCO2 dan HCO3-.
Asidosis dan alkalosis
Asidosis dalam cairan tubuh mengacu pada peningkatan konsentrasi H+ di atas
normal atau penurunan pada HCO3- dibawah normal, yang mengakibatkan penurunan pH
cairan tubuh sampai 7,35. Sumber kelebihan ion hidrogen atau perubahan rasio H2CO3 :
HCO3- dapat berupa pernapasan (volatil) atau metabolik (non-pernapasan atau non-volatil).
Asidemia didefinisikan sebagai kondisi keasaman darah yang ditandai dengan nilai pH darah
kurang dari 7,35 dan proses fisiologis yang menyebabkan asidemia didefinisikan sebagai
asidosis.
Alkalosis mengacu pada penurunan konsentrasi H+ cairan tubuh atau kelebihan
HCO3- sehingga meningkatkan pH cairan tubuh sampai diatas 7,45. Sumber penipisan ion
hidrogen adalah eliminasi karbondioksida (hiperventilasi) atau kelebihan metabolik
bikarbonat basa primer. Alkalemia didefinisikan sebagai kondisi alkalin darah yang ditandai
dengan pH arteri lebih besar 7,45. Proses fisiologis yang menyebabkan alkalemia
memastikan istilah alkalosis.

12

Gangguan keseimbangan asam-basa dapat timbul dari penyebab respiratori atau


metabolik. Empat tipe gangguan asam-basa utama adalah asidosis respiratorik, asidosis
metabolik, alkalosis respiratorik, dan alkalosis metabolik.

Kesimpulan
Pernapasan umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pernapasan internal dan pernapasan
eksternal. Sistem pernapasan berfungsi untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh dan
mengeluarkan karbondioksida yang diproduksi dalam tubuh. Selain itu, mekanisme
keseimbangan asam basa juga diperlukan untuk menjaga agar kondisi tubuh tetap dalam
keadaan stabil dimana keasaman tubuh dalam rentang yang normal. Ada berbagai macam hal
yang dapat mengganggu keadaan setimbang tersebut. Salah satu penyebab terjadinya
ketidakseimbangan asam basa di dalam tubuh manusia karena konsumsi narkotika, contohnya
morfin. Morfin dapat menyebabkan penurunan aktivitas pusat pernapasan sehingga terjadi
kegagalan sistem pernapasan untuk membuang karbondioksida dari cairan tubuh secepat saat
diproduksi dalam jaringan. Kondisi apapun yang merusak atau mempengaruhi pernapasan
dapat mengakibatkan asidosis pernapasan (respiratorik). Oleh karena itu, hipotesis bahwa
konsumsi morfin secara berlebihan dapat mengganggu keseimbangan asam basa tersebut
diterima.

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.

Santoso G. Anatomi sistem pernapasan. Edisi I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC; 2002.
Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.
Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke system. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011.
Guyton, Hall. Buku saku fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2011.
6. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.
13

Anda mungkin juga menyukai