Oleh
Siti Aisyah Dwi Asri
NIM 132310101050
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................... i
LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Definisi Penyakit.......................................................................................... 1
B. Epidemiologi................................................................................................ 4
C. Etiologi......................................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 5
E. Patofisiologi.................................................................................................. 7
F.
Komplikasi................................................................................................... 8
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 9
H. Clinical Pathway.......................................................................................... 12
I.
Penatalaksanaan Medis................................................................................ 14
J.
Penatalaksanaan Keperawatan..................................................................... 17
J.1
J.2
J.3
Rencana Evaluasi
H. Daftar Referensi........................................................................................... 29
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN....................................
A. Pengkajian...................................................................................................
B. Problem List................................................................................................
C. Rumusan Diagnosa Keperawatan................................................................
D. Perencanaan/Nursing Care Plan...................................................................
E. Catatan Keperawatan/Nursing Note.............................................................
F.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit
Tuberkulosis atau TB paru adalah penyakit infeksius, yang terutama
menyerang parenkim paru dan dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk
meningens,
ginjal,
tulang,
dan
nodus
limfe
(Suzanne,
dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis pada TB Paru
a. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
TB positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negative
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan atau dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
f. Kasus lainnya
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
B. Epidemiologi
TB paru termasuk penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi
terutama di negara berkembang. Indonesia masih menempati urutan ke-3 di dunia
untuk jumlah kasus TB paru setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000
kasus baru TB paru dan sekitar 140.000 kematian akibat TB paru. Diseluruh dunia
tahun 2004, WHO melaporkan terdapat 3,8 juta kasus baru TB paru dengan 49%
kasus terjadi di Asia Tenggara (data WHO 2006). Sekitar 113 per 100.000 di Cina
dan 64 per 100.000 di Brasil. Di Amerika Serikat, keseluruhan tingkat kasus TB
paru adalah 4,9 per 100.000 orang pada tahun 2004 (CDC,2005). Berdasarkan
estimasi World Health Organization (WHO), daerah dengan kasus TB baru yang
tertinggi pada tahun 2009 adalah di daerah Asia Tenggara yang merupakan 35%
dari insidensi global. Sekitar 1,3 juta populasi meninggal akibat TB pada tahun
2009. Estimasi insidensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 430.000 kasus
dengan mortalitas sebesar 61.000.
C. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh
mycobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan
ukuran sampai 4 mycron dan bersifat aerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paruparu merupakan tempat prediksi penyakit tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari
lipid yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui
droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia melalui udara dan menginfeksi
(Depkes RI, 2002).Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex
adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Menurut Depkes, 2006, menjelaskan mengenai cara penularan TB, yaitu :
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
D. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala tuberkulosis terdiri atas gejala umum yaitu batuk terusmenerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih dan gejala lain, yang sering
dijumpai yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri
dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, malaise, berkeringat
malam walaupun tanpa kegiatan, serta demam/ meriang lebih dari sebulan.
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam
(2006) dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Umumnya
subfebris,
kadang-kadang
40-410C,
keadaan
ini
sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(nonproduktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk darah
haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat. Kebanyakan
batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.
Sesaknafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang
ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
seringditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala,
meriang,nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat
danhilang timbul secara tidak teratur.
6. Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
7. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut.
E. Patofisiologi
Port de entry kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(airborn) yaitu melalui inhalasi dropetyang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel
yang
berasal
dari
orang
yangterinfeksi.
Saluran
pencernaan
atas
lobus
bawah
basil
tuberkel
ini
membangkitkanreaksi
bersatu
sehingga
membentuk
sel
tuberkel
epiteloid
yang
terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke
laring, telinga tengah atau usus.
Bila peradangan mereda, lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut.Bahan perkejaan dapat mengentaldan tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat
tidakmenimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan
denganbronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi padaberbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfe hematogen
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen dapat menimbulkan
fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB milier (Price & Wilson,2005).
F. Komplikasi
TB
paru
apabila
tidak
ditangani
dengan
baik
akan
kematian
karena
sumbatan
jalan
nafas
atau
syokhipovolemik
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotoraks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/blep yang
pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Menurut Suriadi (2006) komplikasi dari TB Paru antara lain :
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis
untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah
apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru.
a.
Foto thorax
Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh primer
atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga
akan fibrosa. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang
sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
b.
Bronchografi
Pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru
karena TB.
Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura,
efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen
dipinggir paru atau pleura).
2. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
10
11
H. linical Pathway
Faktor risiko
Individu lanjut usia, bayi, anak
Imun yang tidak adekuat
Mendapat imunosupresan
Kemoterapi
Kekurangan gizi
- Mengidap HIV
-
Faktor risiko
Tunawisma dipenampunan
Anggota keluarga pasien
Tenaga kesehatan
Pasien pengunaan fasilitas kesehatan
Lingkungan padat penduduk
- Rumah minim ventilasi
Orang yang terinfeksi
-
Mycobacterium Tuberculosis
padamelalui
kulit udara
InhalasiLesi
droplet
Hipertermi
Mempengaruhi
set point
RKDTF
Gangguan
Pertukaran Gas
Mempengaruhi
hipotalamus
Saluran pernapasan
Ketidakseimbangan Nutrisi
Menembus mekanisme pernapasan
Kurang Dari Kebutuhan
saluran pernapasan
Tubuh
Berkoloniasi di saluran pernapasan
bawah (bronchus, alveoli)
Asupan nutrisi (-)
13
Alveolus tidak
kembali saat
ekspirasi
Intoleransi
Jaringanaktivitas
parut
Suplai O2
kurang
Sesak nafas
Ketidakefektifan
Pola Nafas
kelemahan
Anoreksia
Merangsang
inflamasiMemicu pembentukan
Tuberkelserotonin
melanocortin di
hipotalamus
Sel T
dan jaringan fibrosa membungkus
Bersihan
Jalan
Makrofag dan
basil Tuberculosis
Fagosistosis
Leukosit
Nafas Tidak
Efeketif
eksudasi
obstruksi
Secret sulit
dikeluarkan
Batuk terus
menerus
Kavitasi kuman
Infeksi
Sembuhprimer
total
Batuk berat
Terjadi
robekan
Ansietas
pembuluh darah
Sembuh
dengan
kompleks
Ghon
Komplikasi
menyebar
ke seluru
tubuhh secara limfogen, limfo
hematogen, hematogen
Kuman dormant
Hemaptoe
I. Penatalaksanaan Medis
Muncul kembali ketika kondisi
Krisis
situasional
Pengobatan TB bertujuan untuk
menyembuhkan
pasien, mencegah
tubuh menurun
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.Penatalaksanaan TB meliputi penemuan
pasien dan pengobatan yang dikelola dengan menggunakan strategi DOTS.
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOTS) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama untuk suatu strategi yang
dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan
15
Jenis OAT
Sifat
Dosis yang
16
o
1.
2.
3.
4.
5.
Isoniazid (H)
Bakteriosid
Rifampicin (R)
Bakteriosid
Pyrazinamide (Z)
Bakteriosid
Streptomycin (S)
Bakteriosid
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
direkomendasika (mg/kg)
Harian
3xseminggu
5
10
(4-6)
(8-12)
10
10
(8-12)
(8-12)
25
35
(20-30)
(30-40)
15
15
(12-18)
(12-18)
15
30
(15-20)
(20-35)
: 2 (HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
: 2 HRZ/4HR
17
tidak
18
19
Dada tampak cembung, ruang antar iga datar, kurang bergerak sat
pernafasan/tertinggal.
g. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan Umum
: lemah
2) TTV:
Tekanan Darah
20
21
No.
1.
Diagnosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perencanaan
Intervensi
Kaji fungsi pernafasan contoh221.
bunyi nafas, kecepatan, irama
dan kedalam dan penggunaan
otot aksesori pernafasan.
Catat
kemampuan
mengeluarkan
mukosa/batuk
efektif, catat karakter jumlah
sputum, adanya hemoptisis.
Bantu dan ajarkan pasien untuk
batuk produktif dan latihan 2.
nafas dalam.
Bersihkan sekret dari mulut dan
trakea,
pengisapan
sesuai
keperluan.
Pertahanan masukan cairan
sedikitnya 2500 ml/ hari kecuali
kontraindikasi.
Kolaborasi:
Pemberian
oksigen
untuk
melembabkan udara/ mukosa
hidung
3.
Beri obat-obat sesuai indikasi
(Agen
mukolitik
dan
bronkodilator)
4.
5.
6.
7.
Ketidakefektifan pola
nafas
berhubungan
dengan
penurunan
ekspansi paru, obstruktif
sekret
1. Kaji
frekuensi,
kedalaman 1.
pernafasan dan ekspansi dada.
Catat
upaya
pernafasan
termasuk penggunaan otot bantu
pernafasan.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat
adanya bunyi nafas krekels,
mengi
2.
3. Anjurkan tidur miring pada sisi
yang tidak sakit
4. Dorong dan bantu pasien untuk
latihan batuk.
Rasion
Penurunan bun
mengindikasika
Ronchi, meng
akumulasi
ketidakmampu
membersihkan
yang dapat
penggunaan
pernafasan.
pengeluaran s
sangat tebal (m
dan atau hidras
sputum berdar
hidrasi tidak a
berdarah kent
cerah
diaki
kerusakan pa
bronkial
memerlukan
evaluasi/interve
ventilasi maks
area
atele
meningkatkan
kedalam jalan
untuk dikeluark
Mencegah ob
Pengisapan da
bila pasien
mengeluarkan
mencegah
membran muk
pengenceran se
Pemasukan
membantu
mengencerkan
membuatnya
dikeluarkan.
agen mukoliti
kekentalan da
sekret
pa
memudahkan p
Bronkodilator
ukuran lumen
trakeobronkial,
menurunkan ta
aliran udara.
kecepatan
meningkat.
pernafasan
tergantung pad
pleura yang
Ekspansi dada
karena nyeri da
bunyi nafas m
bila jalan n
sekunder terha
dan bekuan. Ro
menyertai o
23
24
25
K. Daftar Referensi
Buku
Baughman C Diane.2000. Keperawatan medical bedah, Jakarta:EGC.
Depkes RI. 2006. Pedoman
Jakarta:Depkes RI
Nasional
Penanggulangan
Tuberculosis.
Nasional
Penanggulangan
Tuberculosis.
26
Ed4.
27