Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Dampak Lingkungan Dalam Industri Mineral di Indonesia


Mata Kuliah Teknologi Management Kewirausahaan

Disusun Oleh :
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang
270110130102

GEOLOGI B
PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

Kata Pengantar
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Dampak Lingkungan Dalam Industri Mineral di
Indonesia dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Nana Sulaksana.
Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana Dampak Lingkungan Dalam Industri Mineral
di Indonesia.
Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai dampak lingkungan dalam industri mineral di Indonesia. Dalam penulisan makalah ini, tidak
luput dari berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Kritik dan Saran yang membangun penulis
terima dengan lapang dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan demi kesempurnaan makalah
ini.

Jatinangor, 17 November 2014

Penulis
Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..... ii
DAFTAR ISI...iii

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ..1

1.2

Maksud dan Tujuan Penulisan...2

PEMBAHASAN
2.1

Kegiatan Pertambangan ..............3

2.2

Dampak Pertambangan pada Perairan.......,,,,,,,,,,,,,.4

2.3

Warisan Pertambangan....6

2.4

Solusi Masalah7

PENUTUP
Kesimpulan........10

DAFTAR PUSTAKA ...........11

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber daya alam yang
melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non-hayati. Sumber
daya mineral merupakan salah satu jenis sumber daya non-hayati. Sumber daya mineral yang
dimiliki oleh Indonesia sangat beragam baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Endapan
bahan galian pada umumnya tersebar secara tidak merata di dalam kulit bumi. Sumber daya
mineral tersebut antara lain : minyak bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain. Sumber
daya itu diambil dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Di era globalisasi ini, setiap negara membangun perekonomiannya melalui kegiatan
industri dengan mengolah sumber daya alam yang ada di negaranya. Hal ini dilakukan agar
dapat bersaing dengan negara lain dan memajukan perekonomiannya. Oleh karena itu, banyak
perusahaan dari sektor privat maupun sektor swasta yang mengolah hasil tambang untuk
diproduksi.
Munculnya industri-industri pertambangan di Indonesia mempunyai dampak positif dan
dampak negatif bagi masyarakat dan negara. Dampak positif adanya industri pertambangan
antara lain menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, hasil produksi tambang dapat
digunakan untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun pasar internasional, sehingga
hasil ekspor tambang tersebut dapat meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi
negara. Industri pertambangan juga dapat menarik investasi asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
Industri pertambangan juga mempunyai dampak negatif, yaitu kerusakan lingkungan.
Kegiatan pertambangan merupakan suatu kegiatan yang meliputi: Eksplorasi, eksploitasi,
pengolahan pemurnian, pengangkutan mineral/bahan tambang. Industri pertambangan selain
mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan
lingkungan.Wilayah yang menjadi area pertambangan akan terkikis, sehingga dapat
menyebabkan erosi. Limbah hasil pengolahan tambang juga dapat mencemari lingkungan.
Kegiatan industri tambang yang menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan CO2 yang dapat
menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan global.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
Memenuhi tugas mata kuliah teknologi manajemen kewirausahaan
Mengetahui bagaimana dampak lingkungan dalam industri mineral
Mengetahui bagaimana solusi dampak lingkungan yang ditumbulkan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Kegiatan Pertambangan Industri Mineral


Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber

daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi Indonesia. Pembangunan
pertambangan bertujuan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri,
meningkatkan ekspor dan penerimaan negara serta memperluas kesempatan berusaha dan
lapangan kerja.
Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batu bara
yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kostruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pertambangan bahan-bahan galian
dibedakan menjadi 6 (enam) macam yaitu:
1. Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui
kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
2. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
3. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi
konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan
penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan.
4. Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan
seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.
5. Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan/atau batu bara dan mineral ikutannya.
6. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh mineral ikutan.

7. Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral


dan/atau batu bara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian
sampai tempat penyerahan.
8. Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan
mineral atau batu bara.
Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas:
1. Pertambangan mineral; dan
2. Pertambangan batu bara.
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik
dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan mineral adalah pertambangan kumpulan mineral
yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
Pertambangan mineral digolongkan atas:
1. Pertambangan mineral radio aktif;
2. Pertambangan mineral logam;
3. Pertambangan mineral bukan logam;
4. Pertambangan batuan.
Sedangkan batu bara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara
alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Pertambangan batu bara adalah pertambangan endapan
karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

2.2 Dampak Kegiatan Penambangan terhadap Perairan


Kegiatan penambangan sangat rentan terhadap isu-isu kerusakan lingkungan. Hal ini
dikaitkan dengan keberadaan bahan tambang itu sendiri yang cukup sulit diambil sehingga
diperlukan proses-proses yang cenderung destruktif. Pada kegiatan penambangan emas,
industri-industri penambangan umumnya menggunakan bahan kimia berbahaya bahkan
tergolong dalam logam berat. Digunakannya bahan kimia tersebut bertujuan sebagai
penghancur batu-batuan yang mengandung emas, sehingga nantinya emas dan batuan dapat
dipisahkan dengan mudah. Jenis logam berat yang dipergunakan yaitu merkuri (Hg) atau arsen
(As) untuk kegiatan penambangan skala besar.
Pengunaan merkuri (Hg) dalam kegiatan tersebut sering menyebabkan pencemaran
lingkungan, salah satunya pencemaran air. Merkuri (Hg) yang terbuang ke sungai, pantai, atau
badan air dapat mengkontaminasikan ikan-ikan kecil dan makhluk air lainnya, termasuk
4

ganggang dan tanaman air (Rusli, 2005). Selanjutnya ikan-ikan dan makhluk air lainnya
mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan lainnya yang lebih besar atau masuk melalui
tubuh melalui insang, kerang dapat mengumpulkan merkuri (Hg) dalam cangkang (rumahnya).
Sebagian besar dari senyawa logam berat bersifat toksik, artinya dalam batas, jumlah, atau
konsentrasi tertentu dalam tubuh organisme dapat menyebabkan kematian.
Di lingkungan perairan merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa- senyawa
anorganik

dan senyawa

organik. Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di

perairan umum diubah oleh aktivitas mikroorganisme memenjadi komponen metil merkuri
(CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping kelarutannya yang
tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi
melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air,
sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air.
Sanusi (1980) mengemukakan bahwa terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh
hewan air, karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat
dibandingkan dengan proses ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai
pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam
sedimen.
Penggunaan Merkuri dan sianida

dan pembuangan yang tidak terkontrol dapat

mengakibatkan pencemaran air sungai hulu sampai hilir. Jika limbah tambang dibuang
kesungai maka potensi dampak yang dapat ditimbulkan berupa :
1. Pendangkalan tambang, karena ampas tambang yang dibuang bertumpuk dibadan
sungai.
2. Perubahan alur sungai serta tertutupnya aliran sungai yang mengakibatkan
kepunahan spesies tertentu.
3. Banjir disekitar area lokasi buangan diwaktu musim hujan
4. Kekeruhan dialiran sungai terutama kearah hilir akan berakibat pada kehidupan
organisme (terutama bentos) dan ekosistem sungai
5. Kandungan senyawa berbahaya yang terkandung diampas tambang yang terbawa
oleh aliaran sungai.

2.3

Warisan Industri Pertambangan


Industri pertambangan pada pasca beroperasi akan meninggalkan banyak warisan yang

berbahaya dalam jangka waktu yang panjang, Warisan itu antara lain : Lubang Tambang ( PIT
), Air Asam Tambang ( Acid Mine Drainage ), serta Tailing.

Lubang Tambang atau bisa disebut PIT adalah lubang - lubang raksasa yang ditinggalkan
oleh perusahaan pertambangan yang dapat berpotensi menimbulkan dampak dalam jangka
waktu yang panjang terutama terhadap kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang memiliki
/ mengandung berbagai jenis logam berat yang dapat merembes kedalam sistem air tanah dan
dapat mencemari air tanah. Akibat lemahnya sistem pemantauan perusahaan tambang tidak
menyadari besarnya bahaya yang diakibatkan oleh merembesnya zat sisa tambang kedalam
sistem air tanah.

Air Asam Tambang ( Acid Mine Drainage ) adalah Air asam tambang yang mengandung
zat logam berat yang berpotensi menimbulkan bahaya yang cukup berdampak pada lingkungan
sekitar dalam jangka panjang. Ketika air asam tambang sudah terbentuk maka akan sangat sulit
untuk menghentikannya karena sifat alamiah dari reaksi yang terjadi pada batuan. Sebagai
contoh, pertambangan timbal pada era kerajaan Romawi masih memproduksi air asam tambang
2000 tahun setelahnya. Walaupun air asam tambang terbentuknya bertahun - tahun akan tetapi
apabila telah terkontaminasi dengan air yang ada disekitarnya maka akan sulit untuk
melakukan penanganannya.

Tailing
Tailing dihasilkan dari operasi pertambangan dalam jumlah yang sangat besar. Sekitar 97
persen dari bijih yang diolah oleh pabrik pengolahan bijih akan berakhir sebagai tailing. Tailing
mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan, seperti tembaga,
timbal atau timah hitam, merkuri, seng, dan arsen. Ketika masuk kedalam tubuh mahluk hidup
logam-logam berat tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan dapat menimbulkan
efek yang membahayakan kesehatan.
Ironisnya, tidak ada aturan di Indonesia yang mewajibkan perusahaan pertambangan
melakukan proses penutupan tambang secara benar dan bertanggung jawab. Kontrak karya
pertambangan hanya mewajibkan perusahaan pertambangan melakukan reklamasi, dalam
pikiran banyak pelaku industri ini adalah penghijauan atau penanaman pohon semata. Jauh
panggang dari api.
6

2.4

Solusi Permasalahan

Ruang Lingkup Pekerjaan


Untuk bisa memperbaiki dan menjaga kinerja pengelolaan lingkungan diperlukan
penanganan yang baik dan berkelanjutan. Proses ini dimulai dengan rona awal, yaitu
mengumpulkan data dan informasi sebelum ada kegiatan, yang selanjutnya digunakan sebagai
acuan. Kemudian, perencanaan pengelolaan lingkungan disusun dan dilaksanakan, dan
pemantauan kualitas lingkungan secara periodik digunakan sebagai acuan untuk perbaikan
yang terus menerus.
Pelaksanaan
Pendekatan kondisi dan pendekatan kebutuhan pelanggan merupakan hal penting yang
kami gunakan, yang umumnya mengacu kepada 5 tahap kegiatan perusahaan
Tahap awal kegiatan
Jasa Environmental Assesment and Study
Yang mencakup baseline study dan studi kelayakan lingkungan yang bertujuan untuk
memberikan masukkan awal bagi pemilik usaha/kegiatan untuk menentukan prospek
usahanya.
Jasa AMDAL
Yang merupakan jasa kajian lingkungan yang lebih dalam untuk memenuhi persyaratan
peraturan pemerintah dan keberlanjutan proses perijinan yang ditetapkan.
Tahap Pra-Konstruksi
Pada tahap ini, jasa pemantauan kualitas lingkungan dilakukan terhadap potensi dampak
kegiatan yang muncul akibat aktivitas pra-konstruksi, termasuk kondisi dan persepsi
masyarakat setempat.
Tahap Konstruksi

Pada tahap ini, jasa pemantauan kualitas lingkungan dilakukan terhadap potensi dampak
kegiatan yang muncul akibat aktivitas konstruksi, termasuk kemungkinan gangguan kesehatan
masyarakat, persepsi masyarakat setempat, serta situasi kritis yang kemungkinan terjadi pada
tahap tersebut.
Tahap Operasional
Pada tahap ini, jasa pemantauan kualitas lingkungan dilakukan terhadap potensi dampak
kegiatan yang muncul akibat aktivitas operasional serta pemenuhan persyaratan baku mutu
lingkungan terhadap aspek yang dipantau, termasuk kemungkinan gangguan kesehatan
masyarakat, persepsi masyarakat setempat, dan situasi kritis yang kemungkinan terjadi pada
tahap tersebut.
Jasa lain, misalnya kajian khusus terkait kasus pencemaran dan protes masyarakat, juga
tersedia.Tahap Pasca
Operasional
Pada tahap ini, jasa pemantauan kualitas lingkungan dilakukan terhadap potensi dampak
kegiatan yang muncul dalam kurun waktu yang lama setelah kegiatan berhenti (untuk jenis
kegiatan tertentu). Jasa ini juga mencakup aspek sosial kemasyarakatan, seperti proses
pemberhentian hubungan kerja serta status program bina lingkungan.
Ditambah lagi Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, maka setiap perusahaan harus
memiliki tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR harus
diterapkan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan berkelanjutan
adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus mengorbankan kebutuhan generasi masa
depan. CSR dapat dilakukan di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di
bidang sosial, perusahaan dapat memberikan dana beasiswa pendidikan bagi pelajar, pelatihan
bagi karyawan, dan mendirikan perpustakaan. Di bidang ekonomi, perusahaan dapat membantu
usaha-usaha kecil menengah (UKM) dengan memberikan pinjaman dana untuk
mengembangkan usaha mereka. Kemudian, di bidang lingkungan perusahaan dapat melakukan
reklamasi area bekas tambang, menanam bibit pohon, dan mengolah limbah dengan cara daur
ulang. Jadi, tidak hanya mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi sumber daya alam

yang ada, tetapi juga harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Industri pertambangan merupakan industri yang tidak berkelanjutan karena tergantung
pada sumberdaya yang tidak terbarukan. Jika kemudian kelompok pro pertambangan begitu
yakin bahwa industri tambang mineral di Aceh akan membawa kemakmuran. Bagaimana
dengan dampak lingkungan yang akan di wariskan industri pertambangan, terutama setelah
beroperasi. Justru akan lebih memiskinkan masyarakat di sekitar areal pertambangan.

Pengelolaan lingkungan hidup dalam operasi pertambangan seharusnya meliputi


keseluruhan fase kegiatan pertambangan tersebut, mulai dari fase eksplorasi, fase produksi,
hingga pasca penutupan tambang. Belajar dari catatan operasi penutupan pertambangan yang
dilakukan oleh PT Barisan Tropical Mining (milik Laverton Gold Australia) di Sumsel, PT
Indo Moro Kencana (milik Aurora Gold Australia), PT Newmont Minahasa Raya (milik
Newmont Amerika Serikat), PT Kelian Equatorial Mining (milik Rio Tinto Inggris-Australia).
Seharusnya Aceh telah bersiap diri dan banyak belajar dari kasus-kasus pertambangan di
wilayah lain di Indonesia.
Fenomena yang terjadi pada industri pertambangan di Indonesia, justru perusahaan
tambang tersebut memiliki kekebalan untuk tidak mentaati aturan-aturan lingkungan hidup dan
dapat dengan bebas melakukan pencemaran tanpa takut mendapatkan sanksi. Perilaku lainnya
adalah praktik pembuangan limbah pertambangan dengan cara-cara primitif, membuang
langsung limbah tailing ke sungai, danau, dan laut.
Kegiatan pertambangan di Indonesia harus dipantau secara ketat untuk menghindari
adanya penambangan ilegal yang seringkali mengabaikan dampak negatif yang timbul
pascapenambangan.Setiap industri penambangan perlu melakukan recovery terhadap
lingkungan pada tahap pascaoperasi kegiatan penambangan agar dampak yang merugikan
dapat ditekan.

10

DAFTAR PUSTAKA

http://www.sucofindo.co.id/k3%20dan%20lingkungan%20mineral%20dan%20kim
ia/235/analisis-mengenai-dampak-lingkungan-(amdal).html
Sanusi, Harpasis S. 1980. Sifat-Sifat Logam Berat Merkuri Di Lingkungan Perairan
Tropis. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ahyani, M. 2011. Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi
Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat Di Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rusli, Marah. 2005. Analisa Merkuri (Hg) Air Sungai Muara Botung oleh Limbah
Merkuri (Hg) Akibat Penambangan Emas Tradisional di Desa Muara Botung
Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/01/15/dampak-positif-dan-negatifindustri-pertambangan-di-indonesia-624596.html

11

Anda mungkin juga menyukai