Epidemiologi.
Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi dari pada di negara berkembang.
Namum dalam tiga empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
di duga di sebabkan oleh meningkatnya penggunaan makan berserat dalam menu sehari hari
Apendisitis dapat di temukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang di laporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menurun . insidens pada laki- laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur
20-30 tahun insiden lelaki lebih tinggi
Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperean sebagai factor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang di ajukan sebagai factor
pencetus di samping hyperplasia jaringan limf,fekalit,tumor apendiks,dan cacing askaris
dapan menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang di duga dapat menimbulkan apendisitis
ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica .
Penetilitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasektel yang berakibat sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan
kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut
Patologi
Patologi apendisitis dapat mulai dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks
dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang
dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
massa periapendikular yang secara salah di kenal dengan istilah inflitrat apendiks. Di
dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi, jika
tidak terbentuk perforasi apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi
tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat
Apendisitis biasanya di sebabkan oleh penyumbatan apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit ,benda asing, striktur
WD: apendisitis
Anatomi apendiks
Apendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum, appendix berkembang di sebelah kanan. Appendix
merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya sekitar 10 cm (3-15 cm). Lumennya sempit
di bagian proximal dan melebar di bagian distal. Namun, pada bayi, appendix berbentuk
kerucut, lebar di pangkal, dan sempit di ujung. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari.
Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.
Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah satu penyebab
timbulnya appendisits. Di dalam apendiks juga terdapat immunoglobulin sekretoal yang
merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi (berperan dalam sistem imun). Dan
immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks adalah IgA. Namun
immunoglobulin yang banyak terdapat di dalam apendiks kecil sekali bila dibandingkan
dengan yang ada pada saluran cerna lain sehingga tidak mempengaruhi sistem imun tubuh.
rasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatic setempat.
Kadang tidak ada nyeri epigrastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tinndakan ini di anggap berbahaya karena mempermudah
terjadinya perforasi.
Gejala apendisitis akut pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel
dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa mengambarkan rasa nyerinya. Dalam beberapa
jam kemudian akan timbul muntah-muntah dan anak menjadi lemas dan legargik. Karena
gejala yang tidak khas tadi, sering apendisitis baru di ketahui setelah perforasi.
Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual, muntah. Yang
perlu di perhatikan ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan
muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga
keluhan tidak di rasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke region lumbal kanan.
Riwayat Alamiah
Pada kebanyakan pasien dan khususnya kelompok usia lebih muda,apendisitis karena
hyperplasia folikel limfoid submukosa, yang menyebabkan obstruksi lumen appendiks
vermiformis. Sekresi mukosa kontinu,walaupun ada lumen tersumbat dan tekanan di dalam
apendiks meningkat.karena
nyeri di pinggang dengan komponen abdomen minimum atau tidak ada, apendiks panjang
yang meradang dan terbentang ke dalam pelvis, bisa meniru patologi ginekologi atau traktus
urinarius karena gejalanya terutama dalam lokasi pelvis.
Usia pasien apendisitis akut bisa mempengaruhi anamnesis. Bayi dan anak kecil di
hambat oleh ketidak mampuannya mengungkapkan keluhan. Beberapa pasien mengeluh
perasaan konstipasi dan sering meminum laksatif atau enema. Tindakan tersebut, khas tidak
memberikan peringan gejala. Sebaliknya kelainan fungsi usus bisa bersifat diare yang
menggambarkan gastroenteritis.
Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien (auti-anamnesis) atau terhadap
keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai, misalnya dalam keadaan gawat-darurat, afasia akibat strok dan lain
sebagainya.
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala apendisitis
ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium
(nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh
karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). badan lemah dan
kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa
nyeri. Selain itu kita juga perlu menanyakan keluhan lain yang mungkin berkaitan misalnya
badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di
perut terasa nyeri serta riwayat alergi obat.
Pemeriksaan fisik
Kenaikan suhu sedikit, kalau ada perforasi bisa mencapai 40C
Nadi biasanya tetap normal
Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga
pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut.
Palpasi : kecurigaan menderita apendisitis akan timbul pada saat dokter melakukan
palpasi perut dan kebahagian paha kanan. Pada daerah perut kanan bawah seringkali bila
ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri ( Blumberg
sign ). Nyeri perut kanan bawah merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
Psoas sign dan Obturator sign : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui letak
apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat
hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka
tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan
gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang
meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil,
maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis
pelvika.
Tanda Ten Horn : dilakukan pada penderita apendisitis laki-laki. Yaitu dengan melakukan
penarikan testis kanan ke bawah maka akan timbul nyeri pada bagian perut, hal ini
disebabkan oleh ikut tertariknya peritoneum sehingga menyentuh bagian apendiks yang
meradang menyebabkan rasa sakit.
Terkadang dokter akan melakukan pemeriksaan colok dubur untuk menentukan letak
apendiks bila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan colok dubur kemudian terasa
nyeri maka kemungkinan apendiks penderita terletak didaerah pelvis.
pasien apendisitis jarang memperlihatkan tanda toksisitas sistemik. Ia bisa berjalan
dalam cara agak membungkuk. Sikap di ranjang cenderung tak bergerak, sering dengan
tungkai fleksi. Inspeksi langsung abdomen biasanya tak jelas serta auskultasi atau perkusi
tidak sangat bermanfaat dalam pasien apendisitis. Palpasi abdomen yang lembut di mulai
dalam kuadran kiri bawah, yang di lanjutkan ke kuadran kiri atas, kuadran kanan atas dan di
akhiri dengan pemerikasaan kuadran kanan bawah dengan spasme otot kuadran kanan bawah
merupakan indikasi untuk operasi, kecuali ada petunjuk lain bahwa apendisitis mungkin
bukan diagnose primer.
Pemeriksaan rectum dan pelvis harus di lakukan dalam semua pasien apendisitis. Pada
apendisitisatipik, nyeri mungkin tidak diterlokalisasi dari daerah umbilicus, tetapi nyeri tekan
rectum kuadran kanan bawah dapat di bangkitkan.adanya nyeri tekan atau secret serviks pada
wanita muda dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa ke diagnosis peradangan pelvis.
Tanda rovsing bisa positif dengan adanya apendisitis supurativa.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein
reaktif (CRP). Pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.00020.000/ml dan neutrofil diatas 75%. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah). Sedangkan pada CRP ditemukan
jumlah serum yang meningkat. Pemeriksaan urin juga perlu di lakukan untuk
membedakannya dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih
Pada kasus akut tidak di perbolehkan melakukan barium enema, sedangan pada
apendisitis kronis tindakan ini di benarkan. Pemeriksaan USG di lakukan bila terjadi inflitrat
apendikularis.
Penatalaksaan
Pernah
dicoba
pengobatan
dengan
antibiotik,
walaupun
sembuh
namun
tingkat
dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk)
untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak pasien
merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 10 hari. Pemberian
antibiotika ini ditujukan untuk membunuh kuman yang menjadi penyebab inflamasi dan
peradangan apendiks.
Prognosis
Dengan diagnosis yang adekuat serta pembedahan , tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnose akan menimbulkan morbiditas dan
mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulangan dapat terjadi bila apendiks tidak di
angakat. Terminology apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.
Komplikasi
Pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh
adanya penyumbatan di dalam usus buntu. Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan,
usus buntu bisa pecah (perforasi).
Peritonitis purulenta biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila
bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan
timbulnya peritonitis generalisata. Peritonitis purulenta ditandai dengan demam tinggi,
nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri
tekan dan defans muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang
karena ileus paralitik.
Terbentuknya abses.
Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan
pada saluran yang bisa menyebabkan kemandulan.
Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.
Massa Periapendikuler bisa terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi
ditutupi pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4
sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix
dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan keadaan umum masih terlihat
sakit, suhu masih tinggi, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke
kiri. Massa apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan
umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis, teraba massa
berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil normal
WD:
-
Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare berlebihan merupakan gambaran
yang menonjol dan khas mendahului mulainya nyeri yang berbatas kurang tegas
atau bersifat kram di bandingkan
Hiperperitalsis sering di temukan dan merupakan gejala yang khas. Panas dan
leukositosis kurang menonjol di bandingkan apendisitis akut. Lokasi nyeri tidak
jelas dan berpindah - pindah. Gastroenteritis biasanya berlangsung akut, suatu
observasi berkala akan dapat menegakkan diagnosis.
-
H
Jj