Namun, pada praktikum kali ini, praktikan menggunakan Prepease Plasmid Isolation Kit. Kit
tersebut terdiri atas buffer A1, buffer A2, buffer A3, minispin column-centrifuge, buffer A4,
dan buffer elusi. Untuk alat yang digunakan tidak berbeda dengan metode alkalin lisis.
larutan SDS 10%, dan 0,25 ml larutan NaOH 4 N. Ke dalam tabung mikro, ditambahkan 200
l larutan B. Kemudian, tabung mikro dibolak-balikkan secara perlahan. Tabung mikro
diinkubasi pada suhu 0 oC (di atas es) selama 5 10 menit. Larutan C sebanyak 150 l
ditambahkan dan divortex kurang lebih 10 detik. Tabung mikro diinkubasi selama 5 10
menit di atas es. Tabung mikro disentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 5000 rpm.
Supernatan dipindahkan ke tabung mikro baru dan 0,5 ml campuran fenol kloroform
isoamil alkohol ditambahkan. Campuran divorteks sebentar sampai terbentuk suspensi dan
disentrifugasi dengan kecepatan 13.000 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil (jangan
sampai bagian fenol terambil) dan 1 ml etanol absolut dingin ditambahkan. Campuran
diinkubasikan pada 20 oC selama 10 menit. Kemudian disentrifugasikan dengan kecepatan
10.000 rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang. Pellet dicuci dengan 700 l etanol 70 %
dingin. Pellet dikeringkan dan disuspensikan 40 50 l buffer TE ph 8.0. Kemudian,
campuran disimpan dalam freezer dengan suhu -20 oC.
Pembahasan
Isolasi yang dilakukan pada DNA genomik dan DNA plasmid menggunakan prinsip yang
sama. Namun, terdapat beberapa perbedaan pada metode yang digunakan. Pada isolasi DNA
plasmid, untuk melakukan lisis sel juga menggunakan larutan NaOH. Selain itu, pada metode
DNA plasmid, dilakukan renaturasi untuk memisahkan DNA genomik dan DNA plasmid.
Metode alkalin lisis menghasilkan yield yang lebih rendah dibandingkan menggunakan kit
yang tersedia. Pada saat terjadi denaturasi, DNA genomik, yang terdiri atas untaian panjang,
akan menjadi kusut sehingga sulit untuk terrenaturasi kembali. Hal ini tidak terjadi pada
DNA plasmid yang dapat dengan mudah terrenaturasi.
DNA plasmid dan DNA genomik memiliki beberapa perbedaan mendasar. DNA plasmid
memiliki struktur supercoiled pada struktur tersiernya, sedangkan DNA genomik memiliki
struktur linier. Dikarenakan struktur tersier yang berupa supercoiled, DNA plasmid memiliki
berat yang lebih dibandingkan DNA genomik. Perbedaan berat dapat digunakan untuk
membedakan kedua DNA pada ultrasentrifugasi, dimana DNA plasmid berada di bawah.
Metode ultrasentrifugasi CsCl / Ethidium Bromida dilakukan untuk isolasi pada skala yang
lebih besar. Perbedaan berat tersebut juga dapat diamati melalui elektroforesis gel agarosa.
Terdapat beberapa tahapan dalam melakukan isolasi DNA plasmid. Tahapan pertama adalah
penghancuran dinding sel. Penghancuran dinding sel dapat dilakukan secara mekanis ataupun
enzimatis. Tahapan berikutnya adalah melakukan lisis pada sel. Pada metode alkalin lisis,
digunakan larutan SDS dan NaOH untuk melakukan lisis. Cara dan bahan yang digunakan
pada penghancuran dinding sel dan lisis sel bergantung pada jenis bakteri yang digunakan
juga. Misalnya lisozim digunakan pada bakteri Gram positif. Kemudian, organel-organel sel
yang tidak diinginkan (debris sel) dibersihkan dengan cara memecah protein penyusun
organel-organel sel tersebut. Pemecahan dapat menggunakan proteinase-K. Debris sel yang
telah dipecah kemudian diekstraksi dengan menggunakan pelarut organik. Kemudian, DNA
yang berada pada fase air dipresipitasi dengan menggunakan alkohol. Ketika menggunakan
kit, DNA yang diinginkan tidak dipresipitasi, melainkan dijerat dengan menggunakan kolom
yang disediakan kit.
Penyimpanan DNA yang diinginkan dapat menggunakan buffer TE. Buffer TE bekerja
dengan cara mengkhelat logam yang bekerja sebagai kofaktor enzim DNAse sehingga tidak
terjadi degradasi pada DNA. Namun, buffer TE juga dapat menyebabkan enzim polimerase
tidak aktif. Selain menggunakan buffer TE, suhu rendah (-20 oC) dapat digunakan untuk
mencegah aktifnya enzim DNAse.
Karp, Gerald. 2010. Cell and Molecular Biology. Denver, AS : Johns Wiley & Sons Co.
Malik, A. 2012. Penuntun Kerja : Isolasi Plasmid dan Kloning DNA. Depok : Departemen
Farmasi FMIPA UI.
Yuwono, Triwibowo. 2008. Biologi Molekuler. Jakarta : Erlangga.