TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANAH BUMBU,
Menimbang
: a. bahwa
penyelenggaraan
bangunan
gedung
harus
dilaksanakan secara tertib berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah, sesuai dengan fungsinya, dan memenuhi
persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung
agar menjamin keselamatan dan kenyamanan bagi
penghuni dan lingkungannya;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, maka perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Bangunan Gedung;
Mengingat
: 1. Undang-Undang
Nomor
23
Tahun
1997
tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
2. Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Peneyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4247);
4. Undang-Undang
Nomor
2
Tahun
2003
tentang
Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten
Balangan di Propinsi Kalimantan Selatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4265);
5. Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
7. Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
10. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5235);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
Nomor
:
Bangunan
(2) Fungsi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
tentang RTRW Kabupaten.
Bagian Kedua
Penetapan Fungsi Bangunan
Pasal 5
(1) Fungsi Hunian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a
mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia meliputi :
a. rumah tinggal tunggal;
b. rumah tinggal deret;
c. rumah tinggal susun; dan
d. rumah tinggal sementara/darurat.
(2) Fungsi Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf
b mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah yang
meliputi :
a. bangunan Mesjid termasuk Musholla;
b. bangunan Gereja termasuk Kokel;
c. bangunan Pura;
d. bangunan Vihara;
e. bangunan Kelenteng; dan
f. bangunan gedung yang berhubungan dengan fungsi keagamaan.
(3) Fungsi Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c
mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan usaha
yang meliputi :
a. bangunan gedung perkantoran;
b. bangunan perdagangan;
c. bangunan perindustrian;
d. bangunan perhotelan;
e. bangunan wisata dan rekreasi;
f. bangunan terminal;
g. bangunan tempat penyimpanan; dan
h. bangunan yang berhubungan dengan fungsi usaha
(4) Fungsi Sosial dan Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) hurup d mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan
kegiatan sosial dan budaya yang meliputi :
a. bangunan gedung pelayanan pendidikan;
b. bangunan gedung pelayanan kesehatan;
c. bangunan gedung kebudayaan;
d. bangunan gedung laboratarium; dan
e. bangunan gedung pelayanan umum.
(5) Fungsi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) hurup e
mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang
mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang
Bagian Ketiga
Klasifikasi Bangunan
Pasal 6
Fungsi bangunan gedung diklasifikasikan berdasarkan :
a. tingkat kompleksitas;
b. tingkat permanensi;
c. tingkat risiko kebakaran;
d. tingkat lokasi;
e. tingkat ketinggian; dan
f. tingkat kepemilikan.
Pasal 7
(1) Klasifikasi berdasarkan tingkat kompleksitas sebagaimana Pasal 6
huruf a meliputi :
a. bangunan gedung sederhana;
b. bangunan gedung tidak sederhana; dan
c. bangunan gedung khusus.
(2) Klasifikasi berdasarkan tingkat permanensi sebagaimana Pasal 6 huruf
b meliputi :
a. bangunan gedung permanen:
b. bangunan gedung semi permanen; dan
c. bangunan gedung darurat atau sementara.
(3) Klasifikasi berdasarkan tingkat risiko kebakaran sebagaimana Pasal 6
huruf c meliputi :
a. bangunan gedung tingkat risiko kebakaran tinggi;
b. bangunan gedung tingkat risiko kebakaran sedang; dan
c. bangunan gedung tingkat risiko kebakaran rendah.
(4) Klasifikasi berdasarkan tingkat lokasi sebagaimana Pasal 6 huruf d
meliputi :
a. bangunan gedung di lokasi padat;
b. bangunan gedung di lokasi sedang; dan
Pasal 8
(1) Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dapat diubah
melalui permohonan baru IMB yang diusulkan oleh pemilik dalam
bentuk rencana teknis bangunan gedung sesuai dengan peruntukan
lokasi yang diatur dalam RTRW dan Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK) serta RTBL.
(2) Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam IMB.
(3) Dalam proses permohonan baru IMB, pembahasan fungsi dan
klassifikasi bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota, begitu pula apabila
melakukan tambahan tingkatan untuk bangunan gedung.
Bagian Keempat
Prasarana Bangunan Gedung
Pasal 9
(1) Prasarana bangunan gedung berupa konstruksi bangunan yang
merupakan bagian dari bangunan gedung itu sendiri maupun
konstruksi bangunan yang berdiri sendiri dan tidak merupakan
pelengkap
yang
menjadi
satu
kesatuan
dengan
bangunan
gedung/kelompok bangunan gedung pada satu topak kavling/persil.
pemanfaatan
dari
(2) Setiap orang atau badan hukum dapat memiliki bangunan gedung atau
bagian bangunan gedung.
(3) Pemerintah Daerah melakukan pendataan bangunan gedung untuk
keperluan tertib pembangunan dan pemanfaatan.
Pasal 11
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
IMB dimaksud dalam Pasal 10 huruf c adalah surat bukti dari Pemerintah
Daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai
dengan rencana teknis bangunan gedung yang telah disetujui Tim Ahli
Bangunan Gedung yang di bentuk oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kedua
Persyaratan Tata Bangunan
Paragraf 1
Peruntukan dan Intensitas Bangunan
Pasal 14
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 17
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
Untuk lebar jalan yang kurang dari 5 meter, letak garis sempadan
adalah 2,5 meter dihitung dari tepi jalan.
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
Pasal 21
(1)
Jarak antara masa/blok bangunan satu lantai yang satu dengan lainnya
dalam satu kavling atau antara kavling minimum adalah 6 meter.
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 22
(1)
(2)
Garis sempadan samping bangunan adalah garis yang ditarik dari sisi
batas kavling/sisi jalan sampai dengan samping bangunan yang
berbatasan langsung dengan jalan tersebut.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
(2)
(3)
Bangunan Ruko, dengan lebar 32 meter, dan setelah itu harus diberi
jarak minimal 4 meter.
(4)
(5)
(6)
(7)
Bangunan Ruko bisa rapat sisi batas apabila ada rekomendasi dari Tim
Ahli Bangunan Gedung.
(8)
(9)
(10) Setiap bangunan Ruko yang berbatasan dengan jalan wajib membuat
drainase (sistem saluran) samping kiri dan kanan serta belakang
bangunan tersebut.
(11) Apabila di depan Ruko tidak ada drainasenya, maka pemilik Ruko wajib
membuat drainase atau saluran pada Ruko tersebut.
(12) Jalan masuk Ruko harus dibuat transparan/tidak massif sehingga air
larian tidak turun ke jalan.
Paragraf 4
Bangunan Gedung Sarang Burung Walet
Pasal 24
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Lebar jembatan lebih dari5 meter harus ada rekomendasi dari Tim Ahli
Bangunan Gedung.
(5)
Paragraf 6
Pagar
Pasal 26
(1)
(2)
Pagar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 26, harus tembus
pandang, dengan bagian bawahnya dapat tidak tembus pandang (masif)
maksimal setinggi 1 meter diatas permukaan tanah.
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(5)
(6)
Pembangunan jembatan tidak boleh lebih rendah dari bahu jalan atau
peil air tertinggi.
(7)
(8)
Bekas perancah
dibersihkan.
(9)
dan
bekisting
pembangunan
jembatan
harus
Paragraf 8
Arsitektur Bangunan Gedung
Pasal 28
Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan
bangunan gedung, tata ruang, serta keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan
adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap
penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 30
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 31
(1)
(2)
e.
f.
g.
h.
i.
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
e.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 36
(1)
(2)
Pasal 37
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Paragraf 2
Persyaratan Kesehatan
Pasal 38
(1)
Jenis, mutu, sifat bahan, dan peralatan instalasi air minum harus
memenuhi standar dan ketentuan teknis yang berlaku.
(2)
(3)
Pengadaan sumber air minum diambil dari PDAM atau dari sumber yang
dibenarkan secara resmi oleh yang berwenang.
(4)
Pasal 39
(1)
(2)
Pasal 40
(1)
Semua air kotor yang asalnya dari dapur, kamar mandi, dan tempat
cuci, pembuangannya harus melalui pipa-pipa tertutup dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2)
(3)
Pembuangan air limbah non kakus dimaksud pada ayat (1) dapat
dialirkan ke saluran umum kota.
(4)
(5)
Pasal 41
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 42
(1)
(2)
(3)
Ventilasi alami harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau
sarana lain yang dapat dibuka sesuai dengan kebutuhan dan standar
teknis yang berlaku.
(4)
Ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari jendela, bukaan,
pintu ventilasi atau sarana lainnya dari ruangan yang bersebelahan.
(5)
(6)
Sistem ventilasi buatan harus diberikan jika ventilasi alami yang tidak
dapat memenuhi syarat.
(7)
(8)
(9)
(1)
(2)
(3)
(4)
pencahayaan
alami
Persyaratan Kemudahan/Aksesibiltas
Pasal 44
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
mempertimbangkan kemudahan
standar teknis yang berlaku.
dan
keamanan
pengguna
sesuai
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
Pasal 48
(1)
(2)
(3)
Pasal 49
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Bagian Kelima
Pembangunan Bangunan Gedung di Atas atau di Bawah Tanah, Air atau
Prasarana/Sarana Umum, dan pada Daerah Hantaran Udara Listrik
Tegangan Tinggi/Ekstra Tinggi/Ultra Tinggi dan/atau Menara
Telekomunikasi dan/atau Menara Air
Pasal 51
(1) Pembangunan bangunan gedung di atas prasarana dan/atau sarana
umum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. sesuai dengan RTRW dan/atau RTBL;
b. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada
dibawahnya dan/atau disekitarnya dan
c. tetap
memperhatikan
keserasian
bangunan
terhadap
lingkungannya;
d. mempertimbangkan pendapat Tim Ahli Bangunan Gedung.
dan
Pasal 52
Pasal 55
Tata cara dan persyaratan penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana
dimaksud Pasal 51, dan Pasal 52 diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
BAB V
PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG
Bagian Pertama
Umum
Pasal 56
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Paragraf 2
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak berlaku bagi perencanaan
:
a. Bangunan yang sifatnya sementara dengan syarat bahwa luas dan
tingginya tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan
Dinas;
b. Pekerjaan pemeliharaan/perbaikan bangunan, antara lain :
1) memperbaiki bangunan dengan tidak mengubah konstruksi dan
luas lantai bangunan;
2) pekerjaan memplester, memperbaiki retak bangunan dan
memperbaiki lapis lantai bangunan;
3) memperbaiki penutup atap tanpa mengubah konstruksinya;
4) memperbaiki lubang cahaya/udara tidak lebih dari 1 m2 (satu
meter persegi);
5) membuat pemisah halaman tanpa konstruksi;
6) memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan lain.
Pasal 59
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(5)
Bagian Kelima
Pembongkaran
Pasal 63
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(3)
(4)
(5)
Jenis pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3)
ditentukan oleh berat dan ringannya pelanggaran yang dilakukan.
BAB VII
SANKSI PIDANA
Pasal 65
(1)
(3)
(1)
(2)
(1)
(2)
Dalam melakukan tugas PPNS sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang adanya tindak
pidana pelanggaran;
b. melakukan Tindakan Pertama pada kejadian dan melakukan
pemeriksaan saat itu ditempat;
c. melakukan Penyitaan Benda dan/atau Surat;
d. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
e. mendatangkan orang ahli yang dipergunakan dalam hubungannya
dengan pemeriksaan perkara;
f. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat Petunjuk
dari Penyidik bahwa tidak terdapat Bukti atau Peristiwa tersebut
bukan merupakan tindak Pidana dan selanjutnya melalui Penyidik
memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka
dan keluarganya.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 68
(1)
(2)
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu.
Di tetapkan di Batulicin
Pada tanggal
BUPATI TANAH BUMBU,
MARDANI H. MAMING
Di undangkan di Batulicin
Pada tanggal
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU,
SAID AKHMAD
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2013 NOMOR