Anda di halaman 1dari 8

Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada dalam diri setiap orang.

Artinya stres
dialami oleh setiap orang, tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan atau status
sosial ekonomi. Stres bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja maupun orang dewasa.
Bahkan mungkin stres juga dialami oleh makhluk hidup lainnya.
Stres dapat berpengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif, mendorong orang
untuk membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan pengaruh
negatif, menimbulkan perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan, marah,
depresi, dan memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia, tekanan darah tinggi atau stroke.
Stres pada anak yang berkepanjangan akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan
kepribadiannya, yaitu kurang percaya diri dan takut melakukan sesuatu.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Tanpa stres tidak ada kehidupan, gagal
merespon stressor pertanda kematian.
Menurut Dadang Hawari (1997: 44-45) istilah stres tidak dapat dipisahkan dari
distres dan depresi, karena satu sama lain saling terkait. Stres merupakan reaksi fisik terhadap
permasalahan kehidupan yang dialami. Apabila fungsi organ tumbuh sampai terganggu
dinamakan distres, yaitu derajat penyimpangan fisik, psikis dan perilaku dari fungsi yang
sehat (Sopiah, 2008).
Tulisan ini akan menjelaskan apa itu stres, jenis-jenis stres, aspek, penyebab stres, reaksi
fisik-psikologis, klasifikasi stres serta bagaimana mengelolanya.
A. Pengertian Stres
Menurut Sopiah (2008:85) stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu
situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang.
Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang
tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Stress adalah suatu
keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau
lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Menurut Morgan dan King : as an internal state which can be caused by physical
demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature, and the like) or
by environmental and social situations which are evaluated as potentially harmful,
uncontrollable, or exceeding our resources for coping (Morgan & King, 1986: 321).
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang
disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal.
B. Jenis Stres
1. Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2. Dua jenis stres menurut Holahan (1981) yaitu:


a. Systemic stres yang didefinisikan oleh Selye (dalam Holahan, 1981) sebagai respon non
fisik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan lingkungan. Selye mengidentifikasikan 3 tahap
respon sistemik tubuh terhadap kondisi-kondisi penuh stres, Yng diistilahkan General
Adaption Syndrome (GAS). Tahap pertama adalah alarm reaction. Tahap ini bisa diartikan
sebagai pertahanan tubuh, tahap kedua adalah resistance atau adaptasi dan tahap ketiga
adalah exhaustion atau kelelahan.
b. Psychological stress.
C. Aspek Stres
1. Stimulus
Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang
menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut
pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
a. Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana yang bising
b. Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan seseorang yang disayangi.
c. Peristiwa katastropik, contoh : gempa bumi
2. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen yang saling
berhubungan, komponen Fisiologis dan komponen Psikologis. Dimana kedua respon tersebut
disebut dengan strain atau ketegangan.
a. Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut, keringat.
b. Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
3. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu dimensi yang
peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan
penyesuaian diri yang kontinyu yang disebut juga dengan istilah transaksi antara manusia
dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang
lain merasakannya.
D. Penyebab Stres
Stres dapat terjadi karena: (1) fisik-biologik, penyakit sulit disembuhkan, cacat fisik,
merasa penampilan kurang menarik; (2) psikologik, negatif thinking , sikap permusuhan, iri
hati, dendan dan sejenisnya; (3) sosial: (a ) kehidupan keluarga yang tidak harmonis; (b)
faktor pekerjaan; (c) iklim lingkungan.
Penyebab Stres yang bukan bersumber dari pekerjaan: (1) Ttime based
confict, konflik terjadi karena menyeimbangkan tuntutan waktuantara pekerjaan dengan tugas
rumah tangga, misalnya wanita yang berperan ganda; (2) Strain based conflict, terjadi ketika
stres dari sumber meluap melebihi kemampuan yang dimiliki orang tersebut, misalnya
kematian suami atau isteri; (3)Role behavior conflict, tiap karyawan memiliki peran dalam
pekerjaan, Ia juga dituntut lingkungan yang ada kalanya bertentangan dengan tuntutan
pekerjaan; (4) Stres karena adanya perbedaan individu.
Luthans (1992) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri atas empat hal
utama, yakni:

1. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga,


relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat
tinggal.
2. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan
fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
3. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan
sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.
4. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta
disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness,
self-efficacy, dan daya tahan psikologis.

1.
2.

3.

4.

Terdapat 4 penyebab stres (stresor) menurut Lazarus dan Cohen (dalam Evans,
1982) serta Evans dan Cohen (dalam Veitch & Arkkelin) :
Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas dan kejadian
yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir dsb.
Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena
catalismic, meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit sepeti respon terhadap
penyakit atau kematian serta ketika seseorang kena PHK.
Daily hassles, masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang
menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakkan atau
kebisingan.
Ambient Stresor, yang terdiri dari kondisi-kondisi yang dilatarbelakangi oleh lingkungan
seperti kemiskinan, konflik keluarga.

E. Reaksi Fisik - Psikologis


1. Reaksi fisik : sakit kepala, sakit lambung, darah tinggi, sakit jantung (jantung berdebardebar), mudah lelah, kurang selera makan, sering buang air kecil, keluar keringat dingin, sulit
tidur (insomnia).
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh
terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome
(GAS).
a. Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk
pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya
berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
1) respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
2) respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4) respon bersifat restorative.

1)

2)

b.

1)

2)

Respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari hari seperti yang diuraikan
dibawah ini :
Respon inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya
pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses
penyembuhan dapat berlangsung cepat. Respon inflamasi dibagi kedalam 3 fase:
Fase pertama : adanya perubahan sel dan system sirkulasi, dimulai dengan penyempitan
pembuluh darah ditempat cedera dan secara bersamaan teraktifasinya kini,histamin, sel darah
putih. Kinin berperan dalam memperbaiki permeabilitas kapiler sehingga protein, leucosit
dan cairan yang lain dapat masuk ketempat yang cedera tersebut.
Fase kedua : pelepasan eksudat. Eksudat adalah kombinasi cairan dan sel yang telah mati
dan bahan lain yang dihasilkan ditempat cedera.
Fase ketiga : Regenerasi jaringan dan terbentuknya jaringan parut.
Respon refleks nyeri
Respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih
lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
General Adaptation Syndrom (GAS)
Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat
didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS
sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. Ada 3 fase GAS yaitu :
Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi
stressor. Reaksi psikologis fight or flight dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung
meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala
dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi,
ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan
hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk
bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin
mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan
ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan
atau menghindar . Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih
menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan
masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis
sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab
stress.
Bila
teratasi

gejala
stress
menurun
tau
normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put.
Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa
terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

3) Fase Exhaustion (Kelelahan)


Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti
sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat
lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi
menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah
yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.
2. Reaksi psikologis : gelisah, cemas, tidak dapat berkonsentrasi dalam pekejaan atau belajar,
sikap pesimis, hilang rasa humor, malas, sikap apatis, sering melamun, sering marah-marah
bersikap agresif baik secara verbal seperti berkata-kata kasar, suka menghina, mupun non
verbal seperti menendang-nendang, menempeleng, membanting pintu atau memecahkan
barang-barang.
a. Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu
penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan
istilah kuatir, tegang, prihatin, takutfisik antung berdebar, keluar keringat dingin,
mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b. Kemarahan dan agresi
Yakni perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan
agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara
kasar dengan jalan yang tidak wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis
dan usaha membunuh orang.
c. Depresi
Yaitu keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih
F. Klasifikasi Stres
1. Stres Akut (Acute Stress) merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya dikenal
dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight or flight). Suatu ancaman dapat
terjadi pada situasi apa pun yang pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah
dianggap sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:
kebisingan,
keramaian,
pengasingan,
lapar,
bahaya,
infeksi, dan
bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya (mengerikan).
Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah dilalui, suatu respon menjadi tidak
aktif dan tingkat-tingkat hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon
relaksasi (relaxation response).

2. Stres Kronis (Chronic Stress). Kehidupan modern menciptakan situasi stres


berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis
antara lain:
kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus,
problem-problem hubungan jangka panjang,
kesepian, dan
kekhawatiran finansial yang terus-menerus.

G. Mengelola Stres
1. Coping
Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut R.S. Lazarus coping adalah
proses mengelola tuntutan (internal atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar
kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang berorientasi kegiatan dan
intrapsikis (seperti menuntaskan, tabah, mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal
dan eksternal. Adapun menurut Weiten dan Lloyd (dalam Syamyu Yusuf, 2009: 128) coping
merupakan upaya-upya untuk mengatasi, mengurangi atau mentoleransi beban perasaan yang
tercipta karena stres.
Faktor-faktor yang mempengaruhi coping:
a. Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai bantuan dari orang lain yang
memiliki kedekatan (orang tua, suami/isteri, saudara atau teman) terhadap seseorang yang
mengalami stres. Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a) sebagai emotional support,
meliputi pemberian curahan kasih sayang, perhatian dan kepedulian; (b) sebagai appraisal
support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan mengembangkan kesadaran akan
masalah yang dihadapi, termasuk usaha-usaha mengklarifikasi dan memberikan umpan balik
tentang hikmah di balik masalah tersebut; (c) sebagai informational support, meliputi
nasehat/pengarahan dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan masalah; (d)
sebagai instrumental support, meliputi bantuan material, seperti memberikan tempat tinggal,
meminjamkan uang dan menyertai kunjungan ke biro layanan sosial.
b. Kepribadian. Kepribadian seseorang cukup besar pengaruhnya terhadap coping atau usahausaha dalam menghadapi atau mengelola stres. Adapun tipe-tipe kepribadian yang
berpengaruh terhadap coping adalah sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya tahan)
yaitu tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen, internal locus controldan
kesadaran akan tantangan (challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umum untuk
mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai harapan; (3) Humoris
2. Selalu Berfikir Positif (Positive Thinking)
Seseorang yang mengalami stres perlu kita berikan bantuan agar mereka terhindar
dari persaan tersebut, dengan selalu berpikir positif (positive thinking).
Menurut Al-Faqi (2009) ada tujuh prinsip dasar berpikir positif, yaitu:
a. Problematika hanya ada di dalam persepsi. Realitas tak lain hanyalah apa yang ada dalam
persepsi Anda. Kalau Anda ingin merubah realitas hidup Anda, mulailah dengan merubah
persepsi Anda.

b. Jangan biarkan masalah tetap berada di tempat yang Anda temui. Yang terpenting bukan apa
yang terjadi pada Anda, tetapi pada apa yang akan Anda lakukan karena apa yang terjadi pada
Anda (Robert Schuer)
c. Jangan jadi masalah pisahkan Anda dengan masalah. Tidak ada masalah yang akal manusia
tidak bisa menemukan jalan keluarnya (Polter).
d. Belajar dari masa lalu, hidup masa sekarang, tentukan target masa depan. Masa lalu hanya
kenangan dan masa depan tak lain hanyalah perkiraan. Penuhlilah hidup Anda saat ini dengan
cinta Allah, maka masa lalu Anda akan menjadi kenangan indah dan masa depan Anda
menjadi perkiraan penuh harapan.
e. Selalu ada nila spiritual dalam setiap problematika hidup. Siapa yang bertaqwa kepada Allah
akan diberi jalan keluar dan akan diberi rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka
f. Perubahan pikiran dengan berbagai alternatif akan merubah realitas dan pikiran yang akan
memunculkan realitas baru pula.
g. Allah tidak menutup satu pintu kecuali membukakan pintu yang lain yang lebih baik.
Terkadang Allah menutup suatu pintu dihadapan kita untuk membuka pintu lain yang lebih
baik. Akan tetapi kebanyakan orang hanya memusatkan perhatiannya pada pintu yang
tertutup itu tanpa mau melirik pintu penuh harapan yang telah terbuka di sisi lain hidupnya.
Strategi berpikir positif. Pemikir adalah orang yang membuat pikiran dan pikiran
menyebabkan tindakan berpikir. Berpikir menjadikan konsentrasi, konsentrasi menimbulkan
perasaan, perasaan menyebabkan perilaku, perilaku menimbulkan hasil, dan hasil
menentukan realitas hidup. Bila Anda ingin hidup Anda benar-benar berubah, rubahlah
realitas Anda sebagai pemikir.
Strategi keteladanan. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri
tauladan yang baik bagimu (QS. Al-Ahzab: 21).
Strategi berkaca pada orang lain. Kita tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya
Ia. Kita melihat sebagaimana yang kita pahami tentangnya (Socrates).
Strategi merubah konsentrasi dan fokus. Semua orang besar akan tetap menjadi
orang besar. Setiap orang sukses pun akan selalu menjadi orang sukses, yaitu orang yang
selalu mengerahkan perhatian dan kemampuannya untuk target positif dan pasti (Mordel).
Strategi pasang surut. Setiap hari berbuatlah untuk menurunkan porsi apa yang
tidak Anda inginkan dan menaikkan porsi apa yang Anda inginkan. Lakukan terus sampai apa
yang tidak Anda inginkan hilang dari hidup Anda dan yang tertinggal hanya apa yang ingin
Anda dapatkan dalam hidup. Pikiran negatif diperkecil dan pikiran positif
diperbesar/diperluas.
3. Tersenyum
Senyum yang terlihat sederhana akan mampu menciptakan kekuatan (power).
Senyuman yang kadang dianggap sebagian orang merupakan hal yang tidak penting dan
sangat sepele, namun tanpa kita sadari mampu memunculkan sesuatu yang luar biasa.
Senyum merupakan ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu
gerakan di bibir atau kedua ujungnya atau pula di sekitar mata.
Kebanyakan orang tersenyum untuk menampilkan rasa bahagia dan senang. Apabila
seseorang tersenyum, maka wajahnya akan kelihatan lebih menarik, menyenangkan dan
nyaman untuk dipandang, daripada ketika Ia sedang dalam kondisi biasa atau bahkan ketika

sedang marah. Senyum juga merupakan simbul perdamaian dan persahabatan (Thobrani,
2010).
Dalam ajaran Islam memberi senyuman kepada orang lain bernialai ibadah, karena
tersenyum kepada orang lain sama dengan bersedekah, tentu saja senyum yang tulus. Suatu
saat ketika Anda tidak tahu harus berbuat apa ? atau memberi apa kepada orang lain, Anda
masih punya senyuman, maka tersenyumlah. Yakinlah bahwa setiap senyuman membawa
manfaat. Senyum membuat pikiran lebih jernih, segar dan terhindar dari stres.
4. Relaksasi, yaitu upaya pengurangan ketegangan: (1) relaksasi ketegangan otot; (2) relaksasi
kesadaran indera; (3) melalui yoga, meditasi, transendensi/relegius

Anda mungkin juga menyukai