Anda di halaman 1dari 16

Nama : Birgitta Fajarai

NIM : 04111001090
Jelaskan jenis-jenis visum et repertum!
Ada beberapa jenis visum et repertum, yaitu visum et repertum perlukaan (termasuk
keracunan), visum et repertum kejahatan susila, visum et repertum jenazah, dan visum et
repertum psikiatrik. Tiga jenis visum yang pertama adalah visum et repertum mengenai
tubuh/raga manusia yang dalam hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan
jenis terakhir adalah mengenai jiwa/mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu
tindak pidana.
. !isum et "epertum pada #asus $erlukaan.
Terhadap setiap pasien yang diduga korban tindak pidana meskipun belum ada surat
permintaan visum et repertum dari polisi, dokter harus membuat catatan medis atas semua
hasil pemeriksaan medisnya secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan visum et repertum. %mumnya, korban dengan luka ringan datang ke dokter
setelah melapor ke penyidik, sehingga membawa surat permintaan visum et repertum.
&edangkan korban dengan luka sedang/berat akan datang ke dokter sebelum melapor ke
penyidik, sehingga surat permintaan datang terlambat. #eterlambatan dapat diperkecil
dengan komunikasi dan kerja sama antara institusi kesehatan dengan penyidik.
'i dalam bagian pemberitaan biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu
datang, luka(luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada pemeriksaan )isik
berikut uraian mengenai letak, jenis dan si)at luka serta ukurannya, pemeriksaan
khusus/penunjang, tindakan medis yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama
perawatan, dan keadaan akhir saat perawatan selesai. *ejala yang dapat dibuktikan secara
objekti) dapat dimasukkan, sedangkan yang subjekti) dan tidak dapat dibuktikan tidak
dimasukkan ke dalam visum et repertum.
+. !isum et "epertum #orban #ejahatan &usila
%mumnya korban kejahatan susila yang diminta visum et repertumnya pada dokter
adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh #%,$ (meliputi
perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya, persetubuhan
dengan wanita yang belum cukup umur, serta perbuatan cabul).
%ntuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya
persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia
korban. &elain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual,

kehamilan, dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut. 'okter
tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan karena istilah pemerkosaan adalah istilah
hukum yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.
'alam kesimpulan diharapkan tercantum perkiraan tentang usia korban, ada atau
tidaknya tanda persetubuhan dan bila mungkin, menyebutkan kapan perkiraan terjadinya,
dan ada atau tidaknya tanda kekerasan.
-ila ditemukan adanya tanda(tanda ejakulasi atau adanya tanda(tanda perlawanan
berupa darah pada kuku korban, dokter berkewajiban mencari identitas tersangka melalui
pemeriksaan golongan darah serta '.A dari benda(benda bukti tersebut.
/. !isum et "epertum 0enazah
0enazah yang akan diminta visum et repertumnya harus diberi label yang memuat
identitas mayat, ditempel dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau
bagian tubuh lainnya. $ada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis
pemeriksaan yang diminta, apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau
pemeriksaan dalam/autopsi (pemeriksaan bedah jenazah).
$emeriksaan )orensik terhadap jenazah meliputi 1
$emeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan
jenazah secara teliti dan sistematik.
$emeriksaan bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. #adangkala dilakukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi,
toksikologi, serologi, dan sebagainya.
'ari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab, jenis luka atau kelainan, jenis
kekerasan penyebabnya, sebab dan mekanisme kematian, serta saat kematian seperti
tersebut di atas.
2. !isum et "epertum $sikiatrik
!isum et repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 22 ayat ()
#%,$ yang berbunyi 3Barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya
atau terganggu karena penyakit, tidak dipidana3. 0adi, selain orang yang menderita
penyakit jiwa, orang yang retardasi mental juga terkena pasal ini.
!isum ini diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana, bukan
bagi korban sebagaimana yang lainnya. &elain itu visum ini juga menguraikan tentang
+
segi kejiwaan manusia, bukan segi )isik atau raga manusia. #arena menyangkut masalah
dapat dipidana atau tidaknya seseorang atas tindak pidana yang dilakukannya, maka
adalah lebih baik bila pembuat visum ini hanya dokter spesialis psikiatri yang bekerja di
rumah sakit jiwa atau rumah sakit umum.
'alam keadaan tertentu di mana kesaksian seseorang amat diperlukan sedangkan ia
diragukan kondisi kejiwaannya jika ia bersaksi di depan pengadilan maka kadangkala
hakim juga meminta evaluasi kejiwaan saksi tersebut dalam bentuk visum et repertum
psikiatrik.
Bagaimana mekanisme trauma pada kasus dan kemungkinan trauma yang terjadi
Terdapat beberapa mekanisme yang timbul akibat trauma kepala, yaitu1
. Translasi1
Akselerasi
-ila kepala yang bergerak ke satu arah, tiba(tiba mendapat gaya yang kuat searah
dengan gerakan kepala maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah
tersebut. 4ula(mula tengkorak yang bergerak lebih cepat, jaringan otak masih diam,
kemudian jaringan otak ikut bergerak ke arah yang sama. $eristiwa ini terjadi dalam
waktu yang sangat singkat. $ada peristiwa ini terjadi gesekan antara jaringan otak dan
dasar tengkorak serta terjadi benturan antara jaringan otak dan dinding tengkorak.
4ekanisme akselerasi dapat menyebabkan luka/robekan/laserasi pada bagian bawah
jaringan otak dan memar pada jaringan otak.
'eselerasi
-ila kepala bergerak dengan cepat ke satu arah dan tiba(tiba dihentikan oleh suatu
benda, misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba(tiba terhenti gerakannya.
#epala mengalami deselerasi (perlambatan) secara mendadak. 4ula(mula tengkorak
akan terhenti gerakannya, jaringan otak masih bergerak kemudian jaringan otak
terhenti gerakannya karena menabrak tengkorak. $eristiwa ini terjadi sangat cepat dan
singkat. 4ekanisme deselerasi dapat menyebabkan kelainan yang serupa dengan
akselerasi.
+. "otasi
-atang otak terletak dibagian tengah jaringan otak dan berjalan vertikal ke arah )oramen
magnum, sehingga seolah(olah terletak pada satu aksis. -ila tengkorak tiba(tiba mendapat
gaya mendadak, misalnya pada bagian depan ()rontal) atau pada bagian belakang
/
(oksipital), maka otak akan berputar pada sumbunya. 4ekanisme rotasi dapat
menyebabkan laserasi dari bagian bawah jaringan otak dan kerusakan pada batang otak.
#erusakan pada batang otak merupakan peristiwa yang mematikan. 4ekanisme rotasi ini
dapat terjadi pada petinju yang mendapat pukulan yang sangat keras.
Terdapat + tahapan kerusakan jaringan otak setelah terjadinya trauma kepala1
. #erusakan primer (primary damage)
5aitu kerusakan yang terjadi pada saat trauma kepala, dapat berbentuk laerasi kulit
kepala, )raktur tulang tengkorak, laserasi, dan kontusio dari jaringan otak dan diffuse
axional injury ('A6). 'A6 disebabkan banyaknya serabut sara) pada jaringan otak yang
terputus saat terjadi trauma. 'A6 terjadi karena edema jaringan otak. 'A6 ditandai dengan
adanya koma yang lama yang terjadi segera setelah trauma kepala berat.
+. #erusakan sekunder
5aitu kerusakan yang terjadi akibat komplikasi dari proses yang tejadi saat trauma kepala
dan baru menunjukkan gejala beberapa saat kemudian.
#emungkinan trauma akibat benda tumpul pada kepala1
. #ulit 1
( 7uka lecet
( 7uka memar
( 7uka robek 8 mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya
+. Tengkorak 1
( 9raktur basis cranii
( 9raktur calvaria
/. :tak 1
( ;ontusio cerebri
( 7aceratio cerebri8 #erusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai robeknya
arachnoid. Terdapat + macam, yaitu direct laceration (coup) dan countre coup
laceration
( :edema cerebri
( ;ommotio cerebri
2. &elaput otak 1
( <pidural haemorrhage
( &ubdural haemorrhage
( &ubarachnoid haemorrhage
2
;$$ = 4A$ ( 6;$
Bagaimana interpretasi dan mekanisme a!n"rmal dari vital sign : ## : $%&'menit( )*
1+0'90 mm,g( Nadi -0&'menit( ./0 : 14 M2 3-
N" 4emeriksaan 5isik N"rmal Interpretasi
"" 1 +> ?/mnt @(+2 ?/menit
Takipneu, merupakan kompensasi dari
penurunan per)usi otak untuk menjaga per)usi
otak adekuat.
+ T' /A/BA mm,g +A/>A mm,g
,ipertensi, kompensasi iskemik otak. 'engan
rumus
0ika tekanan intrakranial meningkat maka
4A$ juga harus meningkat agar per)usi otak
tetap adekuat. $eningkatan 4A$
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
T6# (6;$) C kompensasi untuk
mempertahankan ;$$ peningkatan 4A$
hipertensi
/ .adi DA ?/mnt @A(AA mm,g
-radikardi, akibat penekanan pada medulla
oblongata yang selanjutnya merangsang pusat
inhibisi jantung.
2 *;& <24@!D <24@!D .ormal
Bagaimana interpretasi dan mekanisme a!n"rmal dari pemeriksaan kedua( yaitu vital
sign: 4asien ng"r"k( ## $4&'menit( Nadi -0 &'mnt( )* 140'90 mm,g
Pasien ngorok
,erniasi unkus penekanan pada medula oblongata sistem A"A& terganggu
penurunan kesadaran (*;& A) udara yang masuk melalui mulut mengalami turbulensi
pasien ngorok
Bradikardi dan GCS 1
Trauma tumpul temporal de?tra a. meningea media robek perdarahan epidural (perlu
pemeriksaan ;T scan untuk memastikan) volume intracranial C compliance pertama
oleh otak mengeluarkan ;&9 ke ruang spinal perdarahan masih berlangsung
compliance pertama tidak adekuat Tekanan intracranial terus C pergeseran jaringan dari
lobus temporal ke pinggiran tentorium herniasi unkus menekan batang otak ()ossa
posterior) bradikardi dan penurunan kesadaran (*;& A)
Peningkatan tekanan darah !1"#$ mm%g&
D
Trauma tumpul temporal a. meningea media robek perdarahan epidural (perlu
pemeriksaan ;T scan untuk memastikan) volume intracranial C compliance pertama
oleh otak mengeluarkan ;&9 ke ruang spinal perdarahan masih berlangsung
compliance pertama tidak adekuat volume intracranial C Tekanan intracranial terus C
;erebral $er)usion $ressure E ;-9 E kompensasi peningkatan tekanan sistemik
peningkatan tekanan darah (2A/BA mm,g)
41#*6#6,6N IN)#67#6NI68
'i Amerika cedera kepala merupakan penyebab kematian terbanyak usia D F 22 tahun
dan merupakan penyebab kematian ketiga untuk keseluruhan. 'i negara berkembang seperti
6ndonesia, seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan )rekuensinya cenderung
makin meningkat. ;edera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat
trauma, mengingat bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam
suatu kecelakaan.
'istribusi kasus cedera kepala terutama melibatkan kelompok usia produkti), yaitu
antara D F 22 tahun, dengan usia rata(rata sekitar tiga puluh tahun, dan lebih didominasi oleh
kaum laki(laki dibandingkan kaum perempuan. Adapun penyebab yang tersering adalah
kecelakaan lalu lintas (2BG) dan kemudian disusul dengan jatuh (terutama pada kelompok
usia anak(anak).
;edera pada kepala dapat melibatkan seluruh struktur lapisan, mulai dari lapisan kulit
kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak, durameter, vaskuler otak, sampai
jaringan otak sendiri. -aik berupa luka tertutup, maupun trauma tembus. 'engan pemahaman
landasan biomekanisme(pato)isiologi terperinci dari masing(masing proses dan dengan
prosedur penanganan cepat dan akurat, diharapkan dapat menekan morbilitas dan
mortalitasnya.
0enis beban mekanik yang menimpa kepala sangat bervariasi dan rumit. $ada garis
besarnya dikelompokkan atas dua tipe yaitu beban statik dan beban dinamik. -eban statik
timbul perlahan(lahan yang dalam hal ini tenaga tekanan diterapkan pada kepala secara
bertahap, hal ini bisa terjadi bila kepala mengalami gencetan atau e)ek tekanan yang lambat
dan berlangsung dalam periode waktu yang lebih dari +AA mili detik. 'apat mengakibatkan
terjadinya keretakan tulang, )raktur multipel, atau kominutiva tengkorak atau dasar tulang
tengkorak.-iasanya koma atau de)isit neurologik yang khas belum muncul, kecuali bila
@
de)ormasi tengkorak hebat sekali sehingga menimbulkan kompresi dan distorsi jaringan otak,
serta selanjutnya mengalami kerusakan yang )atal.
4ekanisme ruda paksa yang lebih umum adalah akibat beban dinamik, di mana
peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang lebih singkat (kurang dari +AA millisecond).
-eban ini dibagi menjadi beban guncangan dan beban benturan. #omplikasi kejadian ini
dapat berupa hematom intrakranial, yang dapat menjadikan penderita cedera kepala derajat
ringan dalam waktu yang singkat masuk dalam suatu keadan yang gawat dan mengancam
jiwanya. 'i satu pihak memang hanya sebagian saja kasus cedera kepala yang datang ke
rumah sakit berlanjut menjadi hematom, tetapi di lain pihak )rekuensi hematom ini terdapat
pada HDG kasus yang datang sadar dan keluar meninggal.
4#101N)60I 9#I:6;6) *6N M6NIF10)60I 78INI0<
:nset dari simptom dari perdarahan intrakranial biasanya saat aktivitas, dengan
perkembangan progresi) (dari menit ke jam) dari beberapa hal di bawah ini 1
( $erubahan pada tingkat kesadaran (I DAG)
( 4ual dan muntah (I 2A (DAG)
( &akit kepala (I 2AG)
( #ejang (I @ ( HG)
( 'e)icit neurologi )okal
4ani)estasi klinis dari perdarahan intrakranial ditentukan oleh ukuran dan lokasi dari
perdarahan, tetapi dapat meliputi beberapa gejala di bawah ini 1
( ,ipertensi, demam, atau aritmia
( #aku kuduk
( $erdarahan subhyaloid retina
( $erubahan tingkat kesadaran
( Anisokoria (ukuran kedua pupil tidak sama)
( 'e)isit neurologis )okal
o $utamen F hemiparesis kontralateral, kehilangan sensoris kontralateral, paresis
tatapan konjugat kontralateral, a)asia (gangguan bahasa), hemianopia homonymous
(pada ophthalmology berkenaan dengan setengah bagian vertical lapang pandang
kedua mata yang bersesuaian, i.e., lapang pandang kanan (bag nasal mata kiri,
temporal kanan) dan lapang pandang kiri (bag temporal mata kiri, nasal kanan)),
neglect (hemispasial n = kegagalan untuk berespon terhadap suatu stimulus pada satu
sisi, biasanya berlawanan dengan sisi lokasi lesi pada hemis)er serebral), atau apra?ia.
o Thalamus F kehilangan sensoris kontralateral, hemiparesis kontralateral, paresis
pandangan, hemianopia homonimus, miosis, aphasia atau kebingungan (con)usion)
o 7obar F hemiparesis kontralateral atau kehilangan sensoris, paresis pandangan
konjugat kontralateral, abulia, aphasia, neglect, atau apra?ia
H
o .ukleus ;audatus F hemiparesis kontralateral, paresis pandangan konjugat
kontralateral, atau con)usion
o -atang otak F Juadriparesis, kelemahan )asial, penurnan level kesadaran, paresis
pandagan, bobbing ocular, miosis, atau ketidakseimbangan autonomy
o ;erebellum F Ata?ia, biasanya dimulai dari tungkai, kelemahan )asial ipsilateral,
kehilangan pendengaran ipsilateral, paresis pandangan, deviasi tidak simetris, atau
penurunan tingkat kesadaran
7860IFI760I 41#*6#6,6N IN)#67#6NI68 67IB6) )#6=M6 764I)I0
$ada trauma kapitis dapat terjadi perdarahan intrakranial/hematom intrakranial yang
dibagi menjadi1 hematom yang terletak diluar duramater yaitu hematom epidural, dan yang
terletak didalam duramater yaitu hematom subdural dan hematom intraserebral8 di mana
masing(masing dapat terjadi sendiri ataupun besamaan.
1> 1pidural ?emat"ma
,ematom epidural merupakan pengumpulan darah diantara tengkorak dengan
duramater (dikenal dengan istilah hematom ekstradural). ,ematom jenis ini biasanya
berasal dari perdarahan arteriel akibat adanya )raktur linier yang menimbulkan laserasi
langsung atau robekan arteri(arteri meningens (arteri meningea media). 9raktur tengkorak
yang menyertai dijumpai pada >G ( BDG kasus, sedangkan sisanya (BG) disebabkan oleh
regangan dan robekan arteri tanpa ada )raktur (terutama pada kasus anak(anak di mana
de)ormitas yang terjadi hanya sementara). ,ematom epidural yang berasal dari
perdarahan vena lebih jarang terjadi.
1ti"l"gi
#ausa yang menyebabkan terjadinya hematom epidural meliputi 1
. Trauma kepala
+. &obekan arteri/vena meningea mediana
/. "uptur sinus sagitalis/sinus tranversum
2. "uptur vena diplorica
,ematom jenis ini biasanya berasal dari perdarahan arterial akibat adanya )raktur
linier yang menimbulkan laserasi langsung atau robekan arteri meningea mediana.9raktur
tengkorak yang menyertainya dijumpai >D ( BDG kasus, sedang sisanya (BG) disebabkan
oleh regangan dan robekan arteri tanpa ada )raktur terutama pada kasus anak(anak di
mana de)ormitas yang terjadi hanya sementara.
>
<pidural hematom yang berasal dari perdarahan vena lebih jarang terjadi, umumnya
disebabkan oleh laserasi sinus duramatris oleh )raktur oksipital, parietal atau tulang
s)enoid.
7lasi5ikasi
-erdasarkan kronologisnya hematom epidural diklasi)ikasikan menjadi1
. Akut 1 ditentukan diagnosisnya dalam waktu +2 jam pertama setelah trauma
+. &ubakut 1 ditentukan diagnosisnya antara +2 jam F H hari
/. #ronis 1 ditentukan diagnosisnya hari ke H
4at"5isi"l"gi
,ematom epidural terjadi karena cedera kepala benda tumpul dan dalam waktu
yang lambat, seperti jatuh atau tertimpa sesuatu, dan ini hampir selalu berhubungan
dengan )raktur cranial linier. $ada kebanyakan pasien, perdarahan terjadi pada arteri
meningeal tengah, vena atau keduanya. $embuluh darah meningeal tengah cedera
ketikaterjadi garis )raktur melewati lekukan minengeal pada sJuama temporal.
.ejala klinis
*ejala klinis hematom epidural terdiri dari tria gejala8
. 6nterval lusid (interval bebas)
&etelah periode pendek ketidaksadaran, ada interval lucid yang diikuti dengan
perkembangan yang merugikan pada kesadaran dan hemis)er kontralateral. 7ebih dari
DAG pasien tidak ditemukan adanya interval lucid, dan ketidaksadaran yang terjadi
dari saat terjadinya cedera.
&akit kepala yang sangat sakit biasa terjadi, karena terbukanya jalan dura dari
bagian dalam cranium, dan biasanya progresi) bila terdapat interval lucid. 6nterval
lucid dapat terjadi pada kerusakan parenkimal yang minimal. 6nterval ini
menggambarkan waktu yang lalu antara ketidak sadaran yang pertama diderita karena
trauma dan dimulainya kekacauan pada diencephalic karena herniasi transtentorial.
$anjang dari interval lucid yang pendek memungkinkan adanya perdarahan yang
dimungkinkan berasal dari arteri.
+. ,emiparesis
*angguan neurologis biasanya collateral hemipareis, tergantung dari e)ek
pembesaran massa pada daerah corticispinal. 6psilateral hemiparesis sampai
B
penjendalan dapat juga menyebabkan tekanan pada cerebral kontralateral peduncle
pada permukaan tentorial.
/. Anisokor pupil
5aitu pupil ipsilateral melebar. $ada perjalananya, pelebaran pupil akan
mencapai maksimal dan reaksi cahaya yang pada permulaan masih positi) akan
menjadi negati). Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan bradikardi.pada tahap ahir,
kesadaran menurun sampai koma yang dalam, pupil kontralateral juga mengalami
pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang
merupakan tanda kematian.
)erapi
,ematom epidural adalah tindakan pembedahan untuk evakuasi secepat mungkin,
dekompresi jaringan otak di bawahnya dan mengatasi sumber perdarahan. -iasanya pasca
operasi dipasang drainase selama + ? +2 jam untuk menghindari terjadinya pengumpulan
darah yamg baru.
( Trepanasi F kraniotomi, evakuasi hematom
( #raniotomi F evakuasi hematom
7"mplikasi dan @utA"me
,ematom epidural dapat memberikan komplikasi 1
. <dema serebri, merupakan keadaan(gejala patologis, radiologis, maupun tampilan
ntra(operati) dimana keadaan ini mempunyai peranan yang sangat bermakna pada
kejadian pergeseran otak (brain shi)t) dan peningkatan tekanan intrakranial
+. #ompresi batang otak F meninggal
&edangkan outcome pada hematom epidural yaitu 1
. 4ortalitas +AG ( /AG
+. &embuh dengan de)isit neurologik DG ( AG
/. &embuh tanpa de)isit neurologik
2. ,idup dalam kondisi status vegetati)
$> 0u!dural ?emat"ma
$erdarahan subdural ialah perdarahan yang terjadi di antara duramater dan araknoid.
$erdarahan subdural dapat berasal dari1
. "uptur vena jembatan (bridging 'ein) yaitu vena yang berjalan dari ruangan
subaraknoid atau korteks serebri melintasi ruangan subdural dan bermuara di dalam
sinus venosus dura mater.
A
+. "obekan pembuluh darah kortikal, subaraknoid, atau arachnoid
1ti"l"gi
. Trauma kepala.
+. 4al)ormasi arteriovenosa.
/. 'iskrasia darah.
2. Terapi antikoagulan
7lasi5ikasi
. $erdarahan akut
*ejala yang timbul segera hingga berjam(jam setelah trauma.-iasanya terjadi
pada cedera kepala yang cukup berat yang dapat mengakibatkan perburukan lebih
lanjut pada pasien yang biasanya sudah terganggu kesadaran dan tanda vitalnya.
$erdarahan dapat kurang dari D mm tebalnya tetapi melebar luas. $ada gambaran
skening tomogra)inya, didapatkan lesi hiperdens.
+. $erdarahan subakut
-erkembang dalam beberapa hari biasanya sekitar + sampai 2 hari sesudah
trauma. $ada subdural su akut ini didapati campuran dari bekuan darah dan cairan
darah. $erdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsula di
sekitarnya. $ada gambaran skening tomogra)inya didapatkan lesi isodens atau
hipodens. 7esi isodens didapatkan karena terjadinya lisis dari sel darah merah dan
resorbsi dari hemoglobin.
/. $erdarahan kronik
-iasanya terjadi setelah 2 hari setelah trauma bahkan bisa lebih.$erdarahan
kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam waktu berminggu( minggu ataupun
bulan setelah trauma yang ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya
terbentur ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila pasien juga
mengalami gangguan vaskular atau gangguan pembekuan darah. $ada perdarahan
subdural kronik, kita harus berhati hati karena hematoma ini lama kelamaan bisa
menjadi membesar secara perlahan(lahan sehingga mengakibatkan penekanan dan
herniasi. $ada subdural kronik, didapati kapsula jaringan ikat terbentuk mengelilingi
hematoma, pada yang lebih baru, kapsula masih belum terbentuk atau tipis di daerah
permukaan arachnoidea. #apsula melekat pada araknoidea bila terjadi robekan pada
selaput otak ini. #apsula ini mengandung pembuluh darah yang tipis dindingnya
terutama pada sisi duramater. #arena dinding yang tipis ini protein dari plasma darah

dapat menembusnya dan meningkatkan volume dari hematoma. $embuluh darah ini
dapat pecah dan menimbulkan perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya
hematoma. 'arah di dalam kapsula akan membentuk cairan kental yang dapat
menghisap cairan dari ruangan subaraknoidea. ,ematoma akan membesar dan
menimbulkan gejala seprti pada tumor serebri. &ebagaian besar hematoma subdural
kronik dijumpai pada pasien yang berusia di atas DA tahun. $ada gambaran skening
tomogra)inya didapatkan lesi hipodens
4at"5isi"l"gi
!ena kortical menuju dura atau sinus dural pecahdan mengalami memar atau
laserasi, adalah lokasi umum terjadinya perdarahan. ,al ini sangat berhubungan dengan
comtusio serebral dan oedem otak. ;T &can menunjukkan e)ek massa dan pergeseran
garis tengah dalam e?sess dari ketebalan hematom yamg berhubungan dengan trauma
otak.
.ejala klinis
*ejala klinisnya sangat bervariasi dari tingkat yang ringan (sakit kepala) sampai
penutunan kesadaran. #ebanyakan kesadaran hematom subdural tidak begitu hebat
deperti kasus cedera neuronal primer, kecuali bila ada e))ek massa atau lesi lainnya.
*ejala yang timbul tidak khas dan meruoakan manis)estasi dari peninggian tekanan
intrakranial seperti1 sakit kepala, mual, muntah, vertigo, papil edema, diplopia akibat
kelumpuhan nervus 666, epilepsi, anisokor pupil, dan de)isit neurologis lainnya. #adang
kala yang riwayat traumanya tidak jelas, sering diduga tumor otak.
)erapi
Tindakan terapi pada kasus kasus ini adalah kraniotomi evakuasi hematom
secepatnya dengan irigasi via burr(hole. #husus pada penderita hematom subdural kronis
usia tua di mana biasanya mempunyai kapsul hematom yang tebal dan jaringan otaknya
sudah mengalami atro)i, biasanya lebih dianjurkan untuk melakukan operasi kraniotomi.
7"mplikasi dan @utA"me
&ubdural hematom dapat memberikan komplikasi berupa 1
. ,emiparese/hemiplegia.
+. 'is)asia/a)asia
/. <pilepsi.
2. ,idrosepalus.
+
D. &ubdural empiema
&edangkan outcome untuk subdural hematom adalah 1
. 4ortalitas pada subdural hematom akut sekitar HDG (>DG
+. $ada sub dural hematom kronis 1
( &embuh tanpa gangguan neurologi sekitar DAG ( >AG.
( &embuh dengan gangguan neurologi sekitar +AG ( DAG.
+> Intrasere!ral ?emat"m
Adalah perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak. ,ematom intraserbral pasca
traumatik merupakan koleksi darah )okal yang biasanya diakibatkan cedera regangan atau
robekan rasional terhadap pembuluh(pembuluh darahintraparenkimal otak atau kadang(
kadang cedera penetrans. %kuran hematom ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai
beberapa centimeter dan dapat terjadi pada +G ( @G kasus cedera. 6ntracerebral
hematom mengacu pada perdarahan lebih dari D ml dalam substansi otak (hemoragi yang
lebih kecil dinamakan punctate atau petechial /bercak).
1ti"l"gi
6ntraserebral hematom dapat disebabkan oleh 1
. Trauma kepala.
+. ,ipertensi.
/. 4al)ormasi arteriovenosa.
2. Aneurisme
D. Terapi antikoagulan
@. 'iskrasia darah
7lasi5ikasi( menurut letaknya1
. ,ematom supra tentoral.
+. ,ematom serbeller.
/. ,ematom pons(batang otak.
4at"5isi"l"gi
,ematom intraserebral biasanta >AG ( BAG berlokasi di )rontotemporal atau di daerah
ganglia basalis, dan kerap disertai dengan lesi neuronal primer lainnya serta )raktur
kalvaria.
.ejala klinis>
/
#linis penderita tidak begitu khas dan sering (/AG ( DAG) tetap sadar, mirip dengan
hematom ekstra aksial lainnya. 4ani)estasi klinis pada puncaknya tampak setelah +(2 hari
pasca cedera, namun dengan adanya scan computer tomogra)i otak
diagnosanya dapat ditegakkan lebih cepat.
#riteria diagnosis hematom supra tentorial
nyeri kepala mendadak
penurunan tingkat kesadaran dalam waktu +2 ( 2> jam.
Tanda )okal yang mungkin terjadi 8
( ,emiparesis/hemiplegi.
( ,emisensorik.
( ,emi anopsia homonim
( $arese nervus 666.
#riteria diagnosis hematom serebeller 8
.yeri kepala akut.
$enurunan kesadaran.
Ataksia
Tanda tanda peninggian tekanan intrakranial.
#riteria diagnosis hematom pons batang otak1
$enurunan kesadaran koma.
Tetraparesa
"espirasi irreguler
$upil pint point
$ireksia
*erakan mata diskonjugat.
)erapi
%ntuk hemmoragi kecil treatmentnya adalah observati) dan supporti). Tekanan
darah harus diawasi. ,ipertensi dapat memacu timbulnya hemmoragi. 6ntra cerebral
hematom yang luas dapat ditreatment dengan hiperventilasi, manitol dan steroid dengan
monitoring tekanan intrakranial sebagai uasaha untuk menghindari pembedahan.
$embedahan dilakukan untuk hematom masi) yang luas dan pasien dengan kekacauan
neurologis atau adanya elevasi tekanan intrakranial karena terapi medis
#onservati)
-ila perdarahan lebih dari /A cc supratentorial
2
-ila perdarahan kurang dari D cc celebeller
-ila perdarahan pons batang otak.
$embedahan
#raniotomi
( -ila perdarahan supratentorial lebih dari /A cc dengan e)ek massa
( -ila perdarahan cerebeller lebih dari D cc dengan e)ek massa
7"mplikasi dan @utA"me
6ntraserebral hematom dapat memberikan komplikasi berupa8
. :edem serebri, pembengkakan otak
+. #ompresi batang otak, meninggal
&edangkan outcome intraserebral hematom dapat berupa 1
. 4ortalitas +AG ( /AG
+. &embuh tanpa de)isit neurologis
/. &embuh dengan de)isit neurologis
2. ,idup dalam kondisi status vegetati).
41M1#I7066N 78INI0 /1*1#6 714686
$emeriksaan klinis merupakan pemeriksaan yang paling komprehensi) dalam evaluasi
diagnostik penderita cedera kepala, di mana dengan pemeriksaan serial yang cepat tepat dan
noninvasi) diharapkan dapat menunjukkan progresivitas/kemunduran dari proses penyakit
atau gangguan tersebut. #arena tingginya insidensi kelainan/cedera sistemik penyerta (lebih
dari DAG) pada kasus cedera kepala berat, perlu diperhatikan hal(hal sebagai berikut 1
. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dinilai dengan skala *lasgow (*;&). &kala ini merupakan gradasi
sederhana dari arousal dan kapasitas )ungsional korteks serebral berdasarkan respon
verbal, motorik dan mata penderita.
+. *erakan bola mata
*erakan bola mata merupakan indeks penting untuk penilaian akti))itas )ungsional batang
otak ()ormasio rektikularis). $enderita yang sadar penuh (alert) dan mempunyai gerakan
bola mata yang baik menandakan intaknya sistem motorikokuler di batang otak. $ada
D
keadaan kesadaran yang menurun, gerakan bola mata volunter menghilang sehingga
untuk menilai gerakannya ditentukan dari re)leks okulose)alik dan okulovestibuler.
/. $upil
$enilaian ukuran dan respon pupil terhadap rangsangan cahaya adalah pemeriksaan awal
terpenting dalam menangani cedera kepala. &alah satu gejala dini dari herniasi dari lobus
temporal adalah dilatasi dan perlambatan respon cahaya pupil. 'alam hal ini adanya
kompresi maupun distorsi sara) okulomotorius sewaktu kejadian herniasi tentorial unkal
akan mengganggu )ungsi akson parasimpatis yang menghantarkan sinyal e)eren untuk
konstrksi pupil.
$erubahan pupil pada hematom epidural dapat dilihat dari tabel
2. 9ungsi motorik
-iasanya hanya merupakan pelengkap saja mengingat kadang sulit mendapatkan
penilaian akurat dari penderita dengan penurunan kesadaran. 4asing(masing ekstremitas
digradasi kekuatannya dengan skala sebagai berikut1
D 1 .ormal
2 1 4enurun moderat
/ 1 4enurun berat (dapat melawan gravitasi)
+ 1 Tidak dapat melawan gravirasi
1 &edikit bergerak
A 1 Tidak ada pergerakan
@

Anda mungkin juga menyukai