Anda di halaman 1dari 18

Diskusi kasus

SCABIES

oleh :

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2008

TINJAUAN PUSTAKA
SCABIES
I. SINONIM
The Itch.1,2 Seven Years Itch.1,2,3 Gudik, Budukan, Gatal Agogo,
Penyakit Ampera.1,2 Norwegian Itch.1 Norwegian Scabies.3 Mange, Canine
Scabies.4
II. DEFINISI
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (DERBER
1971) yang penularannya secara kontak langsung.2
Scabies disebut juga sebagai the itch, yaitu gatal berat pada kulit
yang disebabkan oleh tungau kecil yang hidup di dalam kulit.4
Scabies merupakan suatu infeksi ektoparasit yang ditandai oleh suatu
terowongan pada superficial kulit dan rasa gatal yang sering dan adanya
keterlibatan infeksi sekunder. Scabies sendiri merupakan istilah Latin untuk
gatal.5
1.

ETIOLOGI
Penyakit ini pada manusia disebabkan oleh sejenis tungau
Sarcoptes scabiei var hominis, yang menyelusup ke bawah kulit namun
rash dan gatal yang ditimbulkan menyebar jauh lebih luas dibanding letak
tungau tersebut. Tungau ini dapat dengan mudah ditularkan melalui kontak
langsung dan pada umumnya berawal dari sekitar pergelangan tangan yang
mungkin ditimbulkan akibat berjabat tangan.6
Tungau ini ditemukan sekitar abad 17 yang diidentifikasikan oleh
Giovanni Cosimo Bonomo dan Mellanby.2,7 Namun sesungguhnya scabies
pada manusia telah menjadi sumber infeksi pada kulit sejak 2500 tahun
yang lalu. Pada awalnya orang Romawi menggunakan istilah scabies untuk
semua gejala pruritus kulit. Sarcoptes scabiei sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu sarx (daging), koptein (untuk memotong) dan bahasa Latin,

yaitu scabere (luka garukan).7 Aristoteles menyatakan penyakit ini sebagai


kutu di dalam daging yang mengakibatkan timbulnya vesikel, dan Celsius
merekomendasikan belerang yang dicampur dengan sedikit cairan sebagai
obat untuk penyakit ini.4
Secara morfologik, Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau
ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukuran yang betina
berkisar 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil yaitu 200-240 mikron x 150-200 mikron.2,8
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut: setelah kopulasi yang
terjadi di atas kulit, tungau yang jantan akan mati biarpun kadang-kadang
masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dengan rahang dan
kakinya dalam stratum korneum epidermis dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40
atau 50 dalam siklus hidupnya selama 4-6 minggu.2,4 Giovanni Cosimo
Bonomo menyatakan bahwa hewan kecil penyebab scabies memiliki enam
kaki dan dua tanduk pada ujungnya. Kemungkinan dia bingung
membedakan dua alat penghisap pada kaki depan dengan tanduk.9
Tungau betina biasanya dapat ditemukan pada akhir terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup selama sebulan. Telur
menetas biasanya dalam waktu 3-4 hari dan menjadi larva yang mempunyai
3 pasang kaki. Setelah 2-3 hari larva menjadi nimpa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya
dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.2

EPIDEMIOLOGI
Sekitar 300 juta kasus skabies ditemukan di seluruh dunia.3 Insiden
sama pada pria dan wanita, lebih sering pada anak dan individu dengan
imunitas yang menurun.
Faktor yang dapat membantu penyebaran penyakit ini adalah
kemiskinan, higien yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah,
demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual.1
Insiden di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara
dan tertinggi di Jawa Barat.1
Skabies dapat ditularkan melalui kontak lekat dengan individu yang
terkena. Bisa melalui kontak langsung kulit dengan kulit, misalnya berjabat
tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat
ditularkan dengan kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi karena skabies dapat
hidup lebih dari 2 hari di pakaian atau tempat tidur. Jika terdapat lebih dari
satu orang dalam anggota keluarga terserang rasa gatal yang sangat maka
perlu dipertimbangkan adanya infestasi skabies.2,5

PATOGENESIS
Skabies dapat ditularkan akibat kontak yang erat dengan host. Hidup
2-5 hari diluar kulit. Penularan bisa melalui pakaian, perlengkapan tidur, dan
peralatan lain milik individu yang terinfeksi.4
Skabies ditandai dengan lesi papul yang gatal yang merupakan rumah
bagi skabies betina dan anaknya. Tempat predileksinya di celah-celah jari,
pergelangan tangan, fossa antecubiti, axillae, areola dan daerah sekitarnya.10
Tungau jantan akan membuahi tungau betina dan kemudian mati.
Setelah tungau betina impregansi, akan menggali lubang dalam epidermis,
kemudian akan membentuk terowongan didalam stratum korneum.4,7
Sensitisasi dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama
waktu itu tungau berada di atas kulit atau sedang menggali terowongan
tanpa menimbulkan gatal. 10

Gejala gatal timbul akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau,


telur, atau skibala. Tungau meninggalkan liang hanya ketika suhu
temperatur tinggi (bed warmth) dan ini menyebabkan nocturnal itching.
Proses imunologis pada skabies masih belum jelas. Hipersensitivitas yang
terjadi adalah hipersensitivitas tipe cepat dan lambat .Pada infeksi pertama,
sensitisasi akan timbul dalam beberapa minggu setelah infeksi parasit. Pada
infeksi kedua (reinfeksi), gatal muncul dalam 24 jam. Pada hipersensitivitas
tipe lambat terjadi pembentukan papul dan nodul inflamatorik. Hal ini
tampak dari perubahan histologis dan banyaknya limfosit T di infiltrat
cutaneus. Selain itu terdapat peningkatan IgG dan IgM, IgE dapat normal
atau meningkat. 4,7,10
Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi adalah akibat
sensitisasi terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.1,11

MANIFESTASI KLINIS
Skabies Klasik. Tanda dari skabies adalah adanya rasa gatal
terutama pada malam hari. Rasa gatal yang sangat berhubungan dengan
aktivitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
Kelainan kulit awal biasanya pada sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, dan lipat ketiak depan. Dapat juga ditemukan
pada penis dan skrotum, areola mamae, umbilicus, bokong dan perut bagian
bawah. Pada bayi distribusi daerah yang terkena lebih luas, vesikel dan
vesikopustular pada telapak tangan dan kaki lebih sering ditemukan. 1,11
Selain bentuk skabies yang klasik terdapat pula bentuk-bentuk
khusus yaitu :

Skabies pada orang yang bersih. Sering tidak dapat didiagnosis karena
sering tidak ada lesi dan terowongan sukar ditemukan. Kutu biasanya hilang
akibat mandi secara teratur.1
Skabies incognito. Ditemukan pada pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid dan obat imunosupresan lain. Obat-obat tersebut dapat
menyamarkan gejala dan tanda dari scabies, sementara infeksi tetap ada
dalam tubuh. Lesi dari scabies sering dianggap sebagai dermatitis kontak
atau Dariers Disease. Harus benar-benar dipertimbangkan sebagai scabies
jika lesi tersebar di seluruh tubuh, bersisik, dan gatal.1,11
Nodular skabies. Lesi terlihat merah kecoklatan, adanya papul yang gatal
dan ada nodul-nodul pada daerah yang tertutup (sering dijumpai pada
genetalia laki-laki, paha, dan daerah aksila) yang sering menetap biarpun
sudah mendapat pengobatan anti skabies. Nodul mungkin terjadi akibat
reaksi hipersensitif untuk melawan tungau atau antigen lainnya.1,11
Skabies pada bayi dan anak kecil. Pada usia ini wajah, kulit kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sering terkena. Lesi biasanya berupa papula,
vesikopustula dan nodul. Distribusi biasanya tidak khas. Sering tidak
terdiagnosis karena rendahnya kecurigaan mengarah ke skabies. Lesi
sekunder sering terlihat tetapi terowongan sulit ditemukan. Prevalensi
skabies tinggi pada anak dibawah 2 tahun.1,5,11
Skabies pada orang tua. Pada usia ini skabies sering tidak terdiagnosis,
karena perubahan kulit yang minimal dan tidak khas. Rasa gatal yang sangat
sering dipikirkan sebagai pruritus senilis, xerosis atau karena obat-obatan
atau psikologis. Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa tingal
lama di tempat tidur dapat menderita skabies pada bagian punggungnya.11
Crusted (Norwegian) skabies. Keadaan ini berhubungan dengan orang
tua, orang yang menderita retardasi mental (Downs syndrome), sensasi kulit
yang rendah (lepra, tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat
(leukemia, diabetes) dan penderita dengan system imun tubuh yang rendah.
Hyperkeratosis dan adanya lesi yang tidak gatal sering ditemukan. Dapat
juga berupa adanya krusta yang tidak gatal maupun gatal, papul-papul dan

mungkin lesinya seperti Dariers Disease atau psoriasis. Sering mengenai


kuku tangan maupun kaki. Ribuan tungau dapat ditemukan pada lesi. Sering
terjadi bakteremia akibat infeksi dari fisura-fisura dan kulit yang ekskoriasi
yang berakibat sangat fatal.1,5,11
Skabies pada HIV/AIDS. Scabies mengenai 2-4 % penderita AIDS. Bentuk
yang tidak lazim dari scabies pada AIDS dianggap sebagai crusted scabies
dan atypical popular scabies. Pasien AIDS yang terkena skabies klasik
akibat sistem imunnya yang menurun akan berkembang menjadi crusted
scabies. Pada bentuk ini rasa gatal akan hilang. Karena gambaran kliniknya
tidak khas diagnosis sering terlambat dan meningkatkan resiko penyebaran
kepada orang lain.11
Skabies pada kepala. Skabies jarang mengenai kulit kepala orang dewasa,
jika mengenai kepala berhubungan atau disebabkan oleh dermatitis seboroik.
Lesi di kepala biasanya mengenai bayi, anak-anak, orang tua, orang yang
sakit kronis, orang yangctinggal di daerah endemik, pasien dengan crusted
scabies, penderita AIDS dan juga pasien dermatomyositis.11
Bullous Skabies. Vesikel pada skabies biasa ditemukan pada anak-anak,
jarang pada orang dewasa. Bullous skabies yang ditemukan pada orang
dewasa berhubungan dengan proses erupsi pada penderita bullous
pemfigoid. Dari pemeriksaan klinik didapatkan eosinofilia dan pada
pemeriksaan kulit ditemukan sejumlah scabies dewasa, terdapat celah
epidermal jika bula dibiopsi. Biasanya pada pasien tua dengan terapi
kortikosteroid. Terapinya dengan menghentikan kortikosteroid dilanjutkan
pemberian antiscabies.11

1.

DIAGNOSIS
Diagnosis skabies ditegakkan atas dasar :
Adanya lesi khas tipe scabies.

Tempat predileksinya yaitu sela jari, pergelangan tangan bagian volar,


siku, lipat ketiak bagian depan, areola mamae, sekitar umbilikus,
abdomen bagian bawah, genetalia eksterna pria. Pada orang dewasa

jarang terdapat pada muka dan kepala, kecuali pada penderita


imunosupresif, sedangkan pada bayi lesi dapat terjadi di seluruh tubuh.1
Lesi

berupa

terowongan

yang

sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok, panjang


beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula,
papula atau pustula.1
Penyembuhan cepat setelah pemberian obat antiskabies

topikal yang efektif.1


Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu

anggota keluarga yang gatal harus dicurigai skabies.1,11


Pemeriksaan klinis yang dapat dilakukan pada skabies antara lain :
Pemeriksaan langsung di bawah mikroskop.
Satu atau dua tetes minyak mineral diteteskan pada lesi yang telah
digores atau diiris dengan pisau pada bagian atas terowongan atau papul.
Kemudian hasil goresan diletakkan pada obyek glas dan diperiksa dengan
mikroskop dengan pembesaran lemah. Sebaiknya tidak menggunakan
potassium hidroksida karena dapat menghancurkan skibala. Teknik ini
tidak menakutkan bagi anak-anak dan pasien yang mudah cemas dan
metode yang disukai pada pasien yang diduga menderita HIV/AIDS.5,11
Dermoskopy
Argenziano

dkk

melaporkan

bahwa

dermoskopy

(epilumenesce

microscopy) efektif secara in vivo untuk berguna untuk menegakkan


diagnosis skabies. Pada metode ini terowongan dengan telur dan skibala
akan terlihat kecil, gelap, terlihat struktur triangular yang merupakan
bagian pigmen anterior dari kutu dan segmen garis lurus di belakang
struktur triangular yang berisi gelembung gelembung udara.11
Polymerase Chain Reaction
Bezold dkk melaporkan kegunaan PCR untuk membuktikan skabies pada
pasien yang secara klinis menunjukkan dermatitis yang tidak khas.

Daerah epidermis yang sebelumnya positif pada pemeriksaan PCR


dengan menggunakan DNA S. scabei menjadi negatif setelah 2 minggu
mendapat terapi.11

KOMPLIKASI
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, limfangitis, folikulitis dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan
anak kecil yang diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal
yaitu glomerulonefritis. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan
preparat antiskabies yang berlebihan baik pada awal terapi atau dari
pemakaian yang terlalu sering. Salep sulfur dengan konsentrasi 15% dapat
menyebabkan dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari
pada kulit yang tipis. Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila
digunakan 2 kali sehari selama beberapa hari terutama pada genetalia pria.
Gamma Benzen Heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis
iritan bila digunakan secara berlebihan.1,11

DIAGNOSIS BANDING
Skabies merupakan the great imitator disease karena menyerupai
banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosis bandingnya ialah
prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain. setiap dermatitis yang
mengenai daerah areola, selain penyakit paget harus dicurigai sebagai
skabies. Skabies krustosa dapat menyerupai dermatitis hiperkeratosis,
psoriasis dan dermatitis kontak.2

IX. PENATALAKSANAAN
A. MEDIKAMENTOSA

Terapi topikal harus menjangkau seluruh tubuh kecuali kepala dan leher.
Terapi yang efektif termasuk penggunaan air panas dan dua kali
pengolesan pada seluruh tubuh.1
1. Permethrin 5% cream (scabimite).
Tampaknya paling aman sebagai pengobatan yang paling efektif
untuk skabies. Permethrin adalah pyrethroid sintetik yang dapat
membunuh tungau yang mempunyai toksisitas yang benar-benar
rendah untuk manusia. Krim permethrin 5% dalam bentuk dosis
tunggal.
Cara penggunaan permethrin adalah dengan mengoleskan di
belakang telinga dan menyeluruh dari leher ke tapak kaki, terutama
pada bagian lipatan-lipatan seperti sela-sela jari tangan dan kaki,
umbilicus, lipat paha, pantat, dan bagian bawah jari tangan dan kaki.
Penggunaannya selama 8-12 jam kemudian dicuci bersih-bersih.
Jika belum sembuh, obat digunakan 5 sampai 7 hari kemudian.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik hanya
perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah
diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik
sistemik.
Permethrin tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan dan
pada wanita hamil dan menyusui karena dapat menimbulkan reaksi
panas, eksaserbasi gatal, dan dermatitis kontak.
2. Malathion.
Malathion 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam.
Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
3. Benzyl Benzoat 25%.
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion 25%. Sebaiknya obat ini
digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.
Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan
untuk bayi dan anak-anak harus ditambahkan air 2-3 bagian.

10

4. Lindane 1% (gamma benzene heksaklorida).


Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau, tidak
berwarna. Obat ini membunuh kuta atau nimpa. Obat ini digunakan
dengan cara menyapukan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah
selama 12-24 jam kemudian dicuci bersih-bersihpada pagi hari. Jika
belum membaik, pengobatan diulang 1 minggu kemudian.
Penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem
saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak bila digunakan berlebihan
dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunakan
untuk ibu menyusui, wanita hamil, pasien dengan gangguan otak,
dan pasien dengan riwayat kejang.
5. Monosulfiran.
Tersedia dalam bentuk lotion 25% yang sebelum digunakan harus
ditambahkan 2-3 bagian air dan digunakan setiap hati selama 2-3
hari. Selama dan segera setelah pengobatan penderita tidak boleh
minum alkohol karena dapat menyebabkan keringat yang berlebihan
dan takikardi.
6. Sulfur.
Dalam bentuk parafin lunak sulfur 10% secara umum aman dan
efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan pada
bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam dan
dicuci 24 jam kemudian. Obat aman digunakan buat wanita hamil
dan menyusui.
7. Ivermectin.
Ivermectin adalah anti parasit. Sejak 1993, ivermectin diberikan oral
dengan dosis 200 mikrogram/BB efektif sebagai antiskabies. Dosis
yang lebih tinggi efektif diberikan terutama untuk pasien yang
imunosupresif seperti penderita AIDS. Ivermectin topikal seperti 1%
propilen glycol solution diteliti juga merupakan obat skabies yang
cukup efektif.
8. Anti pruritus.

11

1,2,5,6,11

Rasa gatal pada skabies akan tetap ada sampai beberapa


minggu setelah pemberian terapi. Antihistamin sedatif bisa
mengurangi rasa gatal.12 Tetapi kortikosteroid topikal atau sistemik
potensi rendah lebih efektif. Pada anak-anak dapat diberikan 1%
krim hidrokortison. Pada dewasa dapat diberikan krim triamsolon
(0,1%). Untuk mengatasi gatal sebaiknya jangan menggunakan
steroid ataupun kortikosteroid karena dapat melemahkan imunitas
dan menciptakan penyakit baru maupun varian scabies yang lebih
buruk.5
B. NON MEDIKAMENTOSA
Edukasi :
-

Terapi juga harus dilakukan pada anggota keluarga lain dan


partner sexual.

Penggunaan obat sesuai aturan dan memperhatikan cara


pemakaian, jangan terlalu berlebihan karena dapat menyebabkan
iritasi.

Pakaian, sprei, handuk dll cuci dengan air panas.

Dijaga kebersihan rumah setiap hari. Alat-alat pribadi


(handuk, sabun, selimut) sebaiknya tidak dipakai bersama-sama
dalam satu keluarga.4,13

1. PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higien), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis
baik. 1

12

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. N

Umur

: 34 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Sukorejo 03/16, Kadipiro, Surakarta

Tanggal Pemeriksaan : 28 Januari 2008


No. RM

: 822233

ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Gatal pada tangan dan kaki
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan gatal pada tangan dan kaki dirasakan penderita kurang
lebih sebulan yang lalu. Gatal terutama di malam hari dan sering
menggaruk-garuk, sehingga penderita sulit tidur. Penderita mengeluh
gatal terutama dibagian tangan, dan kakinya. Selain gatal, juga
ditemukan benjolan mlenting-mlenting pada tangan di sela-sela jari,
dan lutut penderita. Penderita sebelumnya kurang lebih tujuh bulan yang
lalu menderita sakit serupa kemudian diperiksakan ke dokter dan
sembuh. Saat itu istri penderita juga mengalami sakit serupa.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Penyakit serupa

: disangkal

13

Riwayat alergi makanan

: disangkal

Riwayat alergi obat

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

C. Riwayat Keluarga / Lingkungan :


Riwayat penyakit serupa

: (+) istri penderita

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat alergi obat/makanan

: disangkal

D. Riwayat kebiasaan :
Penderita mandi 2x sehari dengan sabun cair, alat mandi dipakai
bersama dan air PAM, ganti pakaian setiap 2 kali sehari. Penderita tidur
bersama istrinya. Sprei dan sarung bantal dicuci bila terlihat kotor.
E. Riwayat Ekonomi :
Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara, tinggal di asrama.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan Umum
Vital Sign

: baik, composmentis, gizi kesan cukup


: Tekanan darah

:110/70 mmHg

Respiration rate

: 16x/menit

Nadi

: 80x/menit

Suhu

: 36,5

14

2. Kepala

: dalam batas normal

3. Mata

: dalam batas normal

4. Hidung

: dalam batas normal

5. Mulut

: dalam batas normal

6. Leher

: dalam batas normal

7. Punggung

: dalam batas normal

8. Dada

: dalam batas normal

9. Abdomen

: dalam batas normal

10. Ekstremitas atas

: lihat status lokalis

11. Ekstremitas bawah

: dalam batas normal

Status Dermatologis :
Regio dorsum manus intertriginosa : vesikel, papul eritema, miliar,
multiple, skuama, ekskoriasi
(+)
Regio patella

: vesikel, papul eritema (+),


miliar, multiple, skuama (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan secara mikroskopik untuk menemukan Sarcoptes scabei
dewasa, larva, telur, atau skibala dari dalam terowongan.
DIAGNOSIS BANDING
Skabies
Prurigo
Gigitan serangga
DIAGNOSIS
Skabies

15

TERAPI

Non Medikamentosa
Edukasi pasien :
1. Cara pemakaian obat salep, pengobatan dari
leher sampai ke bawah, dengan perhatian
khusus pada sela jari tangan, sela paha.
2. Biarkan salep semalaman, cuci dengan sabun
dan air pada pagi berikutnya (kecuali untuk
sulfur presipitatum)
3. Menjaga kebersihan dan hygiene pribadi
(kalau bias mencuci semua kain sprei, handuk
atau pakaian denan air panas, dan keringkan
secara panas.
4. Pentingnya

pengobatan

pada

lingkungan

sekitar. Bila dalam lingkungan baik keluarga,


maupun tetangga terdapat orang yang sakit
serupa minta untuk juga berobat agar tidak
menularkan penyakit.

Medikamentosa
Sistemik

: R/ Interhistin mg 4 tab
S 2 dd tab 1

Topikal

: R/ Scabimite 30 g cream
S ue (malam) 12 jam 1 minggu sekali

PROGNOSIS
Ad vitam

: baik

Ad sanam

: baik

Ad fungsionam

: baik

Ad kosmetikam

: baik

16

DAFTAR PUSTAKA

1.

dr. H. Zainuddin Maskur. Infeksi Parasit dan Gangguan Serangga.


Dalam : Marwali Harahap, Prof., Dr.(Ed), Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates,
Jakarta. 2000 : 109-113.

2.

Ronny P. Handoko, Skabies, dalam Djuanda A., Hamzah M., Aisah S (Ed).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi III. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta, 2000 : 119-22.

3.

Anonim. Scabies. Available from : http://www.naturalginesis.com. 2005.

4.

Binder, William D. Scabies. Available from : http://www.emedicine.com

5.

Anonim. Scabies. Avalable from : http://en.wikipedia.org/wiki/Scabies

6.

Anonim. Scabies. Available from : http://www.medinfo.co.uk

7.

Cordoro, Kelly M. Scabies. Available from : http://www.emedicine.com

8.

Saleha Sungkar, Penyakit yang Disebabkan Artropoda, dalam Srirasi G.,


H. Herry D., dan Wita Pribadi (Ed). Parasitologi Kedokteran. Edisi III
Fakultas Kedokteran UI Jakarta, 2003 :264-267

9.

Meinking, Terri., Taplin, David. In: Lawrence A. Schachner, Ronald C.


Hansen (Ed). Pediatric Dermatology. Third edition. Volume two. Mosby.
2003: 1160-1174.

17

10. Harry L. Arnold Jr, Richard Bodon, dan William D James. Parasitic
Infestasions, Stings, and bites. In: Disease of The Skin eight edition. WB.
Saunders Company.1990 : 523-527.
11. Stone, P Stephen. Scabies and Pediculosis. In : Fitzpatricks Dermatology
in General Medicine. 6th ed. Vol. II, Mc Graw Hill, New York, 2003 : 22832285.
12. Anonim.

Skabies

Life

Cycle

2003.

Available

from:

http//www.dpd.cdc.gov/dpdx
13.

Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC. Jakarta, 1996 :
100-102.

18

Anda mungkin juga menyukai