PENDAHULUAN
Vaksin telah lama dikenal sebagai suatu substansi yang digunakan untuk
memperoleh respon imun terhadap mikroorganisme patogen. Vaksin pertama kali
ditemukan pada tahun 1796 oleh Edward Jenner yaitu vaksin virus cacar. Sejak
saat itu teknologi pembuatan vaksin telah berkembang dengan pesat dan berbagai
jenis vaksin untuk mencegah penyakit infeksi telah banyak digunakan. Vaksin
konvensional baik vaksin generasi pertama yaitu vaksin yang mengandung
mikroorganisme hidup yang telah dilemahkan, vaksin generasi kedua yaitu vaksin
yang mengandung mikroorganisme yang dimatikan, dan vaksin generasi yang
ketiga yaitu vaksin rekombinan yang juga dikenal dengan vaksin sub unit yang
mengandung fragmen antigenik dari suatu mikroorganisme yang dapat
merangsang respon imun, dalam penggunaannya masih memiliki beberapa
kelemahan. (1)
Sebelum ditemukannya vaksin, kematian akibat cacar variola besar sangat
tinggi. Catatan sejarah menunjukkan metode kekebalan dengan cara merangsang
kekebakan sudah dikenal. Sebuah proses yang disebut inokulasi, juga dikenal
sebagai insuflasi atau "variolation" dipraktekkan di India sejak 1000 SM. Peneliti
lain mengatakan inokulasi cacar dilakukan juga di China. Wan Quan (1499-1582)
dalam bukunya Douzhen Xinfa diterbitkan pada tahun 1549, Inokulasi cacar
dilakukan di China sampai era pemerintahan Kaisar Longqing (1567-1572) pada
era Dinasti Ming. (2)
Variolation juga dipraktekkan pada abad ke-17 oleh para dokter di Turki,
Persia, dan Afrika. Pada 1714 dan 1716, dua laporan dari Kekaisaran Ottoman
Turki menyebutkan metode inokulasi terhadap cacar dilakukan untuk Royal
Society di Inggris, oleh Emmanuel Timoni, seorang dokter berafiliasi dengan
Kedutaan Besar Inggris di Konstantinopel, dan Giacomo Pylarini. (2)
Mithridates Eupatoris VI seorang raja dari Pontis Yunani, (Tahun 132 63
SM) dianggap banyak peneliti merupakan ahli imunologi pertama. Cara yang
digunakan Mithridates yaitu: meminum racun sedikit demi sedikit sehingga orang
penyakit berat atau kematian. Saat ini, penyakit cacar diyakini sudah benar-benar
dapat diatasi. Karena penemuannya ini, maka Dr. Edward Jenner juga dikenal di
dunia kedokteran modern sebagai Bapak Ilmu Imunologi (2)
Pengembangan vaksin untuk melindungi manusia dari penyakit virus adalah
salah satu keunggulan dari pengobatan modern. Louis Pasteur dan kawan-kawan
(18221895), meneliti kemungkinan pencegahan penyakit dengan cara vaksinasi
melalui penggunaan bibit penyakit yang telah dilemahkan terlebih dahulu. Pada
waktu itu digunakan untuk mengatasi penyakit kholera yang disebabkan
Pasteurella aviseptica. Pfeifer (1880) murid Koch meneliti Vibrio cholerae untuk
mengatasi
wabah
penyakit
kholera.
Elie
Metchnikof
(18451916)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. VAKSINASI
1.1.
Definisi Vaksinasi
Vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin ke dalam tubuh seseorang
untuk memberikan atau menigkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap
penyakit infeksi, yaitu sebagai salah satu cara pencegahan penyakit infeksi
serius yang paling efektif. Selama dalam proses tumbuh kembang, anak
memerlukan asupan gizi yang adekuat, penanaman nilai agama, budaya,
pembiasaan disiplin yang konsisten, serta upaya pencegahan penyakit. (3)(4)
Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi).
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi
pengaruh infeksi oleh organisme alami. (3)(4)
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan
sehingga tidak menimbulkan penyakit, juga merangsang sistem imun untuk
memproduksi antibodi yang sifatnya selain spesifik juga dapat bertahan untuk
jangka waktu lama karena adanya sel memori. Vaksin dapat juga berupa
organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel
serupa virus, dan sebagainya.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan
manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu,
terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem
kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker). Pemberian vaksin
diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk
antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit.
Ada beberapa jenis vaksin, namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu
menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. (3)(4)
1.2.
mencegah
terjadinya
penyakit
tertentu
pada
seseorang
dan
memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian
bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (2)
Secara umum dapat juga disimpulkan bahwa tujuan vaksin adalah suatu
usaha untuk merangsang daya tahan tubuh dengan memasukkan bibit penyakit
yang dilemahkan dan dicampur dengan bahan lain(2)
1.3.
Manfaat Vaksinasi
Vaksinasi sangat bermanfaat bagi anak yaitu dapat mencegah penderitaan
yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Bagi
keluarga dapat menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Serta bagi salah
satu negara, vaksinasi dapat memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. (5)
1.4.
Jenis- jenis Vaksin
1. Vaksin Hidup (Live attenuated vaccine)
Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah
dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang
berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi
yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine,
3. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan
penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.
Bahan
bersifat
imunogenik
yang
dibuat
dari
toksin
kuman.
Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid
plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.
Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. (4)(6)
Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk),
vaksin pneumonia pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan
vaksin demam tifoid. (6)
5. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen
binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung
asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang
dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat
pertumbuhan virus melalui netralisasi dan pemblokiran terhadap reseptor
pre sel B. (2)(6)
6. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam
jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot
atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast,
dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan dihasilkan vaksin
protein juga dihasilkan vaksin DNA. Susunan vaksin ini (misal hepatitis
B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen
vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi
sel penerima vaksin. (4)(6)
10
1.5.
11
Lokasi yang dipilih adalah kulit diatas insersi deltoid dekstra. Jarum yang
dipilih adalah ukuran 25-27 dengan panjang 10mm. Renggangkan kulit
yang disuntikan, arah sudut 15o terhadap kulit, suntik perlahan dan
perhatikan apakah terbentuk benjolan pada kulit untuk memastikan bahwa
vaksin masuk ke intradermal. (7)
12
1.6.
Kualitas Vaksin
Kualitas vaksin dapat dinilai melalui beberapa parameter:
1. Vaksin Vial monitor (VVM) menunjukan apakah vaksin sudah pernah
terpapar suhu di atas 8oC(7)
13
vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperature 2-8 C dan tidak
membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib, Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak
aktif bila beku. Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan
kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi
produk harus disertakan. Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian
khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan
temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai dingin maka transportasi vaksin
dilakukan pada temperature 0C sampai 8C. Vaksin polio boleh mencair dan
membeku tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, hepatitis-B dan Hib
akan rusak bila membeku pada temperatur 0 (vaksin hepatitis-B akan membeku
sekitar -0,5C). (7)
2. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan KIPI
(KN PP KIPI), KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama
2.1.
14
15
2.3.
17
2.4.
18
19
20
21
Hepatitis B(7)
Pencegahan dengan hepatitis B dilakukan dengan menggunakan
immunoglobulin hepatitis. Vaksin hepatitis B tersedia dalam bentuk vaksin
rekombinan. Vaksin hepatitis B di anjurkan bagi semua bayi baru lahir,
individu yang beresiko tertular hepatitis B karena pekerjaan, pasien
hemodialisis, pasien yang memerlukan transfusi berulang serta individu
yang serumah dengan penderita hepatitis B atau mengalami kontak secara
langsung.
Cara pemberian
Jadwal anjuran
: Intramaskular
: 3 kali, di berikan segera setelah lahir
Cara pemberian
Jadwal anjuran
: intrakutan
: usia < 3 bulan ; apabila >3 bulan harus
Mantoux negatif
Dosis
: 0,05 ml untuk bayi, 0,1 untuk anak
DTP ( Difteri, Tetanus, Pertusis) (7)
Vaksinasi difteri dan tetanus diberikan dalam bentuk toksoid. Vaksin
pertusis yang diberikan pada vaksin DTwP(Diptheria, Tetanus, whole cell
pertussis)
merupakan
suspensi
B.
Pertusis
mati,
sementara
: intramuskular
: 2, 4, 6, 18, bulan, 5 tahun, kemudian
Campak(7)
Dapat diberikan tunggal atau kombinasi (campak, gondong dan rubella).
Cara pemberian
: subkutan
Jadwal anjuran
: usia 9 bulan dan diberikan lagi pada usia 6
tahun
Dosis
: 0,5 ml
HiB (Haemophylus Influenza tipe B) (7)
Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit menigitis dan pneumonia
yang disebabkan oleh Haemophylus Influenza tipe B. Dapat diberikan
23
kronis,
penyakit
saluran
napas
kronis,
pengguna
obat
pertama pada usia <9 bulan diberi 2 dosis dengan interval minimal
4 minggu.
Dosis
: <3 tahun 0,25 ml; >3 tahun 0,5ml
Varisela(7)
Vaksin yang digunakan adalah vaksin varicella zooster untuk mencegah
penyakit cacar air.
Cara pemberian
Jadwal anjuran
: subkutan
: diberikan pada usia 1 tahun, sebelum
masuk sekolah.
Dosis
: 0,5 ml
MMR (Measles, Mums, Rubella) (7)
Mums merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus dari famili
paramyxovirus. Virus ini terutama menyerang kelenjar getah bening dan
jaringan saraf. Rubella merupakan infeksi akut ringan yang disebabkan
oleh virus rubella. Penyebaran rubella melalui udara. Tujuan utama
24
Hepatitis A(7)
Vaksin yang terbuat dari virus yang dimatikan. Vaksinasi hepatitis A
terutama diberikan pada anak yang tinggal di daerah endemis atau dengan
wabah periodik.
Cara pemberian
Jadwal anjuran
: intramuscular
: diberikan usia >2 tahun+booster antara 6
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Imunisasi adalah proses menginduksi imunitas secara buatan baik dengan
vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibodi ( imunisasi pasif).
Imunisasi aktif menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi dan respon
imun seluler yang melawan agen penginfeksi, sedangkan imunisasi pasif
menyediakan proteksi sementara melalui pemberian antibodi yang diproduksi
secara eksogen maupun transmisi plasenta dari ibu ke janin.
Vaksinasi yang merupakan imunisasi aktif ialah suatu tindakan yaang
dengan sengaja memberikan paparan antigen sari suatu patogen yang akan
menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak
yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen
serupa. Antigen yang diberikan dalam vaksinasi dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan sakit, namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi,
maupun sel memori.
Imunisasi pasif dilakukan dengan memberikan immunoglobulin yang
berasal dari plasma donor. Pemberian imunisasi pasif hanya memberikan
kekebalan sementara karena immunoglobulin yang diberikan akan dimetabolisme
oleh tubuh. Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan imunoglobulin yang lain
(IgM, IgA, IgE, IgD) memiliki waktu paruh yang lebih pendek. Oleh karena itu,
imunisasi yang rutin diberikan pada anak adalah imunisasi aktif yaitu vaksinasi.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah
dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan
lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan
tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan
antiboditerhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi
26
ulang ketika mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit
yang sama diwaktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi,
anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya
bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen,
walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah,
mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam
keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya
ditunda dulu untuk imunisasi/vaksinasi.
Manfaat utama dari imunisasi/ vaksinasi adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan, maupun kematian akibat penyakit-penyakit
infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (vaccine-preventable disease).
Imunisasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu melainkan
juga pada komunitas, terutama untuk penyakit yang ditularkan melalui manusia
(person-to-person). Jika suatu komunitas memiliki angka cakupan imunisasi
yang tinggi, komunitas tersebut memiliki imunitas yang tinggi pula, sehingga
kemungkinan
terjadinya
penyakit
yang
dapat
dicegah
dengan
imunisasi. Imunisasi juga bermanfaat mencegah epidemi pada generasi yang akan
datang. Selain itu, imunisasi dapat menghemat biaya kesehatan. Dengan
menurunnya angka kejadian penyakit, biaya kesehatan yang digunakan untuk
mengobati penyakit-penyakit tersebut pun akan berkurang.
KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1
bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat
mencapai masa 42 hari (misalnya pada arthritis kronik pasca vaksinasi rubella).
Menurut WHO Western Pacific (1999), ada 5 klasifikasi lapangan penyebab KIPI,
yaitu Reaksi vaksin, kesalahan Program/ Programatic error, reaksi suntikan,
kebetulan/ Co insidensi dan tidak diketahui.
KIPI
merupakan
risiko
program
imunisasi,
sehingga
untuk
ketat dan bertanggung jawab, sehingga dengan sangat pasti boleh dikatakan, tidak
ada vaksin yang berbahaya yang akan diberikan kepada anggota masyarakat dan
bayi kita. Meskipun demikian tetap saja ada kemungkinan efek samping yang
terjadi dengan pemberian vaksinasi atau imunisasi, meskipun hal ini sudah sangat
jarang terjadi untuk vaksin yang telah dibuat dengan cara pembuatan yang modern
dan sesuai dengan kriteria dan kaidah pembuatan vaksin sangat tinggi. Biasanya
yang terjadi adalah reaksi lokal yang akan berlangsung dalam waktu < 48 jam,
dan reaksi itu akan sembuh atau menghilang dengan sendirinya.
Bila terjadi KIPI vaksin, laporkan kepada dokter bersangkutan,untuk
mendapatkan perawatan dan pertolongan yang diperlukan bagi bayi atau anggota
keluarga kita. Rentang waktu yang diperkirakan adalah KIPI Vaksin, adalah
kejadian KIPI yang terjadi beberapa waktu segera setelah pemberian vaksinasi
atau imunisasi hingga beberapa minggu kemudian setelah kejadian pemberian
vaksinasi atau imunisasi.
Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan imunisasi yang baik akan
mengurangi KIPI. Selain itu juga diperlukan sosialisasi dan pemberian informasi
yang benar dan jelas dari tenaga kesehatan kepada masyarakat tentang manfaat
imunisasi, prosedur, serta reaksi yang mungkin timbul. Penanganan KIPI yang
baik dan komprehensif juga diperlukan dalam rangka menunjang keberhasilan
program imunisasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Radji M. Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat. Majalah Ilmu
Kefarmasian. 2009.
2. Mankester. Prinsip-Prinsip Dasar Vaksinasi. Vaksinasi. Jakarta,
Indonesia2008. p. 157-77.
3. Wismarini DM. Imunisasi. In: imunisasi S, editor. SKK imunisasi.
Jakarta2008. p. 1-11.
4. NIH. Understanding Vaccine. U.S.: Different type of vaccine; US Department of
Health and Human; 2008.. p21-31
Imunisasi,
Jadwal
Imunisasi,
29