Anda di halaman 1dari 13

Hepatitis Akut tipe Kolestasis

Michael Sukmapradipta
102012253 (A8)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
michael_sukmapradipta@yahoo.com
Abstrak
Banyak orang awam yang masih selalu beranggapan bahwa hepatitis adalah penyakit hati
yang disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C dan sebagainya. Padahal hepatitis merupakan nama
penyakit untuk semua penyakit hati yang membuat hati meradang. Pengertian hepatitis sendiri
adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi.
Selanjutnya, pengertian kolestasis adalah berkurang atau terhentinya aliran cairan empedu yang
masuk ke dalam usus halus dalam jumlah normal. Sedangkan hepatitis kolestasis berarti hepatitis
yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai dengan penghambatan luas duktus biliaris
sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Hepatitis kolestasis sering disebabkan oleh virus hepatitis,
obat-obatan, penyakit hati alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Hepatitis akut dapat
menimbulkan manifestasi klinik yang bervariasi dari tanpa gejala sama gejala yang paling berat,
bahkan kematian.
Kata kunci : hepatitis, kolestasis, virus, intrahepatik, hati
Abstract
Many people these days still think that hepatitis is always a disease that caused by viral
hepatitis like HAV, HBV, HCV and so on. Whereas hepatitis is name disease for all inflamed liver
diseases. Hepatitis itself is a condition of inflammation of the liver tissue, which can be caused by
infection or non infection. Furthermore cholestasis is a diminished or stoppage of the flow where
bile cannot flow to the duodenum in normal amounts. Hepatitis cholestasis is a hepatitis that cause
intrahepatic cholestasis characterized by inhibition of biliaris duct area so that the excretion of bile
fluid fails. Cholestasis hepatitis is often caused by viral hepatitis, drug induced, alcoholic liver
disease and autoimmune liver disease. Acute hepatitis can lead to clinical manifestations vary from
no symptoms to the most severe symptoms and even death. To find out more clearly we have to do
three enzyme markers of cholestasis examinations, Ultrasonography, CT scan and MRI
examinations are also required to distinguish the type.
1

Key words : hepatitis, cholestasis, virus, intrahepatic, liver

Pendahuluan
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses
penting seperti proses penyimpanan energi, pembentukan protein dan asam empedu, pengaturan
metabolisme kolesterol, dan penetralan racun atau obat yang masuk dalan tubuh. Berdasarkan
fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Namun selain manfaatnya yang luar biasa hati
juga bisa terserang berbagai penyakit, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal
sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Kerusakan pada hati dapat menyebabkan gangguan metabolisme sehingga bisa menimbulkan
komplikasi bahkan kematian.
Beberapa penyakit hati antara lain penyakit hati karena infeksi, penyakit hati karena racun,
genetik atau keturunan, gangguan imun, dan kanker. Penyakit hati yang paling sering dijumpai
adalah adanya peradangan pada organ hati yang disebut hepatitis. Mengingat fungsinya yang sangat
banyak maka oleh karena itu perlu perhatian pada hati untuk menghindari hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit hati tersebut, dan bila telah terjadi penyakit hati tersebut, harus dapat
dideteksi dengan segera.
Skenario
Laki-laki 23 tahun, 40 kg, mual sejak 3 hari smrs. Satu minggu smrs OS demam ringan
selama 3 hari. Dua hari smrs kulit mulai gatal-gatal. Satu hari smrs BAK seperti teh pekat. Tiga
minggu smrs OS makan di tempat yang kurang bersih.

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta bantuan dan
pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan yang berkaitan
dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.
Mencatat atau merekam riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian
perkembangan gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas
untuk penyakit bersangkutan.1 Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah
mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,
keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan tempat
tinggalnya, dan keterangan lain yang diperlukan yang memungkinkan dokter untuk mengetahui
lebih lanjut tentang penyakit tersebut. Keterangan dari anamnesis memungkinkan dokter untuk
mengetahui apakah penyakit tersebut akut atau kronis, sebab penyakit tersebut, dan hal-hal yang
perlu dipertimbangkan dalam terapi. Penyebab penyakit bisa diketahui hingga mencapai 80% hanya
melalui anamnesis.
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa Umum
- Nama, umur, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan Utama
- Mual sejak tiga hari smrs.
- Pelengkap: satu minggu smrs demam ringan selama tiga hari, dua hari smrs kulit mulai gatal,
satu hari smrs BAK seperti teh pekat.
3.

Riwayat Penyakit Sekarang


- Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak

4.

Riwayat Penyakit Dahulu


- Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti sekarang.

5.

Riwayat Penyakit Keluarga


- Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama.

6.

Riwayat Pengobatan
- Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa dan apakah keadaan
membaik atau tidak.

Anamnesis tambahan yang bisa di tanyakan pada OS:


- Apa warna kulit kuning? (ikterus/jaundice)
- Apakah pasien merasa fatique, myalgia, malaise, sakit kepala, anoreksia dan nausea?
- Apakah pasien mengalami hematemesis-melena?
- Adakah sakit perut di kuadran kanan atas?
- Adakah bengkak-edema di kaki, asites, berat badan turun, gatal-gatal?
- Apakah warna tinja apakah seperti dempul/putih?
Pemeriksaan
Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik. Pemeriksaan
yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak memiliki gejala
klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan pemeriksaan laboratorium
(diagnosis laboratorium).
1.

Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan-keterangan yang menuju ke

arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan berbagai cara di
antaranya adalah pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda
vital (TTV), dan pada kasus sesuai skenario di atas dilakukan pemeriksaan abdomen.
Tanda-tanda vital
Hasil yang di dapat dari pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu:
-

Suhu tubuh (37,8)

Tekanan darah - normal

Frekuensi denyut nadi - normal

Frekuensi pernapasan - normal

Dari hasil pemeriksaaan fisik didapati bahwa pemeriksaaan tanda tanda vital pasien dalam batas
normal.
Inspeksi
- Apakah orientasi pasien baik? Apakah pasien tampak sakit ringan atau berat?

- Apakah pasien mengalami ikterus, lihat sklera/konjungtivanya, dan dapat dilihat pada kulit
pasien sklera ikterik
- Adakah tanda ekskoriasi yang adanya menunjukkan pruritus - pada pasien ditemukan keluhan
dua hari smrs kulit mulai gatal-gatal
Palpasi
Dilakukan dengan palpasi dari kuadran kanan bawah menuju ke kuadran kanan atas. Tujuannya
untuk mengetahui adanya perbesaran organ hati dan juga rasa nyeri. Hasil palpasi didapatkan:
- Nyeri tekan + kanan atas
- Perbesaran hati 1 jari di bawah kosta, 2 jari di bawah proc. Xyphoideus
- Hati: tepi rata, permukaan datar, konsistensi lunak
- Murphy sign
- Shifting dullness
Perkusi
Dilakukan perkusi dengan tujuan memeriksa apakah ada perbesaran hati dilihat dari batas paru hati
dan adanya suara pekak pada abdomen yang dapat merujuk pada ascites.
2.

Pemeriksaan Penunjang
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis suatu penyakit.

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk kasus ini adalah:


a.

Tes fungsi hati :


- AST / SGOT
AST ditemukan dalam sel-sel hati, jantung dan otot-otot lainnya. Jika AST tersebut

ditemukan dengan kadar yang tinggi di dalam darah, hal ini mengindikasikan adanya kerusakan
atau penyakit hati. (Nilai rujukan: 8-48 U/L)
Pada pasien, ditemukan AST 496 U/L

- ALT / SGPT
Enzim yang ditemukan di dalam sel hati. Dalam kondisi normal, kadar ALT di dalam darah
adalah rendah. Kadar ALT yang tinggi mengindikasikan adanya kerusakan hati. (Nilai rujukan: 7-55
U/L)
Pada pasien, ditemukan ALT 1200 U/L

- ALP
Enzim ALP ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di hati dan saluran empedu. Jika kadar
ALP meningkat, mengindikasikan adanya kerusakan atau penyakit hati, terutama bila terjadi
sumbatan di saluran empedu. (nilai rujukan: 45-115 U/L)
Pada pasien, ditemukan ALP 192 U/L
- Bilirubin
Bilirubin dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin dalam hati. Bilirubin dikeluarkan melalui
empedu dan dibuang melalui feses. Peningkatan kadar bilirubin menunjukan adanya penyakit hati
atau saluran empedu.
Pada pasien, ditemukan bilirubin direk : 16,25 g/dL; bilirubin indirek : 4,3 mg/dL
b.

Tes Kolestasis
- GGT
Jika enzim GGT dalam darah meningkat mengindikasikan adanya kerusakan hati atau

saluran empedu. (Nilai rujukan: 0-30 U/L)


Pada pasien, ditemukan GGT : 154 U/L
- 5-NT
Enzim 5-NT merupakan enzim kolestatik yang terdapat dalam sel hati. Enzim 5-NT dapat
dipakai untuk pengukuran karena tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang, tidak
seperti enzim alkali fosfatase. 5-NT meningkat pada penyakit hepatobilier seperti ikterus obstruktif,
hepatitis, sirosis hati dan Ca hati sekunder. (Nilai rujukan: 0-11 U/L)
Pada pasien, pemeriksaan 5-NT tidak diketahui hasilnya.
c.

Tes Serologi Hepatitis Virus2


- HAV IgM adalah pemeriksaan diagnostik untuk hepatitis A akut
- HbsAg dan deteksi DNA Hepatitis B untuk diagnostik Hepatitis B akut

d.

USG Hepar3
- Dapat membantu menegakkan diagnosis klinis, karena bisa menunjukkan abnormalitas hati
fokal seperti metastasis, abses hati, atau kelainan vaskular.

- Dapat ditemukan tanda-tanda obstruksi bilier (dilatasi duktus biliaris) dan penyebab ikterus
(batu empedu, kanker pankreas)
- Bisa juga tidak menunjukkan adanya kelainan
Selanjutnya, diperlukan pemeriksaan USG, CT scan dan MRI untuk membedakan jenis kolestasis,
yaitu intra atau ektrahepatik. Hepatitis kolestasis merupakan salah satu penyebab kolestasis
intrahepatik.
Pada keadaan hepatitis kolestasis terjadi peningkatan 3 enzim pertanda kolestasis yaitu alkaline
phosphatase (ALP), 5'-nucleotidase (5NT), dan -glutamyl transpeptidase (GGT). ALP
dan 5'-NT terletak di kanalikuli biliaris hepatosit, sedangkan GGT terdapat di reticulum endoplasma
dan sel epitel duktus biliaris (merata). Bilirubin yang tinggi, enzim transaminase meninggi sedang
(jarang >500 U/L), dan peningkatan enzim pertanda menunjukkan adanya kolestasis.3
Diagnosis
Proses diagnosis medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani suatu
penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk menentukan
jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis penyakit pasien tersebut
sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis penyakit (etiologik) maupun gejalanya
(simptomatik).4
Diagnosis dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan
memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut. Keadaan
penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.
Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit
dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat
menentukan jenis penyakitnya. 4
1.

Differential Diagnosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang dilakukan

dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda klinis penyakit lain.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bisa dicurigai menderita
beberapa penyakit seperti :

a.

Hepatitis Akut Kolestasis Ekstrahepatik

Penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokus dan
kanker pankreas. Kolestasis mencerminkan kegagalan sekresi empedu. Mekanismenya sangat
kompleks, bahkan juga pada obstruksi mekanis empedu. Efek patofisiologi mencerminkan efek
backup konstituen empedu (yang terpenting bilirubin, garam empedu, dan lipid) ke dalam sirkulasi
sistemik dan kegagalannya untuk masuk usus halus untuk ekskresi. Retensi bilirubin menghasilkan
campuran hiperbilirubiemia dengan kelebihan bilirubin konjugasi masuk ke urin.5
Hepatitis akut akibat kolestasis ini merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme
bilirubin. Gangguan metabolisme bilirubin pada hepatitis berupa hiperbilirubinemia atau produksi
bilirubin yang berlebihan sehingga kadar bilirubin dalam darah meningkat. Hiperbilirubinemia ada
dua tipe, terkonjugasi dan tidak terkonjugasi dan hepatitis akut tipe kolestasis atau kolestasis
intrahepatik dan ekstrahepatik sama-sama masuk ke dalam kategori hiperbilirubinemia konjugasi
sehingga dapat dimasukkan ke differential diagnosis. Beda intrahepatik dan ekstrahepatik dapat
dilihat dari penyebab kolestasis tersebut. Penyebab kolestasis ekstrahepatik biasanya adalah batu
pada duktus koledokus (di luar organ hepar) dan kanker pankreas sedangkan penyebab kolestasis
intrahepatik adalah biasanya karena memang ada gangguan pada organ hepar atau di dalam hepar
tersebut.
b.

Hepatitis imbas obat


Hepatitis imbas obat atau drug induced hepatitis merupakan hepatitis yang disebabkan

pemakaian obat-obat hepatotoksik dalam jangka waktu lama dan dosis besar.3
Beberapa obat yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah :3
- Obat Anti Tuberkulosis: rifampisin, isoniazid & pirazinamid
- Obat Anti Inflamasi Non Steroid: asetaminofen, ibuprofen, indometasin
- Anti Hipertensi Metildopa
- Fenitoin : kerusakan hati yang disebabkan mirip hepatitis dan bisa terjadi kerusakan duktus
empedu dan kolestasis intrahepatik
- Kontrasepsi oral: kombinasi kontrasepsi oral estrogenik dan progesteronik steroid
menyebabkan kolestasis intrahepatik dengan gejala pruritus dan ikterus setelah beberapa
minggu hingga bulan.
Gejala klinis pada diagnosis adalah berupa: mual, muntah, nyeri abdomen dan juga ditemukan
ikterus dan rash pada pemeriksaan fisik.

2.

Working Diagnosis
8

Working Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa hipotesis
tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dan
hasil dari pemeriksaan fisik serta penunjang, dapat ditarik kesimpulan kalau pasien tersebut
menderita hepatitis akut kolestasis et causa HAV.
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau
alkohol. Hepatitis akibat virus bersifat akut dan dapat menular. Virus penyebab meliputi hepatitis
virus A (HVA), virus hepatitis B (HVB), virus hepatitis non-A non-B (NANB), virus hepatitis C
(HVC), dan virus hepatitis D (delta). Komplikasi potensial dari hepatitis adalah degenerasi progresif
hati. Pantau adanya tanda degenerasi hati yang meliputi gejala hepatitis tidak menghilang (mis.,
ikterus, nyeri epigastrik, feses warna nanah) dan kadar enzim hati dan tes koagulasi tidak mau
kembali ke normal. Periode kembali normal adalah 2-12 minggu. Kondisi ini dapat berakhir sebagai
gagal hati dan kematian.6
Kolestasis adalah kondisi dimana terjadi penghambatan aliran empedu secara akut atau
kronis. Hepatitis kolestasis adalah hepatitis yang menyebabkan kolestasis intrahepatik yang ditandai
dengan penghambatan luas duktus biliaris sehingga ekskresi cairan empedu gagal. Selain itu
ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare persisten, urin berwarna gelap dan tinja pucat
seperti dempul. Pada pemeriksaan fisik didapatkan ikterus, ekskoriasi yang menunjukkan kolestasis
lama atau obstruksi bilier yang lama, pada kasus yang kronik dapat terjadi asites dan splenomegali. 3
Etiologi
Hepatitis Virus A (HAV) adalah single stranded RNA, non-enveloped virus yang tergolong
dalam picornavirus, subklasifikasi sebagai hepatovirus. Terdiri dari satu serotype, tiga atau lebih
genotype, bereplikasi di sitoplasma hepatosit yang terinfeksi. Hepatitis A menginfeksi menusia
melalui fecal-oral dimana sangat berhubungan dengan kebersihan lingkungan dan kepadatan
penduduk.3
Epidemologi
HAV berdistribusi di seluruh dunia dan endemisitas tinggi di Negara yang berkembang.
Infeksi tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Kematian disebabkan hepatitis fulminan
meningkat seiring peningkatan usia tetapi prevalensi infeksi menurun sesuai peningkatan usia.3
Patofisiologi
Kolestasis disebabkan oleh obstruksi di dalam hati (intrahepatik). Virus hepatitis akan
menyebabkan penyumbatan yang meluas pada duktuli kandung empedu dan terjadilah kolestasis.
9

Obstruksi tersebut menyebabkan cairan empedu yang mengandung bilirubin tidak dapat mengalir
keluar dan menyebabkan bilirubin terakumulasi di dalam darah dan tidak tereksresi secara normal.
Manifestasi Klinis
Kolestasis ditandai oleh adanya ikterus, pruritus, anoreksia, diare persisten, urin berwarna
gelap dan tinja pucat seperti dempul.3
Perjalanan penyakit :
1.

Fase inkubasi : masuknya virus sampai timbulnya gejala

2.

Fase prodromal : fase antara timbulnya keluhan pertama (demam ringan, malaise, myalgia,
anoreksia, mual) hingga timbulnya ikterus

3.

Fase ikterus : timbul 5-10 hari setelah gejala prodromal, disertai membaiknya gejala
prodromal

4.

Fase konvalesen : mula-mula keluhan hilang. Perbaikan hepatomegali dan gangguan fungsi
hati menyusul dalam 9 minggu (HAV) sampai 16 minggu (HBV)
Pada infeksi yang sembuh spontan ditemukan :5

1.

Spektrum penyakit mulai dari asimptomatik, infeksi yang tidak nyata sampai kondisi yang
fatal sehingga terjadi gagal hati akut

2.

Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala prodromal yang non
spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti:
a) Malaise, anoreksia, mual, dan muntah
b) Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotofobia, sakit kepala, dan mialgia

3.

Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV

4.

Demam jarang ditemukan kecuali pada infeksi HAV

5.

Immune complex mediated, serum sickness like syndrome dapat ditemukan pada kurang
dari 10% pasien dengan infeksi HBV, jarang pada infeksi virus lain

6.

Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala anoreksia, malaise, dan
kelemahan dapat menetap

7.

Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan dan
sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat

8.

Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati

9.

Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien

Komplikasi

10

1. Hepatitis kronik
Dikatakan hepatitis kronik bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau
laboratorium atau pada gambaran patalogi anatomi, selama 6 bulan. Ada dua bentuk hepatitis
kronik, yaitu hepatitis kronik persisten dan hepatitis kronik aktif. Sangat penting untuk
membedakan 2 bentuk tersebut sebab yang disebut pertama mempunyai prognosis yang baik dan
akan sembuh sempurna. Diagnosis hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan biopsi dan
gambaran PA. Hepatitis kronik aktif umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis
2. Sirosis Hepatis
Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan ikat
(fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini memengaruhi struktur normal
dan regenerasi sel-sel hati. Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati secara bertahap
kehilangan fungsinya.
Penatalaksaan
Pengobatan dibagi atas atas medikamentosa (menggunakan obatobat yang di minum) dan
juga non-medikamentosa (tidak mengonsumsi obat).
a. Medica mentosa
Tujuan utama terapi adalah menghilangkan keluhan. Untuk itu dapat diberikan :3
- Prednisolone 30 mg/hari tapping off diberikan dalam jangka waktu pendek untuk mengatasi
pruritus.
- Kolestiramin 12-16 g sehari dibagi dalam 2-4 bagian
- Asam ursodioksikolat dosis tinggi 20mg/kgBB
Sebagian ahli tidak lagi menggunakan steroid dan menggantikannya dengan rifampisin.
Suplemen kalsium dan vitamin D dapat membantu mencegah kehilangan massa tulang pada pasien
kolestasis kronis.
b. Non-medikamentosa
- Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan dehidrasi
- Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat; tidak ada rekomendasi diet khusus,
makan dengan porsi kecil tapi sering, dan menghindari konsumsi alkohol selama fase akut
- Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari
- Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise
11

- Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A,E,D. Pemberian interferon alfa pada hepatitis
C akut dapat menurunkan resiko kejadian infeksi kronik. Peran lamivudin atau adefovir pada
hepatitis B akut masih belum jelas.
- Obat-obat yang tidak perlu harus dihindarkan.
Infeksi virus hepatitis A akan mengalami penyembuhan sendiri apabila tubuh cukup kuat,
sehingga pengobatan hanya untuk mengurangi keluhan yang ada, disertai pemberian vitamin dan
istirahat yang cukup.5
Upaya pencegahan dan pengobatan untuk hepatitis A dapat dilakukan dengan pemberian
vaksinasi atau imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix atau bentuk
kombinasi dengan vaksin hepatitis B (twinrix). Imunisasi juga diberikan kepada balita dan anakanak mulai dari usia 2-18 tahun sebanyak satu kali. Sedangkan pada orang dewasa dapat dilakukan
dengan imunisasi ulang (booster) setelah 6-12 bulan imunisasi pertama. Pemberian imunisasi ini
dapat bertahan 15-20 tahun.
Higiene personal mengingat bahwa hepatitis A menular terutama melalui makanan dan
minuman, maka setiap orang sebaiknya selalu menjaga kebersihan dirinya. Cucilah tangan dengan
air mengalir serta gunakan sabun stiap kali selesai buang air besar dan kecil. Demikian juga
sebelum makan dan saat mengolah maupun menyiapkan makanan.
Prognosis
Keluhan akan berkurang seiring dengan perbaikan penyakit dasar.5
Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut, pasien diduga menderita hepatitis akut kolestasis e.c HAV.

Daftar Pustaka
1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005.h.104.
2. Halim SL, Iskandar I, Edward H, Kosasih R, Sudiono H. Patologi klinik: kimia klinik. Jakarta:
Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2013.h.125-7.
12

3. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UKRIDA;


2013.h.129-140.
4. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari; 2007.h.19.
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Interna Publishing; 2009.h.639-652.
6. Tambayong J. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.h.146.

13

Anda mungkin juga menyukai