Anda di halaman 1dari 7

Usulan Penelitian

Pengaruh Sarapan dengan daya konsentrasi Mahasiswa


Kedokteran

Anshoril Arifin
H1A009025

Fakultas kedokteran
Universitas mataram
2010
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini, banyak sekali masyarakat yang menerapkan pola hidup tidak sehat. Hal ini
tanpa disadari berdampak buruk bagi diri mereka. Termasuk diantaranya adalah
mahasiswa kedokteran. Dunia perkuliahan yang sibuk menuntut mahasiswa kedokteran
untuk menghabiskan waktu dan tenaga lebih banyak. Jadwal perkuliahan yang padat serta
banyaknya tugas sering kali membuat mahasiswa melupakan pola hidup sehat. Salah
satunya adalah kebiasaan sarapan pagi. Kebanyakan mahasiswa termasuk mahasiwa
kedokteran sering kali tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi. Hal ini dikarenakan
berbagai alasan seperti takut terlambat kuliah, tidak biasa untuk sarapan pagi, susah
mencari warung makan di pagi hari (khususnya untuk anak kos), dll. Alasan-alasan inilah
yang membuat mahasiswa tersebut melalaikan sarapan pagi.
Padahal tanpa disadari sarapan pagi sangat penting, sebagai sumber energi untuk
mengawali aktifitas. Jadwal kuliah mahasiswa kedokteran yang padat membuat tubuh
membutuhkan energi ekstra. Energi tersebut terutama dibutuhkan oleh otak untuk
menjalankan fungsinya. Kerja otak khususnya akan bertambah pada saat otak dalam
keadaan berpikir sehingga dibutuhkan energi yang lebih banyak agar otak dapat bekerja
maksimal. Kerja otak yang maksimal ini tentunya sangat penting, terutama bagi
mahasiswa kedokteran yang menuntut ilmu, hal ini berhubungan dengan daya konsentrasi
mahasiswa dalam menerima ilmu tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh sarapan pagi terhadap daya konsentrasi Mahasiswa Kedokteran?

1.3. Hipotesis
Kebiasaan sarapan berpengaruh terhadap daya konsentrasi Mahasiswa Kedokteran.

1.4. Tujuan Penelitian


Dari penelitian ini dapat diketahui pengaruh sarapan terhadap daya konsentrasi
Mahasiswa Kedokteran, yang dapat dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar
Mahasiswa Kedokteran.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas belajar Mahasiswa Kedokteran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manusia selalu mengkonsumsi nutrient guna memenuhi kebutuhan energi. Nutrient tersebut
dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan.
Nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh berupa karbihidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Untuk dapat menghasilkan suatu energy, nutrient tersebut akan mengalami serangkaian proses di
dalam tubuh yang disebut metabolisme. Sebelumnya, nutrient yang berupa senyawa kompleks
dipecah terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan oleh
tubuh melalui proses berbagai reaksi enzimatik di sepanjang saluran pencernaan. Bentuk
senyawa sederhana setiap nutrien berbeda. Karbohidrat di dalam saluran pencernaan akan
dihidrolisis hingga membentuk senyawa sederhana antara lain glukosa, galaktosa, dam fruktosa.
Protein juga akan mengalami proses hidrolisis hingga membentuk asam amino tunggal yang
dapat diabsorbsi tubuh. Sedangkan lemak akan mengalami hidrolis membentuk asam lemak dan
monogliserida. Masing-masing nutrient akan mengalami reaksi enzim yang berbeda. Untuk
vitamin dan mineral dapat digunakan langsung oleh tubuh. Keduanya berperan sebagai koenzim
atau kofaktor untuk reaksi membentuk energy atau ATP. Pembentukan ATP paling besar
dihasilkan melalui metabolisme glukosa.
Pembentukan ATP sendiri berlangsung melalui proses metabolisme yang melibatkan
simple nutrien, enzim, hormon, dan berbagai reaksi dalam suatu siklus yang kompleks. ATP
memiliki peran yang sangat penting dalam fungsi tubuh. ATP atau energy ini digunakan sel atau
jaringan tubuh antara lain untuk transport aktif ion, kontraksi otot, sintesis molekul, pembelahan
dan pertumbuhan sel. Otak juga memerlukan ATP untuk menjalankan fungsi saraf ke seluruh
tubuh.
Otak merupakan organ yang terbentuk oleh kumpulan jaringan saraf. Jaringan saraf ini
kemudian membentuk suatu system saraf yang memiliki fungsi sebagai penghimpun rangsang,
mengolah rangsangan tersebut menjadi impuls saraf yang kemudian akan dihantarkan ke organ
efektor sehingga menghasilkan respon yang tepat. (Lesson, Lesson, Paparo, 1996)
Selain itu otak juga memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi dari rangsangan
sensorik. Penyimpanan inrformasi tersebut diperankan oleh bagian otak yaitu korteks serebri.
ATP atau energy diperlukan oleh jaringan saraf untuk menghantarkan impuls saraf
melalui serabut saraf. Penghantaran impuls saraf melalui serabut saraf ini terjadi akibat adanya
potensial aksi disepanjang serabut saraf. Potensial aksi terjadi akibat adanya pompa ion Na + ke
dalam serabut saraf dan ion K+ keluar serabut saraf. Potensial aksi akan berlangsung secara terus
menerus untuk menghantarkan impuls. Oleh karena itu untuk menciptakan potensial aksi yang

baru, konsentrasi kedua ion tersebut harus dikembalikan ke dalam kondisi potensial membran
istirahat. Untuk mengembalikan hal tersebut dibutuhkan ATP untuk memompa kembali kedua
ion tersebut. ATP juga diperlukan sel neuron atau sel saraf untuk mensintesis neurotransmitter
yang juga berperan dalam menghantarkan impuls. Hal ini yang menyebabkan kebutuhan ATP
pada jaringan saraf paling banyak dibanding jaringan yang lain. Guyton & Hall pada Buku Ajar
Fisiologi menyebutkan:
Metabolisme otak kira-kira mencapai 15 persen dari seluruh metabolisme tubuh.sebagian besar
metabolisme otak terjadi di neuron, bukan di jaringan glia atau penyangga. Kebutuhan utama
untuk berlangsungnya metabolisme di neuron , terutama untuk mengangkut ion natrium dan
kalsium ke bagian luar membran neuron, dan ion kalium ke dalam membran neuron. Setiap kali
neuron menghantarkan potensial aksi, ion-ion ini bergerak melalui membran, yang meningkatkan
kebutuhan transport membrane untuk memulihkan konsentrasi ion yang sesuai. Oleh karena itu,
ketika aktifitas otak berlebih, metabolisme neuron dapat meningkat sebesar 100 sampai 150
persen.

Otak membutuhkan glukosa untuk proses metabolismenya agar menghasilkan energy.


Glukosa merupakan bahan bakar utama metabolisme di otak. Otak dapat memetabolisme badan
keton untuk memenuhi sekitar 20% kebutuhan energinya; sisanya harus dipasok oleh glukosa.
(Biokimia Harper: 2009).
Dalam kondisi normal, hampir seluruh energy yang digunakan oleh sel otak disuplai oleh
glukosa yang berasal dari darah. Pengiriman dan transpornya glukosa ke dalam neuron tidak
bergantung kepada insulin.
Berbeda dari jaringan lain yang dapat memetabolisme glukosa dengan anaerob saat
keadaan hipoksia selama beberapa menit hingga 30 menit(beberapa jaringan), otak tidak mampu
melangsungkan metabolisme anaerob selama itu. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah
tingginya kecepatan metabolisme neuron sehingga sebagian besar aktifitas neuron bergantung
pada pengiriman oksigen detik demi detik dari darah. Hal ini yang menyebabkan kehilangan
oksigen yang tiba-tiba di dalam darah dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 510 detik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol untuk menilai peran kebiasaan sarapan pagi
pada Mahasiswa Kedokteran terhadap daya tangkap belajar Mhasiswa Kedokteran.

3.2.

Tempat dan Waktu Penelitian


Hari/Tanggal :

Waktu

Tempat: Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

3.3.

Populasi Penelitian
Populasi terjangkau penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram angkatan 2007-2009.

3.4.

Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

3.5.

Estimasi Besar Sampel

3.6.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.7.

Persetujuan setelah penjelasan (lampiran)

3.8.

Cara Kerja

3.9.

Identifikasi Variabel

3.10. Definisi Operasional

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai