Anshoril Arifin
H1A009025
Fakultas kedokteran
Universitas mataram
2010
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Hipotesis
Kebiasaan sarapan berpengaruh terhadap daya konsentrasi Mahasiswa Kedokteran.
Manusia selalu mengkonsumsi nutrient guna memenuhi kebutuhan energi. Nutrient tersebut
dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan.
Nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh berupa karbihidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Untuk dapat menghasilkan suatu energy, nutrient tersebut akan mengalami serangkaian proses di
dalam tubuh yang disebut metabolisme. Sebelumnya, nutrient yang berupa senyawa kompleks
dipecah terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat digunakan oleh
tubuh melalui proses berbagai reaksi enzimatik di sepanjang saluran pencernaan. Bentuk
senyawa sederhana setiap nutrien berbeda. Karbohidrat di dalam saluran pencernaan akan
dihidrolisis hingga membentuk senyawa sederhana antara lain glukosa, galaktosa, dam fruktosa.
Protein juga akan mengalami proses hidrolisis hingga membentuk asam amino tunggal yang
dapat diabsorbsi tubuh. Sedangkan lemak akan mengalami hidrolis membentuk asam lemak dan
monogliserida. Masing-masing nutrient akan mengalami reaksi enzim yang berbeda. Untuk
vitamin dan mineral dapat digunakan langsung oleh tubuh. Keduanya berperan sebagai koenzim
atau kofaktor untuk reaksi membentuk energy atau ATP. Pembentukan ATP paling besar
dihasilkan melalui metabolisme glukosa.
Pembentukan ATP sendiri berlangsung melalui proses metabolisme yang melibatkan
simple nutrien, enzim, hormon, dan berbagai reaksi dalam suatu siklus yang kompleks. ATP
memiliki peran yang sangat penting dalam fungsi tubuh. ATP atau energy ini digunakan sel atau
jaringan tubuh antara lain untuk transport aktif ion, kontraksi otot, sintesis molekul, pembelahan
dan pertumbuhan sel. Otak juga memerlukan ATP untuk menjalankan fungsi saraf ke seluruh
tubuh.
Otak merupakan organ yang terbentuk oleh kumpulan jaringan saraf. Jaringan saraf ini
kemudian membentuk suatu system saraf yang memiliki fungsi sebagai penghimpun rangsang,
mengolah rangsangan tersebut menjadi impuls saraf yang kemudian akan dihantarkan ke organ
efektor sehingga menghasilkan respon yang tepat. (Lesson, Lesson, Paparo, 1996)
Selain itu otak juga memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi dari rangsangan
sensorik. Penyimpanan inrformasi tersebut diperankan oleh bagian otak yaitu korteks serebri.
ATP atau energy diperlukan oleh jaringan saraf untuk menghantarkan impuls saraf
melalui serabut saraf. Penghantaran impuls saraf melalui serabut saraf ini terjadi akibat adanya
potensial aksi disepanjang serabut saraf. Potensial aksi terjadi akibat adanya pompa ion Na + ke
dalam serabut saraf dan ion K+ keluar serabut saraf. Potensial aksi akan berlangsung secara terus
menerus untuk menghantarkan impuls. Oleh karena itu untuk menciptakan potensial aksi yang
baru, konsentrasi kedua ion tersebut harus dikembalikan ke dalam kondisi potensial membran
istirahat. Untuk mengembalikan hal tersebut dibutuhkan ATP untuk memompa kembali kedua
ion tersebut. ATP juga diperlukan sel neuron atau sel saraf untuk mensintesis neurotransmitter
yang juga berperan dalam menghantarkan impuls. Hal ini yang menyebabkan kebutuhan ATP
pada jaringan saraf paling banyak dibanding jaringan yang lain. Guyton & Hall pada Buku Ajar
Fisiologi menyebutkan:
Metabolisme otak kira-kira mencapai 15 persen dari seluruh metabolisme tubuh.sebagian besar
metabolisme otak terjadi di neuron, bukan di jaringan glia atau penyangga. Kebutuhan utama
untuk berlangsungnya metabolisme di neuron , terutama untuk mengangkut ion natrium dan
kalsium ke bagian luar membran neuron, dan ion kalium ke dalam membran neuron. Setiap kali
neuron menghantarkan potensial aksi, ion-ion ini bergerak melalui membran, yang meningkatkan
kebutuhan transport membrane untuk memulihkan konsentrasi ion yang sesuai. Oleh karena itu,
ketika aktifitas otak berlebih, metabolisme neuron dapat meningkat sebesar 100 sampai 150
persen.
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol untuk menilai peran kebiasaan sarapan pagi
pada Mahasiswa Kedokteran terhadap daya tangkap belajar Mhasiswa Kedokteran.
3.2.
Waktu
3.3.
Populasi Penelitian
Populasi terjangkau penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Mataram angkatan 2007-2009.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.8.
Cara Kerja
3.9.
Identifikasi Variabel