Anda di halaman 1dari 47

MATERI CPNS

I.

PENGETAHUAN UMUM
A. IDEOLOGI
1. Pancasila
Oleh : Junaidi Farhan
Tahun 1511 Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal
sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyol dan Inggris yang juga berdalih mencari rempah rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datang ke
Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda
mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah
Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh
bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia, sebab tahun 1944,
tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang
kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam
Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan
Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki
dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama tersebut yang dibicarakan khusus
mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama tersebut 2 (dua)
Tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.
Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara
secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu :
1.

Peri Kebangsaan

2.

Peri Kemanusiaan

3.

Peri Ketuhanan

4.

Peri Kerakyatan

5.

Kesejahteraan Rakyat
Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yaitu :

1.

Ketuhanan Yang Maha Esa

2.

Persatuan Indonesia

3.

Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4.
5.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/


Perwakilan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yaitu :
1.

Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

2.

Internasionalisme (Perikemanusiaan)

3.

Mufakat atau Demokrasi

4.

Kesejahteraan Sosial

5.

Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1.

Sosio nasionalisme

2.

Sosio demokrasi

3.

Ketuhanan.

Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi Ekasila
yaitu GOTONG ROYONG.
Selesai sidang pembahasan Dasar Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1 Juni
1945) para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya
adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang
pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling
lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.
Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata dan
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujui
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul - usul/ Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid
Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo
dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan
Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan PIAGAM JAKARTA.
Dalam sidang BPUPKI kedua, Tanggal 10 s/d 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan pada Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu, sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memProklamasi-kan Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :
1.

Mengesahkan Rancangan Hukum Dasar dengan Preambulnya (Pembukaan)

2.

Memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang sangat panjang, sehingga sebelum
mengesahkan Preambul, Drs. Muhammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari
Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan
agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata KETUHANAN yang berbunyi 'dengan

kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dihapus. Jika tidak maka rakyat
Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja
diproklamasikan.
Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para
anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan
Teuku Muh. Hasan. Bung Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan
kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan,
mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya
'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' di belakang kata
Ketuhanan dan diganti dengan 'Yang Maha Esa', sehingga Preambule (Pembukaan) UUD1945
disepakati sebagai berikut : (keterangan pada poin UUD 1945)
Dan untuk dapat melaksanakan PANCASILA sebagai ideologi dan dasar negara sekaligus
sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam butir butir Pancasila yaitu :
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA :

Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.

Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama


dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

Menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai


dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB :

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

Berani membela kebenaran dan keadilan.

Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. PERSATUAN INDONESIA :

Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan


keadilan sosial.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN/ PERWAKILAN :

Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.

Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.

Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan


golongan.

Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan


pemusyawaratan.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA :

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.

Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

Menghormati hak orang lain.

Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasaN terhadap
orang lain.

Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayA hidup
mewah.

Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikaN kepentingan
umum.

Suka bekerja keras.

Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

SUMBER: https://www.facebook.com/notes/junaidi-farhan/sejarah-lahirnya-pancasilasebagai-ideologi-dasar-negara/10150267467729714

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Sebagai dasar negara, Pancasila harus dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis
konstitusional (menurut hukum ketatanegaraan), oleh karena itu setiap orang tidak boleh atau
tidak bebas memberikan pengertian/penafsiran manurut pendapatnya sendiri. Pancasila dalam
pengertian ini sering disebut pula sebagai dasar falsafah negara (philosofische grondslag) atau
ideologi negara (staatsidee). Pancasila yang dikukuhkan dalam sidang I dari BPUPKI
pada tanggal 1 Juni 1945 adalah di kandung maksud untuk dijadikan dasar
bagi negara Indonesia merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu
filsafat yang menyimpulkan kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara
Indonesa yang merdeka. Di atas dasar itulah akan didirikan gedung Republik
Indonesia sebagai perwujudan kemerdekaan politik yang menuju kepada
kemerdekaan ekonomi, sosial dan budaya.
Sidang BPUPKI telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai
dasar negara Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian
pada tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam
Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang
menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan
dasar itu tahan uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyalurkan
persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD.
Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturanperaturan organik yang menjadi pelaksanaan dari UUD.
Oleh karena Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan
menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar
negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945
tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
(Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti
Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturanperaturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan
Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila. Bahkan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 ditegaskan,
bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber

huum formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat, jurisprudensi, hakim, ilmu


pengetahuan hukum).
Di sinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang
ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara
dan pemerintah Indonesia.
Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa Indonesia berdiri di atas
fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni Pancasila dasar yang kuat itu
bukanlah meniru suatu model yang didatangkan dari luar negeri.
Dasar negara kita berakar pada sifat-sifat dan cita-cita hidup bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan dari kepribadian bangsa Indonesia,
yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi juga dapat
diterima oleh bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat
universal dan akan mempengaruhi hidup dan kehidupan banga dan negara
kesatuan Republik Indonesia secara kekal dan abadi.
Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan
kepribadian Indonesia ialah : Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia,
yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya.
Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia sepanjang masa.
Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia yang
ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh
tempat, lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa
Indonesia sejak dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban
kebudayaan bangsa lain (Hindu, Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan
lain-lain) namun kepribadian bangsa Indonesia tetap hidup dan berkembang.
Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-daerah tertentu atau masyarakat
kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur asing, namun pada
dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya sendiri.
Bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak
dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari bangsa
kita.
Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri
merupakan.
a. Dasar negara kita, Republik Indonesia, yang merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku di negara kita.
b. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat mempersatukan kita serta
memberi petunjuk dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya.
c. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan
corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari
bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan
bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa
tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga
dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri
khas bangsa Indonesia.
d. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat
adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila
di dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat,
bersatu
dan
berkedaulatan
rakyat
dalam
suasana

perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta


dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan
damai.
e. Perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat
Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita
junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari
kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam
sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan
bangsa.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita memahami,
menghayati dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan.
Tanpa ini maka Pancasila hanya akan merupakan rangkaian kata-kata indah
yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, yang merupakan perumusan
yang beku dan mati, serta tidak mempunyai arti bagi kehidupan bangsa kita.
Apabila Pancasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan
wujudnya dalam kehidupan sehari-hari, maka lambat laun kehidupannya
akan kabur dan kesetiaan kita kepada Pancasila akan luntur. Mungkin
Pancasila akan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah Indonesia. Apabila
ini terjadi maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di
masa kini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk
menegakkan dan membela Pancasila.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai
Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
permusyawratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
1.
2.
3.
4.

kebijaksanaan

dalam

Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah


yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan
oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam
sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978,
Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima
silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masingmasing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara
sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau
memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan
mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
Ideologi Pancasila
Secara etimologis, istilah Ideologi berasal dari kata idea yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, pemikiran, dan kata logos
yang berarti ilmu. Kata oida berasal dari bahasa Yunani yang berarti
mengetahui, melihat, bentuk. Pengertian ideologi secara umum dapat
dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinankeyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang
menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam
berbagai bidang kehidupan.
Idologi menurut Gunawan Setiardjo: Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau
aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturan-aturan dalam
kehidupan.Pada dasarnya ideologi terbagi dua bagian, yaitu Ideologi Tertutup

dan Ideologi Terbuka. Ideologi Tertutup merupakan suatu pemikiran tertutup.


Sedangkan Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.
Ideologi Terbuka memiliki ciri khas yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat sendiri. Ideologi terbuka diciptakan
oleh Negara melainkan digali dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, Ideologi terbuka merupakan milik semua masyarakat dalam
menemukan dirinya dan kepribadiannya dalam Ideologi tersebut.
Pancasila sebagai suatu Ideologi tidak bersifat tertutup dan kaku,
tetapi bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa
Ideologi pancasila besifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi
(iptek),
serta
dinamika
perkembangan
aspirasi
masyarakat.Keluwesan dan fleksibelitas serta keterbukaan yang dimiliki oleh
ideologi Pancasila menjadikan Pancasila tidak ketinggalan zaman dalam
tatanan sosial, namun sifatnya yang terbuka bukan berarti nilai-nilai dasar
Pancasila dapat dirubah /diganti dengan nilai dasar yang lain. Sebab jika
nialai dasar tersebut dirubah berarti meniadakan Pancasila bahkan
membubarkan Negara RI. Yang dimaksud dengan ideologi Pancasila yang
bersifat terbuka adalah nilai-nilai dasar dari Pancasila dapat dikembangkan
sesuai dengan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka secara struktural
Pancasila memiliki tiga dimensi sebagai berikut:

Dimensi idealis. bahwa nilai-nilai dasar ideologis tersebut mengandung idealisme,


bukan angan-angan yang memberi hambatan tentang masa depan yang lebih baik melalui
perwujudan atau pengalamannya dalam praktek kehidupan bersama mereka sehari-hari
dengan berbagai dimensinya

Dimensi Fleksibilitas. Bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang


memungkinkan Merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan
tentang dirinya,tanpa menghilangkan hakikat (jati diri) yang terkandung dalam nilai
dasar.

Dimensi realitas. adalah suatu Ideologi harus mampu mencerminkan


realitas yang hidup & berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam ideologi secara reel berakar dan hidup dalam
masyarakat/bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya. Oleh karena itu,
selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal dan normative, pancasila juga
harus mampu dijabarkan dalam kehidupan bermasyarakat secara
nyata,
baik
dalam
kehidupan
sehari-hari
maupun
dalam
penyelenggaraan Negara.

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh pancasila sebagai Ideologi


terbuka, maka sifat Ideologi pancasila tidak bersifat utopis, yaitu hanya
merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari
secara nyata. Pancasila juga bukan merupakan Ideologi pragmatis yang
hanya menekankan segi praktisi belaka tanpa adanya aspek idealisme.
Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka hakikatnya nilai-nilai dasar yang
bersifat unviversal dan tetap. Adapun penjabaran dan realisasinya
senantiasa dieksplisitkan secara dinamis-reformatif yang senantiasa mampu
melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat.
http://demokrasiindonesia.blogspot.com/2014/08/pancasila-pengertiandan-sejarah.html

2. UNDANG-UNDANG DASAR 1945

UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN (Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makna Masing-Masing Alinea Pembukaan UUD 1945
a. Alinea I menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pernyataan ini mengandung 2 (dua) makna, yaitu
makna objektif (universal), yaitu kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan
makna subjektif (tekad yang tumbuh dari bangsa Indonesia), yaitu menghapuskan
penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
b. Alinea II menyatakan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.
Hal ini mengandung makna sebagai berikut.
Perjuangan bangsa Indonesia telah sampai pada saat yang menentukan.
Kemerdekaan bukanlah tujuan akhir.
Pernyataan tentang cita-cita negara yang didirikan, yaitu negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
c. Alinea III berbunyi Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Alinea ini mengandung makna sebagai
berikut.
Pernyataan kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh nilai luhur bangsa yang
bermartabat dan mempunyai harga diri sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain di
dunia.

Motivasi spiritual religius, yaitu pengakuan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan


Indonesia merupakan berkat rahmat Allah, bukan semata-mata usaha manusia atau rakyat dan
bangsa Indonesia.
d. Alinea IV berbunyi Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, Alinea ini mengatur beberapa segi yang mendasari penyelenggaraan
kehidupan bernegara yang disebut pokok kaidah negara yang fundamental. Ketentuan tersebut
adalah:
Tujuan negara, yaitu:
1.
2.
3.
4.

melindungi segenap bangsa Indonesiadan seluruh tumpah darah Indonesia,


memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

Ketentuan akan adanya undang-undang dasar: ... maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar...
Asas politik negara, yakni asas politik dalam negeri berkedaulatan rakyat: ...negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.... Sedangkan asas politik luar negeri adalah
bebas aktif.
Asas kerohanian negara, yakni Pancasila: ...yang berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi....
http://anggunendras.blogspot.com/2012/06/makna-masing-masing-alineapembukaan.html
B. POLITIK
1. Sistem administrasi negara
SISTEM ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA
A. ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem adalah seperangkat komponen elemen, unsur atau subsistem dengan segala atributnya,
yang satu sama lain saling berkaitan,mempengaruhi dan saling ketergantungan sehingga
membentuk suatu kesatuan yang terintegrasi atau suatu totalitas, serta mempunyai peranan atau
tujuan tertentu.Secara elementer, administrasi terjadi apabila dua orang atau lebih bekerja sama
melakukan kegiatan tertentu dengan sarana tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai
suatu sistem, administrasi yang bersifat :
1)
2)
3)
4)
5)

Abstak.
Buatan manusia ( man-made system ).
Terbuka ( open system ).
Hidup ( living system ).
Kompleks.
Administrasi merupakan proses penyelenggaraan kebijaksanaan negara/pemerintahan dalam
rangka mencapai tujuan negara. Administrasi negara terdiri dari berbagai subsistem : tugas
pokok, fungsi kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, sarana dan prasarana. Sistem
administrasi membentuk sistem kehidupan nasional.
B. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA RI ( SANRI )

Sistem administrasi negara adalah keseluruhan penyelengaraan kekuasaan pemerintah negara


indonesia dengan memamfaatkan dan mendayagunakan segala kemampuan aparatur negara serta
segenap dana dan daya demi tercapainya tujuan nasional dan terlaksananya tugas Negara
Republik Indonesia seperti yang telah ditetapkan dalam UUD 1945.
SANRI secara simultan dipengaruhi dan mempengaruhi berbagai faktor lingkungan fisik
alami, Juga oleh faktor regional dan global. Oleh karena itu tidak ada satu negarapun yang
memiliki konstitusi dan landasan filosofis serta keseluruhan faktor ekologi yang sama dengan
SANRI.
C. PENYEMPURNAAN ADMINISTRASI NEGARA RI
Sebagai suatu sistem administrasi negara indonesia perlu dikembangkan dan disempurnakan,
sebagai sarana mencapai tujuan nasional. Guna senatiasa mampu menjawab segala tantangan dan
memamfaatkan peluang yang timbul. Penyempurnaan tersebut dikarenakan antara lain :
a) Semakin meningkatnya tugas umum pemerintah.
b) Pembangunan menimbulkan masalah-masalah baru.
c) Adanya perkembangan faktor lingkungan temasuk perubahan dunia internasional.
BAB II
ADMINISTRASI NEGARA DALAM KERANGKA SISTEM PEMERINTAHAN
NEGARA
A. LANDASAN ADMINISTRASI NEGARA
1. Landasan Idiil : Pancasila
Landasan idiil bagi penyelengaraan administrasi negara indonesia adalah identik dengan
landasan idiil Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar
negara merupakan sumber dari segala sumber hukum. Dengan demikian Pancasila merupakan :
1.
2.
3.
4.
5.

Dasar Negara Republik Indonesia.


Pandangan hidup bangsa Indonesia.
Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Tujuan yang akan dicapai.
Perjanjian luhur rakyat Indonesia.

Sesuai dengan UU no.5 Tahun 1985 Pancasila merupakan satu-satunya asas dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat.
2. Landasan Konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
Landasan konstitusional ini perwujudan dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Yang
terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, 2 Ayat Aturan Tambahan. Memuat secara
garis besar tentang sistem pemerintahan negara, hubungan antar warga negara dengan negara,
kesejahtraan sosial,dll.
3. Landasan Operasional : Garis-Garis Besar Haluan Negara
GBHN merupakan :
1) Haluan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang
ditetapkan oleh MPR.
2) Pola umum Pembangunan Nasional.
3) Maksud ditetapkannya GBHN adalah memberikan arah bagi perjuangan negara dan rakyat
Indonesia yang sedang membangun agar dapat diwujudkan keadaan yang diinginkan dala
kurun waktu 5 tahun mendatang.
4) Pembangunan Nasional mencakup seluruh aspek kehidupan, seperti :
1. Bidang Ekonomi.
2. Bidang Kesejahtraan Rakyat, Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Bidang Agama dan Kepercayaan.
4. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
5. Bidang Hukum.

6. Bidang Politik, Aparatur Negara, Penerangan, Komunikasi, dan Media Masa.


7. Bidang Keamanan dan Pertahanan.
B. CITA-CITA DAN TUJUAN NASIONAL
Cita-cita Nasional terdapat dalam anenia II pembukaan UUD 1945, yaitu :Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur. Tujuan Nasional tedapat dalam alenia IV
Pembukaan UUD 1945, yaitu : kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
C. PEMBANGUNAN NASIONAL
1. Tujuan
Pembangunan sebagai suatu proses dalam upaya meningkatkan kehidupan rakyat bangsa dan
negara. Mempunyai tujuan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dam
makmuryang merata meteri dan spritual berdasarkan Pancasila.
2. Makna dan Hakikat Pembangunan Nasional
a. Pada sila pertama adalah tanggung jawab bersama.
b. Pada sila kedua adalah peningkatan martabat serta hak dan kewajiban.
c. Pada sila ketiga adalah peningkatan pembinaan bangsa diseluruh bidang kehidupan.
d. Pada sila keempat adalah makin menumbuhkan dan mengembangkan sistem politik demokrasi
Indonesia.
e. Pada sila kelima adalah mengembangkan pertumbuhan ekonomi.
3. Azas Pembangunan Nasional
a. Azas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME, menjadi landasan spiritual, moral
dan etik bagi pembangunan nasional.
b. Azas Mamfaat, segala kegiatan pembangunan nasional memberikan mamfaat bagi
kesejahteraan rakyat banyak.
c. Azas Demokrasi Pancasila, sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
d. Azas Adil dan Merata, harus merata disemua lapisan masyarakat.
e. Azas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan dalam Kehidupan, adanya
keseimbangan antara keseimbangan, kepentingan.
f. Azas Hukum, setiap warga negara harus taat hukum yang berintikan kebenaran dan
keadilan.
g. Azas Kemandirian, berdasarkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
h. Azas Kejuangan, memiliki tekat, mental, dan jiwa pengabdian mengutamakan
kepentingan bersama.
i. Azas IPTEK, penerapan nilai-nilai IPTEK guna memberikan kesejahteraan rakyat.
4. Esensi Pembangunan Nasional
Berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila tergantung pada peran
aktif masyarakat serta pada mental tekat dan semangatserta ketaatan dan kedisiplinan para
penyelenggara negara serta seluruh rakyat.
Hasil pembangunan harus dapat dinikmati secara merata dan adil oleh seluruh rakyat
Indonesia, karena akan meningkatkan pertahanan nasional dan akan mencapai masyarakat yang
maju, sejahtera adil dan makmur.
D. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
1. Indonesia adalah Negara yang Berdasarkan atas Hukum ( Rechrsstaat )
2. Sistem Konstitusional
3. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di T angan MPR ( Die Gezamte Staatsgewalt Liegt Allein
Bei der Majelis )
4. Presiden ialah Penyelengara Pemerintahan Tertinggi di Bawah Majelis
5. Presiden tidak Bertanggung Jawab pada DPR

6. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden : Menteri negara tidak bertanggungjawab pada DPR
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
8. Kekuasaan DPR adalah kuat.
9. Menteri-menteri Negara bukan pegawai tinggi biasa.
E. FUNGSI NEGARA
a. Fungsi Konstitusi, ialah menyelenggarakan kedaulatan rakyat, menetapkan UUD dan
GBHN.
b. Fungsi Eksekutif, ialah menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara.
c. Fungsi Legislatif, ialah membentuk UU.
d. Mengawasi Pelaksaan Tugas Pemerintah.
e. Fungsi Yudikatif, menyelenggarakan tugas kehakiman.
f. Funsi Auditif, menyelenggarakan pemeriksaan atas kerja keuangan negara.
g. Fungsi Konsultatif, memberi jawaban atas pertanyaan Presiden.
F. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 45, fungsi-fungsi
negara dilaksanakan oleh lembaga-lembaga negara, yang dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Lembaga Tertinggi Negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Lembaga-lembaga Tinggi Negara yaitu :
- Presiden.
- Dewan Pertimbangan Agung.
- Dewan Perwakilan Rakyat.
- Badan Pemeriksa Keuangan.
- Mahkamah Agung.
1. Kedudukan, Tugas dan Wewenang
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )
1. Kedudukan
MPR merupakan Lembaga Tertinggi Negara yang merupakan :
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
d.
e.

Pemegang dan pelaksanaan sepenuhnya kedaulatan rakyat.


Penjelmaan seluruh rakyat indonesia.
Pemeganag kekuasaan tertinggi negara.
Tugas
Menetapkan UUD.
Menetapkan GBHN.
Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden.
Wewenang
Membuat keputusan yang tidak dapat dibatalkan oleh Lembaga Tinggi lain termasuk
penetapan GBHN.
Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan MPR.
Mengubah UUD.
Menetepkan peraturan Tata Tertib Majelis.
Dll.

Fungsi Pengaruh
1. Menguji secara material hanya terhadap peraturan perundangan dibawah undang-undang.
2. Menyatakan tidak sah semua peraturan perundangan dari tingkat yang lebih rendah daripada
undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
3. Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
1985.
Fungsi Pemberian Nasihat
1. Memberikan nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian
dan penolakan grasi.
2. Dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hokum baik diminta maupun
tidak kepada Lembaga Tinggi Negara yang lain.

Susunan Mahkamah Agung


a. Mahkamah Agung terdiri dari:
a) Pimpinan
b) Hakim Anggota
c) Kepaniteraan Mahkamah Agung
Sekretariat Jendral Mahkamah Agung
Pengangkatan dan Pemberhrntian
a) Hakim Agung diangkat oleh Presiden selaku Kepala Negara, dari daftar nama calon yang
diusulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
b) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden yang diusulkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
c) Ketua Muda Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden yang diusulkan oleh Ketua Mahkamah
Agung.
d) Untuk mengisi lowongan jabatan Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota
Mahkamah Agung, diusulkan masing-masing 2 (dua) orang calon.
e) Hakim Agung tidak boleh merangkap menjadi:
Pelaksana putusan Mahkamah Agung
Wakil, Pengampun, dan Pejabat
Penasihat Hukum
Pengusaha
f) Kecuali larangan perangkapan jabatan lain dalam undang-undang dengan Peraturan
Pemerintah.
g) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota mahkamah Agung diberhentikian oleh
Presiden selaku Kepala Negara atas usul mahkamah Agung karena:
Permintaan sendiri
Sakit jasmani atau rohani terus-menerus
Telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun
Ternyata tidak cakap dalam menjalankan tugas
h) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung yang meninggal
dunia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya oleh Presiden selaku Kepala Negara.
i) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah Agung diberhentikan tidak
dengan hormat oleh Presiden dengan alas an:
Dipidana
Melakukan perbuatan tercrela
Terus-menerus melalaikan kewajiban
Melanggar sumpah atau janji jabatan
Melanggar larangan tentang perangkapan jabatan
j) Ketua,Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota mahkamah Agung sebelum
diberhentikan tidak dengan hormat dapat diberhentikan sementara dari jabatannya oleh
Presiden.
k) Apabila terhadap seorang Hakim Agung ada perintah penangkapan tang diikuti dengan
penahanan, Hakim Agung tersebut diberhentikan sementara dari jabatannya.
l) Apabila seorang Hakim Agung dituntut dimuka pengadilan seperti tercantum dalam pasal 21
ayat (4) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, maka ia dapat diberhentikan sementara dari
jabatannya.
m) Ketentuan tata cara pemberhentian dengan hormat, pemberhentian dengan tidak hormat, dan
pemberhentian sementara diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Kepaniteraan / Sekretariat Jendral Mahkamah Agung
a)
b)
c)
d)

Merupakan unsur pembantu pimpinan


Mempunyai tugas pelayanan dibidang administrasi peradila dan dibidang administrasi umum
Merangkap Sekretaris Jenderal mahkamah Agung
Susunan Organisasi Kepaniteraan / Sekretariat Jendral Mahkamah Agung RI ditetapkan
dengan Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1985;
Direktorat Perdata
Direktorat Perdata Agama
Direktorat Tata Usaha Negara
Direktorat Pidana

Direktorat Hukum dan Peradilan


Biro Umum
Biro Keuangan
Biro Kepegawaian
Kelompok Fungsional yang terdiri dari:
a. Tenaga Ahli
b. Hakim Yustisial
Hubungan antara Lembaga-lembaga Negara
1.

2.
3.
4.

5.
6.

7.

8.

9.

Presiden dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


a) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dan diangkat oleh MPR.
b) Presiden dan Wakil Presiden dapat diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
sebelim habis masa jabatan.
c) Presiden adalah Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat yang wajib melaksanakan
GBHN dan putusan-putusan Majelis lainnya.
d) Presiden ialah penyelenggara kekuasaan Pemerintah Negara Tertinggi di bawah MPR
e) Presiden tidak neben tetapi untergeordnet kepada MPR.
f) Presiden tunduk dan bertanggung jawab kepada Majelis.
g) Presiden dapat menyusun dan menyampaikan konsep naskah GBHN untuk bahan
pertimbangan bagi Majelis.
h) Apabila Wakil Presiden berhalangan tetap, Presiden dan/atau DPR dapat meminta MPR
mengadakan Sidang Istimewa unuk memilih Wakil Presiden.
Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
a) Anggota DPR juga anggota MPR.
b) DPR dapat menggundang MPR untuk Sidang Istimewa.
Presiden dengan Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
a) DPA wajib memberikan jawaban atas pertanyaan Presiden.
b) DPA berhak mengajukan usul kepada Pemerintah.
Presiden dengan Dewan Perwakilan Rakyat
a) Presiden dengan persetujuan DPR membentuk Undang-undang.
b) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c) Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
d) Bekerja sama tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
e) DPR berkewajiban senantiasa mengawasi tindakan-tindakan Presiden dalam melaksanakan
haluan negara.
f) Apabila Wakil Presiden behalangan tetap Presiden dan/atau DPR dapat meminta MPR
mengadakan Sidang Istimewa untuk memilih Wakil Presiden.
g) Dalam hal berhalangan tetap, maka diganti oleh Wakil Presiden.
h) Presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
i) Presiden mengangkat Ketua dan Anggota Mahkamah Agung dan Ketua serta anggota
BEPEKA yang calon-calonnya diusulkan oleh DPR.
Presiden dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BEPEKA)
a) BEPEKA memeriksa semua pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara.
b) Presiden mengangkat Ketua dan Anggota BEPEKA dari calon-calon yang diusulkan DPR.
Presiden dengan Mahkamah Agung (MA)
a) MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum kepada Lembaga-lembaga
Tinggi Negara.
b) MA memberikan nasihat hukum kepada Presiden / Kepala Negara untuk pemberian/
penolakan grasi.
c) MA mempunyai wewenang menguji secara material.
d) Dalam hal Presiden berhalangan tetap, maka ia diganti oleh Wakil Presiden.
e) Presiden mengangkat Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Agung.
Dewan Pertimbangan Agung dengan Mahkamah Agung (MA)
a) MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbagan hukum kepada Lembaga-lembaga
Tinggi Negara.
b) MA dapat mengambil sumpah atau janji kepada Ketua dan Anggota DPA.
Dewan Perwakilan Rakyat dengan BEPEKA
a) Hasil pemeriksaan BEPEKA diberitahukan kepada DPR
b) Cara-cara pemberitahuan lebih lanjut ditentukan Pimpinan BEPEKA dengan
memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
Dewan Perwakilan Rakyat dengan Mahkamah Agung

a) MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum kepada Lembaga-lembaga


Tinggi Negara.
b) Ketua dan Wakil Ketua dan Anggota Mahkamah Agung diangkat oleh Presiden.
c) Penggambilan sumpah/janji keanggotaan DPR dilakukan Ketua Mahkamah Agung dalam
Rapat Paripurna DPR.
10. BEPEKA dengan Mahkamah Agung
a) MA dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan hukum kepada Lembaga-lembaga
Tinggi Negara.
b) Penggambilan sumpah/ janji keanggotaan BEPEKA dilakukan Ketua Mahkamah Agung.
G. MEKANISME KEPEMIMPINAN NASIONAL
Mekanisme kepemimpinan nasional secara garis besar meliputi kegiatan-kegiatan
kenegaraan sebagai berikut:
a. MPR mengadakam Sidang Umum sekali dalam 5 tahun.
b. Dalam Sidang Umum tersebut MPR menetapkan GBHN dan memilih Presiden dan Wakil
Presiden.
c. Presiden/ Mandataris MPR dengan dibantu oleh Wakil Presiden dan Menteri-menteri
melaksanakan tugasnya berlandaskan kepada Undang-Undang Dasar 1945 dan GBHN.
d. Tugas-tugas Presiden/ Mandataris yang erat hubungannya erat dengan mekanisme ini:
1. Membentuk Lembaga Tinggi Negara DPA dan BEPEKA.
2. Melaksanakan Pemilu.
3. Presiden terpilih harus menyusun Repelita dan menyiapkan APBN.
4. Mengajukan APBN setiap tahun.
5. Membuat undang-undang dengan persetujuan DPR.
6. DPR mengawasi pelaksanaan tugas Presiden.
7. DPA dan BEPEKA mempunyai masa jabatan lima tahun.
8. Akhirnya setelah segala sesuatu dilaksanakan sebagaimana mestinya, rakyat
memberikan penilaiannya dalam Pemilih Umum berikut.
H. TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH DALAM PENYELENGARAAN
PEMERINTAHAN
Sebagai penyelenggara pemerintahan maka Presiden selaku Kepala Pemerintahan
berkewajiban melaksanakan tugas pemerintah negara untuk mencapai tujuan nasional. Tugas
tersebut meliputi kekuasaan eksekutif maupun legislatif, yaitu:
1. Menyelenggarakan kekuasaan pemerintah negara tertinggi.
2. Bersama-sama dengan DPR membentuk undang-undang termasuk undang-undang
APBN.
3. Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
4. Menetapkan Peraturan Pemerintah.
Dalam pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan tersebut, fungsi pemerintah
adalah melayani dan mengayomi masyarakat, serta menumbuhkan dan mengembangkan
prakarsa, dan peran serta masyarakat dalam pembangunan, dalam bentuk fungsi-fungsi :
1. Pengaturan yang meliputi perumusan kebijaksanaan nasional dan kebijaksanaan umum,
perumusan dan penetapan kebijaksanaan.
2. Pemberian pelayanan dan perizinan.
3. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan.
4. Penyediaan dan penyebarluasan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat.
5. Penguasaan atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
6. Pengelolaan atas kekayaan alam milik negara.
7. Pengembangan Sumber Daya Manusia (masyarakat).
BAB III
KELEMBAGAAN APARATUR PEMERINTAH
A. ASAS-ASAS PENGORGANISASIAN KELEMBAGAAN APARATUR PEMERINTAH
1. Asas Kejelasan Tujuan. Organisasi pemerintah diciptakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan untuk suatu jangka waktu tertentu.
2. Asas Pembagian Tugas. Dalam pengorganisasian aparatur pemerintah tugas umum
pemerintahan dan pembangunan perlu dibagi habis kedalam tugas-tugas Departeman,
Lembaga Pemerintah Non-Departeman dan aparatur pemerintah lainnya. Maka perlu

adanyaperumusan tugas yang jelas sehingga dapat dicegah duplikasi, benturan dan
kekaburan.
3. Asas Fungsionalisasi. Asas ini menentukan instansi atau satuan kerja mana yang secara
fungsional paling bertanggung jawab atas suatu tugas umum pemerintahan dan
pembangunan.
4. Asas Pengembangan Jabatan Fungsional. Tidak hanya berorientasi pada pengembangan
jabatan structural saja, melainkan juga kepada jabatan fungsional.
5. Asas Koordinasi. Menekankan agar dalam penyusunan kelembagaan Instansi Pemerintah
memungkinkan terwujudnya koordinasi yang mantap dalam pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah dan pembangunan.
6. Asas Kesinambungan. Mengharuskan adanya pelembagaandalam pelaksanaan dalam arti
bahwa tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan harys berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan dan program yang telah ditetapkan.
7. Asas Kesederhanaan. Organisasi harus secara mudah menggambarkan dengan jelas siapa/
unit apa untuk mengerjakan apa, bekerja dengan siapa dan dengan cara bagaimana.
8. Asas Keluwesan. Menghendaki agar organisasi selalu mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan dan perubahan.
9. Asas Akordion. Menentukan bahwa organisasi dapat berkembang atau menciut sesuai
dengan tuntutan tugas dan beban kerjanya.
10. Asas Pendelegasian Wewenang. Menentukan tugas-tugas apa yang perlu didelegasikan dan
tugas-tugas apa yang masih harus dipegang pimpinan.
11. Asas Rentang Kendali. Dalam menentukan jumlah satuan organisasi atau orang yang
dibawahi oleh seorag pejabat pimpinan, diperhitungkan secara rasional mengingat
terbatasnya kemampuan seorang pemimpin/ atasan.
12. Asas Jalur dan Staf. Menentuka bahwa dalam penyusunan organisasi perlu dibedakan
antara satuan-satuan organisasi yang melaksanakan tugas pokok instansi dengan satuansatuan organisasi yang melaksanakan tugas-tugas penunjang.
13. Asas Kejelasan dalam Pembaganan. Mengharuskan setiap organisasi Pemerintah
menggambarkan susunan organisasinya dalam bentuk bagan, agar setiap pihak yang
berkepentingan dapat segera memahami kedudukan dan hubungan dari setiap satuan
organisasi yang ada.
B. APARATUR PEMERINTAH DI TINGKAT PUSAT
1. Presiden dan Wakil Presiden
a. Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintah.
b. Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden yang ditentukan
oleh Presiden.
c. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, Wakil Presiden bertugas
membantu Presiden dalam menyusun rencana dan mengikuti pelaksanaan pengawasan
dari dalam maupun dari luar.
d. Dalam melaksanakan kekuasaan pemerintah negara, Presiden dibantu oleh Menterimenteri Negara.
2. Kabinet Pembangunan VI
a. Tugas pokok dan sekaligus sasaran Kabinet Pembangunan VI adalah meneruskan dan
meningkatkan pelaksanaan pembangunan berdasarkan GBHN dengan sasaransasarannya yang dinamakan Panca Krida sebagai program kerja yang meliputi:
1) Melanjutkan, meningkatkan, memperdalam dan memperluas pembangunan nasional.
2) Meningkatkan disiplin nasional yang dipelopori oleh aparatur negara menuju
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
3) Membudayakan mekanisme kepemimpinan nasional berdasarkan UUD 1945,
ideologi Pancasila, Demokrasi Pancasila, Ekaprasetia Pancakarsa.
4) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
5) Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia dalam
tahun 1997.
b. Kabinet Pembangunan VI ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun
1993, yang susunannya sebagai berikut:
1) Menteri Koordinator, yaitu:
a) Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.
b) Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
c) Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pengwasan Pembangunan.
d) Menteri Koordinator Bidang Industri dan Perdagangan.

2) Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 dua puluh satu Menteri
memimpin Departemen-departeman yang terdiri dari:
a) Departeman Dalam Negeri.
b) Departemen Luar Negeri.
c) Departemen Pertahanan Keamanan.
d) Departeman Kehakiman.
e) Departemen Penerangan.
f) Departemen Keuangan.
g) Departemen Perdagangan.
h) Departemen Perindustrian.
i) Departemen Pertanian.
j) Departemen Kehutanan.
k) Departemen Pertambangan dan Energi.
l) Departemen Pekerjaan Umum.
m) Departemen Perhubungan.
n) Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
o) Departemen Tenaga Kerja.
p) Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.
q) Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
r) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
s) Departemen Kesehatan.
t) Departemen Agama.
u) Departemen Sosial.
Dengan terbitnya Keputusan Presiden No 388/M Tahun 1995, maka Departemen
Perdagangan dan Departemen Perindustrian di gabung menjadi Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.
3) Tiga belas Menteri Negara, yang terdiri dari:
a) Menteri Negara Sekretaris Negara.
b) Menteri Negara Sekretaris Kabinet.
c) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
d) Menteri Negara Riset dan Teknologi/ Ketua Badan Pengkajian dan penerapan
Teknologi/ Ketua BBPT/ Kepala BPIS.
e) Menteri Negara Urusan Pangan/ Kepala Bulog.
f) Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN.
g) Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/ Ketua BKPM.
h) Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN.
i) Menteri Negara Perumahan Rakyat.
j) Menteri Negara Lingkungan Hidup.
k) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
l) Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
m) Menteri Negara Urusan Peranan Wanita.
3. Departemen, dengan unsur-unsur sbb :
a. Menteri (Pembantu presiden)
b. Sekretariat Jenderal (Menyelenggarakan pembinaan administrasi, organisasi dan
ketatalaksanaan terhadap seluruh unsur dilingkungan Departemen)
c. Inspektorat Jenderal (Melakukan pengawasan dalam lingkungan Departemen)
d. Direktorat Jenderal (Melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen di bidangnya
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri)
e. Instansi Vertikal
f. Unit Organisasi Lain
Badan dan Pusat
Staf Ahli
Unit Pelaksana Teknis (UPT)
4. Kantor Menteri Koordinator (MENKO)
a. Kedudukan dan Tugas
1) MENKO adalah Menteri Negara pembantu Presiden dengan tugas pokok
mengkoordinasikan penyiapan dan penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaanya
di bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara.
2) MENKO berada langsung di bawah dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada Presiden.
3) MENKO dalam susunan Kabinet Pembangunan VI terdiri dari :

a) MENKO Bidang Politik dan Keamanan (Polkam)


b) MENKO Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra)
c) MENKO Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan
(Ekuasbang)
d) MENKO Bidang Industri dan Perdagangan
b. Susunan MENKO dibantu oleh Staf yang terdiri dari unsure-unsur :
1) Sekretaris MENKO.
2) Asisten MENKO sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
3) Staf Ahli sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
5. Kantor Menteri Negara (MENNEG)
a. Kedudukan
1) Pembantu Presiden dengan tugas pokok menangani bidang tugas tertentu
dalamkegiatan pemerintah negara.
2) Berada dibawah dan bertanggung jaewab kepada Presiden.
b. Masing-masing Menteri Negara
1) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
2) Menteri Negara Riset dan Teknologi
3) Menteri Negara Urusan Pangan
4) Menteri Negara Kependudukan
5) Menteri Negara Penggerak Dana Investasi
6) Menteri Negara Agraria
7) Menteri Negara Perumahan Rakyat
8) Menteri Negara Lingkungan Hidup
9) Menteri Negara Urusan Peranan Wanita
10) Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
11) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
c. MENNEG dibantu oleh Staf yang terdiri dari unsure:
1) Sekretaris MENNEG (SESMENEG).
2) Asisten MENNEG (ASMENEG), sebanyak-banyaknya 5 orang.
3) Asisten MENNEG dapat dibantu oleh beberapa Pembantu Asisten menurut
kebutuhan sebanyak-banyaknya 5 orang.
6. Lembaga-lembaga Pemerintah Non-Departemen. Disamping Departemen-departemen di
tingkat Pemerintah Pusat terdapat Lembaga-lembaga yang tidak berbentuk Departemen
yang disebut Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND). Sampai sekarang organisasi
Lembaga-lembaga Pemerintah Non-Departemen masih beraneka ragam, misalnya titelatur
pimpinannya ada yang disebut Ketua, ada yang disebut Kepala, ada yang disebut Direktur
Jenderal.
7. Lembaga-lembaga lain
a. Lembaga-lembaga Ekstra Struktur yang Bertanggung jawab kepada Presiden
1) Dewan
a) Dewan Pertahanan
b) Dewan Standardisasi Nasional
c) Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional
d) Dewan Telekomunikasi
e) Dewan Stabilisasi Politik dan Keamanan Nasional
f) Dewan Pembinaan dan Pengelolaan Industri Strategis dan Industri Hankam
g) Dewan Penerbangan Antariksa Nasionol RI
h) Dewan Pengembangan Kawasan Indonesia Timur
2) Badan
a) Badan Pengendali Bimas
b) Badan Pembinaan Pusat Listrik, Tenaga Air dan Peleburan Aluminium Asahan
c) Badan Pengelola Gelanggang Olahraga Senayan
d) Badan Pertimbangan Kepegawaian
e) Badan Pertimbangan Telekomunikasi
f) Badan Pelaksana APEC
g) Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilisasi Nasional
h) Badan Pertimbangan Jabatan Nasional
i) Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional
3) Tim dan Panitia
a) Tim Koordinasi Penanganan Masalah Pertanahan
b) Tim Pengembangan Industri Hankam
c) Tim Pendayagunaan Proyek-proyek dengan Bantuan Luar Negeri

d) Panitia Pengarah Pemanfaatan Bantuan Luar Negeri


e) Panitia Inventarisasi dan Evaluasi Kekayaan Alam
b. Lembaga-lembaga Ekstra Struktural yang Bertanggung Jawab kepada Menteri
1) Dewan
a) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah
b) Dewan Riset Nasional
c) Dewan Film Nasional
2) Badan
a) Badan Pengelola Industri Strategis
b) Badan Pertimbangan Buku Nasional
c) Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam
3) Lain-lain, misalnya:
a) Lembaga Pemilihan Umum
b) Lembaga Sensor Film
c) Bursa Komoditi
8. Sekretariat Negara
a. Kedudukan
1) Sekretariat Negara di bentuk dengan Keppres No. 291 Tahun 1960 menggantikan
Kabinet Presiden dan Kabinet Perdana Menteri yang dihapuskan dengan Keppres
tersebut (terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1991).
2) Sekretaris Negara merupakan unsure penunjang bagi Presiden dalam menjalankan
tugas.
b. Tugas
1) Membantu Presiden dalam memperlancar pelaksanaan tugasnya.
2) Menyelenggarakan Koordinasi dan pelayanan administrasi dan keuangan
dariLPDN, Kantor MENKO, Kantor Menteri Negara serta Lembaga-lembaga lain.
c. Susunan
1) Organisasi Sekretariat Negara disempurnakan dengan Keppres No. 8 Tahun1978,
jis Keppres No. 31 Tahun 1980, Keppres No. 16 Tahun 1981, Keppres No. 16
Tahun 1983 dan Keppres No. 16 Tahun 1991.
2) Sekretariat Negara di pimpin oleh Menteri Negara Sekretariat Negara dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
3) Sekretariat Negara terdiri dari:
a) Sekretariat Kabinet
b) Sekretariat Pengendalian Operasional Pembangunan
c) Inspektur Jenderal Pembangunan
d) Sekretariat Militer
e) Rumah Tangga Kepresidenan
f) Staf Sekretariat Negara
9. Kejaksaan Agung
Bedasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991, dan Keppres No. 55 Tahun
1991, Tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Kejaksaan :
a. Kejaksaan Agung adalah lembaga kejaksaan tingkat Pusat
b. Kejaksaan Agung dipimpin oleh Jaksa Agung, yang sejak Kabinet Pembangunan VI
diberi kedudukan setingkat Menteri.
c. Jaksa Agung dibantu oleh:
1) Jaksa Agung Muda.
2) Pusat-pusat sebagai pelaksana tugas tertentu.
3) Staf Ahli.
4) Staf Jaksa Agung.
5) Satuan Tugas.
6) Instansi Vertikal.
7) Bank Indonesia
a) Kedudukan
1. BI merupakan Bank Sentral di Indonesia.
2. BI milik negara dan merupakan badan hukum yang bergerak di bidang
perbankan.
b) Tugas Pokok
1. Mengatur, menjaga dan memelihara ketertiban nilai rupiah.
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan di bidang perbankan.
3. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta meningkatkan taraf
hidup rakyat.

c) Susunan
1. BI dipimpin oleh Direksi (Gubernur) sekurang-kurangnya 5 dan sebanyakbanyaknya 7 orang Direktur.
2. Sebanyak-banyaknya 2 orang Direktur ditunjuk oleh Presiden sebagai
pengganti Gubernur.
3. Gubernur dan Direktur diangkat oleh Presiden atas usul Dewan Moneter
untuk masa jabatan 5 tahun.
4. Sejak Kabinet Pembangunan VI Gubernur Bank Indonesia diberi kedudukan
setingkat dengan Menteri.
d) Hubungan Bank Sentral dengan Pemerintah
1. BI menjalankan tugas pokoknya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
2. Dalam menetapkan kebijaksanaan tersebut Pemerintah dibantu suatu Dewan
Moneter, yamg diketuai oleh Menteri Keuangan.
e) Hubungan Keuangan dengan Pemerintah
1. BI bertindak sebagai Pemegang Kas Pemerintah.
2. BI menyelenggarakan pemindahan uang untuk Pemerintah.
3. BI membantu Pemerintah dalam menempatkan surat-surat utang negara,
penatausahaan serta pembayaran kupon dan pelunasannya.
4. Dalam melaksanakan ketentuan tersebut Bank Indonesia tidak
memperhitungkan biaya-biaya.
f) Hubungan Internasional
Bank Indonesia menyusun rencana devisa yung mencerminkan
pemeliharaan Ekonomi Nasional dan memperlancar usaha pembangunan dengan
memperhatikan posisi likuiditas dan solvabilitas internasional untuk diajukan
kepada Pemerintah melalui Dewan Moneter (UU No. 13/1968).
10. Angkatan Bersenjata Repubklik Indonesia (ABRI)
a. Kedudukan
1) Dipimpin oleh Panglima Angkatan Bersenjata (PANGAB) yang bertanggungjawab
kepada Presiden.
2) PANGAB adalah pembantu Presiden dalam melaksanakan kewenangan komando
penyelenggaraan pertahanan negara.
3) PANGAB adalah pimpinan Bakorstranas.
4) Sejak Kabinet Pembangunan VI PANGAB diberi kedudukan setingkat Menteri.
b. Tugas Pokok
1) PANGAB memimpin ABRI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas
pembinaan dan penggunaan ABRI.
2) PANGAB bersama-sama Kepala Staf Angkatan dan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia membantu Menteri Pertahanan Keamanan dalam melaksanakan
tugas dibidang administrasi pembinaan kemampuan pertahanan keamanan negara.
c. Fungsi
1) Kekuatan pertahanan keamanan negara dan sebagai kekuatan social.
2) Alat negara yang berfungsi selaku penindak dan penangkal awal terhadap setiap
ancaman dari luar maupun dari dalam negeri, penegak hukum serta pelatih rakyat
bagi pelaksanaan tugas pertahanan keamanan negara.
3) ABRI memelihara dan meningkatkan kemampuan kekuatan pertahanan keamanan
negara yang meliputi kemampuan kekuatan di darat, di laut, di udara dan penertiban
serta penyelamatan masyarakat.
4) ABRI sebagai kekuatan social berfungsi sebagai dinamisator dan stabilisator yang
bersama-sama kekuatan social lainnya mengamankan dan menyukseskan
perjuangan bangsa.
5) ABRI diarahkan agar mampu secara aktif mengembangkan demokrasi Pancasila,
kehidupan konstitusional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
dan tegaknya hukum dalam rangka berhasilnya pembangunan nasional, serta
meperkokoh ketahanan nasional di semau aspek kehidupan.
d. Susunan Organisasi
1) ABRI terdiri atas:
a) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.
b) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.
c) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
d) Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Organisasi ABRI disusun dalam 3 tingkat:

a) Tingkat Mabes ABRI.


b) Tingkat Angkatan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
c) Tingkat Komando Utama Operasional.
3) Tingkat Mabes ABRI terdiri atas:
a) Eselon Pimpinan: PANGAB
b) Pembantu Pimpinan:
(1) Kepala Staf Umum (Kasum).
(2) Kepala Staf Sosial Politik (Kasospol).
(3) Inspektur Jenderal dan Perbendaharaan (Irjen)
c) Eselon Staf
(1) Staf Umum (Sum).
(2) Staf Sosial Politik (Sospol).
(3) Inspektur Jenderal dan Perbendaharaan (Irjen).
(4) Staf Kebijaksanaan Strategis dan perencanaan Umum (Srenum).
(5) Staf pribadi PANGAB (SPM).
d) Eselon Pelayanan
(1) Sekretariat Umum Markas Besar Angkatan Bersenjata RI (Setum Mabes
ABRI)
(2) Detasemen Markas Besar Angkatan Bersenjata RI (Denma Mabes ABRI).
(3) Satuan Komunikasi dan Elektronika Angkatan Bersenjata RI (Satkomlek
ABRI).
e) Eselon Pelaksana Pusat
(1) Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bersenjata RI (Sesko ABRI).
(2) Akademi Angkatan Bersenjata RI (AKABRI).
(3) Pusat Pembinaan Mental Angkatan Bersenjata RI (Pusbintal ABRI).
(4) Pusat Penelitian dan Pengembangan Angkatan Bersenjata RI (Puslitbang
ABRI).
(5) Pusat Sejarah dan Tradisi Angkatan Bersenjata RI (Pusjarah ABRI).
(6) Pusat Kesehatan Angkatan Bersenjata RI (Puskes ABRI).
(7) Pusat Polisi Militer Angkatan Bersenjata RI (Puspom ABRI).
(8) Pusat Survai dan Pemetaan Angkatan Bersenjata RI (Pussurta ABRI).
(9) Pusat Penerangan Angkatan Bersenjata RI (Puspen ABRI).
(10) Badan Pembinaan Hukum Angkatan Bersenjata RI (Babinkum ABRI).
(11) Badan Pembekalan Angkatan Bersenjata RI (Babek ABRI).
(12) Badan Pembinaan Kekaryaan Angkatan Bersenjata RI (Babinkar ABRI).
(13) Pusat Keuangan Angkatan Bersenjata RI (Pusku ABRI).
f) Eselon Pelaksanaan Pusat dan Tingkat Eselon Staf Badan Intelijen Angkatan
Bersenjata RI (Pusku ABRI).
4) Tingkat Angkatan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia terdiri dari:
a) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD).
b) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL).
c) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU).
d) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
5) Tingkat Komando Utama Operasional terdiri dari:
a) Komando Strategis Nasional (Kostranas).
b) Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).
c) Komando Wilayah Pertahanan (Kowilhan).
11. Kesekretariatan Lembaga Tertinggi / Tinggi Negara
a. Kedudukan. Sekretariat Jenderal Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara adalah aparatur
pemerintah yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab
langsung kepada pimpinan Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara yang bersangkutan serta
secara organisatoris merupakan alat perlengkapan dari lembaga Tetinggi/ Tinggi
Negara.
b. Tugas. Membantu kelancaran tugas dan melayani Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara
serta para anggota masing-masing kecuali Sekretariat Jenderal BEPEKA. Sekretariat
Jenderal BEPEKA melaksanakan pemeriksaan keuangan negara diseluruh aparatur
pemerintah.
12. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri
a. Kedudukan
1) Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, adalah satu-satunya aparatur negara
yang mewakili kepentingan negara Republik Indonesia secara keseluruhan di
negara lain atau pada organisasi internasional.

2) Berupa Kedutaan Besar RI, Konsultan Jenderal RI, Konsultan RI, Perutusan Tetap
RI pada PBB, maupun Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara.
3) Kepala Perwakilan adalah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Konsul
Jenderal Konsul dan Kuasa Usaha (Charge de Affairs).
4) Perwakilan Republik Indonesia terdiri dari:
a) Perwakilan Diplomatik, perwakilan yang kegiatannya meliputi semua
kepentingan negara RI dan yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah
negara penerima atau yang bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu
organisasi internasional.
b) Perwakilan Konsuler, yaitu perwakilan yang kegiatannya meliputi semua
kegiatan negara RI dibidang konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu
dalam wilayah negara penerima.
5) Perwakilan Diplomatik yang terdiri dari:
a) Kedutaan Besar Republik Indonesia.
b) Perutusan Tetap Republik Indonesia.
6) Perwakilan Konsuler, yaitu:
a) Konsulat Jenderal Republik Indonesia.
b) Konsulat Republik Indonesia.
b. Tugas Pokok danFungsi
1) Perwakilan diplomatik
a) Tugas pokok perwakilan diplomatik adalah mewakili Negara Repulik Indonesia
dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan Negara penerima atau
organisasi internasional serta melindungi kepentingan Negara dan warga Negara
RI di Negara penerima sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b) Fungsi Perwakilan Diplomatik.
1. mewakili Negara RI secara keseluruhan di Negara penerima atau organisasi
internasional.
2. melindungi kepentingan nasional Negara RI di Negara penerima
3. melaksanakan usaha peningkatan hubungan persahabatan dan melakukan
perundngan antara Negara RI dengan Negara penerima atau organisasi
internasional
4. melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan
2) Perwakilan Konsuler
a) Tugas pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili Negara RI dalam
melaksanakan hubungan konsuler dengan Negara penerima di bidang
perekonomian, perdagangan dan iptek
b) Fungsi Perwakilan Konsuler
1. melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan Negara penerima di
bidang perekonomian, perdagangan, dan iptek.
2. melindungi kepentingan nasuional Negara dan warga Negara RI yang berada
di wilayah kerjanya.
3. menyelenggarakan pengamatan, penilaian dan pelaporan
4. menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan terhadap terhadap warga
Negara RI yang berada di wilayah kerjanya.
c. Susunan Organisasi
1) Organisasi Perwakilan diplomatic terdiri atas :
a) Unsur Pimpinan, ialah Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh
b) Unsur staf, ialah bagian dan sub bagian
c) Unsur pelaksana. Ialah bidang dan sub bidang
2) Pada Perwakilan Diplomatik tertentu, unsure pimpinan dapat terdiri dari Kepala
Perwakilan dan Wakil Kepala Perwakilan
3) Organisasi perwakilan konsuler terdiri dari :
a) Unsur pimpinan, ialah Konsulat Jenderal
b) Unsur staf, ialah bagian dan sub bagian
c) Unsur pelaksana, ialah bidang dan sub bidang
C. APARATUR PEMERINTAH DAERAH
1. Landasan Pembentukan Pemerintahan di daerah
Pemerintahan di daerah dibentuk atas dasar pasal 18 UUD 1945, yang
menyatakan bahwa : Pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan UU. Lebih lanjut dalam penjelasan
UUD 1945 pasal 18 disebutkan bahwa :

I. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi dan daerah
propinsi pula akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil.
II.
Dalam territoril Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelf Bestuurende
Landscheppen dan Volksgemenschappen, seperti jawa, bali, minngkabau, palembang
dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat
dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
Sejak tahun 1945 sampai dengan dewasa ini peraturan perundang-undangan yang telah
mengatur tentang bentuk dan susunan pemerintahan di daerah termasuk pemerintahan desa
berturut-turut adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 tentang PEmbentukan Komite Nasional daerah.
b. Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
c. UU NIT No. 44 Tahun 1950 tentang Undang-undang / Peraturan Pokok Tentang Pemerintahan
Daerah.
d. UU No. 1 Tahum 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
e. Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959 (disempurnakan) tentang Pemerintahan Daerah.
f. Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1960 (disempurnakan) tentang DPRD Gotong royong dan
Sekretariat Daerah.
g. Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
h. UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desapraja.
i. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.
j. Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan di Desa.
2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah.
Sesuai dengan Pasal 18 UUD 1945 dan berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1974,
system penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah didasarkan pada asas desentralisasi, asas
dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
a. Asas Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atas Daerah tingkat
atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya sendiri.
Urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada Daaerah dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah
sepenuhnya.
b. Asas dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau kepala Wilayah atau
Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di tingkat di Daerah.Oleh
karena tidak semua urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada Daerah menurut asas
desentralisasi, maka penyelenggaraan berbagai urursan pemerintahan di daerah dilaksanakan
oleh perangkat Pemerintah Pusat di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi.
c. Asas Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan adalah tugas untuk turut serta dalam melaksanakn urusan pemerintahan
yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah daerah
tingkat atasnya dengan kewajiban memepertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
Tidak semua urusan Pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah
tangganya sendiri, sehingga beberapa urusan pemerintahan masih tetap merupakan urusan
Pemerintahan Pusat.
3. Pembagian Wilayah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, wilayah NKRI dibagi dalam Daerah-daerah Otonom
dan Wilayah-wilayah Administratif.
a. Daerah Otonom dan Otonomi Daerah
1) Daerah Otnom adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas wilayah
tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur serta mengurus rumah

tangganya sendiri dalam ikatan kesatuan NKRI, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2) Dalam rangka pelaksanaan asas desemtralisasi dibentuk dan disusun Daerah Tingkat I
dan Tingkat II. Hubungan antara Dati I dengan Dati II bukanlah hubungan hierarkis atau
berjenjang.
3) Pembentukan nama, batas, ibukota, hak dan wewenang. Urusan serta modal pangkal
Daerah Otonom ditetapkan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku pada
pemerintah pusat.
4) Otonomi Daerah
a) Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuia dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
b) Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah memungkinkan daerah yang
bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sehingga dapat
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksaan pembangunan.
c) Kewenangan daerah untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri berasaldari
penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah baik berupa
kewenangan pangkal yang disebutkan undang-undang pembentukan daerah tersebut
maupun kewenangan tambahan yang diserahkan melalui Peraturan Pemerintah.
d) Penyerahan urusan-urusan pemerintahan kepada Daerah dilakukan secara bertahap
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.
e) Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai
pelaksanaan asas desentralisasi, tetapi tanggung jawab terakhir terhadap urusanurusan tersebut tetap berada di tangan pemerintah pusat.
b. Wilayah Administratif
1) Wilayah Administratif adalah lingkungan kerja perangkat pemerintah yang
menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah.
2) Dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi, wilayah NKRI dibagi dalam :
a) Wilayah Propinsi dan Ibukota Negara
b) Wilayah propinsi dibagi dalam wilayah kabupaten dan kotamadya
c) Wilayah kabupaten dibagi dalam wilayah-wilayah kecamatan
d) Wilayah kecamatan dibagi dalam wilayah kelurahan dan desa.
3) Pembentukan Wilayah, Nama, dan Batas Wilayah
a) Nama dan batas Dati I adalah sama dengan nama dan batas wilayah Propinsi atau
Ibukota Negara.
b) Nama dan batas Dati II adalah sama dengan nama dan batas wilayah kabupaten atau
kotamadya.
c) Ibukota Dati I adalah Ibukota Propinsi.
d) Ibukota Dati II adalah Ibukota kabupaten atau kotamadya.
c. Kesatuan territorial antara Wilayah dan Daerah
Susunan pemerintahan di Daerah adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah Propinsi Dati I
2) Pemerintah kabupaten / kotamadya Dati II
3) Pemerintah kota Administratif
4) Pemerintah kecamatan
5) Pemerintah kelurahan atau desa
4. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD)
a. Kedudukan. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah adalah suatu forum di tingkat
pusat yang mempunyai fungsi memberikan pertimbangan kepada presiden di bidang
Otnomi Daerah.
b. Tugas. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah tersebut mempunyai tugas memberikan
saran, usul, pendapat, dan pertimbangan kepada presiden baik diminta ataupun tidak
mengenai semua penyelenggaraan daerah otonom termasuk pendapatan asli daerah
tersebut.
c. Keanggotaan. Keanggotaan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah terdiri dari :
1) Mendagri sebagai Ketua merangkap anggota.
2) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan nasional / Bappenas sebagai anggota.
3) Menteri Pekerjaan Umum sebagai anggota.
4) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara senagai anggota.
5) Menhankam sebagai anggota
6) Menkeu sebagai anggota

7) Mensesneg sebagai anggota


8) Pangab sebagai anggota
9) Dirjen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Depdagri sebagai sekertaris.
d. Tata Kerja
Tata kerja dewan Pertimbangan Otonomi Daerah :
1) Dirjen Otonomi Daerah adalah sekertaris bukan anggota
2) Dalam menjalankan tugasnya sekertaris dibantu oleh tenaga-tenaga ahli.
3) Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah mengadakan rapat setidak-tidaknya satu kali
dalam setiap 6 bulan.
4) Dalam menyangkut pembentukan daerah otonom DPOD mengundang kekuatankekuatan social politik dalam masyarakat untuk di dengar pendapatnya dalam rapat
yang diadakan untuk itu.
5. Aparatur Pemerintahan Daerah dan Wilayah
a. Pola Organisasi Pemerintah Daerah dan Wilayah
Menurut Keputusan Mendagri No. 97 Tahun 1993 tentang Pola Organisasi Pemerintah
Daerah dan Wilayah, yaitu :
1) Perangkat Pemerintah Propinsi Dati I terdiri :
a) Gubernur kepala Dati I
b) DPRD Tingkat I
c) Inspektorat Wilayah Propinsi
d) Sekertariat DPRD I
e) Unit Pelaksana Teknis Dati I
f) BUMD Tingkat I
g) BAPPEDA Tingkat I
h) Kantor Bina Sosial Politik Tingkat I
2) Perangkat Pemerintah Kabupaten / kotamadya
a) Bupati / walikotamadya Tingkat I
b) DPRD Tingkat II
c) Inspektorat Wilayah Kabupaten / Kotamadya Tingkat II
d) Kantor pembantu Wallikota / Bupati
e) Sekertariat DPRD tingkat II
f) Kantor Bina Sosial Politik kabupaten / Kotamadya Dati IIKantor catatan sipil
kabupaten / kotamadya Dati II
g) BUMD Tingkat II
b. Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah dan dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah ada pembagian tugas yang jelas
kedudukan yang sama tinggi antara kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat
daerah. DPRD dalam tugasnya tidak boleh mencapuri bidang eksekutif yang
sepenuhnya merupakan wewenang dan tanggung jawab kepala daerah.
c. Kepala Daerah
1) Kepala Daerah berdasarkan UU No. 5 Tahun 1974 karena jabatannya adalah juga
sebagai kepala wilayah, sebagai kepala daerah ia juga mengepalai daerah otonom
yang memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab sepenuhnya tentang
jalannya pemerintah daerah.
2) Kepala daerah adalah pejabat Negara dan diangkat untuk masa jabatan 5 tahun
terhitung mulai tanggal pelantikannya dan dapat diangkat kembali untuk satu kali
masa jabatannya berikutnya.
3) Kepala daerah menurut hierarki bertanggung jawab kepada presiden melalui
menteri dalam negeri.
4) Kepala daerah tingkat I dicalonkan dan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dari
sedikit-dikitnya 3 orang dan sebanyak-banyaknya 5 orang calon yang telah
dimusyawarahkan oleh pimpinan DPRD dengan Mendagri.
5) Larangan bagi Kepala Daerah untuk dengan sengaja melakukan kegiatan yang
merugikan kepentingan Negara, pemerintah, daerah dan juga rakyat.
d. Wakil Kepala Daerah
1) Pada dasarnya dipandang perlu adanya jabatan wakil kepala daerah, namun demikian
mengingat kondisi daerah yang berbeda-beda maka pelaksanaan pengisisan jabatan
wakil kepala daerah tersebut diadakan menurut kebutuhan.
2) Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan Wakil Kepala Daerah sebagai berikut :
a) Keadaan geografis
b) Keadaan peduduk

c) Keadaan daya dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan


d) Wakil kepala daerah adalah Wakil kepala daerah tingkat I dan wakil kepala daerah
tingkat II
e) Wakil kepala daerah membantu kepala daerah dalam menjalankan tugasnya serta
menjalankan wewenangya sehari-hari.sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
oleh Mendagri.
e. Kepala Wilayah
1) Di samping Kepala Daerah sebagai unsur Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan asas
desentralisasi, terdapat pula Kepala Wilayah yang merupakan Wakil Pemerintah Pusat
di Daerah yang melaksanakan asas dekonsentrasi
2) Setisp wilayah dipimpin oleh seorang kepala wilayah, yaitu :
a) Kepala wilayah propinsi dan Ibukota Negara disebut Gubernur
b) Kepala wilayah kabupaten disebut Bupati kepala Dati II
c) Kepala wilayah Kotamadya disebut Walikotamadya atau Kepala daerah tingkat II.
d) Kepala wilayah kota administratif disebut Walikota
e) Kepala wilayah kecamatan disebut Camat
f) Kepala wilayah kelurahan disebut Lurah
3) Dalam menjalankan tugasnya :
a) Gubernur sebagai kepala wilayah propinsi bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Mendagri.
b) Bupati / Walikotamadya sebagai kepala wilayah Kabupaten / Kotamadya
bertanggung jawab kepada Gubernur.
c) Walikota sebagai kepala wilayah kota Administratif bertanggung jawab kepada
Bupati sebagai wilayah kabupaten.
d) Camat sebagai kepala wilayah kecamatan bertanggung jawab kepada Bupati
sebafai kepala wilayah Kabupaten.
e) Lurah sebagai kepal wilayah kelurahan bertanggung jawab kepada Camat sebagai
kepala wilayah kecamatan.
4) Kepala wilayah dalam semua tingkat sebagai Wakil Pemerintah Pusat adalah
penguasa tunggal di bidang pemerintahan di daerah kecuali bidang pertahanan dan
keamanan, bidang peradilan, bidang luar negeri dan bidang moneter.
5) Kepala wilayah mempunyai wewenang, tugas, dan kewajiban sebagai berikut :
a) Pembinaan ketentraman dan ketertiban wilayah
b) Pembinaan ideologi Negara, politik dalam negeri dan kesatuan bangsa.
c) Penyelenggaraan koordinasi terhadap instansi-instansi vertikal, dalam hal ini
perangkat departemen dan lembaga non departemen yang berada di tingkat
daerah.
d) Bimbingan dan pengawasan terhadap pemerintah daerah yang dilakukan oleh
pemerintah pusat adalah juga menjadi tugas kepala wilayah.
e) Pembinaan Tertib Pemerintahan
f) Pelaksanaan
f. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan unsur Pemerintah Daerah yang
susunannya mencerminkan perwakilan seluruh rakyat di Daerah. Bersamasamadengan Kepala Daerah menjalankan tugas, wewenang Pemerintah Daerah
dibidanglegislatif. Hak-hak DPRD menurut pasal 29 UU No. 5 Tahun 1974, yaitu :
a. Anggaran.
b. Mengajukan pertanyaan bagi masing-masing anggota.
c. Meminta keterangan.
d. Mengadakan perubahan.
e. Mengajukan pernyatan pendapat.
f. Prakarsa.
g. Mengadakan penyelidikan.
2. Kewajiban DPRD menurut Pasal 30 UU No. 5 Tahun 1974 dan Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 61 Tahun 1992 adalah :
a. Mempertahankan, mengamankan, mengamalkan Pancasila Dan UUD 1945 secara
jujur, praktis, dan pragmatis.
b. Menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen GBHN, ketetapanketetapan MPR dan peraturan perundang-undangan.
c. Bersama-sama Kepala Daerah menyusun APBD dan Peraturan Daerah.
d. Memperhatikan dan menampung aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan
rakyat.

3. Susunan, keanggotaan dan pimpinan DPRD, begitu jug sumpah/janji, masa


keanggotaan dan larangan rangkapan jabatan bagi anggota-anggotanya diatur dengan
UU No. 16 Tahun 1969, jo UU No. 5 Tahun 1975 dan UU No. 2 Tahun 1985.
4. Sidang DPRD menurut Pasal 31 UU No. 5 Tahun 1974 adalah :
a. DPRD bersidang sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun.
b. Kecuali ketentuan dimaksud, atas permintaan sekurang-kurangnya seperlima
jumlah anggota atau atas permintaan Kepala Daerah, Ketua memanggil anggotaanggota untuk bersidang dalam waktu satu bulan setelah permintaan itu diterima.
c. DPRD bersidang atas panggilan Ketua.
d. Pelaksanaan ketentuan yang dimaksud diatur dalam Petaruran Tata Tertib DPRD.
5. Rapat-rapat DPRD menurut pasal 32 UU No. 5 Tahun 1974 adalah :
a. Rapat-rapat DPRD pada dasarnya bersifat terbuka untuk umum.
b. Atas permintaan kepala daerahatau permintaan sekurang-kurangnya seperlima
jumlah anggotaatau dipandang perlu oleh Pimpinan DPRD dapat diadakan rapatrapat tertutup.
c. Rapat tertutup dapat mengambil keputusan, kecuali mengenai :
1) APBD setra perhitungannya.
2) Pajak Retribusi.
3) Utang-piutang dan menanggung pinjaman.
4) Perusahaan Daerah.
5) Pemborongan pekerjaan, jual beli barang, seta pemborongan pengangkutan
tanpa mengadakan penawaran umum.
6) Penghapusan tagihan.
7) Persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai.
8) Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua dan pelantikan anggota baru DPRD.
9) Semua yang hadir dalam rapat tertutup wajib merahasiakan segala hal yang
dibicarakan.
6. Pengaturan Tata Tertib DPRD menurut pasal 34 UU No. 5 Tahun 1974 adalah :
a. Pengaturan Tata Tertib DPRD diatur dengan Keputusan DPRD sesuai dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 1992.
b. Pengaturan Tata tertib yang dimaksud berlaku sesudah ada pengesahan pejabat
yang berwenang.
7. Apabila DPRD tidak dapat menjalankan fungsi dan kewajibannya menurut Pasal 35
UU. 5 Tahun 1974 :
a. Apabila ternyata DPRD tingkat I melalaikan atau karena sesuatu hal tidak dapat
menjalankan fungsi dan kewajibannya sehingga dapat merugikan Daerah atau
Negara, setelah mendengar pertimbangan Gubernur, Menteri Dalam Negeri
menentukan cara bagaimana hak, wewenang, dan kewajiban DPRD itu
dijalankan.
b. Bagi Daerah tingkat II penentuan cara yang dimaksud diatas dilakukan oleh
Gubernur setelah mendengar pertimbangan Bupati/Walikota.
8. Susunan Organisasi DPRD menurut Keputusan Menteri dalam Negeri No. 61 Tahun
1992 adalah :
a. Pimpinan Dewan terdiri dari Ketua dan beberapa orang Wakil Ketua dan
sebanyak-banyaknya berjumlah 4 orang.
b. Pelantikan Pimpinan DPRD dilakukan oleh Gubernur pada DPRD tingkat I dan
bupati/walikota pada DPRD tingkat II dalam sidang paripurna DPRD.
c. Fraksi-fraksi yang terdiri dari :
1) Fraksi Persatuan Pembangunan.
2) Fraksi karya Pembangunan.
3) Fraksi Demokrasi Indonesia.
4) Fraksi ABRI.
d. Alat-alat kelengkapan DPRD yang terdiri dari :
1) Panitia Musyawarah.
2) Panitia Anggaran.
3) Komisi-komisi.
4) Panitia Khusus.
h. Badan Pertimbangan Daerah (BPD)
1. Pembentukan. Berdasarkan Pasal 46 UU No. 5 Tahun 1974 di daerah dibentuk BPD
yang keanggotaannya terdiri dari Pimpinan DPRD dan fraksi-fraksi yang belum
terwakili dalam Pimpinan DPRD.

2. BPD adalah suatu forum yang berkedudukan sebagai wadah yang memberikan
pertimbangan kepada Kepala Daerah Tingkat I.
3. BPD memiliki tugas pokok memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala
Daerah baik diminta maupun tidak.
4. Fungsinya adalah Memantau pelaksanaan dan memberikan pertimbangan mengenai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan.
5. Susunan keanggotaan BPD sebanyak-banyaknya 5 orang yang terdiri dari :
a. Ketua DPRD sebagai Ketua merangkap anggota.
b. Wakil-wakil DPRD.
c. Unsur-unsur fraksi.
d. Sekretaris DPRD.
6. Pengangkatan dan pemberhentian ketua, anggota, dan sekretaris BPD dilakukan oleh
Menteri dalam Negeri bagi BPD tingkat I dan Gubernur bagi BPD tingkat II.
7. Tata kerja
a) BPD menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan.
b) Sekretarian DPRD berfungsi sebagai Sekretariat BPD.
i. Sekretariat Daerah/Wilayah
1. Sekretariat Daerah
a. Adalah unsur Staf yang membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah.
b. Pembentukan Susunan Organisasi dan Formasi Sekretariat Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
c. Sekretaris Daerah tidak dipilih tetapi diangkat dari Pegawai Negeri yang memenuhi
persyaratan.
d. Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah.
2. Sekretariat Wilayah
a. Sekretariat Wilayah adalah Sekretariat Daerah.
b. Sekretariat Daerah diintegrasikan dengan Sekretariat Wilayah baik pada tingkat I
maupun tingkat II.
c. Setwilda adalah unsur staf yang langsung berada di bawah Kepala Wilayah Daerah.
d. Setwilda tingkat I mempunyai tugas membantu Gubernurdalam hal
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat.
e. Susunan Organisasi Setwilda Tingkat I :
1) Organisasi Setwilda Tingkat I Pola Minimal yang terdiri dari :
a) Empat asisten : Ketataprajaan, Administrasi Pembangunan, Kesejahteraan
Sosial, dan Administrasi.
b) Tiga belas biro : Tata Pemerintahan, Pemerintahan Desa, Hukum, Bina
Perekonomian, Bina Penyusunan program, Bina Sosial, Bina Lingkungan
Hidup, Kepegawaian, Keuangan, Organisasi, Perlengkapan, Umum,
Hubungan masyarakat.
c) Kelompok JabatanFungsional
2) Organisasi Setwilda Tingkat I Pola Maksimal sama dengan pola minimal hanya
ditambahkan 1 Biro yaitu Otonomi Daerah.
f. Kriteria Penetapan Struktur Organisasi Setwilda Tingkat I yaitu :
1. Jumlah penduduk.
2. Jumlah wilayah kabupaten/kotamadya.
3. Luas wilayah.
4. Jumlah Pendapatan Asli Daerah.
5. Faktor-faktor khusus.
6. Pengangkatan Sekwilda
1) Sekretaris Daerah Tingkat I. Menurut Pasal 48 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1974 bahwa
Sekretaris Daerah Tingkat I diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dari Pegawai Negeri
yang memenuhi persyaratan atas usul Gubernur setelah mendengar pertimbangan
Pimpinan DPRD.
2) Sekretaris Daerah Tingkat II. Diangkat oleh Gubernur atas nama Menteri Dalam Negeri
dari Pegawai Negeri yang memenuhi persyaratan atas usul Bupati/Walikota setelah
mendengar Pimpinan DPRD.
g. Susunan Organisasi Setwilda Tingkat II
1) Organisasi Setwilkab/Setwilkodya Dati II Pola Minimal yang terdiri dari :
a) Tiga Asisten : Tata Praja, Administrasi Pembangunan, administrasi.

b) Sepuluh Bagian : Tata Pemerintahan, Hukum, Perekonomian, Penyusunan


Program, Sosial Politik, Kepegawaian, Keuangan, Organisasi, Hubungan
Masyarakat,dan Umum.
c) Kelompok Jabatan Fungsional.
2) Organisasi Setwlkab/Setwilkodya Dati II Pola Maksimal sama dengan Pola
Minimal hanya ditambahkan 4 bagian : Pemerintahan Desa, Ketertiban
(Setwilkab) dan Perkantoran (Setwilkodya), Lingkungan Hidup, Perlengkapan.
h. Dinas daerah
1. Kedudukan Dinas Daerah adalah unsur pelaksana pemerintahan Daerah dalam
rangka melaksanakan asas desentralisasi yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah.
2. Tugas pokoknya melaksanakan sebagian unsur rumah tangga daerah dan tugas
pembantuan sesuai dengan bidangnya.
3. Fungsi Dinas Daerah :
a) Melaksanakan pembinaan umum berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
b) Melaksanakan pembinaan teknis sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan Menteri Departemen terkait.
4. Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Daerah Tingkat I terdiri dari :
a. Unsur pimpinan: Kepala Dinas
b. Unsur pembantu pimpinan: Bagian Tata Usaha
c. Unsur pelaksana: Sub-Dinas
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Dinas Daerah Tingkat I Pola Minimal terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 Sub-Dinas, 3 SubBagian pada Bagian Tata Usaha, 3 Seksi pada Sub-Dinas.
Dinas Daerah Tingkat I Pola Maksimal terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 Sub-Dinas, 4 SubBagian pada Bagian Tata Usaha, 4 Seksi pada Sub-Dinas.
Susunan Organisasi Dinas Daerah Tingkat II terdiri dari :
a.
b.
c.
d.

Unsur Pimpinan: Kepala Dinas


Unsur pembantu pimpinan: Sub Bagian Tata Usaha
Unsur pelaksana: Seksi
Kelompok Jabatan Fungsional

Dinas Daerah Tingkat II Pola Minimal terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 Seksi, 3 Urusan
pada Sub-Bagian Tata Usaha, 3 Sub-Seksi.
Dinas Daerah Tingkat II Pola Maksimal terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 Seksi, 4 Urusan
pada Sub-Bagian Tata Usaha, 4 Sub-Seksi pada Seksi.
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah (UPTD)
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas adalah satuan orgnisasi yang secara langsung melaksanakan
kegiatan teknis dari Dinas yang bersangkutan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas pokok
Dinas. Susunan Organisasi UPTD terdiri dari :
1. Unsur Pimpinan.
2. Unsur Pembantu Pimpinan.
3. Unsur Pelaksana/Kelompok Jabatan Fungsional.
j. Kantor Pembantu Gubernur dan Kantor Pembantu Bupati/Walikotamadya
1. Kantor Pembantu Gubernur disusun berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
131 Tahun 1978 Tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Pembantu Gubernur, sedangkan Kantor Pembantu Bupati/Walikotamadya disusun
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132 Tahun 1978 Tentang Pedoman
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Bupati/Walikotamadya. Pembantu Gubernur
dan Pembantu Bupati/Walikotamadya adalah pejabat Pemerintah Pusat dalam rangka
dekonsentrasi dan bertugas membantu Gubernur atau Bupati/Walikotamadya dalam
kedudukannya selaku Kepala Wilayah.
2. Kedudukan

a. Pembantu Gubernur adalah Pejabat Pemerintah Pusat yang berada di bawahdan


bertanggung jawab langsung kepada Gubernur.
b. Pembantu Bupati/Walikotamadya adalah Pejabat Pemerintah Pusat yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati/Walikotamadya.
3. Tugas pokoknya membantu Gubernur atau Bupati/Walikotamadya dalam
mengkoordinasikan, mengawasi dan membina penyelenggaraan pemerintahan umum
serta pembangunan.
4. Fungsinya :
a. Melaksanakan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan atas jalannya pemerintahan
umum dan pembangunan.
b. Menyelenggarakan kegiatan dalam rangka perumusan kebijaksanaan pelaksanaan.
c. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur atau
Bupati/Walikotamadya.
5. Susunan Organisasi Kantor Pembantu Gubernur terdiri dari Kepala Kantor, Bagian Tata
Usaha, Bidang Pemerintahan, Bidang Pembangunan. Kantor Pembantu
Bupati/Walikotamadya terdiri dari Kepala Kantor, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Pemerintahan, Seksi Pembangunan.
6. Wilayah Kerja Pembantu Gubernur meliputi beberapa Kabupaten/Kotamadya,
Pembantu Bupati/Walikotamadya meliputi beberapa kecamatan, penentuan wilayah
kerja dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.
7. Jabatannya adalah jabatan karier bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen
Dalam Negeri.
k. Kota Administratif (Kotif)
1. Pembentukan Kotif di atur dalam Pasal 72 ayat (4) UU No. 5 Tahun 1974 yang
menyatakan apabila dipandang perlu sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.
2. Tujuan Pembentukan Kotif adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan secara berhasil guna dan berdaya guna dan sarana utama bagi pembinaan
wilayah serta unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan.
3. Kedudukan Kotif dibagi 2 :
a) Kotif sebagai bagian dari Wilayah Propinsi/Ibu Kota Negara.
b) Kotif sebagai bagian dari Wilayah Kabupaten.
4. Apabila dianggap perlu, Gubernur dapat menyelenggarakan pembinaan secara
langsung untuk memperlancar pengembangan wilayah Kotif tersebut.
5. Tugas pokok Kotif adalah untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dalam
rangka meningkatkan dan mengarahkan pembangunan guna perkembangan dan
pengembangan kehidupan masyarakat kota yang bersangkutan serta merangsang
pertumbuhan dan perkembangan wilayah di sekitarnya.
6. Fungsi Kotif :
a) Pemerintahan.
b) Pembinaan kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya perkotaan.
c) Pengarahan pembangunan sosial,ekonomi, dan fisik perkotaan.
7. Susunan Organisasi
a. Walikota sebagai unsur pimpinan.
b. Sekretariat yang dipimpin oleh Seorang Sekretaris Kota.
l. Kecamatan
1. Wilayah Kecamatan adalah lingkungan kerja perangkat Pemerintah Wilayah
Kecamatan dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum.
2. Pembentukan Kecamatan diusulkan oleh Bupati/Walikotamadya kepada Gubernur dan
selanjutnya diusulkan kepada Menteri Dalam Negeri.
3. Usulan Daerah tersebut diteliti oleh Menteri Dalam Negeri dengan memperhatikan
faktor pengembangan wilayah dan pemerataan laju pembangunan antar wilayah/daerah
lalu diajukan ke Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah dan kemudian diajukan kepada
Presiden untuk mendapatkan persetujuan Peraturan Pemerintahnya.
4. Camat diangkat oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikotamadya dan dilantik dan
diambil sumpah jabatannya oleh Bupati/Walikotamadya.
5. Camat memiliki kedudukan sebagai Kepala Wilyah yang memimpin penyelenggaraan
pemerintahan di tingkat Kecamatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati/Walikotamadya.
6. Tugas pokok camat adalah memimpin, melaksanakan, serta menyelenggarakan segala
urusan pemerintahan, pembangunan, dan membina masyarakat di Kecamatan.
7. Susuna Organisasi terdiri dari :

a. Camat
b. Sekretaris Kecamatan
c. Seksi-seksi sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kecamatan
d. Kelompok Jabatan Fungsional
e. Unsur aparat Departemen Dalam Negeri
m. Pemerintahan Desa dan Kelurahan
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979 :
a. Desa
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI.
b. Pemerintahan Desa
Adalah penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh organisasi
yang terendah langsung di bawah Camat yang berhak mengatur rumah tangganya
sendiri dalam ikatan NKRI.
c. Susunan Organisasi Pemerintah Desa
Susunan Organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari :
1) Kepala Desa
2) Lembaga Musyawarah Desa (LMD)
Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Perangkat Desa, terdiri dari :
1. Sekretariat Desa yang dibantu oleh Kepala-Kepala Urusan
2. Kepala Dusun
d. Kepala Desa
Kepala Desa mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban memimpin Pemerintahan
Desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara
dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemaeintahan Desa, urusan
pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menumbuhkan serta mengembangkan
jiwa gotong royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan Pemerintah Desa.
e. Sekretariat Desa. Adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan
hak, kewenangan, dan kewajiban pimpinan Pemerintah Desa.
f. Kepala Dusun. Adalah unsur pelaksana tugas Kepala Desa dengan wilayah kerja
tertentu. Kepala Dusun diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati
Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa.
g. Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Adalah lembaga permusyawaratan/pemufakatan
yang keanggotaannya terdiri atas kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan pemuka-pemuka masyarakat di Desa yang bersangkutan.
h. Pemerintahan Kelurahan. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di
bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Kepala
Kelurahan adalah alat pemerintah yang beradalangsung di bawah Camat dan di dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati/Walikotamadya. Kepala
Kelurahan bertugas sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan
urusan Pemerintahan Daerah.
i. Organisasi Masyarakat di Tingkat Desa dan Kelurahan
1) Pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW)
2) Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
3) Koperasi Unit Desa (KUD)
BAB IV
KEPEGAWAIAN PEMERINTAH
1. Pengertian
a. Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam peraturan peundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri yang ditetapkan dan digaji menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan dalam Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tingi Negara dan Kepaniteraan Pengadilan.
c. Pejabat Negara adalah :
1) Presiden dan Wakil presiden
2) Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
3) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
4) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung
5) Anggota Dewan Pertimbangan Agung
6) Menteri
7) Duta Besar Perwakilan RI di luar negeri
8) Gubernur
9) Bupati/Walikotamadya
10) Pejabat lain yang ditetapkan dengan peraturan perundang-umdangan
2. Kategori Pegawai Negeri
Menurut pasal 2 UU No. 8 Tahun 1974 Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Angkatan Bersenjata RI
Pegawai Negeri Sipil terbagi atas :

3.

4.

5.

6.

a. PNS Pusat
b. PNS Daerah
c. PNS lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Kedudukan PNS
PNS adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan penuh
kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, UUD 1945, negara, pemerintah, menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
Kewajiban dan Hak PNS
a. Kewajiban PNS :
- Setia dan taat kepada pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah
- Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan
- Menyimpan rahasia jabatan
- Mengangkat sumpah/janji PNS
- Mengangkat sumpah/janji Jabatab Negeri
- Menaati kewajiban serta menjauhkan diri dari larangan
b. Hak PNS :
- Memperoleh gaji yang layak sesuai dengan tanggung jawabnya
- Memperoleh cuti
- Memperoleh perawatan kecelakaan
- Memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacad
- Memperoleh uang duka bagi PNS yang tewas
- Memperoleh pension
- Memperoleh kenaikan pangkat reguler
- Menjadi peserta TASPEN dan ASKES
Pembinaan PNS. Pembinaan PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna (Pasal 12 ayat (1) UU
No. 8 Tahun 1974). Kebijaksanaan pembinaan PNS secara menyeluruh berada ditangan
Presiden (Pasal 13 UU No.8 Tahun 1974). Pembinaan PNS didasarkan atas sistem karier dan
sistem prestasi kerja (Pasal 12 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1974).
Pejabat dan Instansi yang secara Fungsional mempunyai Kewenangan dalampembinaan
Pegawai Negeri Sipil. Berbagai pejabat dan instansi secara fungsional mempunyai
kewenangan dalam pembinaan pegawai negeri secara keseluruhan :
a) Presiden Republik Indonesia
b) Menteri Negara Pendayagunaan aparatur Negara
c) Badan Administrasi Kepegawaian Negara
d) Lembaga Administrasi Negara
e) Badan Pertimbangan Kepegawaian
f) Badan Pertimbangan Jabatan Tingkat Nasional
g) Departemen Keuangan
h) Departemen Kesehatan

i) Perysahaan Umum Husada Bhakti


j) Pusat Koperasi Pegawai Negeri
k) Korps Pegawai Republik Indonesia
l) Persero Tabungan Asuransi Pegawai Negeri
7. Formasi
a. Pengertian. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat PNS yang diperlukan oleh satuan
organisasi negara agar mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu
yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Tujuan penetapan formasi. Adalah agar satuan-satuan organisasi negara dapat mempunyai
jumlah dan mutu pegawai yang cukup sesuai dengan beban kerja yang dipikulnya.
c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan formasi adalah :
- Dasar penyusunan formasi
- Sistem penyusunan formasi
- Analisis kebutuhan
- Anggaran belanja negara yang tersedia
8. Penggajian PNS
a. Sistem penggajian
1) Sistem skala tunggal
2) Sistem skala ganda
3) Sistem skala gabungan (menurut UU No. 8 Tahun 1974)
b. Gaji PNS. Berdasarkan PP No. 15 Tahun 1993, perbandingan gaji pokok PNS terendah
dan yang tertinggi adalah Rp. 78.000,00 : Rp. 573.600,00 berarti 1 : 6
c. Tunjangan. Disamping gaji pokok kepada PNS dapat diberikan tunjangan keluarga,
tunjangan jabatan, tunjangan pangan dan tunjangan lain-lain.
d. Gaji Pokok. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu pangkat diberikan
gaji pokok berdasarkan golongan ruang yang ditetapkan untuk pangkat itu sebagai
tersebut dalam Peraturan Pemerintah no. 15 tahun 1993.
e. Kenaikan Gaji. Kenaikan gaji berkala dan kenaikan gaji istimewa terdapat dalam Pasal 11
Peraturan Pemerintah no. 7 Tahun 1977. Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur
jenis Tunjangan
Macam-macam Tunjangan bagi Pegawai Negeri Sipil :
1. Struktural ;no. 9 tahun 1985 jo no. 29 tahun 1985
2. Hakim dan Panitera ;no. 15 tahun 1985
3. Pejabat BEPEKA ==========no. 16 tahun 1985
4. Ketua dan Anggota Mahkamah Pelayaran;no. 18 tahun 1985
5. Jaksa ;no. 19 tahun 1985
6. Pendidikan ;no. 20 tahun1985
7. Dosen;no. 21 tahun 1985
8. Peneliti;no. 22 tahun 1985
9. Tenaga Kesehatan;no. 23 tahun 1985
10. Pengamat Gunung Api ;no. 27 tahun 1985
11. Pengamanan dan Penyelamatan Pelayaran;no. 18 tahun 1985
12. Syahbandar; no. 3 tahun 1987
13. Penyuluh Pertanian;no 28 tahun 1989
14. Penyuluh Keluarga Berencana;no. 29 tahun 1989
15. Widyaiswara;no. 49 tahun 1989
16. Persandian ;no. 10 tahun 1990
17. Hakim dan Panitera dalam Peradilan Tata Usaha Negara;no. 35 tahun 1991
18. Hakim dan Panitera dalam Peradilan Agama; no. 36 tahun 1991
19. Penatar Tingkat Nasional pada BP7;no. 60 tahun 1991
20. Bahaya Nuklir ;no. 10 tahun 1992
21. Pustakawan ;no. 65 tahun 1992
22. Teknisi Penerbangan;no. 65 tahun 1992
23. Penguji Mutu Barang;no. 65 tahun 1992
24. Penata Komputer; no. 65 tahun 1992
25. Penilai Pajak Bumi dan Bangunan;no. 31 tahun 1993
26. Pemeriksa Bea dan Cukai; no. 31 tahun 1993
27. Pengawas Ketenagakerjaan;no. 31 tahun 1993
28. Pengamat Meteorologo dan Geofisika;no. 31 tahun 1993
29. Penyuluh Kehutanan ; no. 31 tahun 1993

30. Juru Penerangan ; no. 31 tahun 1993


31. Pekerja Sosial;no. 31 tahun 1993
32. Pengawas Keuangan dan Pembangunan;no. 31 tahun 1993
9. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
1. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah proses kegiatan untuk mengisi formasi yang
lowong
2. Lowongan formasi dalam suatu organisasi negara dapat terjadi karena :
a. Adanya Pegawai Negeri Sipil yang berhenti
b. Adanya perluasan organisasi
c. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus benar-benar berdasarkan kebutuhan riil, baik
dalam arti jumlah maupun mutu.
d. Setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar dan diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil.
e. Hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan, tata cara pelamaran dan panitia ujian dan
lain-lain tentang pengadaan Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah
no. 6 tahun 1976.
10. Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan dalam pangkat Pegawai
Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 3 tahun 1980.
11. Ujian Dinas Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
Tingkat-tingkat Ujian Dinas :
a. Ujian dinas tingkat I untuk kenaikan pangkat dari juru tingkat I golongan ruang I/d
menjadi Pengatur Muda ruang II/a.
b. Ujian dinas tingkat II untuk kenaikan pangkat dari Pengatur tingkat I golongan ruang II/d
menjadi penata muda golongan ruang III/a
c. Ujian dinas tingkat III untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I golongan ruang III/d
menjadi pembina golongan ruang IV/a.
Materi Ujian Dinas Tingkat I terdiri dari 4 kelompok.
a. Kelompok A yang meliputi :
1) Pancasila
2) Undang-undang Dasar 1945
3) Garis-garis Besar Haluan Negara
4) Repelita
b. Kelompok B yang meliputi :
1) Peraturan Perundangan di Bidang Kepegawaian
2) KORPRI
c. Kelompok C yang meliputi pengetahuan perkantoran :
1) Syarat-syarat dan tata pelaksanaan tugas
2) Tata cara penerimaan tamu
3) Tata cara melayani telepon
4) Tata cara menyusun surat
5) Tata cara mengarsip surat
6) Tata cara kerja sama
7) Tata cara menyusun laporan
d. Kelompok D yang meliputi :
1) Tugas pokok, fungsi, struktur organisasi, dan tata kerja instansi yang bersangkutan
2) Pengetahuan mengenai bidang substansif instansi yang bersangkutan dan
pengetahuan lain yang dipandang perlu oleh pimpinan instansi yang bersangkutan
Materi Ujian Dinas Tingkat II terdiri dari 5 kelompok yaitu Kelompok A sampai dengan
kelompok D di atas, ditambah dengan kelompok E yang meliputi :
a. Bahasa Indonesia
b. Sejarah Indonesia
Materi Ujian Dinas Tingkat III terdiri dari 7 kelompok, yaitu kelompok A, kelompok B,
kelompok D, dan kelompok E sebagaimana tersebut di atas, ditambah dengan kelompok C,
kelompok F dan kelompok G :
a. Kelompok C yang meliputi penetahuan Administrasi :

1) Teori Kepemimpinan
2) Fungsi Manajemen
b. Kelompok F yang meliputi :
1) Perkembangan Politik Dalam Negeri, Ekonomi dan Pembangunan.
2) Perkembangan Politik Luar Negeri dan terutama kerja sama negara yang bergabung dalam
ASEAN.
c. Kelompok G yang berupa karya Tulis
d. Keluasan dan kedalaman materi ujian dinas disesuaikan dengan tingkat ujian dinas dalam arti
makin tinggi ujian dinas makin luas dan dalam materi ujian dinas yang diberikan.
Pengecualian dari Ujian Dinas, dalam pasal 37 huruf b Peraturan Pemerintah no. 3 tahun 1980
tentang Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa Pegawai Negeri
Sipil yang telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Jabatan tertentu sebagaimana ditetapkan oleh
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dapat dikecualikan dari Ujian Dinas.
12. Pengangkatan dalam Jabatan
a. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka susunan suatu satuan organisasi.
b. Pengertian jabatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut struktural dan sudut
fungsional.
c. Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi Negara dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil dan
untuk lebih menjamin mutu kepemimpinan Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam
jabatan struktural telah diterbitkanPP No. 15 Tahun 1994.
1) Jabatan struktural dalam susunan organisasi Negara ditetapkan dengan Keputusan
Presiden atau Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
2) Eselon adalah tingkatan jabatan struktural, yang disusun berdasarkan berat
ringannya tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak.
3) Jabatan struktural eselon I dan II dalam suatu instansiditetapkan oleh Presiden
atas usul Pimpinan instansi yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan
dari MENPAN. Sedangkan jabatan eselon III, IV dan V oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
MENPAN.
4) Jabatan strukural hanya dapat dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dan tidak
dapat dirangkap dengan jabatan strukural lain atau jabatan fungsional. Adapun
syarat untuk dapat diangkat dalam jabatan strukural selanjutnya adalah sebagai
berikut:
a) Memiliki kemampuan manajerial, kemampuan tekhnis fungsional, kecakapan
serta pengalaman kerja yang diperlukan.
b) Memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugas organisasi.
c) Memperhatikan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK).
d) Telah memiliki tingkat dan jenis pendidikan formal serta mengikuti dan lulus
diklat strukural yang dipersyaratkan.
e) Memiliki pangkat sekurang-kurangnya 1 tingkat di bawah pangkat terendah yang
ditentukan untuk eselon yang bersangkutan.
f) Masih dapat dikembangkan kemampuannya.
g) Sehat jasmani dan rohani.
h) Memenuhi persyaratan lainnya sebagaimana ditentukan dalam uraian jabatannya.
5) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
a) Dalam rangka membantu pejabat yang berwenang untuk mewujudkan
objektivitas pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari
jabatan strukural serta pengangkatan dalam pangkat, dibentuk Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
b) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan terdiri atas:
(1) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Tingkat Instansi Pusat,
(2) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Tingkat Instansi Daerah.
(3) Untuk memberikan pertimbangan bagi penetapan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon I
dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Nasional
(Baperjanas) yang pengaturannya ditetapkan tersendiri dengan Keputusan

Presiden. Dalam rangka ini telah diterbitkan Keputusan Presiden No.47


Tahun 1994 tentang Baperjanas.
Baperjanas ini berkedudukan di bawah Presiden, dengan tugas pokok memberikan
pertimbangan kepada presiden mengenai pengangkatan eselon I dan pengangkatan dalam jabatan
dilingkungan BUMN tertentu yang penetapannya dilakukan oleh atau dengan persetujuan
Presiden.
Susunan Badan Pertimbangan Jabatan Tingkat Nasional adalah:
i. Wakil Presiden sebagai Ketua
ii.
Menteri Negara Sekretaris Negara, Menteri Negara Sekretaris Kabinet, Menpan dan
Kepala BAKIN sebagai anggota.
iii.
Kepala BAKN sebagai sekretaris.
Untuk pengangkatan dan pemindahan eselon I dan dari lingkungan BUMN tersebut, pimpinan
instansi atau pimpinan LembagaTertinggi/Tinggi Negara mengajukan 3 orang calon kepada
Presiden dengan tembusan kepada Baperjanas.
Tata kerja Bappernas telah ditetapkan dengan Keputusan Ketua Baperjanas No. 01 Tahun
1994 tanggal 27 Agustus 1994.
6) Persyaratan Diklat(Pendidikan dan Pelatihan) bagi Pegawai Negeri Sipil yang
akan diangkat dalam jabatan struktural:
a) Diklat Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Pertama (SPAMA) bagi jabatan struktural
eselon III
b) Diklat Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Menengah (SPAMEN) bagi jabatan
struktural eselon II
c) Diklat Staf dan Pimpinan Administrasi Tingkat Tinggi (SPATI) bagi jabatan struktural
eselon I
7) Prajurit ABRI yang ditugaskaryakan dapat diangkat dalam jabatan struktural
setelah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam PP No. 15 Tahun
1994.
Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil serta peningkatan mutu pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan telah diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994
tentang Pengangkatan Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil.
1) Jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan.
2) Penetapan jabatan fungsional dan angka kreditnya dilakukan oleh Menpan. Angka kredit
jabatan fungsional adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan /atau akumulasi nilai butirbutir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan kariernya,
termasuk untuk persyaratan atau penentuan kepangkatan pada pengangkatan pertama.
3) Penilaian prestasi kerja pejabat fungsional ditetapkan dengan angka kredit oleh pejabat yang
berwenang, setelah mendengar pertimbangan tim penilai, yang dibentuk oleh instansi
Pembina Jabatan fungsional atau instansi pengguna.
4) Jabatan fungsioanal dan angka kredit yang telah ditetapkan berdasarkan PP yang berlaku
sebelum PP No. 16 Tahun 1994. Adapun jabatan fungsional beserta angka kreditnya yang
telah ditetapkan oleh Menpan sebelum diterbitkannya PP No. 16 Tahun 1994 tersebut
berjumlah 48 jenis, sebagaimana tersebut dalam daftar berikut, antara lain:
JABATAN FUNGSIONAL YANG TELAH DITETAPKAN
ANGKA KREDITNTA
N
o
1

Nama Jabatan

Dasar Hukum

Peniliti

Widyaiswara

Tenaga Dokter

No.
01/MENPAN/1983
No.
68/MENPAN/1985
No.
93/MENPAN/1986

Keputusan
MENPAN
Tgl. 10-01-1983

Instansi
Pembina
LIPI

Tgl. 13-03-1985

LAN

Tgl. 04-09-1986

DEP
KESEHATAN

Tenaga
Pengajar
Perguruan
Tinggi
Pengawas
Ketenagakerja
an
Penyuluh
Kehutanan

No.
59/MENPAN/1987

Tgl. 13-06-1987

DEP. DIKBUD

No.
107/MENPAN/1987

Tgl. 24-08-1987

DEP. NAKER

No.
16/MENPAN/1988

Tgl. 29-02-1988

DEP.
KEHUTANAN

Juru Penerang

Tgl. 11-05-1988

Pekerja Sosial

DEP.PENERAN
GAN
DEP. SOSIAL

Teknisi
Pnerbangan

No.
44/MENPAN/1988
No.
45/MENPAN/1988
No.
100/MENPAN/1988

1
0

Penyuluh
Keluarga
Berencana
Penguji Mutu
Barang

No.
107/MENPAN/1988

Tgl. 19-07-1988

No.
17/MENPAN/1989

Tgl. 30-01-1989

Jaksa

No.
18/MENPAN/1989
No.
19/MENPAN/1989

Tgl. 30-01-1989

No.
21/MENPAN/1989

Tgl. 14-02-1989

DEP.
KEUANGAN

5
6

1
1
1
2
1
3

Tgl. 11-05-1988
Tgl. 11-06-1988

DEP.
PERDAGANGA
N
KEJAKSAAN
AGUNG
DEP. AGAMA

1
4

Pengajar
Perguruan
Tinggi di
Lingkungan
Departemen
Agama
Pemeriksa
Bea dan Cukai

1
5

Pranata
Komputer

No.
25/MENPAN/1989

Tgl. 06-04-1989]

BPS

1
6
1
7

Agen

No.
26/MENPAN/1990
No.
30/MENPAN/1990

Tgl. 28-03-1990

BAKIN

Tgl. 28-03-1990

BATAN

Pranata Nuklir

Tgl. 24-08-1987

DEP.
PERHUBUNGA
N
BKKBN

Pada table atas hanya sebagian dari 48 Jabatan Fungsional yang telah ditetapkan angka
kreditnya.
13. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (DP3)
a. Tujuan. Tujuan pembuatan DP3 adalah untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan
obyektif dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan prestasi
kerja.
b. Unsur-unsur yang dinilai
1) Kesetiaan
2) Prestasi kerja
3) Tanggung jawab
4) Ketaatan
5) Kejujuran
6) Kerjasama
7) Prakarsa
8) Kepemimpinan (khusus bagi pemegang jabatan struktural)
c. Pejabat Penilai. Pejabat penilai adalah atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang dinilai,
dengan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan atau pejabat lain yang setingkat
dengan itu, kecuali ditentukan lain oleh Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen,
Gubernur Daerah Tingkat I dalam lingkungannya masing-masing.

d. Atasan Pejabat Penilai. Atasan pejabat penilai berkewajiban memeriksa dengan seksama
Daftar Penilaian Pekerjaan yang disampaikan kepadanya, baik ada keberatan maupun
tidak dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai.
e. Keberatan atas Penilaian. Pegawai Negeri Sipil yang merasa keberatan atas penilaian
dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alasan-alasannya kepada Atasan
Pejabat Penilai melalui hierarki.
14. Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil (DUK)
a. Daftar Urut Kepangkatan adalah suatu daftar yang memuat nama PNS (Pegawai Negeri
Sipil) dari suatu satuan organisasi Negara yang disusun menurut tingkat kepangkatan.
Ketentuan ini diatur dalam PP No. 15 Tahun 1979.
b. Dalam Daftar Urut Kepangkatan tidak boleh ada dua nama PNS yang sama nomor
urutnya. Ukuran yang digunakan dalam DUK secara berturut-turut sebagai berikut:
1) Pangkat
2) Jabatan
3) Masa kerja
4) Latihan jabatan
5) Pendidikan
6) Usia
c. Apabila ada lowongan PNS yang menduduki DUK yang lebih tinggi wajib dipertimbangkan
lebig dahulu.
15. Cuti Pegawai Negeri Sipil. Cuti adalah hak PNS. Sesuai PP No. 24 Tahun 1976, cuti PNS
terdiri dari.
a. Cuti Tahunan
b. Cuti Besar
c. Cuti Sakit
d. Cuti Bersalin
e. Cuti di luar Tanggungan Negara
f. Cuti karena Alasan Penting
16. Perawatan, Tunjangan Cacat, Uang Duka dan Biaya Pemakaman bagi Pegawai Negeri Sipil
PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau menderita sakit karena dinas berhak
menerima tunjangan cacat selai pensiun yang diterimanya. Kepada isteri atau suami PNS yang
meninggal karena dinas diberikan uang duka sebesar 6 kali penghasilan sebulan dengan
ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000,00. Biaya pemakaman PNS yang tewas seluruhnya
ditanggung oleh negaradan kepada keluarganya diberikan penghargaan dalam bentuk uang duka.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur perawatan, tunjangan cacat, dan uang duka bagi PNS
ditetapakan dengan PP No. 12 Tahun 1981.
17. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Peningkatan kesejahteraan PNS diusahakan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan Negara, meliputi kesejahteraan material dan spiritual
seperti jaminan hari tua, bantuan kematian, ceramah-ceramah keagamaan dan lain-lain.
Pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan program kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil
dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
18. Penghargaan Pegawai Negeri Sipil. Kepada PNS dapat diberikan penghargaan apabila telah
menunjukkan kesetiaan atau berjasa terhadap Negara atau telah menunjukkan prestasi kerja
yang luar biasa baiknya.
19. Keanggotaan PNS dalam Partai Politik atau Golongan Karya. Menurut UU No. 3 Tahun
1975 PNS dapat menjadi anggota Partai Politik atau Golkar dengan sepengetahuan atau izin
tertulis pejabat yang berwenang.
20. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
a. Ketentuan tentang disiplin PNS diatur dalam PP No. 30 Tahun 1980, yang antara lain
diatur hal-hal sebagai berikut:
1) Kewajiban
2) Larangan
3) Sanksi
4) Tata cara pemeriksaan
5) Tata cara penjatuhan dan penyampaian hukuman disiplin
6) Tata cara pengajuan keberatan terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan.
b. Kewajiban yang harus diikuti oleh setiap PNS menurut Pasal 2 PP No. 30 Tahun 1980
antara lain adalah:
(1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.

(2) Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri,
serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh
kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain.
(3) Menjunjung tinggi kehormatn dan martbat Negara, pemerintah dan PNS
(4) Mengangkat dan menaati sumpah/ janji PNS dan sumpah/janji jabatan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatandengan sebaik-baiknya. Dan
lain-lain
c. Larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS menurut pasal 3 PP No. 30
Tahun1980 antara lain adalah:
1) Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara,
pemerintah,atau PNS.
2) Menyalahgunakan wewenang.
3) Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara asing.
4) Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik Negara.
5) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barangbarang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah, dan lainlain.
d. Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan pasal 2 dan pasal 3
PP No. 30 Tahun 1980 adalah pelanggaran disiplin.
e. Termasuk pelanggaran disiplin adalah setiap perbuatan memperbanyak, mengedarkan,
mempertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyimpan, memiliki tulisan atau
rekaman yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 PP No. 30 Tahun 1980, kecuali hal itu dilakukan
untuk kepentingan dinas.
f. Tingkat dan jenis hukuman disiplin
1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a) Hukuman disiplin ringan
b) Hukuman disiplin sedang
c) Hukuman disiplin berat
2) Jenis hukuman ringan terdiri:
a) Tegoran lisan
b) Tegoran tertulis
c) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis
3) Jenis hukuman sedang terdiri dari:
a) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
b) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
c) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.
4) Jenis hukuman berat terdiri dari:
a) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama
satu tahun.
b) Pembebasan dari jabatan.
c) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.
d) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
g. Pejabat yang berwenang menghukum.
1) Presiden
2) Menteri yang memimpin Departemen dan Jaksa Agung.
3) Pimpinan Kesektariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen.
4) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
5) Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
h. Dalam hal-hal tertentu Menteri yang memimpin Departemen, Jaksa Agung, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dengan Surat Keputusan dapat
mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat bawahannya untuk menjatuhkan
hukuman disiplin dalam lingkungannya masing-masing.
i. Wewenang untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin yang tidak dapat didelegasikan
adalah:
1) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

j. Pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin tidak
dapat mendelegasikan lagi wewenangnya itu kepada pejabat lain.
k. Surat keputusan tentang pendelegasian wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin,
dibuat secara tertulis oleh pejabat yang berwenang.
21. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil. Sumpah/janji adalah satu kesanggupan untuk
menaati keharusan atau untuk tidak melakukan larangan yang ditentukan, yang diikrarkan
dihadapan atasan yang berwenang menurut agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
22. Sumpah/Janji Jabatan
a. Setiap PNS yang diangkat untuk memangku suatu jabatan tertentu wajib mengangkat
sumpah/janji Jabatan Pegawai Negeri.
b. Sumpah Jabatan adalah untuk menebalkan rasa tanggung jawab dan semangat yang
bersumpah.
c. Dalam hal PNS yang bersangkutan berkeberatan untuk mengucapkan sumpah karena
anggapan tentang agama, sebagai gantinya wajib mengucapkan janji.
23. Pemberhentian. Dalam PP No. 32 Tahun 1979 tentang pemberhentian PNS antara lain diatur
hal-hal sebagai berikut:
a. Macam-macam Pemberhentian
1) Pemberhentian karena atas permintaan sendiri.
2) Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun.
3) Pemberhentian karena penyederhanaan organisasi.
4) Pemberhentian karena melakukan pelanggaran/tindak pidana penyelewengan.
5) Pemberhentian karena hal-hal lain.
b. Pegawai Negeri dapat diberhentikan dengan hormat maupun dengan tidak hormat.
24. Pensiun Pegawai Negeri Sipil, Janda/Duda. Pengaturan pensiun PNS diatur dalam UU No.
11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai jo PP No. 8
Tahun 1989 tentang pemberhentian dan pemberian Pensiun PNS serta Pemberian Pensiun
Janda/ Dudanya.
a. Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap PNS yang telah
bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara.
b. Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun pokok, ialah gaji pokok
terakhir sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan
peraturan gaji yang berlaku baginya.
c. Pemberian pensiun pegawai, pensiun janda/duda dan bagian pensiun janda ditetapkan
oleh pejabat yang berhak memberhentikan pegawai yang bersangkutan, di bawah
pengawasan dan koordinasai Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Beberapa ketentuan penting dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah:
a. Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara atau pejabat yang ditunjuk olehnya atas
nama Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/tinggi Negara, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang
bersangkutan menetapkan antara lain:
1) Pemberhentian dengan hormat PNS yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke
bawah yang mencapai batas usia pensiun dengan hak pensiun.
2) Pemberian pensiun kepada PNS sebagaimana dimaksud dalam butir1) dan pemberian hakhak kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Kewenangan pemberhentian dan pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam butir a,
meliputi pula pemberian pensiun janda/duda dalam hal pensiunan PNS yang bersangkutan
meninggal dunia.
c. Penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS serta penetapan pensiun janda/duda
PNS sebagaimana dimaksud dalam butir a dan butir b ditetapkan dalam satu surat keputusan.
d. Surat keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam butir b
diterimakan kepada yang bersangkutan dan tembusannya kepada kantor pembayar pensiun,
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum batas usia pensiun PNS yang bersangkutan.
25. Peradilan Kepegawaian. Berdasarkan pasal 35 UU No. 8 Tahun 1974 penyelesaian sengketa
di bidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan untuk itu, sebagai bagian dari Peradialan
Tata Usaha Negara (PTUN) yang dimaksud dalam UU No. 14 Tahun 1970 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. PTUN itu sendiri diatur dalam UU No. 5
Tahun 1986. Penerapan PTUN ini akan diatur dengan PP selambat-lambatnya 5 (lima) tahun
sejak UU No. 5 Tahun 1986 berlaku. UU No. 5 Tahun 1986 ditetapkan pada tanggal 29
Desember 1986.

Dewasa ini Lembaga yang telah ada untuk menangani sengketa kepegawaian adalah Badan
Pertimbangan Kepegawaian, yang diatur dengan Kepres No. 67 Tahun 1980.
a. Kedudukan. Badan Pertimbangan Kepegawaian merupakan Lembaga Ekstra Struktural yang
berada di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden.
b. Tugas Pokok
1) Memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan oleh PNS yang
berpangkat Pembina Golongan Ruang IV/a ke bawah tentang hukuman disiplin yang
dijatuhkan kepadanya berdasarkan PP No. 30 Tahun 1980.
2) Memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke
atas serta pembebasan dari jabatan bagi pejabat eselon I, yang diajukan oleh Menteri, Jaksa
Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Pimpinan
Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
c. Susunan Organisasi
1) Keanggotaan
a) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, sebagai Ketua merangkap anggota.
b) Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara sebagai Sekretaris merangkap
anggota.
c) Menteri Sekretaris Kabinet, sebagai Anggota.
d) Direktur Jenderal Hukum dan Peraturan Perundangan Departemen Kehakiman sebagai
anggota.
e) Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan Kejaksaan Agung, sebagai anggota.
f) Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam
Negeri sebagai anggota.
g) Ketua Pengurus Pusat KORPRI sebagai anggota.
2) Sekretariat. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris Badan Pertimbangan Kepegawaian yang
berada di kantor BAKN Jakarta.
PEMBINAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KHUSUS PEGAWAI NEGERI
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Pendidikan dan pelatihan jabatan PNS adalah
penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS
dalam melaksanakan jabatannya.
2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
a. Meningkatkan kesenian dan ketaatan PNS kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah Republik Indonesia.
b. Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamisdan bernalar agar memiliki wawasan yang
komprehensif untuk melaksankan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
c. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan
pengembangan partisipasi masyarakat.
d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini
mungkin kepribadian PNS.
https://jhansem.wordpress.com/2009/03/10/sistem-administrasi-negara-indonesia/
i. Sistem pemerintahan pusat dan daerah

PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH


LANDASAN HUKUM OTONOMI DAERAH
1. UUD 1945 PASAL 18
2. UU NO 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
3. UU NO 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA
PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
OTONOMI DAERAH MENURUT UU NO 32 TAHUN 2004

HAK , WEWENANGA DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN


MENGURUS
SENDIRI
URUSAN
PEMERINTAHAN
DAN
KEPENTINGAN
MASYARAKAT SETEMPAT SESUAI DENAGN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
DAERAH OTONOM
KESATUAN MASYARAKAT HUKUM YANG MEMPUNYAI BATAS BATAS WILAYAH
YANG BERWENANG MENGATUR DAN MENGURUS URUSAN PEMERINTAHAN DAN
KEPENTINGAN
MASYARAKATSETEMPAT MENURUT PRAKARSA SENDIRI
BERDASARKAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM SISTEM NKRI
TUJUAN OTONOMI DAERAH MENURUT UU NO 32 TAHUN 2004
1. MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2. MENINGKATKAN PELAYANAN UMUM
3. MENINGKATKAN DAYA SAING DAERAH

PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH


A. WEWENANG PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

1. Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang =


a. politik luar negeri
b. pertahanan
c. keamanan
d. yustisi
e. moneter dan fiskal nasional
f. agama
Selain itu juga meliputi kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian
pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi
strategis, konservasi dan standardisasi nasional.
lebih banyak pada pengaturan, pembinaan dan pengawasan, berkisar pada pembuatan kebijakan,
penetapan norma,standarisasi dan pembinaan & pengawasan

2. kewenangan pemerintah daerah


a. menyelenggarakam sendiri sebagian urusan pemerintahan
b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada gubernur selaku wakil pemerintah
c. menugaskan sebagian urusan kepada pemerintah daerah dan atau pemerintahan desa
berdasarkan asas tugas
d. urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai sumber pendanaan, pengalihan
sarana dan prasarana serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan
Berikut kewenangan/urusan daerah menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan Daerah :
Pasal 7 ayat (1) :
(1) Kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,pertahanan keamanan,peradilan,moneter
dan fiskal,agama, serta kewenangan bidang lain.
(2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kebijakan
tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana
perimbangan keuangan,sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara,
pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta
teknologi tinggi yang strategis, konservasi, dan standardisasi nasional.
Sedangkan kewenangan/urusandaerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah :
Pasal 10 ayat (1) :
(1) Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi
urusan Pemerintah.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam melakukan pendistribusian kewenangan
antara pemerintah pusat dengan daerah, membedakan urusan yang bersifat concurrent artinya
urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilakukan
bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Dengan demikian, setiap urusan

yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada provinsi dan juga ada urusan pemerintahan
yang diserahkan kepada kabupaten/kota
Perbedaan wewenang antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat
a.)Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan lainnya
seperti: kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan
standardisasi
nasional.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.
b. )Pemerintah pusat adalah induk dari pemerintahan,dimana "ia" mengatur masalah-masalah
yang
menyangkut
keberlangsungan
negara
itu
sendiri
secara
menyeluruh.
Sedangkan pemerintah daerah, "ia" bisa menjalankan otonomi seluas-luasnya,tetapi tidak untuk
urusan pemerintahan. Yang oleh undang-undang,ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
c. )pemerintahan pusat bersifat independen..
sedangkan
pemerintah
daerah
bersifat
otonom..
otonom ; kewenagan yang luas untuk mengatur diri sendiri tapi tidak independen
d. )pusat pengatur seluruh daerah..
pemerintahan daerah. membantu kegiatan atau program dari pemerintah pusat
e. )Pemerintah pusat; mengatur kehidupan bernegara, berbangsa secara keseluruhan termasuk :
1. Mengatur tata cara pelaksanaan pemerintahan daerah melalui otonomi daerah
2.Mengatur hubungan Internasional dan
3.Mengatur keberlangsungan hidup negara seperti perekonomian negara, pertahanan negara,
penegakan hukum dan keadilan dll
Sedangkan pemerintah daerah ; melaksanakan pemerintahan di daerah/diwilayahnya berdasarkan
otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat sesuai peraturan dan UU yang berlaku
dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, potensi daerah dan kondisi ekonomi daerah
masing-masing berdasarkan aturan yang ditetapkan pemerintah pusat .sedangkan dalam
pelaksanaannya pemerintahan pada daerah otonom (Prov/Kab/Kota) di laksanakan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD menetapkan Perda dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan pembangunan di daerahnya. Pemerintah daerah wajib melaksanakan aturan yang
ditetapkan pemerintah pusat dan Perda yang ditetapkan pemerintah daerah tidak boleh
bertentangan peraturan pemerintah pusat.
B. HUBUNGAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH
1. HUBUNGAN YANG BERSIFAT STRUKTURAL
secara struktural , pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di
tingkat nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah
masing masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem
danprinsip NKRI.secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah merupakan penyelenggara
urusan pemerintahan di daerah masing masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya
secara struktural kepala daerah kabupaten/ kota tidak memiliki garis struktural dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat karena memiliki otonomi seluas luasnya
struktur pemerintahan berdasarkan uu no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
2. HUBUNGAN YANG BERSIFAT FUNGSIONAL
Rumitnya penyelenggaraan pemerintahan di era otonomi adalah minimnya instrumen
pendudkung hubungan fungsional antara pusat dan daerah , kesulitan dan hambatan manajemen
ini secara tidak langsung menggeroghoti pencapaian visi pemerintah pusat sehingga banyak
sekali program-program strategis yang dicanangkan pemerintah tertuang dalam rencana
pembangunan lima tahunan dan program tahun tidak berjalan sesuai harapan Secara harfiah
hubungan fungsional adalah adanya hubungan atau bagian dari komunikasi karena faktor proses ,

sebab akibat atau karena kepentingan yang sama,Hubungan fungsional menyangkut atas
pembagian tugas dan wewenang yang harus di jalankan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam
rangka menjalankan pemerintahan yang baik .Dalam komunikasi penyelenggaraan pemerintahan
antara organisasi Pusat baik kementerian atau lembaga non kementerian atau lembaga lainnya
pada umumnya menempatkan hubungan fungsional melekat pada tentang struktur dan fungsi
organisasi, hal ini berdampak bahwa hubungan fungsional antara Pusat dan Daerah sangat
dipengaruhi oleh faktor hubungan antarmanusia, jika memiliki hubungan antar manusia
terbangun dengan baik maka akan berjalan dengan baik tetapi sebaliknya jika terjadi kebuntuan
disana-sini maka komunikasi dan proses penyelenggaraan program terbengkalai dan bahkan ada
yang keluar dari budaya organisasi. Sebenarnya disinilah antara lain terjadinya kebuntuhan
komunikasi yang menyebabkan kegagalan program di daerah contoh ; program penanggulangan
kemiskinan , program KB, program swasembada pangan dll .
C. ASAS PEMERINTAHAN DAERAH
Asas penyelenggaraan pemerintah daerah
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
1. TUGAS PEMBANTUAN : penyerahan urusan , penugasan dari pemerintah (pusat)
kepada daerah dan atau desa / dari pemerintah provinsi kepada daerah dan atau desa serta
dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu
2. Asas otonomi
a. Otonomi luas
b. Otonomi nyata
c. Otonomi yang dapat dipertanggungjawakan
a. Otonomi luas
daerah tersebut berwenang menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan yang
luas hampir di semua bidang pemerintahan kecuali yang oleh UU ditentukan sebagai
kewenangan pemerintah pusat
b. Otonomi nyata
berarti bahwa pemberian otonomi daerah harus didasarkan pada factor factor keadaan setempat
yang memang benar benar dapat menjamin daerah bersangkutan mampu secara nyata mengatur
rumah tangganya sendiri.
c. Otonomi yang dapat dipertanggungjawakan dalam arti bahwa pemberian otonomi benar
benar sejalan dengan tujuannya untuk melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air, yang pada akhirnya dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata
D. DAMPAK OTONOMI DAERAH
1. DAMPAK POSITIF
a. dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk
menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat
b. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
c. dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat
d. memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun
program promosi kebudayaan dan juga pariwisata
e. kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal tersebut dikarenakan
pemerintah daerah cinderung lebih menegeti keadaan dan situasi daerahnya, serta
potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat.

f. dengan system otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil kebijakankebijakan yang dianggap perlu saat itu, tanpa harus melewati prosedur di tingkat pusat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
h. peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik, meningkatnya pertumbuhan
ekonomi dan terwujudnya kemajuan pembangunan di seluruh daerah secara merata.
2. Dampak negatif
a. adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan
yang dapat merugika Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
b. terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara
yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau
bahkan daerah dengan Negara
c. dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi
jalannya pemerintahan di daerah
d. rendahnya kemampuan daerah dalam menyusun regulasi dalam rangka mengatur dan
mengurus rumah tangga daerahnya masing-masing. Orientasi daerah yang menginginkan
adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui peraturan daerah untuk menambah
anggaran pembangunan di daerah ternyata berpotensi menjadi boomerang yang justru
mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
e. penyusunan regulasi yang tidak sesuai dengan teknik legal drafting juga pada akhirnya
berpotensi membuat peraturan daerah bertentangan dengan peraturan perundangundangan lainnya.
f.

membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme serta
memungkinkan terjadinya kontrol yang kuat dari para elit politik di tingkat lokal
(daerah).

g. dampak otonomi daerah yang negatif karena tidak diimbangi dengan kesiapan seluruh
pihak yang akan berperan dalam penyelenggaraan otonomi daerah tersebut, serta tidak
didahului dengan penyiapan infrastruktur yang memadai, baik itu berupa sarana dan
prasarana fisik maupun regulasi atau peraturan perundang-undangan yang lebih
komprehensif
h. sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti
i. bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah
j. bahwa daerah akan melakukan upaya maksimalisasi, bukan optimalisasi, perolehan
pendapatan daerah.
k. Eksploitasi Pendapatan Daerah
Diluar itu semua , otonomi daerah memang bertujuan baik bagi diri kita semua, bagi bangsa dan
Negara , menyebabkan hal negative karena kita belum siap dengan hal itu atau bahkan kualitas
manusia (masyarakat Indonesia yang harus di tingkatkan )
Namun , banyak hal positif yang dapat kita ambil dari tujuan otonomi daerah ini
E. HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM
1.hak yang dipunyai daerah dalam menyelenggarakan otonomi
Pasal 21 undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan
adanya delapan
Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
Memilih pimpinan daerah.
Mengelola aparatur daerah.

Mengelolah kekayaan daerah.


Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang
berada di daerah.
Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.
Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2.daerah mempunyai kewajiban yang diatur dalam Pasal 21, terdapat lima belas kewajiban yang
dimilki oleh daerah yaitu:
-Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan , dan kerukunan nasional, serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
*Meningkatkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
*Mengembangkan kehidupan demokrasi.
*Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
*Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
*Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
*Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
*Mengembangkan sistem jaminan sosial.
*Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
*Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
*Melestarikan lingkungan hidup.
*Mengelolah administrasi kependudukan.
*Melestarikan nilai sosial budaya.
*Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya.
*Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
Hak dan kewajiban daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 22 diwujudkan
dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan,
belanja, , dan pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah tersebut dilakukan secara efesien, efektif, transparan, akunrabel,
tertib, adil, patut dan taat pada peraturan perundang-undangan.
Landasan hukum pemerintahan daerah :
UUD NKRI1945 (PASAL 18 18A 18B ) . UU NO 32 TAHUN 2004

ii. Politik dalam negeri

iii. Politik luar negeri

Anda mungkin juga menyukai