I.
PENGETAHUAN UMUM
A. IDEOLOGI
1. Pancasila
Oleh : Junaidi Farhan
Tahun 1511 Bangsa Portugis merebut Malaka dan masuk kepulauan Maluku, sebagai awal
sejarah buramnya bangsa ini, disusul Spanyol dan Inggris yang juga berdalih mencari rempah rempah di bumi Nusantara. Kemudian Tahun 1596 Bangsa Belanda pertama kali datang ke
Indonesia dibawah pimpinan Houtman dan de Kyzer. Yang puncaknya bangsa Belanda
mendirikan VOC dan J.P. Coen diangkat sebagai Gubernur Jenderal Pertama VOC.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah
Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh
bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia, sebab tahun 1944,
tentara Jepang mulai kalah melawan tentara Sekutu.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan
tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini
diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang
kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam
Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan
Madura) Dalam maklumat tersebut sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki
dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk
dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama tersebut yang dibicarakan khusus
mengenai dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama tersebut 2 (dua)
Tokoh membahas dan mengusulkan dasar negara yaitu Muhammad Yamin dan Ir. Soekarno.
Tanggal 29 Mei 1945, Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai calon dasar negara
secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu :
1.
Peri Kebangsaan
2.
Peri Kemanusiaan
3.
Peri Ketuhanan
4.
Peri Kerakyatan
5.
Kesejahteraan Rakyat
Selain secara lisan M. Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yaitu :
1.
2.
Persatuan Indonesia
3.
4.
5.
Kemudian pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno (Bung Karno) mengajukan usul mengenai
calon dasar negara yaitu :
1.
2.
Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3.
4.
Kesejahteraan Sosial
5.
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama PANCASILA, lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1.
Sosio nasionalisme
2.
Sosio demokrasi
3.
Ketuhanan.
Selanjutnya oleh Bung Karno tiga hal tersebut masih bisa diperas lagi menjadi Ekasila
yaitu GOTONG ROYONG.
Selesai sidang pembahasan Dasar Negara, maka selanjutnya pada hari yang sama (1 Juni
1945) para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya
adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang
pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling
lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.
Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas 8 orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata dan
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujui
dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul - usul/ Perumus Dasar Negara, yang terdiri
atas sembilan orang, yaitu: Ir. Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Mr. A.A. Maramis, K.H. Wachid
Hasyim, Abdul Kahar Muzakkir, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo
dan Mr. Muh. Yamin. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini berhasil merumuskan
Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian dikenal dengan sebutan PIAGAM JAKARTA.
Dalam sidang BPUPKI kedua, Tanggal 10 s/d 16 Juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Tanggal 9 Agustus 1945 dibentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan pada Tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu, sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memProklamasi-kan Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama :
1.
2.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang sangat panjang, sehingga sebelum
mengesahkan Preambul, Drs. Muhammad Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada
tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari
Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan
agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata KETUHANAN yang berbunyi 'dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' dihapus. Jika tidak maka rakyat
Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja
diproklamasikan.
Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para
anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan
Teuku Muh. Hasan. Bung Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan
kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan,
mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya
'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya' di belakang kata
Ketuhanan dan diganti dengan 'Yang Maha Esa', sehingga Preambule (Pembukaan) UUD1945
disepakati sebagai berikut : (keterangan pada poin UUD 1945)
Dan untuk dapat melaksanakan PANCASILA sebagai ideologi dan dasar negara sekaligus
sebagai pandangan hidup seluruh Rakyat Indonesia, maka Pancasila diterjemahkan dalam butir butir Pancasila yaitu :
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA :
Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya.
Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
3. PERSATUAN INDONESIA :
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran
dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasaN terhadap
orang lain.
Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gayA hidup
mewah.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikaN kepentingan
umum.
Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.
SUMBER: https://www.facebook.com/notes/junaidi-farhan/sejarah-lahirnya-pancasilasebagai-ideologi-dasar-negara/10150267467729714
kebijaksanaan
dalam
UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
PEMBUKAAN (Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan
perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Makna Masing-Masing Alinea Pembukaan UUD 1945
a. Alinea I menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan. Pernyataan ini mengandung 2 (dua) makna, yaitu
makna objektif (universal), yaitu kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan
makna subjektif (tekad yang tumbuh dari bangsa Indonesia), yaitu menghapuskan
penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
b. Alinea II menyatakan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.
Hal ini mengandung makna sebagai berikut.
Perjuangan bangsa Indonesia telah sampai pada saat yang menentukan.
Kemerdekaan bukanlah tujuan akhir.
Pernyataan tentang cita-cita negara yang didirikan, yaitu negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
c. Alinea III berbunyi Atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Alinea ini mengandung makna sebagai
berikut.
Pernyataan kemerdekaan Indonesia yang didorong oleh nilai luhur bangsa yang
bermartabat dan mempunyai harga diri sebagai bangsa yang sederajat dengan bangsa lain di
dunia.
Abstak.
Buatan manusia ( man-made system ).
Terbuka ( open system ).
Hidup ( living system ).
Kompleks.
Administrasi merupakan proses penyelenggaraan kebijaksanaan negara/pemerintahan dalam
rangka mencapai tujuan negara. Administrasi negara terdiri dari berbagai subsistem : tugas
pokok, fungsi kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, sarana dan prasarana. Sistem
administrasi membentuk sistem kehidupan nasional.
B. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA RI ( SANRI )
Sesuai dengan UU no.5 Tahun 1985 Pancasila merupakan satu-satunya asas dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat.
2. Landasan Konstitusional : Undang-Undang Dasar 1945
Landasan konstitusional ini perwujudan dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Yang
terdiri dari 16 Bab, 37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan, 2 Ayat Aturan Tambahan. Memuat secara
garis besar tentang sistem pemerintahan negara, hubungan antar warga negara dengan negara,
kesejahtraan sosial,dll.
3. Landasan Operasional : Garis-Garis Besar Haluan Negara
GBHN merupakan :
1) Haluan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang
ditetapkan oleh MPR.
2) Pola umum Pembangunan Nasional.
3) Maksud ditetapkannya GBHN adalah memberikan arah bagi perjuangan negara dan rakyat
Indonesia yang sedang membangun agar dapat diwujudkan keadaan yang diinginkan dala
kurun waktu 5 tahun mendatang.
4) Pembangunan Nasional mencakup seluruh aspek kehidupan, seperti :
1. Bidang Ekonomi.
2. Bidang Kesejahtraan Rakyat, Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Bidang Agama dan Kepercayaan.
4. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
5. Bidang Hukum.
6. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden : Menteri negara tidak bertanggungjawab pada DPR
7. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas
8. Kekuasaan DPR adalah kuat.
9. Menteri-menteri Negara bukan pegawai tinggi biasa.
E. FUNGSI NEGARA
a. Fungsi Konstitusi, ialah menyelenggarakan kedaulatan rakyat, menetapkan UUD dan
GBHN.
b. Fungsi Eksekutif, ialah menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara.
c. Fungsi Legislatif, ialah membentuk UU.
d. Mengawasi Pelaksaan Tugas Pemerintah.
e. Fungsi Yudikatif, menyelenggarakan tugas kehakiman.
f. Funsi Auditif, menyelenggarakan pemeriksaan atas kerja keuangan negara.
g. Fungsi Konsultatif, memberi jawaban atas pertanyaan Presiden.
F. LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA
Dalam Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD 45, fungsi-fungsi
negara dilaksanakan oleh lembaga-lembaga negara, yang dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Lembaga Tertinggi Negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Lembaga-lembaga Tinggi Negara yaitu :
- Presiden.
- Dewan Pertimbangan Agung.
- Dewan Perwakilan Rakyat.
- Badan Pemeriksa Keuangan.
- Mahkamah Agung.
1. Kedudukan, Tugas dan Wewenang
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat ( MPR )
1. Kedudukan
MPR merupakan Lembaga Tertinggi Negara yang merupakan :
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Fungsi Pengaruh
1. Menguji secara material hanya terhadap peraturan perundangan dibawah undang-undang.
2. Menyatakan tidak sah semua peraturan perundangan dari tingkat yang lebih rendah daripada
undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi.
3. Mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan
apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun
1985.
Fungsi Pemberian Nasihat
1. Memberikan nasihat hukum kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian
dan penolakan grasi.
2. Dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hokum baik diminta maupun
tidak kepada Lembaga Tinggi Negara yang lain.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
adanyaperumusan tugas yang jelas sehingga dapat dicegah duplikasi, benturan dan
kekaburan.
3. Asas Fungsionalisasi. Asas ini menentukan instansi atau satuan kerja mana yang secara
fungsional paling bertanggung jawab atas suatu tugas umum pemerintahan dan
pembangunan.
4. Asas Pengembangan Jabatan Fungsional. Tidak hanya berorientasi pada pengembangan
jabatan structural saja, melainkan juga kepada jabatan fungsional.
5. Asas Koordinasi. Menekankan agar dalam penyusunan kelembagaan Instansi Pemerintah
memungkinkan terwujudnya koordinasi yang mantap dalam pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah dan pembangunan.
6. Asas Kesinambungan. Mengharuskan adanya pelembagaandalam pelaksanaan dalam arti
bahwa tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan harys berjalan sesuai dengan
kebijaksanaan dan program yang telah ditetapkan.
7. Asas Kesederhanaan. Organisasi harus secara mudah menggambarkan dengan jelas siapa/
unit apa untuk mengerjakan apa, bekerja dengan siapa dan dengan cara bagaimana.
8. Asas Keluwesan. Menghendaki agar organisasi selalu mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan dan perubahan.
9. Asas Akordion. Menentukan bahwa organisasi dapat berkembang atau menciut sesuai
dengan tuntutan tugas dan beban kerjanya.
10. Asas Pendelegasian Wewenang. Menentukan tugas-tugas apa yang perlu didelegasikan dan
tugas-tugas apa yang masih harus dipegang pimpinan.
11. Asas Rentang Kendali. Dalam menentukan jumlah satuan organisasi atau orang yang
dibawahi oleh seorag pejabat pimpinan, diperhitungkan secara rasional mengingat
terbatasnya kemampuan seorang pemimpin/ atasan.
12. Asas Jalur dan Staf. Menentuka bahwa dalam penyusunan organisasi perlu dibedakan
antara satuan-satuan organisasi yang melaksanakan tugas pokok instansi dengan satuansatuan organisasi yang melaksanakan tugas-tugas penunjang.
13. Asas Kejelasan dalam Pembaganan. Mengharuskan setiap organisasi Pemerintah
menggambarkan susunan organisasinya dalam bentuk bagan, agar setiap pihak yang
berkepentingan dapat segera memahami kedudukan dan hubungan dari setiap satuan
organisasi yang ada.
B. APARATUR PEMERINTAH DI TINGKAT PUSAT
1. Presiden dan Wakil Presiden
a. Menurut Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintah.
b. Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh Wakil Presiden yang ditentukan
oleh Presiden.
c. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945, Wakil Presiden bertugas
membantu Presiden dalam menyusun rencana dan mengikuti pelaksanaan pengawasan
dari dalam maupun dari luar.
d. Dalam melaksanakan kekuasaan pemerintah negara, Presiden dibantu oleh Menterimenteri Negara.
2. Kabinet Pembangunan VI
a. Tugas pokok dan sekaligus sasaran Kabinet Pembangunan VI adalah meneruskan dan
meningkatkan pelaksanaan pembangunan berdasarkan GBHN dengan sasaransasarannya yang dinamakan Panca Krida sebagai program kerja yang meliputi:
1) Melanjutkan, meningkatkan, memperdalam dan memperluas pembangunan nasional.
2) Meningkatkan disiplin nasional yang dipelopori oleh aparatur negara menuju
terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
3) Membudayakan mekanisme kepemimpinan nasional berdasarkan UUD 1945,
ideologi Pancasila, Demokrasi Pancasila, Ekaprasetia Pancakarsa.
4) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
5) Melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas dan rahasia dalam
tahun 1997.
b. Kabinet Pembangunan VI ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun
1993, yang susunannya sebagai berikut:
1) Menteri Koordinator, yaitu:
a) Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.
b) Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
c) Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pengwasan Pembangunan.
d) Menteri Koordinator Bidang Industri dan Perdagangan.
2) Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96/M Tahun 1993 dua puluh satu Menteri
memimpin Departemen-departeman yang terdiri dari:
a) Departeman Dalam Negeri.
b) Departemen Luar Negeri.
c) Departemen Pertahanan Keamanan.
d) Departeman Kehakiman.
e) Departemen Penerangan.
f) Departemen Keuangan.
g) Departemen Perdagangan.
h) Departemen Perindustrian.
i) Departemen Pertanian.
j) Departemen Kehutanan.
k) Departemen Pertambangan dan Energi.
l) Departemen Pekerjaan Umum.
m) Departemen Perhubungan.
n) Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil.
o) Departemen Tenaga Kerja.
p) Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.
q) Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
r) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
s) Departemen Kesehatan.
t) Departemen Agama.
u) Departemen Sosial.
Dengan terbitnya Keputusan Presiden No 388/M Tahun 1995, maka Departemen
Perdagangan dan Departemen Perindustrian di gabung menjadi Departemen Perindustrian dan
Perdagangan.
3) Tiga belas Menteri Negara, yang terdiri dari:
a) Menteri Negara Sekretaris Negara.
b) Menteri Negara Sekretaris Kabinet.
c) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
d) Menteri Negara Riset dan Teknologi/ Ketua Badan Pengkajian dan penerapan
Teknologi/ Ketua BBPT/ Kepala BPIS.
e) Menteri Negara Urusan Pangan/ Kepala Bulog.
f) Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN.
g) Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/ Ketua BKPM.
h) Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN.
i) Menteri Negara Perumahan Rakyat.
j) Menteri Negara Lingkungan Hidup.
k) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
l) Menteri Negara Pemuda dan Olahraga.
m) Menteri Negara Urusan Peranan Wanita.
3. Departemen, dengan unsur-unsur sbb :
a. Menteri (Pembantu presiden)
b. Sekretariat Jenderal (Menyelenggarakan pembinaan administrasi, organisasi dan
ketatalaksanaan terhadap seluruh unsur dilingkungan Departemen)
c. Inspektorat Jenderal (Melakukan pengawasan dalam lingkungan Departemen)
d. Direktorat Jenderal (Melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen di bidangnya
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri)
e. Instansi Vertikal
f. Unit Organisasi Lain
Badan dan Pusat
Staf Ahli
Unit Pelaksana Teknis (UPT)
4. Kantor Menteri Koordinator (MENKO)
a. Kedudukan dan Tugas
1) MENKO adalah Menteri Negara pembantu Presiden dengan tugas pokok
mengkoordinasikan penyiapan dan penyusunan kebijaksanaan serta pelaksanaanya
di bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara.
2) MENKO berada langsung di bawah dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada Presiden.
3) MENKO dalam susunan Kabinet Pembangunan VI terdiri dari :
c) Susunan
1. BI dipimpin oleh Direksi (Gubernur) sekurang-kurangnya 5 dan sebanyakbanyaknya 7 orang Direktur.
2. Sebanyak-banyaknya 2 orang Direktur ditunjuk oleh Presiden sebagai
pengganti Gubernur.
3. Gubernur dan Direktur diangkat oleh Presiden atas usul Dewan Moneter
untuk masa jabatan 5 tahun.
4. Sejak Kabinet Pembangunan VI Gubernur Bank Indonesia diberi kedudukan
setingkat dengan Menteri.
d) Hubungan Bank Sentral dengan Pemerintah
1. BI menjalankan tugas pokoknya berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah.
2. Dalam menetapkan kebijaksanaan tersebut Pemerintah dibantu suatu Dewan
Moneter, yamg diketuai oleh Menteri Keuangan.
e) Hubungan Keuangan dengan Pemerintah
1. BI bertindak sebagai Pemegang Kas Pemerintah.
2. BI menyelenggarakan pemindahan uang untuk Pemerintah.
3. BI membantu Pemerintah dalam menempatkan surat-surat utang negara,
penatausahaan serta pembayaran kupon dan pelunasannya.
4. Dalam melaksanakan ketentuan tersebut Bank Indonesia tidak
memperhitungkan biaya-biaya.
f) Hubungan Internasional
Bank Indonesia menyusun rencana devisa yung mencerminkan
pemeliharaan Ekonomi Nasional dan memperlancar usaha pembangunan dengan
memperhatikan posisi likuiditas dan solvabilitas internasional untuk diajukan
kepada Pemerintah melalui Dewan Moneter (UU No. 13/1968).
10. Angkatan Bersenjata Repubklik Indonesia (ABRI)
a. Kedudukan
1) Dipimpin oleh Panglima Angkatan Bersenjata (PANGAB) yang bertanggungjawab
kepada Presiden.
2) PANGAB adalah pembantu Presiden dalam melaksanakan kewenangan komando
penyelenggaraan pertahanan negara.
3) PANGAB adalah pimpinan Bakorstranas.
4) Sejak Kabinet Pembangunan VI PANGAB diberi kedudukan setingkat Menteri.
b. Tugas Pokok
1) PANGAB memimpin ABRI dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab atas
pembinaan dan penggunaan ABRI.
2) PANGAB bersama-sama Kepala Staf Angkatan dan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia membantu Menteri Pertahanan Keamanan dalam melaksanakan
tugas dibidang administrasi pembinaan kemampuan pertahanan keamanan negara.
c. Fungsi
1) Kekuatan pertahanan keamanan negara dan sebagai kekuatan social.
2) Alat negara yang berfungsi selaku penindak dan penangkal awal terhadap setiap
ancaman dari luar maupun dari dalam negeri, penegak hukum serta pelatih rakyat
bagi pelaksanaan tugas pertahanan keamanan negara.
3) ABRI memelihara dan meningkatkan kemampuan kekuatan pertahanan keamanan
negara yang meliputi kemampuan kekuatan di darat, di laut, di udara dan penertiban
serta penyelamatan masyarakat.
4) ABRI sebagai kekuatan social berfungsi sebagai dinamisator dan stabilisator yang
bersama-sama kekuatan social lainnya mengamankan dan menyukseskan
perjuangan bangsa.
5) ABRI diarahkan agar mampu secara aktif mengembangkan demokrasi Pancasila,
kehidupan konstitusional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
dan tegaknya hukum dalam rangka berhasilnya pembangunan nasional, serta
meperkokoh ketahanan nasional di semau aspek kehidupan.
d. Susunan Organisasi
1) ABRI terdiri atas:
a) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.
b) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut.
c) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.
d) Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Organisasi ABRI disusun dalam 3 tingkat:
2) Berupa Kedutaan Besar RI, Konsultan Jenderal RI, Konsultan RI, Perutusan Tetap
RI pada PBB, maupun Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara.
3) Kepala Perwakilan adalah Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, Konsul
Jenderal Konsul dan Kuasa Usaha (Charge de Affairs).
4) Perwakilan Republik Indonesia terdiri dari:
a) Perwakilan Diplomatik, perwakilan yang kegiatannya meliputi semua
kepentingan negara RI dan yang wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah
negara penerima atau yang bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu
organisasi internasional.
b) Perwakilan Konsuler, yaitu perwakilan yang kegiatannya meliputi semua
kegiatan negara RI dibidang konsuler dan mempunyai wilayah kerja tertentu
dalam wilayah negara penerima.
5) Perwakilan Diplomatik yang terdiri dari:
a) Kedutaan Besar Republik Indonesia.
b) Perutusan Tetap Republik Indonesia.
6) Perwakilan Konsuler, yaitu:
a) Konsulat Jenderal Republik Indonesia.
b) Konsulat Republik Indonesia.
b. Tugas Pokok danFungsi
1) Perwakilan diplomatik
a) Tugas pokok perwakilan diplomatik adalah mewakili Negara Repulik Indonesia
dalam melaksanakan hubungan diplomatik dengan Negara penerima atau
organisasi internasional serta melindungi kepentingan Negara dan warga Negara
RI di Negara penerima sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b) Fungsi Perwakilan Diplomatik.
1. mewakili Negara RI secara keseluruhan di Negara penerima atau organisasi
internasional.
2. melindungi kepentingan nasional Negara RI di Negara penerima
3. melaksanakan usaha peningkatan hubungan persahabatan dan melakukan
perundngan antara Negara RI dengan Negara penerima atau organisasi
internasional
4. melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan
2) Perwakilan Konsuler
a) Tugas pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili Negara RI dalam
melaksanakan hubungan konsuler dengan Negara penerima di bidang
perekonomian, perdagangan dan iptek
b) Fungsi Perwakilan Konsuler
1. melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan Negara penerima di
bidang perekonomian, perdagangan, dan iptek.
2. melindungi kepentingan nasuional Negara dan warga Negara RI yang berada
di wilayah kerjanya.
3. menyelenggarakan pengamatan, penilaian dan pelaporan
4. menyelenggarakan bimbingan dan pengawasan terhadap terhadap warga
Negara RI yang berada di wilayah kerjanya.
c. Susunan Organisasi
1) Organisasi Perwakilan diplomatic terdiri atas :
a) Unsur Pimpinan, ialah Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh
b) Unsur staf, ialah bagian dan sub bagian
c) Unsur pelaksana. Ialah bidang dan sub bidang
2) Pada Perwakilan Diplomatik tertentu, unsure pimpinan dapat terdiri dari Kepala
Perwakilan dan Wakil Kepala Perwakilan
3) Organisasi perwakilan konsuler terdiri dari :
a) Unsur pimpinan, ialah Konsulat Jenderal
b) Unsur staf, ialah bagian dan sub bagian
c) Unsur pelaksana, ialah bidang dan sub bidang
C. APARATUR PEMERINTAH DAERAH
1. Landasan Pembentukan Pemerintahan di daerah
Pemerintahan di daerah dibentuk atas dasar pasal 18 UUD 1945, yang
menyatakan bahwa : Pembagian Daerah Indonesia atas Daerah besar dan kecil dengan
bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan UU. Lebih lanjut dalam penjelasan
UUD 1945 pasal 18 disebutkan bahwa :
I. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi dan daerah
propinsi pula akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil.
II.
Dalam territoril Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelf Bestuurende
Landscheppen dan Volksgemenschappen, seperti jawa, bali, minngkabau, palembang
dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat
dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.
Sejak tahun 1945 sampai dengan dewasa ini peraturan perundang-undangan yang telah
mengatur tentang bentuk dan susunan pemerintahan di daerah termasuk pemerintahan desa
berturut-turut adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang No. 1 Tahun 1945 tentang PEmbentukan Komite Nasional daerah.
b. Undang-Undang No. 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
c. UU NIT No. 44 Tahun 1950 tentang Undang-undang / Peraturan Pokok Tentang Pemerintahan
Daerah.
d. UU No. 1 Tahum 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
e. Penetapan Presiden No. 6 Tahun 1959 (disempurnakan) tentang Pemerintahan Daerah.
f. Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1960 (disempurnakan) tentang DPRD Gotong royong dan
Sekretariat Daerah.
g. Undang-Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.
h. UU No. 19 Tahun 1965 tentang Desapraja.
i. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.
j. Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan di Desa.
2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah.
Sesuai dengan Pasal 18 UUD 1945 dan berdasarkan Undang-Undang No 5 Tahun 1974,
system penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah didasarkan pada asas desentralisasi, asas
dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
a. Asas Desentralisasi
Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atas Daerah tingkat
atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah tangganya sendiri.
Urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada Daaerah dalam rangka
pelaksanaan asas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah
sepenuhnya.
b. Asas dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau kepala Wilayah atau
Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabatnya di tingkat di Daerah.Oleh
karena tidak semua urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada Daerah menurut asas
desentralisasi, maka penyelenggaraan berbagai urursan pemerintahan di daerah dilaksanakan
oleh perangkat Pemerintah Pusat di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi.
c. Asas Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan adalah tugas untuk turut serta dalam melaksanakn urusan pemerintahan
yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah daerah
tingkat atasnya dengan kewajiban memepertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
Tidak semua urusan Pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah
tangganya sendiri, sehingga beberapa urusan pemerintahan masih tetap merupakan urusan
Pemerintahan Pusat.
3. Pembagian Wilayah
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, wilayah NKRI dibagi dalam Daerah-daerah Otonom
dan Wilayah-wilayah Administratif.
a. Daerah Otonom dan Otonomi Daerah
1) Daerah Otnom adalah kesatuan masyarakat hokum yang mempunyai batas wilayah
tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur serta mengurus rumah
tangganya sendiri dalam ikatan kesatuan NKRI, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2) Dalam rangka pelaksanaan asas desemtralisasi dibentuk dan disusun Daerah Tingkat I
dan Tingkat II. Hubungan antara Dati I dengan Dati II bukanlah hubungan hierarkis atau
berjenjang.
3) Pembentukan nama, batas, ibukota, hak dan wewenang. Urusan serta modal pangkal
Daerah Otonom ditetapkan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku pada
pemerintah pusat.
4) Otonomi Daerah
a) Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuia dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
b) Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah memungkinkan daerah yang
bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sehingga dapat
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksaan pembangunan.
c) Kewenangan daerah untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri berasaldari
penyerahan sebagian urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah baik berupa
kewenangan pangkal yang disebutkan undang-undang pembentukan daerah tersebut
maupun kewenangan tambahan yang diserahkan melalui Peraturan Pemerintah.
d) Penyerahan urusan-urusan pemerintahan kepada Daerah dilakukan secara bertahap
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.
e) Meskipun berbagai urusan telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai
pelaksanaan asas desentralisasi, tetapi tanggung jawab terakhir terhadap urusanurusan tersebut tetap berada di tangan pemerintah pusat.
b. Wilayah Administratif
1) Wilayah Administratif adalah lingkungan kerja perangkat pemerintah yang
menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah.
2) Dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi, wilayah NKRI dibagi dalam :
a) Wilayah Propinsi dan Ibukota Negara
b) Wilayah propinsi dibagi dalam wilayah kabupaten dan kotamadya
c) Wilayah kabupaten dibagi dalam wilayah-wilayah kecamatan
d) Wilayah kecamatan dibagi dalam wilayah kelurahan dan desa.
3) Pembentukan Wilayah, Nama, dan Batas Wilayah
a) Nama dan batas Dati I adalah sama dengan nama dan batas wilayah Propinsi atau
Ibukota Negara.
b) Nama dan batas Dati II adalah sama dengan nama dan batas wilayah kabupaten atau
kotamadya.
c) Ibukota Dati I adalah Ibukota Propinsi.
d) Ibukota Dati II adalah Ibukota kabupaten atau kotamadya.
c. Kesatuan territorial antara Wilayah dan Daerah
Susunan pemerintahan di Daerah adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah Propinsi Dati I
2) Pemerintah kabupaten / kotamadya Dati II
3) Pemerintah kota Administratif
4) Pemerintah kecamatan
5) Pemerintah kelurahan atau desa
4. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD)
a. Kedudukan. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah adalah suatu forum di tingkat
pusat yang mempunyai fungsi memberikan pertimbangan kepada presiden di bidang
Otnomi Daerah.
b. Tugas. Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah tersebut mempunyai tugas memberikan
saran, usul, pendapat, dan pertimbangan kepada presiden baik diminta ataupun tidak
mengenai semua penyelenggaraan daerah otonom termasuk pendapatan asli daerah
tersebut.
c. Keanggotaan. Keanggotaan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah terdiri dari :
1) Mendagri sebagai Ketua merangkap anggota.
2) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan nasional / Bappenas sebagai anggota.
3) Menteri Pekerjaan Umum sebagai anggota.
4) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara senagai anggota.
5) Menhankam sebagai anggota
6) Menkeu sebagai anggota
2. BPD adalah suatu forum yang berkedudukan sebagai wadah yang memberikan
pertimbangan kepada Kepala Daerah Tingkat I.
3. BPD memiliki tugas pokok memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada Kepala
Daerah baik diminta maupun tidak.
4. Fungsinya adalah Memantau pelaksanaan dan memberikan pertimbangan mengenai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan.
5. Susunan keanggotaan BPD sebanyak-banyaknya 5 orang yang terdiri dari :
a. Ketua DPRD sebagai Ketua merangkap anggota.
b. Wakil-wakil DPRD.
c. Unsur-unsur fraksi.
d. Sekretaris DPRD.
6. Pengangkatan dan pemberhentian ketua, anggota, dan sekretaris BPD dilakukan oleh
Menteri dalam Negeri bagi BPD tingkat I dan Gubernur bagi BPD tingkat II.
7. Tata kerja
a) BPD menyelenggarakan rapat sekurang-kurangnya 1 kali dalam 3 bulan.
b) Sekretarian DPRD berfungsi sebagai Sekretariat BPD.
i. Sekretariat Daerah/Wilayah
1. Sekretariat Daerah
a. Adalah unsur Staf yang membantu Kepala Daerah dalam menyelenggarakan
pemerintahan daerah.
b. Pembentukan Susunan Organisasi dan Formasi Sekretariat Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah.
c. Sekretaris Daerah tidak dipilih tetapi diangkat dari Pegawai Negeri yang memenuhi
persyaratan.
d. Sekretariat Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah.
2. Sekretariat Wilayah
a. Sekretariat Wilayah adalah Sekretariat Daerah.
b. Sekretariat Daerah diintegrasikan dengan Sekretariat Wilayah baik pada tingkat I
maupun tingkat II.
c. Setwilda adalah unsur staf yang langsung berada di bawah Kepala Wilayah Daerah.
d. Setwilda tingkat I mempunyai tugas membantu Gubernurdalam hal
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat.
e. Susunan Organisasi Setwilda Tingkat I :
1) Organisasi Setwilda Tingkat I Pola Minimal yang terdiri dari :
a) Empat asisten : Ketataprajaan, Administrasi Pembangunan, Kesejahteraan
Sosial, dan Administrasi.
b) Tiga belas biro : Tata Pemerintahan, Pemerintahan Desa, Hukum, Bina
Perekonomian, Bina Penyusunan program, Bina Sosial, Bina Lingkungan
Hidup, Kepegawaian, Keuangan, Organisasi, Perlengkapan, Umum,
Hubungan masyarakat.
c) Kelompok JabatanFungsional
2) Organisasi Setwilda Tingkat I Pola Maksimal sama dengan pola minimal hanya
ditambahkan 1 Biro yaitu Otonomi Daerah.
f. Kriteria Penetapan Struktur Organisasi Setwilda Tingkat I yaitu :
1. Jumlah penduduk.
2. Jumlah wilayah kabupaten/kotamadya.
3. Luas wilayah.
4. Jumlah Pendapatan Asli Daerah.
5. Faktor-faktor khusus.
6. Pengangkatan Sekwilda
1) Sekretaris Daerah Tingkat I. Menurut Pasal 48 ayat (2) UU No. 5 Tahun 1974 bahwa
Sekretaris Daerah Tingkat I diangkat oleh Menteri Dalam Negeri dari Pegawai Negeri
yang memenuhi persyaratan atas usul Gubernur setelah mendengar pertimbangan
Pimpinan DPRD.
2) Sekretaris Daerah Tingkat II. Diangkat oleh Gubernur atas nama Menteri Dalam Negeri
dari Pegawai Negeri yang memenuhi persyaratan atas usul Bupati/Walikota setelah
mendengar Pimpinan DPRD.
g. Susunan Organisasi Setwilda Tingkat II
1) Organisasi Setwilkab/Setwilkodya Dati II Pola Minimal yang terdiri dari :
a) Tiga Asisten : Tata Praja, Administrasi Pembangunan, administrasi.
Dinas Daerah Tingkat II Pola Minimal terdiri dari sebanyak-banyaknya 3 Seksi, 3 Urusan
pada Sub-Bagian Tata Usaha, 3 Sub-Seksi.
Dinas Daerah Tingkat II Pola Maksimal terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 Seksi, 4 Urusan
pada Sub-Bagian Tata Usaha, 4 Sub-Seksi pada Seksi.
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Daerah (UPTD)
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas adalah satuan orgnisasi yang secara langsung melaksanakan
kegiatan teknis dari Dinas yang bersangkutan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas pokok
Dinas. Susunan Organisasi UPTD terdiri dari :
1. Unsur Pimpinan.
2. Unsur Pembantu Pimpinan.
3. Unsur Pelaksana/Kelompok Jabatan Fungsional.
j. Kantor Pembantu Gubernur dan Kantor Pembantu Bupati/Walikotamadya
1. Kantor Pembantu Gubernur disusun berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
131 Tahun 1978 Tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Pembantu Gubernur, sedangkan Kantor Pembantu Bupati/Walikotamadya disusun
berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132 Tahun 1978 Tentang Pedoman
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Bupati/Walikotamadya. Pembantu Gubernur
dan Pembantu Bupati/Walikotamadya adalah pejabat Pemerintah Pusat dalam rangka
dekonsentrasi dan bertugas membantu Gubernur atau Bupati/Walikotamadya dalam
kedudukannya selaku Kepala Wilayah.
2. Kedudukan
a. Camat
b. Sekretaris Kecamatan
c. Seksi-seksi sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kecamatan
d. Kelompok Jabatan Fungsional
e. Unsur aparat Departemen Dalam Negeri
m. Pemerintahan Desa dan Kelurahan
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1979 :
a. Desa
Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI.
b. Pemerintahan Desa
Adalah penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh organisasi
yang terendah langsung di bawah Camat yang berhak mengatur rumah tangganya
sendiri dalam ikatan NKRI.
c. Susunan Organisasi Pemerintah Desa
Susunan Organisasi Pemerintahan Desa terdiri dari :
1) Kepala Desa
2) Lembaga Musyawarah Desa (LMD)
Pemerintah Desa dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Perangkat Desa, terdiri dari :
1. Sekretariat Desa yang dibantu oleh Kepala-Kepala Urusan
2. Kepala Dusun
d. Kepala Desa
Kepala Desa mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban memimpin Pemerintahan
Desa yaitu menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dan merupakan penyelenggara
dan penanggung jawab utama dibidang pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemaeintahan Desa, urusan
pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menumbuhkan serta mengembangkan
jiwa gotong royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan Pemerintah Desa.
e. Sekretariat Desa. Adalah unsur staf yang membantu Kepala Desa dalam menjalankan
hak, kewenangan, dan kewajiban pimpinan Pemerintah Desa.
f. Kepala Dusun. Adalah unsur pelaksana tugas Kepala Desa dengan wilayah kerja
tertentu. Kepala Dusun diangkat dan diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati
Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Desa.
g. Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Adalah lembaga permusyawaratan/pemufakatan
yang keanggotaannya terdiri atas kepala-kepala dusun, pimpinan lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan pemuka-pemuka masyarakat di Desa yang bersangkutan.
h. Pemerintahan Kelurahan. Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di
bawah Camat, yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Kepala
Kelurahan adalah alat pemerintah yang beradalangsung di bawah Camat dan di dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati/Walikotamadya. Kepala
Kelurahan bertugas sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama dibidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan
urusan Pemerintahan Daerah.
i. Organisasi Masyarakat di Tingkat Desa dan Kelurahan
1) Pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW)
2) Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD)
3) Koperasi Unit Desa (KUD)
BAB IV
KEPEGAWAIAN PEMERINTAH
1. Pengertian
a. Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam peraturan peundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang
dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri yang ditetapkan dan digaji menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya jabatan dalam Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tingi Negara dan Kepaniteraan Pengadilan.
c. Pejabat Negara adalah :
1) Presiden dan Wakil presiden
2) Anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
3) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
4) Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung
5) Anggota Dewan Pertimbangan Agung
6) Menteri
7) Duta Besar Perwakilan RI di luar negeri
8) Gubernur
9) Bupati/Walikotamadya
10) Pejabat lain yang ditetapkan dengan peraturan perundang-umdangan
2. Kategori Pegawai Negeri
Menurut pasal 2 UU No. 8 Tahun 1974 Pegawai Negeri terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota Angkatan Bersenjata RI
Pegawai Negeri Sipil terbagi atas :
3.
4.
5.
6.
a. PNS Pusat
b. PNS Daerah
c. PNS lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Kedudukan PNS
PNS adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang dengan penuh
kesetiaan dan ketaatan kepada pancasila, UUD 1945, negara, pemerintah, menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
Kewajiban dan Hak PNS
a. Kewajiban PNS :
- Setia dan taat kepada pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah
- Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan
- Menyimpan rahasia jabatan
- Mengangkat sumpah/janji PNS
- Mengangkat sumpah/janji Jabatab Negeri
- Menaati kewajiban serta menjauhkan diri dari larangan
b. Hak PNS :
- Memperoleh gaji yang layak sesuai dengan tanggung jawabnya
- Memperoleh cuti
- Memperoleh perawatan kecelakaan
- Memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacad
- Memperoleh uang duka bagi PNS yang tewas
- Memperoleh pension
- Memperoleh kenaikan pangkat reguler
- Menjadi peserta TASPEN dan ASKES
Pembinaan PNS. Pembinaan PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna (Pasal 12 ayat (1) UU
No. 8 Tahun 1974). Kebijaksanaan pembinaan PNS secara menyeluruh berada ditangan
Presiden (Pasal 13 UU No.8 Tahun 1974). Pembinaan PNS didasarkan atas sistem karier dan
sistem prestasi kerja (Pasal 12 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1974).
Pejabat dan Instansi yang secara Fungsional mempunyai Kewenangan dalampembinaan
Pegawai Negeri Sipil. Berbagai pejabat dan instansi secara fungsional mempunyai
kewenangan dalam pembinaan pegawai negeri secara keseluruhan :
a) Presiden Republik Indonesia
b) Menteri Negara Pendayagunaan aparatur Negara
c) Badan Administrasi Kepegawaian Negara
d) Lembaga Administrasi Negara
e) Badan Pertimbangan Kepegawaian
f) Badan Pertimbangan Jabatan Tingkat Nasional
g) Departemen Keuangan
h) Departemen Kesehatan
1) Teori Kepemimpinan
2) Fungsi Manajemen
b. Kelompok F yang meliputi :
1) Perkembangan Politik Dalam Negeri, Ekonomi dan Pembangunan.
2) Perkembangan Politik Luar Negeri dan terutama kerja sama negara yang bergabung dalam
ASEAN.
c. Kelompok G yang berupa karya Tulis
d. Keluasan dan kedalaman materi ujian dinas disesuaikan dengan tingkat ujian dinas dalam arti
makin tinggi ujian dinas makin luas dan dalam materi ujian dinas yang diberikan.
Pengecualian dari Ujian Dinas, dalam pasal 37 huruf b Peraturan Pemerintah no. 3 tahun 1980
tentang Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa Pegawai Negeri
Sipil yang telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Jabatan tertentu sebagaimana ditetapkan oleh
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dapat dikecualikan dari Ujian Dinas.
12. Pengangkatan dalam Jabatan
a. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka susunan suatu satuan organisasi.
b. Pengertian jabatan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu dari sudut struktural dan sudut
fungsional.
c. Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi Negara dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil dan
untuk lebih menjamin mutu kepemimpinan Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam
jabatan struktural telah diterbitkanPP No. 15 Tahun 1994.
1) Jabatan struktural dalam susunan organisasi Negara ditetapkan dengan Keputusan
Presiden atau Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
2) Eselon adalah tingkatan jabatan struktural, yang disusun berdasarkan berat
ringannya tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak.
3) Jabatan struktural eselon I dan II dalam suatu instansiditetapkan oleh Presiden
atas usul Pimpinan instansi yang bersangkutan setelah mendapat pertimbangan
dari MENPAN. Sedangkan jabatan eselon III, IV dan V oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
MENPAN.
4) Jabatan strukural hanya dapat dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dan tidak
dapat dirangkap dengan jabatan strukural lain atau jabatan fungsional. Adapun
syarat untuk dapat diangkat dalam jabatan strukural selanjutnya adalah sebagai
berikut:
a) Memiliki kemampuan manajerial, kemampuan tekhnis fungsional, kecakapan
serta pengalaman kerja yang diperlukan.
b) Memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan tugas organisasi.
c) Memperhatikan Daftar Urutan Kepangkatan (DUK).
d) Telah memiliki tingkat dan jenis pendidikan formal serta mengikuti dan lulus
diklat strukural yang dipersyaratkan.
e) Memiliki pangkat sekurang-kurangnya 1 tingkat di bawah pangkat terendah yang
ditentukan untuk eselon yang bersangkutan.
f) Masih dapat dikembangkan kemampuannya.
g) Sehat jasmani dan rohani.
h) Memenuhi persyaratan lainnya sebagaimana ditentukan dalam uraian jabatannya.
5) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
a) Dalam rangka membantu pejabat yang berwenang untuk mewujudkan
objektivitas pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari
jabatan strukural serta pengangkatan dalam pangkat, dibentuk Badan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan.
b) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan terdiri atas:
(1) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Tingkat Instansi Pusat,
(2) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Tingkat Instansi Daerah.
(3) Untuk memberikan pertimbangan bagi penetapan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon I
dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan Nasional
(Baperjanas) yang pengaturannya ditetapkan tersendiri dengan Keputusan
Nama Jabatan
Dasar Hukum
Peniliti
Widyaiswara
Tenaga Dokter
No.
01/MENPAN/1983
No.
68/MENPAN/1985
No.
93/MENPAN/1986
Keputusan
MENPAN
Tgl. 10-01-1983
Instansi
Pembina
LIPI
Tgl. 13-03-1985
LAN
Tgl. 04-09-1986
DEP
KESEHATAN
Tenaga
Pengajar
Perguruan
Tinggi
Pengawas
Ketenagakerja
an
Penyuluh
Kehutanan
No.
59/MENPAN/1987
Tgl. 13-06-1987
DEP. DIKBUD
No.
107/MENPAN/1987
Tgl. 24-08-1987
DEP. NAKER
No.
16/MENPAN/1988
Tgl. 29-02-1988
DEP.
KEHUTANAN
Juru Penerang
Tgl. 11-05-1988
Pekerja Sosial
DEP.PENERAN
GAN
DEP. SOSIAL
Teknisi
Pnerbangan
No.
44/MENPAN/1988
No.
45/MENPAN/1988
No.
100/MENPAN/1988
1
0
Penyuluh
Keluarga
Berencana
Penguji Mutu
Barang
No.
107/MENPAN/1988
Tgl. 19-07-1988
No.
17/MENPAN/1989
Tgl. 30-01-1989
Jaksa
No.
18/MENPAN/1989
No.
19/MENPAN/1989
Tgl. 30-01-1989
No.
21/MENPAN/1989
Tgl. 14-02-1989
DEP.
KEUANGAN
5
6
1
1
1
2
1
3
Tgl. 11-05-1988
Tgl. 11-06-1988
DEP.
PERDAGANGA
N
KEJAKSAAN
AGUNG
DEP. AGAMA
1
4
Pengajar
Perguruan
Tinggi di
Lingkungan
Departemen
Agama
Pemeriksa
Bea dan Cukai
1
5
Pranata
Komputer
No.
25/MENPAN/1989
Tgl. 06-04-1989]
BPS
1
6
1
7
Agen
No.
26/MENPAN/1990
No.
30/MENPAN/1990
Tgl. 28-03-1990
BAKIN
Tgl. 28-03-1990
BATAN
Pranata Nuklir
Tgl. 24-08-1987
DEP.
PERHUBUNGA
N
BKKBN
Pada table atas hanya sebagian dari 48 Jabatan Fungsional yang telah ditetapkan angka
kreditnya.
13. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (DP3)
a. Tujuan. Tujuan pembuatan DP3 adalah untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan
obyektif dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem karier dan prestasi
kerja.
b. Unsur-unsur yang dinilai
1) Kesetiaan
2) Prestasi kerja
3) Tanggung jawab
4) Ketaatan
5) Kejujuran
6) Kerjasama
7) Prakarsa
8) Kepemimpinan (khusus bagi pemegang jabatan struktural)
c. Pejabat Penilai. Pejabat penilai adalah atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang dinilai,
dengan ketentuan serendah-rendahnya Kepala Urusan atau pejabat lain yang setingkat
dengan itu, kecuali ditentukan lain oleh Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen,
Gubernur Daerah Tingkat I dalam lingkungannya masing-masing.
d. Atasan Pejabat Penilai. Atasan pejabat penilai berkewajiban memeriksa dengan seksama
Daftar Penilaian Pekerjaan yang disampaikan kepadanya, baik ada keberatan maupun
tidak dari Pegawai Negeri Sipil yang dinilai.
e. Keberatan atas Penilaian. Pegawai Negeri Sipil yang merasa keberatan atas penilaian
dapat mengajukan keberatan secara tertulis disertai alasan-alasannya kepada Atasan
Pejabat Penilai melalui hierarki.
14. Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil (DUK)
a. Daftar Urut Kepangkatan adalah suatu daftar yang memuat nama PNS (Pegawai Negeri
Sipil) dari suatu satuan organisasi Negara yang disusun menurut tingkat kepangkatan.
Ketentuan ini diatur dalam PP No. 15 Tahun 1979.
b. Dalam Daftar Urut Kepangkatan tidak boleh ada dua nama PNS yang sama nomor
urutnya. Ukuran yang digunakan dalam DUK secara berturut-turut sebagai berikut:
1) Pangkat
2) Jabatan
3) Masa kerja
4) Latihan jabatan
5) Pendidikan
6) Usia
c. Apabila ada lowongan PNS yang menduduki DUK yang lebih tinggi wajib dipertimbangkan
lebig dahulu.
15. Cuti Pegawai Negeri Sipil. Cuti adalah hak PNS. Sesuai PP No. 24 Tahun 1976, cuti PNS
terdiri dari.
a. Cuti Tahunan
b. Cuti Besar
c. Cuti Sakit
d. Cuti Bersalin
e. Cuti di luar Tanggungan Negara
f. Cuti karena Alasan Penting
16. Perawatan, Tunjangan Cacat, Uang Duka dan Biaya Pemakaman bagi Pegawai Negeri Sipil
PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau menderita sakit karena dinas berhak
menerima tunjangan cacat selai pensiun yang diterimanya. Kepada isteri atau suami PNS yang
meninggal karena dinas diberikan uang duka sebesar 6 kali penghasilan sebulan dengan
ketentuan serendah-rendahnya Rp. 500.000,00. Biaya pemakaman PNS yang tewas seluruhnya
ditanggung oleh negaradan kepada keluarganya diberikan penghargaan dalam bentuk uang duka.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur perawatan, tunjangan cacat, dan uang duka bagi PNS
ditetapakan dengan PP No. 12 Tahun 1981.
17. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Peningkatan kesejahteraan PNS diusahakan secara
bertahap sesuai dengan kemampuan Negara, meliputi kesejahteraan material dan spiritual
seperti jaminan hari tua, bantuan kematian, ceramah-ceramah keagamaan dan lain-lain.
Pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan program kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil
dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
18. Penghargaan Pegawai Negeri Sipil. Kepada PNS dapat diberikan penghargaan apabila telah
menunjukkan kesetiaan atau berjasa terhadap Negara atau telah menunjukkan prestasi kerja
yang luar biasa baiknya.
19. Keanggotaan PNS dalam Partai Politik atau Golongan Karya. Menurut UU No. 3 Tahun
1975 PNS dapat menjadi anggota Partai Politik atau Golkar dengan sepengetahuan atau izin
tertulis pejabat yang berwenang.
20. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
a. Ketentuan tentang disiplin PNS diatur dalam PP No. 30 Tahun 1980, yang antara lain
diatur hal-hal sebagai berikut:
1) Kewajiban
2) Larangan
3) Sanksi
4) Tata cara pemeriksaan
5) Tata cara penjatuhan dan penyampaian hukuman disiplin
6) Tata cara pengajuan keberatan terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan.
b. Kewajiban yang harus diikuti oleh setiap PNS menurut Pasal 2 PP No. 30 Tahun 1980
antara lain adalah:
(1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.
(2) Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri,
serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh
kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain.
(3) Menjunjung tinggi kehormatn dan martbat Negara, pemerintah dan PNS
(4) Mengangkat dan menaati sumpah/ janji PNS dan sumpah/janji jabatan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
(5) Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatandengan sebaik-baiknya. Dan
lain-lain
c. Larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS menurut pasal 3 PP No. 30
Tahun1980 antara lain adalah:
1) Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara,
pemerintah,atau PNS.
2) Menyalahgunakan wewenang.
3) Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara asing.
4) Menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik Negara.
5) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barangbarang, dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah, dan lainlain.
d. Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan pasal 2 dan pasal 3
PP No. 30 Tahun 1980 adalah pelanggaran disiplin.
e. Termasuk pelanggaran disiplin adalah setiap perbuatan memperbanyak, mengedarkan,
mempertontonkan, menempelkan, menawarkan, menyimpan, memiliki tulisan atau
rekaman yang berisi anjuran atau hasutan untuk melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 PP No. 30 Tahun 1980, kecuali hal itu dilakukan
untuk kepentingan dinas.
f. Tingkat dan jenis hukuman disiplin
1) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a) Hukuman disiplin ringan
b) Hukuman disiplin sedang
c) Hukuman disiplin berat
2) Jenis hukuman ringan terdiri:
a) Tegoran lisan
b) Tegoran tertulis
c) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis
3) Jenis hukuman sedang terdiri dari:
a) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
b) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun.
c) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.
4) Jenis hukuman berat terdiri dari:
a) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama
satu tahun.
b) Pembebasan dari jabatan.
c) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS.
d) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
g. Pejabat yang berwenang menghukum.
1) Presiden
2) Menteri yang memimpin Departemen dan Jaksa Agung.
3) Pimpinan Kesektariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non-Departemen.
4) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
5) Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri.
h. Dalam hal-hal tertentu Menteri yang memimpin Departemen, Jaksa Agung, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, dengan Surat Keputusan dapat
mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat bawahannya untuk menjatuhkan
hukuman disiplin dalam lingkungannya masing-masing.
i. Wewenang untuk menjatuhkan jenis hukuman disiplin yang tidak dapat didelegasikan
adalah:
1) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri
Sipil.
2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
j. Pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin tidak
dapat mendelegasikan lagi wewenangnya itu kepada pejabat lain.
k. Surat keputusan tentang pendelegasian wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin,
dibuat secara tertulis oleh pejabat yang berwenang.
21. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil. Sumpah/janji adalah satu kesanggupan untuk
menaati keharusan atau untuk tidak melakukan larangan yang ditentukan, yang diikrarkan
dihadapan atasan yang berwenang menurut agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
22. Sumpah/Janji Jabatan
a. Setiap PNS yang diangkat untuk memangku suatu jabatan tertentu wajib mengangkat
sumpah/janji Jabatan Pegawai Negeri.
b. Sumpah Jabatan adalah untuk menebalkan rasa tanggung jawab dan semangat yang
bersumpah.
c. Dalam hal PNS yang bersangkutan berkeberatan untuk mengucapkan sumpah karena
anggapan tentang agama, sebagai gantinya wajib mengucapkan janji.
23. Pemberhentian. Dalam PP No. 32 Tahun 1979 tentang pemberhentian PNS antara lain diatur
hal-hal sebagai berikut:
a. Macam-macam Pemberhentian
1) Pemberhentian karena atas permintaan sendiri.
2) Pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun.
3) Pemberhentian karena penyederhanaan organisasi.
4) Pemberhentian karena melakukan pelanggaran/tindak pidana penyelewengan.
5) Pemberhentian karena hal-hal lain.
b. Pegawai Negeri dapat diberhentikan dengan hormat maupun dengan tidak hormat.
24. Pensiun Pegawai Negeri Sipil, Janda/Duda. Pengaturan pensiun PNS diatur dalam UU No.
11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai jo PP No. 8
Tahun 1989 tentang pemberhentian dan pemberian Pensiun PNS serta Pemberian Pensiun
Janda/ Dudanya.
a. Pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap PNS yang telah
bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada Negara.
b. Dasar pensiun yang dipakai untuk menentukan besarnya pensiun pokok, ialah gaji pokok
terakhir sebulan yang berhak diterima oleh pegawai yang berkepentingan berdasarkan
peraturan gaji yang berlaku baginya.
c. Pemberian pensiun pegawai, pensiun janda/duda dan bagian pensiun janda ditetapkan
oleh pejabat yang berhak memberhentikan pegawai yang bersangkutan, di bawah
pengawasan dan koordinasai Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
Beberapa ketentuan penting dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah:
a. Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara atau pejabat yang ditunjuk olehnya atas
nama Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/tinggi Negara, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang
bersangkutan menetapkan antara lain:
1) Pemberhentian dengan hormat PNS yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke
bawah yang mencapai batas usia pensiun dengan hak pensiun.
2) Pemberian pensiun kepada PNS sebagaimana dimaksud dalam butir1) dan pemberian hakhak kepegawaian lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
b. Kewenangan pemberhentian dan pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam butir a,
meliputi pula pemberian pensiun janda/duda dalam hal pensiunan PNS yang bersangkutan
meninggal dunia.
c. Penetapan pemberhentian dan pemberian pensiun PNS serta penetapan pensiun janda/duda
PNS sebagaimana dimaksud dalam butir a dan butir b ditetapkan dalam satu surat keputusan.
d. Surat keputusan pemberhentian dan pemberian pensiun sebagaimana dimaksud dalam butir b
diterimakan kepada yang bersangkutan dan tembusannya kepada kantor pembayar pensiun,
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum batas usia pensiun PNS yang bersangkutan.
25. Peradilan Kepegawaian. Berdasarkan pasal 35 UU No. 8 Tahun 1974 penyelesaian sengketa
di bidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan untuk itu, sebagai bagian dari Peradialan
Tata Usaha Negara (PTUN) yang dimaksud dalam UU No. 14 Tahun 1970 tentang
ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. PTUN itu sendiri diatur dalam UU No. 5
Tahun 1986. Penerapan PTUN ini akan diatur dengan PP selambat-lambatnya 5 (lima) tahun
sejak UU No. 5 Tahun 1986 berlaku. UU No. 5 Tahun 1986 ditetapkan pada tanggal 29
Desember 1986.
Dewasa ini Lembaga yang telah ada untuk menangani sengketa kepegawaian adalah Badan
Pertimbangan Kepegawaian, yang diatur dengan Kepres No. 67 Tahun 1980.
a. Kedudukan. Badan Pertimbangan Kepegawaian merupakan Lembaga Ekstra Struktural yang
berada di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden.
b. Tugas Pokok
1) Memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan oleh PNS yang
berpangkat Pembina Golongan Ruang IV/a ke bawah tentang hukuman disiplin yang
dijatuhkan kepadanya berdasarkan PP No. 30 Tahun 1980.
2) Memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai PNS yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke
atas serta pembebasan dari jabatan bagi pejabat eselon I, yang diajukan oleh Menteri, Jaksa
Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan Pimpinan
Lembaga Pemerintah Non-Departemen.
c. Susunan Organisasi
1) Keanggotaan
a) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, sebagai Ketua merangkap anggota.
b) Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara sebagai Sekretaris merangkap
anggota.
c) Menteri Sekretaris Kabinet, sebagai Anggota.
d) Direktur Jenderal Hukum dan Peraturan Perundangan Departemen Kehakiman sebagai
anggota.
e) Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan Kejaksaan Agung, sebagai anggota.
f) Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Departemen Dalam
Negeri sebagai anggota.
g) Ketua Pengurus Pusat KORPRI sebagai anggota.
2) Sekretariat. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris Badan Pertimbangan Kepegawaian yang
berada di kantor BAKN Jakarta.
PEMBINAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KHUSUS PEGAWAI NEGERI
1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Pendidikan dan pelatihan jabatan PNS adalah
penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan PNS
dalam melaksanakan jabatannya.
2. Tujuan Pendidikan dan Pelatihan
a. Meningkatkan kesenian dan ketaatan PNS kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah Republik Indonesia.
b. Menanamkan kesamaan pola pikir yang dinamisdan bernalar agar memiliki wawasan yang
komprehensif untuk melaksankan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.
c. Memantapkan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan
pengembangan partisipasi masyarakat.
d. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan/atau keterampilan serta pembentukan sedini
mungkin kepribadian PNS.
https://jhansem.wordpress.com/2009/03/10/sistem-administrasi-negara-indonesia/
i. Sistem pemerintahan pusat dan daerah
yang bersifat concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah
pusat dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada provinsi dan juga ada urusan pemerintahan
yang diserahkan kepada kabupaten/kota
Perbedaan wewenang antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat
a.)Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan lainnya
seperti: kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan
standardisasi
nasional.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan
tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.
b. )Pemerintah pusat adalah induk dari pemerintahan,dimana "ia" mengatur masalah-masalah
yang
menyangkut
keberlangsungan
negara
itu
sendiri
secara
menyeluruh.
Sedangkan pemerintah daerah, "ia" bisa menjalankan otonomi seluas-luasnya,tetapi tidak untuk
urusan pemerintahan. Yang oleh undang-undang,ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.
Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
c. )pemerintahan pusat bersifat independen..
sedangkan
pemerintah
daerah
bersifat
otonom..
otonom ; kewenagan yang luas untuk mengatur diri sendiri tapi tidak independen
d. )pusat pengatur seluruh daerah..
pemerintahan daerah. membantu kegiatan atau program dari pemerintah pusat
e. )Pemerintah pusat; mengatur kehidupan bernegara, berbangsa secara keseluruhan termasuk :
1. Mengatur tata cara pelaksanaan pemerintahan daerah melalui otonomi daerah
2.Mengatur hubungan Internasional dan
3.Mengatur keberlangsungan hidup negara seperti perekonomian negara, pertahanan negara,
penegakan hukum dan keadilan dll
Sedangkan pemerintah daerah ; melaksanakan pemerintahan di daerah/diwilayahnya berdasarkan
otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat sesuai peraturan dan UU yang berlaku
dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, potensi daerah dan kondisi ekonomi daerah
masing-masing berdasarkan aturan yang ditetapkan pemerintah pusat .sedangkan dalam
pelaksanaannya pemerintahan pada daerah otonom (Prov/Kab/Kota) di laksanakan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD menetapkan Perda dan peraturan-peraturan lain untuk
melaksanakan pembangunan di daerahnya. Pemerintah daerah wajib melaksanakan aturan yang
ditetapkan pemerintah pusat dan Perda yang ditetapkan pemerintah daerah tidak boleh
bertentangan peraturan pemerintah pusat.
B. HUBUNGAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH
1. HUBUNGAN YANG BERSIFAT STRUKTURAL
secara struktural , pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di
tingkat nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah
masing masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem
danprinsip NKRI.secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah merupakan penyelenggara
urusan pemerintahan di daerah masing masing sesuai dengan prinsip otonomi seluas luasnya
secara struktural kepala daerah kabupaten/ kota tidak memiliki garis struktural dengan
pemerintah provinsi dan pemerintah pusat karena memiliki otonomi seluas luasnya
struktur pemerintahan berdasarkan uu no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
2. HUBUNGAN YANG BERSIFAT FUNGSIONAL
Rumitnya penyelenggaraan pemerintahan di era otonomi adalah minimnya instrumen
pendudkung hubungan fungsional antara pusat dan daerah , kesulitan dan hambatan manajemen
ini secara tidak langsung menggeroghoti pencapaian visi pemerintah pusat sehingga banyak
sekali program-program strategis yang dicanangkan pemerintah tertuang dalam rencana
pembangunan lima tahunan dan program tahun tidak berjalan sesuai harapan Secara harfiah
hubungan fungsional adalah adanya hubungan atau bagian dari komunikasi karena faktor proses ,
sebab akibat atau karena kepentingan yang sama,Hubungan fungsional menyangkut atas
pembagian tugas dan wewenang yang harus di jalankan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam
rangka menjalankan pemerintahan yang baik .Dalam komunikasi penyelenggaraan pemerintahan
antara organisasi Pusat baik kementerian atau lembaga non kementerian atau lembaga lainnya
pada umumnya menempatkan hubungan fungsional melekat pada tentang struktur dan fungsi
organisasi, hal ini berdampak bahwa hubungan fungsional antara Pusat dan Daerah sangat
dipengaruhi oleh faktor hubungan antarmanusia, jika memiliki hubungan antar manusia
terbangun dengan baik maka akan berjalan dengan baik tetapi sebaliknya jika terjadi kebuntuan
disana-sini maka komunikasi dan proses penyelenggaraan program terbengkalai dan bahkan ada
yang keluar dari budaya organisasi. Sebenarnya disinilah antara lain terjadinya kebuntuhan
komunikasi yang menyebabkan kegagalan program di daerah contoh ; program penanggulangan
kemiskinan , program KB, program swasembada pangan dll .
C. ASAS PEMERINTAHAN DAERAH
Asas penyelenggaraan pemerintah daerah
Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
1. TUGAS PEMBANTUAN : penyerahan urusan , penugasan dari pemerintah (pusat)
kepada daerah dan atau desa / dari pemerintah provinsi kepada daerah dan atau desa serta
dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu
2. Asas otonomi
a. Otonomi luas
b. Otonomi nyata
c. Otonomi yang dapat dipertanggungjawakan
a. Otonomi luas
daerah tersebut berwenang menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan yang
luas hampir di semua bidang pemerintahan kecuali yang oleh UU ditentukan sebagai
kewenangan pemerintah pusat
b. Otonomi nyata
berarti bahwa pemberian otonomi daerah harus didasarkan pada factor factor keadaan setempat
yang memang benar benar dapat menjamin daerah bersangkutan mampu secara nyata mengatur
rumah tangganya sendiri.
c. Otonomi yang dapat dipertanggungjawakan dalam arti bahwa pemberian otonomi benar
benar sejalan dengan tujuannya untuk melancarkan pembangunan yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air, yang pada akhirnya dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat secara adil dan
merata
D. DAMPAK OTONOMI DAERAH
1. DAMPAK POSITIF
a. dengan otonomi daerah maka pemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan untuk
menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat
b. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dari
pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di daerahnya sendiri.
c. dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat
d. memungkinkan pemerintah lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun
program promosi kebudayaan dan juga pariwisata
e. kebijakan-kebijakan pemerintah akan lebih tepat sasaran, hal tersebut dikarenakan
pemerintah daerah cinderung lebih menegeti keadaan dan situasi daerahnya, serta
potensi-potensi yang ada di daerahnya daripada pemerintah pusat.
f. dengan system otonomi daerah pemerintah akan lebih cepat mengambil kebijakankebijakan yang dianggap perlu saat itu, tanpa harus melewati prosedur di tingkat pusat.
g. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
h. peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan publik, meningkatnya pertumbuhan
ekonomi dan terwujudnya kemajuan pembangunan di seluruh daerah secara merata.
2. Dampak negatif
a. adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan tindakan
yang dapat merugika Negara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.
b. terkadang ada kebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai dengan konstitusi Negara
yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu dengan daerah tetangganya, atau
bahkan daerah dengan Negara
c. dengan system otonomi daerah maka pemerintah pusat akan lebih susah mengawasi
jalannya pemerintahan di daerah
d. rendahnya kemampuan daerah dalam menyusun regulasi dalam rangka mengatur dan
mengurus rumah tangga daerahnya masing-masing. Orientasi daerah yang menginginkan
adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui peraturan daerah untuk menambah
anggaran pembangunan di daerah ternyata berpotensi menjadi boomerang yang justru
mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.
e. penyusunan regulasi yang tidak sesuai dengan teknik legal drafting juga pada akhirnya
berpotensi membuat peraturan daerah bertentangan dengan peraturan perundangundangan lainnya.
f.
membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme serta
memungkinkan terjadinya kontrol yang kuat dari para elit politik di tingkat lokal
(daerah).
g. dampak otonomi daerah yang negatif karena tidak diimbangi dengan kesiapan seluruh
pihak yang akan berperan dalam penyelenggaraan otonomi daerah tersebut, serta tidak
didahului dengan penyiapan infrastruktur yang memadai, baik itu berupa sarana dan
prasarana fisik maupun regulasi atau peraturan perundang-undangan yang lebih
komprehensif
h. sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti
i. bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah
j. bahwa daerah akan melakukan upaya maksimalisasi, bukan optimalisasi, perolehan
pendapatan daerah.
k. Eksploitasi Pendapatan Daerah
Diluar itu semua , otonomi daerah memang bertujuan baik bagi diri kita semua, bagi bangsa dan
Negara , menyebabkan hal negative karena kita belum siap dengan hal itu atau bahkan kualitas
manusia (masyarakat Indonesia yang harus di tingkatkan )
Namun , banyak hal positif yang dapat kita ambil dari tujuan otonomi daerah ini
E. HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH OTONOM
1.hak yang dipunyai daerah dalam menyelenggarakan otonomi
Pasal 21 undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan
adanya delapan
Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
Memilih pimpinan daerah.
Mengelola aparatur daerah.