Penyaji:
(04054821517011)
(04054821517005)
(04054821517132)
(04084821618181)
Pembimbing:
Dr. T. Mirda Zulaicha, M.Ked(Ped), Sp.A
Disusun oleh :
Kadek Martha S, S.Ked
Inne Fia Mariety, S.Ked
Mulyati, S.Ked
Fachra Afifah, S.Ked
(04054821517011)
(04054821517005)
(04054821517132)
(04084821618181)
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang RSUD Kayuagung Periode 25
April 2016 s.d 4 Juli 2016.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus dengan topik Demam Berdarah Dengue Grade I sebagai salah
satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Anak RSMH Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. T. Mirda Zulaicha,
M.Ked(Ped), Sp.A selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan presentasi kasus ini, serta semua pihak yang telah
membantu hingga selesainya presentase kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
presentasi kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga presentasi kasus ini dapat
memberi manfaat bagi yang membacanya.
Palembang,
Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................................
BAB II. LAPORAN KASUS......................................................................................
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................12
BAB IV. ANALISIS KASUS ..................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. 1 Demam
Dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri
sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenipati, trombositopenia dan diatesis
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (Dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.
Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus yang menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah sehingga menyebabkan
perdarahan.3 Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavirus lain
seperti Yellow fever, Javanese enchphalitis dan West Nile Virus.
Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 30
tahun terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun 2007 telah mencapai 139.695
kasus, dengan angka kasus baru (insidensi rate) 64 kasus per 100,000 penduduk.
Total kasus meninggal adalah 1.395 kasus /Case Fatality Rate sebesar 1%.5 Pada
saat ini kasus DBD dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia dan 200 kota
telah melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD.
Demam dengue atau DBD dapat dialami semua golongan umur dengan
tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot atau nyeri sendi, leukopenia, dengan
atau tanpa ruam (ptekie), limfadenopati, sakit kepala berat, nyeri belakang bola
mata dan trombositopenia. Laporan kasus ini dibuat agar masyarakat lebih
waspada dan lebih memahami gejala awal dan penatalaksanaan dari demam
berdarah dengue yang telah banyak menjadi Kejadian Luar Biasa, terutama
Provinsi Sumatera Selatan yang menjadi daerah endemis DBD.
BAB II
STATUS PEDIATRIK
I. IDENTIFIKASI
Nama
: An. ZDO
Umur
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nama Ayah
: Tn. I
Nama Ibu
: Ny. D
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Sumatera
Alamat
MRS
: 29 Mei 2016
II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dilakukan tanggal 31 Mei 2016, diberikan oleh ibu pasien)
Keluhan utama
: Demam
: 40 minggu
Partus
: Spontan
Ditolong Oleh
Tanggal
: 25 Oktober 2010
Berat badan
: 2800 gram
Panjang Badan
: 39 cm
Riwayat Makanan
ASI
Susu Formula
: 2 tahun - sekarang
Bubur Susu
: 6 bulan 1 tahun
3
Nasi
: 1 tahun - sekarang
Kesan
Riwayat Vaksinasi
BCG
: (+)
Polio
DPT-HB
Campak
: Campak1 (+)
Kesan
Riwayat Keluarga
Jumlah saudara
Riwayat penyakit
: Satu
: riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
TB/U
BB/TB
Kesan
Perkembangan
Tengkurap
: Usia 3 bulan
Duduk
: Usia 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Kesan
Kesadaran
: E4M6V5
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 24 kali/menit
Suhu
: 36,9 oC
Berat badan
: 19 kg
Tinggi badan
: 116 cm
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorok
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
: 14,9 g/dl
Ht
: 46 %
Leukosit
: 4.500 /mm3
Trombosit
: 96.000 /mm3*
DC
: 0/0/7/50/42/1
Widal Test
H
: 1/160
AH
: 1/160
: 1/160
AO
: 1/80
Kesan
: Trombositopenia
V. DIAGNOSIS BANDING
Demam Berdarah Dengue
Demam Dengue
VI.
DIAGNOSIS KERJA
Demam berdarah dengue grade I
VIII. PENATALAKSANAAN
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
pilek (+), muntah (+), frekuensi 3x, isi apa yang dimakan, banyaknya sekitar
gelas belimbing, nafsu makan menurun (+). Pasien dibawa ke RSUD
Kayuagung dan dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil Hb 14,9
g/dl, Ht 46 %, Leukosit 4.500 /mm3, Trombosit 96.000 /mm3, DC
0/0/7/50/42/1, Widal Test : H 1/160, AH 1/160, O 1/160, AO 1/80. Riwayat
penyakit DBD di lingkungan sekitar tidak ada. Riwayat kehamilan dan
kelahiran cukup bulan, NCB + SMK. Riwayat asupan makanan cukup.
Riwayat imunisasi dasar lengkap. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
sesuai usia dan gizi baik.
Hasil pemeriksaan fisik kesadaran kompos mentis, keadaan umum
terdapat demam febris, status gizi baik, keadaan spesifik dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium trombositopeni (trombosit 96.000 mm3).
Berdasarkan data di atas, pasien didiagnosis banding demam berdarah
dengue grade I dan demam dengue, dengan diagnosis kerja demam berdarah
dengue grade I. Rencana pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan
darah (Hb, Ht, Trombosit/24jam).
XI. FOLLOW UP
Tanggal 30 Mei 2016
S : demam (-) hari ke-5, mimisan (-), nyeri perut (-), nyeri berkemih (-),
O : Sensorium
: compos mentis
TD
: 100/70 mmHg
RR
: 24x/menit
: 36,4oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
: datar, tidak ada lesi kulit, lemas, hepar dan lien tidak
teraba, timpani, BU (+) normal
Ekstremitas :
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis
Pukul 04.00
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Diff.Count
Dengue IgM
Dengue IgG
14,3 gr/dL
4.500 /L
43 %
72.000/mm3
0/0/0/53/32/15
-
: compos mentis
TD
: 90/60 mmHg
RR
: 22x/menit
: 36,5oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
: datar, tidak ada lesi kulit, lemas, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan epigastrium (-), timpani, BU (+)
normal
Ekstremitas :
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Pukul 06.00
11,0 /dL
8,7 x 103/mm3
33 %
44.000/mm3
: compos mentis
TD
: 90/60 mmHg
RR
: 26x/menit
: 36,5oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
10
Abdomen
: datar, tidak ada lesi kulit, lemas, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan epigastrik (-), timpani, BU (+)
normal
Ekstremitas :
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
IgM dengue
IgG dengue
Pukul 07.44
10,2 gr/dL
31
26000/mm3
-
: compos mentis
TD
: 90/60 mmHg
RR
: 24x/menit
: 36,6oC
Kepala
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
: datar, tidak ada lesi kulit, lemas, hepar dan lien tidak
11
Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit
IgM dengue
IgG dengue
Pukul 07.44
11,4 gr/dL
35
66.000/mm3
-
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Demam Berdarah Dengue (DBD)
A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri hulu hati, disertai tanda perdarahan dikulit berupa
petechie, purpura, echymosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hepatomegali, trombositopeni, dan kesadaran menurun atau renjatan.
B. Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue. Virus ini termasuk dalam grup
B Antropod Borne Virus (Arboviroses) kelompok flavivirus dari family
flaviviridae, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN
4. Masing-masing saling berkaitan sifat antigennya dan dapat menyebabkan sakit
pada manusia. Keempat tipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. DEN 3 merupakan serotipe yang paling sering ditemui selama
terjadinya KLB di Indonesia diikuti DEN 2, DEN 1, dan DEN 4. DEN 3 juga
merupakan serotipe yang paling dominan yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit yang menyebabkan gejala klinis yang berat dan penderita
banyak yang meninggal.
Nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lain melalui gigitannya.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (daerah
urban) sedangkan daerah pedesaan (daerah rural) kedua spesies nyamuk tersebut
berperan dalam penularan.
C. Epidemiologi
Istilah hemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina
pada tahun 1953. Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada
tahun 1968, tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970 dan pada
13
14
D. Patogenesis
Gigitan nyamuk Aedes menyebabkan infeksi di sel langerhans di epidermis
dan keratinosit. Kemudian menginfeksi sel - sel lainnya seperti monosit, sel
dendritik, makrofrag, sel endotelial dan hepatosit. Monosit dan sel dendritik yang
terinfeksi memproduksi banyak sitokin proinflammatori dan kemokin yang
selanjutnya mengaktivasi sel T yang diperkirakan menyebabkan disfungsi
endotelial. Disfungsi endotelial menyebabkan peningkatkan permeabilitas
pembuluh yang kemudian menyebabkan perembesan cairan di pleura, rongga
peritonium, dan syok. Sel endotelial juga dirangsang untuk menimbulkan respons
imun yang mengakibatkan permeabilitas vaskular meningkat. Patogenesis DHF
belum jelas namun terdapat hipotesis yang mendukung seperti heterologous
infection hypothesis atau the sequential infection hypothesis yang menyatakan
bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi virus
dengue
pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam
jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun. Banyak para ahli sependapabahwa infeksi
sekunder adalah penyebab beratnya manifestasi klinis pada penderita DBD.
Menurut hipotesis infeksi sekunder, DBD sebagai akibat infeksi sekunder
oleh tipe virus dengue yang berbeda, respon antibodi anamnestik pasien akan
15
E. Manifestasi klinis
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat, yaitu :
a. Derajat I Demam disertai dengan gejala umum nonspesifik, satu-satunya
manifestasi perdarahan ditunjukkan melalui uji tourniquet yang positif.
16
b. Derajat
pontan juga terjadi, biasanya dalam bentuk perdarahan kulit dan atau
perdarahan lainnya.
c. Derajat III Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit lembab dan dingin serta gelisah.
d. Derajat IV Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala syok (renjatan) yang sangat berat dengan
tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.
17
F. Pemeriksaan penunjang
Uji rumple leed merupakan standard pemeriksaan awal untuk mengetahui
adanya DBD atau tidak. Rumple leed dilakukan dengan cara membuat lingkaran
diameter 5cm di lengan bagian volar, sekitar 4cm distal dari fossa cubiti. Lalu
dilakukan pemasangan manset spigmomanometer di lengan atas sekitar 2 jari dari
fossa cubiti, dan dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan tekanan
18
Pada awal fase demam, jumlah trombosiit normal, kemudian diikuti oleh
penurunan. Trombositopeni dibawah 100.000/ L
namun selalu ditemukan pada DBD. Penurunan trombosit yang mendadak terjadi
pada akhir fase demam memasuki fase kritis atau saat penurunan suhu.
Trombositopenia pada umumnya ditemukan antara hari sakit ketiga sampai ke
delapan, dan sering mendahului peningkatan hematokrit. Jumlah trombosit
berhubungan dengan derajat penyakit DBD. Selain itu dapat terjadi gangguan
fungsi trombosit (trombositopati). Perubahan ini berlangsung singkat dan kembali
normal selama fase penyembuhan.
Pada awal demam nilai hematokrit masih normal. Peningkatan ringan
umumnya disebabkan oleh demam tinggi, anoreksia, dan muntah. Peningkatan
hematokrit >20% merupakan tanda adanya kebocoran plasma. Trombositopeni <
100.000/ L
19
diakibatkan oleh penggantian cairan dan adanya perdarahan. Pada awal demam
nilai hematokrit masih normal.
Selain pemeriksaan hematologi, dapat dilakukan pemeriksaan isolasi virus,
deteksi asam nukleat virus, deteksi antigen virus, deteksi serum respons imun/uji
serologi serum imun (uji Haemaglutination Inhibition test (HI), complement
fixation test (CFT), uji neutralisasi, dan
dengue). Isolasi virus dapat dilakukan dengan inokulasi pada nyamuk, kultur sel
nyamuk atau pada sel mamali. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang
rumit dan hanya tersedia di beberapa laboratorium besar yang terutama dilakukan
untuk tujuan penelitian, sehingga tidak tersedia di laboratorium komersial. Isolasi
virus hanya dapat dilakukan pada enam hari pertama demam.
Genome virus dengue yang terdiri dari asam ribonukleat (RNA) dapat
dideteksi melalui pemeriksaan referse transcriptase polymerase chain reaction
(RT-PCR). Pemeriksaanbasam nukleat virus ini hanya tersedia di laboratorium
yang memiliki peralatan biologi molekuler dan petugas laboratorium yang handal.
Memberi hasil postitif bila sediaan diambil pada enam hari pertama demam. Biaya
emeriksaan tergolong mahal.
Deteksi antigen virus dengue yang banyak dilakukan saat ini adalah
pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue (NS-1 dengue antigen) yaitu suatu
glikoprotein yang diproduksi oleh semmua flavivirus yang penting bagi
kehidupan dan replikasi virus. protein ini dapat dideteksi sejalan dengan viremia
yaitu sejak hari pertama demam dan menghilang setelah 5 hari, sensitivitas tinggi
pada 1-2 hari demam dan kemudian makin menurun setelahnya.
Pemeriksaan yang sering dilakukan adalah pemeriksaan serum IgG dan IgM
anti dengue. Imunoglobulin M anti dengue memiliki kadar bervariasi, pada
umumnya dapat terdeteksi pada hari ke-5, dan tidak terdeteksi setelah 90 hari.
pada infeksi dengue primer, IgG anti dengue muncul lebih cepat daripada IgM
anti dengue, namun pada infeksi sekunder lebih cepat. Kadar IgG anti dengue
bertahan lebih lama dalam serum. Kinetik NS-1 antigen virus dengue dan IgG
serta IgM anti dengue, merupakan petunjuk dalam menentukan jenis pemeriksaan
dan untuk membedakan antara infeksi primer dan sekunder.
G. Diagnosis
20
H. Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai
akibat perdarahan. Diagnosis dini terhadap tanda syok merupakan hal yang
penting untuk mengurangi angka kematian.
Pada fase demam, pasien dianjurkan tirah baring, diberikan obat antipiretik
atau kompres hangat. Tidak dianjurkan pemberian asetosal/salisilat dikarenakan
dapat menimbulkan gastritis, perdarahan atau asidosis sehingga antipiretik yang
dianjurkan adalah parasetamol. Pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah,
sirup, minuman selain air putih juga dianjurkan pada pasien demam dengue.
22
23
24
I. Komplikasi
Pada umumnya infeksi primer dapat sembuh sendiri dan tidak berbahaya.
Komplikasi pada bayi dan anak usia muda biasanya berupa kehilangan cairan dan
elektrolit, hiperpireksia, dan kejang demam. Pada usia 1-4 tahun wajib diwaspadai
ensefalopati dengue karena merupakan golongan usia tersering terjadinya kejang
demam. Kegagalan dalam melakukan tatalaksana komplikasi ini, dapat
memberikan jalan menuju DSS (Dengue Shock Syndome) dengan tanda
kegagalan sirkulasi, hipotensi dan syok.
25
J. Prognosis
Angka kematian kasus di Indonesia secara keseluruhan < 3%. Angka
kematian DSS di RS 5-10%. Kematian meningkat bila disertai komplikasi. DBD
yang akan berlanjut menjadi syok atau penderita dengan komplikasi sulit
diramalkan, sehingga harus hati-hati dalam melakukan penyuluhan.
BAB IV
ANALISIS KASUS
26
27
28
29
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Comprehensive guidelines for
prevention and control of dengue and dengue haemorragic fever. India:
WHO; 2011.
2. Pudjiadi AH, Hegar B, Hardyastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, penyunting. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI: 2011.
3. Whitehorn J, Simmons CP. The pathogenesis of dengue. Vaccine
2011:29:7221-8.
4. Sumarmo SPS, Herry G, Sri RSH, Hindra IS, penyunting. Buku ajar infeksi
dan pediatri tropis. Jakarta: badan Penerbit IDAI: 2012.
30