MUHAMMAD HIDAYAT
147041115
Judul Penelitian
: Hubungan
Antara
Kondisi
Ventilasi,
: Muhammad Hidayat
Konsentrasi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ketua TKP-PPDS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penyakit
Tuberkulosis
disebabkan
oleh
kuman
Mycobacterium
bila dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 76,57% dan 2010 yaitu 68,86%.
Berdasarkan survei, dari jumlah tersebut, Kota Medan merupakan yang
terbesar penderitanya bila dibandingkan dengan jumlah penduduk dari tiap
kab/kota. Dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara,
ditemukan 23 kabupaten/kota memiliki angka penemuan kasus (CDR) TB
Paru BTA (+) di atas 70%. Angka CDR tertinggi di Kabupaten Nias 245,54%
dan terendah di Kota Gunung Sitoli sebesar 18,51%. 4
Faktor risiko yang
berperan terhadap
terjadinya
infeksi basil
faktor
risiko
lingkungan
(kepadatan,
lantai
rumah,
ventilasi,
positif.
Diagnosis
pasti
ditegakkan
melalui
pemeriksaan
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas,
Hipotesis
Terdapat hubungan antara kondisi ventilasi, kepadatan hunian, suhu,
dan pencahayaan alami rumah dengan uji tuberkulin pada anak SD di Desa
Singkuang
1.4. Tujuan Penelitian.
1.4.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara kondisi ventilasi, kepadatan hunian,
suhu, dan pencahayaan alami rumah dengan uji tuberkulin pada anak SD di
Desa Singkuang
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masing-masing faktor risiko terhadap uji tuberkulin.
2. Menganalisis hubungan dan besar risiko faktor suhu rumah dengan uji
tuberkulin di Desa Singkuang.
3. Menganalisis hubungan dan besar risiko faktor luas ventilasi rumah
dengan uji tuberkulin di Desa Singkuang.
4. Menganalisis hubungan dan besar risiko kepadatan hunian rumah
dengan uji tuberkulin di Desa Singkuang.
1.5.
Manfaat Penelitian
4
peran
serta
individu
dan
keluarga
dalam
program
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Terdapat dua jenis tuberkulin yang dipakai yaitu : Old Tuberkulin (OT)
dan tuberkulin PPD (Purified Protein Derivative). Ada 2 jenis tuberkulin PPD
yang dipakai yaitu PPD-S 5 TU dan PPD RT-23 2TU. Tuberkulin yang
tersedia di Indonesia saat ini adalah PPD RT-23 2TU (Tuberkulin Unit) buatan
Statens Serum Institute Denmark dan PPD (Purified Protein Derivative) dari
Biofarma.
Alat-alat yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut :
- Semprit tuberkulin (spuit 1 CC)
- Jarum suntik no. 26 atau 27
- Tuberkulin.
2.1.2. Cara melakukan dan pembacaan Uji Tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan PPD RT-23 2TU atau PPD
S 5TU, lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas lengan
bawah kiri bagian voler, secara intrakutan 0.1 ml intrakutan. Pengukuran
dilakukan terhadap indurasi yang timbul bukan hiperemi atau eritema.Selain
ukuran indurasi, perlu dinilai tebal tipisnya indurasi dan perlu dicatat jika
ditemukan vesikel hingga bula (gambar 1). :
11,15,16
Uji tuberkulin dibaca setelah 48-72 jam (saat ini dianjurkan 72 jam) setelah
penyuntikan. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi
indurasi, ditandai dengan alat tulis, kemudian diukur dengan alat pengukur
transparan, diameter transversal indurasi yang terjadi dan dinyatakan
hasilnya dalam milimeter. Jika tidak timbul indurasi sama sekali hasilnya
dilaporkan sebagai 0 mm (gambar 2).11,15
7
15,17
serta 1 goresan lagi untuk kontrol. Uji dikatakan positif apabila goresan
tuberkulin terjadi peradangan.
Cara Injector Gun
PPD-S 5TU disuntikkan intrakutan dengan menggunakan jet gun bertekanan
cukup tinggi.
1.3. Interpretasi Uji Tuberkulin (Mantoux)
Secara umum, hasil uji tuberkulin adalah diameter indurasi 0-4 mm
dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5-9 mm dinyatakan positif
meragukan, karena dapat disebabkan oleh infeksi Mycobacterium atipic dan
BCG, atau memang karena infeksi TB. Untuk hasil yang meragukan ini jika
perlu diulang. Untuk menghindari efek booster tuberkulin, ulangan dilakukan
2 minggu kemudian.1,15,17
Diameter indurasi 10 mm dinyatakan positif tanpa melihat status BCG
pasien. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15
mm masih mungkin disebabkan oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih
mungkin disebabkan oleh BCG nya. Sedangkan bila ukuran indurasi 15 mm
hasil positif ini sangat mungkin karena infeksi TB alamiah. Pengaruh BCG
terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5 tahun
setelah penyuntikan.
Jika membaca tuberkulin pada anak-anak di atas usia 5 tahun faktor BCG
dapat diabaikan.11,15,17
Pada anak tanpa risiko tetapi tinggal di daerah endemis TB, uji tuberkulin
perlu dilakukan pada umur 1 tahun, 4-6 tahun, dan 11-16 tahun. Tetapi pada
anak dengan risiko tinggi di daerah endemis TB, uji tuberkulin perlu dilakukan
setiap tahun.
Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada keadaan sebagai berikut:
11,15,17
1. Infeksi TB alamiah
a. Infeksi TB tanpa sakit,
b. Infeksi TB dan sakit TB
c. Pasca terapi TB
2. Imunisasi BCG (infeksi TB buatan)
3. Infeksi Mycobacterium atipic/M.leprae.
Uji tuberkulin negatif kemungkinan dijumpai pada keadaan berikut:
11,15,17
sudah
terinfeksi
TB.
Beberapa
keadaan
yang
dapat
11,15,17
Positif palsu :
- Penyuntikan yang salah
- Interpretasi tidak betul
- Reaksi silang dengan Mycobacterium atipic
Negatif palsu :
- Masa inkubasi
- Penyimpanan tidak baik dan penyuntikan salah
- Interpretasi tidak betul
- Menderita TB luas dan berat
- Disertai infeksi virus (campak, rubella, cacar air, influenza, HIV)
- Imunokompetensi seluler, termasuk pemakaian kortikosteroid
- Kekurangan komplemen
- Demam
- Leukositosis
- Malnutrisi
Yang ditandai dengan (WHO 2004) :
Terlihat sangat kurus dan atau edema
BB / PB < 3 SD
- Sarkoidosis
- Psoriasis
11
- Jejunoileal by pass
- Terkena sinar ultraviolet (matahari, solaria)
- Anemia perniciosa
- Uremia
Klasifikasi reaksi uji tuberkulin :15,17
Hasil uji tuberkulin positif pada bayi, anak dan remaja :
< 5 mm : dinyatakan uji tuberkulin negatif
5 mm atau lebih dikatakan positif pada :
- Kontak erat dengan seseorang yang diketahui atau dicurigai menderita
TB
- Anak dengan gejala klinis atau dengan gambaran noduler atau fibrotik
pada X-foto thorax
- Anak dengan kondisi imun yang lemah (imunosupresi), termasuk infeksi
HIV, gizi buruk, keganasan dan trasplantasi organ
- Anak dengan terapi yang menekan sistim imun seperti kortikosteroid
10 mm atau lebih dikatakan positif pada :
- Infeksi TB alamiah (imunisasi BCG atau M. atipic)
- Riwayat bepergian dari negara dengan prevalensi tinggi TB kurang 5 tahun
- Tinggal di daerah atau negara yang tinggi angka infeksi TB-nya (Indonesia)
- Anak dengan kondisi risiko tinggi (diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang, leukemia, penyakit ginjal stadium akhir, sindroma malabsorpsi
kronik, berat badan rendah, pengguna obat-obatan suntik dll)
12
- Anak yang berusia kurang 4 tahun dan terpapar orang dewasa yang
kategori risiko tinggi
15 mm atau lebih dikatakan positif pada :
- Anak > 4 tahun tanpa faktor risiko apapun
- Seseorang yang tanpa diketahui memilliki faktor risiko TB
- Catatan: program tes kulit hanya dilakukan pada kelompok risiko tinggi
Klasifikasi individu berdasarkan status tuberkulosis: 11,14
Kelas Pajanan Infeksi Sakit (kontak dengan pasien TB aktif) (uji tuberkulin +)
[uji tuberkulin, klinis Dan Penunjang (+)]
0--1+-2++3+++
Sumber: CDC dan ATS, dengan modifikasi.11,14
1.4.
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : karakteristik anak (umur, jenis
kelamin, BCG skar), karakteristik orang tua (pendidikan dan pekerjaan orang
tua), gejala klinis tuberkulosis, riwayat sakit, jumlah anggota keluarga
(kepadatan
hunian).
Faktor
lainnya
adalah
pemberian
11,14
adanya penyakit infeksi dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama
adanya pemeriksaan untuk menemukan kuman patogen di dalam spesimen,
misalnya dengan pemeriksaan langsung, pemeriksaan biakan, atau PCR.
Kedua adalah pemeriksaan untuk mendeteksi respons imun terhadap kuman
tersebut. Pemeriksaan untuk respon imun humoral (ELISA) dan pemeriksaan
respons imun seluler. Pada penyakit infeksi non-TB, yang banyak dipakai
adalah pemeriksaan respon imun humoral yaitu pemeriksaan serologi. Pada
infeksi TB, respon imun seluler lebih memegang peranan, sehingga
pemeriksaan diagnostik yang lebih representatif adalah uji tuberkulin. 11
Uji tuberkulin dan uji IFN-3 didasarkan adanya pelepasan sitokin
inflamasi yang dihasilkan oleh sel limfosit T yang sebelumnya telah
tersensitisasi antigen Mycobacterium Tuberculosis. Pada uji tuberkulin,
antigen Mycobacterium Tuberculosis yang disuntikkan dibawah lapisan
epidermis menyebabkan infiltrasi limfosit dan dilepaskannya sitokin inflamasi.
Reaksi
inflamasi
ini
menyebabkan
akumulasi
sel-sel
inflamasi
dan
limfosit darah tepi distimulasi secara in-vitro dan kadar IFN-3 yang dihasilkan
oleh sel limfosit T tersensitisasi diukur dengan cara ELISA.11,14
Reaksi uji tuberkulin yang dilakukan secara intradermal akan
menghasilkan hipersensitiviti tipe IV atau delayed-type hypersensitivity (DTH).
Masuknya protein TB saat injeksi akan menyebabkan sel T tersensitisasi dan
menggerakkan linfosit ke tempat suntikan. Limfosit akan merangsang
terbentuknya indurasi dan vasodilatasi lokal, edema, deposit fibrin dan
penarikan sel inflamasi ke tempat suntikan.18
Reaksi tuberkulin merupakan reaksi DTH. Protein tuberkulin yang
disuntikkan di kulit, kemudian diproses dan dipresentasikan ke sel
dendritik/Langerhans ke sel T melalui molekul MHC-II. Sitokin yang
diproduksi oleh sel T, akan membentuk molekul adhesi endotel. Monosit
keluar dari pembuluh darah dan masuk ke tempat suntikkan yang
berkembang menjadi makrofag. Produk sel T dan makrofag menimbulkan
edema dan bengkak. Test kulit positif maka akan tampak edema lokal atau
infiltrat maksimal 48-72 jam setelah suntikan.18
Gambar 2.3. Hipersensitiviti tipe IV (sumber: Hypersensitivity and chronic
inflammation.
15
2.2.
yang konstan, sehingga dari studi Wallgren dan peneliti lain dapat disusun
suatu kalender terjadinya TB di berbagai organ. 11,19
Kontak awal pada kuman TB terhadap uji tuberkulin positif biasanya
dalam selang waktu 4-8 minggu. Infeksi TB pertama kali ditandai dengan tes
mantoux reaktif. Perkiraan risiko seumur hidup dari perkembangan penyakit
tuberkulosis untuk anak yang terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis
seperti yang telah ditunjukkan oleh hasil tes tuberkulin positif sekitar 10%.
Penyebaran
hematogen
umumnya
terjadi
secara
sporadik
(occult
Sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini dan
merupakan proses masuknya kuman TB, terjadinya penyebaran hematogen,
terbentuknya kompleks primer dan imunitas seluler spesifik, sehingga pasien
mengalami infeksi TB dan dapat menjadi sakit TB primer. Tuberkulosis milier,
TB pleura dan meningitis TB dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya
berlangsung dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB. Tuberkulosis sistem
skeletal dapat terjadi pada tahun pertama, kedua dan ketiga.Tuberkulosis
ginjal terjadi lebih lama yakni 5-25 tahun setelah infeksi primer dan 90%
kematian TB terjadi pada tahun pertama setelah diagnosis TB. 11,19
18
Catatan:
Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku
milier tidak
kesehatan.
Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG
14).
dengan
penderita
dewasa
probable
atau
definite
infeksi
tuberkulosisparu.
Cairan pada satu bagian dada ( berkurangnya aliran udara, perkusis suara
redup), pembesaran kelenjar limfe atau abses kelenjar limfe terutama di
leher, tanda meningitis terutama ketika berkembang beberapa hari dan cairan
spinal mengandung banyak limfosit dan peningkatan protein, pembengkakan
di daerah abdomen, pembengkakan yang progresif atau deformitas tulang
atau sendi termasuk tulang belakang.
3. Pemerikasaan penunjang
Mencari spesimen dengan mikroskop dari pewarnaan Ziehl-Neelsen dan
kultur dari basil tuberkulosis, X foto dada dimana mendukung ke arah milier
dari infiltrat-infiltrat atau daerah persisten dari infiltrat atau konsolidasi, sering
dengan efusi pleura, atau komplek primer dan PPD skin test.
4. Konfirmasi bakteriologis kapanpun memungkinkan
5. Menemukan hubungan dengan suspected pulmonary TB dan suspected
ekstrapulmonary TB
6. Tes HIV ( pada area prevalensi HIV )
Pendekatan yang direkomendasikan untuk mendiagnosis TB pada anak
(WHO-2008) :20,21
1. Anamnesis (riwayat kontak TB dan gejala yang sesuai dengan TB)
2. Pemeriksaan Fisik (termasuk penilaian pertumbuhan)
3. TST (Tuberkulin Skin Testing)
4. Konfirmasi bakteriologis kapanpun memungkinkan
5. Menemukan hubungan dengan suspected pulmonary TB dan suspected
ekstrapulmonary TB
21
hunian
perumahan
atau
tempat
tinggal
lainnya
seperti
akan terpapar dengan penderita TB menular lebih tinggi pada wilayah yang
padat penduduknya walaupun insiden sama antara yang penduduk padat
dan penduduk tidak padat.22
2.4.2. Kondisi Rumah
Tempat tinggal merupakan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat,
sama pentingnya, meskipun berbeda fungsinya, dengan dua unsur
kebutuhan dasar lainnya, yaitu pakaian (sandang) dan makanan (pangan).
Dari kondisi lingkungan tempat tinggal dapat terlihat tingkat kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat dan kondisi lingkungan yang sehat. Rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga; sedangkan perumahan adalah kelompok rumah
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian
dilengkapi dengan sarana prasarana lingkungan. 23,24,25
Rumah dikatakan baik dan aman, jika kualitas bangunan dan lingkungan
dibuat dengan serasi. Adapun rumah yang sehat adalah :
23,24,25
b. Ventilasi cukup, yaitu minimal luas jendela/ ventilasi adalah 15% dari luas
lantai, karena ventilasi mempunyai fungsi :
1. menjaga agar aliran udara di dalam rumah tetap segar, sehingga
keseimbangan oksigen (O2) yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen (O2) di
dalam rumah yang berarti kadar karbon dioksida (CO2) yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi meningkat.
2. menjaga agar udara di ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban
(humidity) yang optimum. Kelembaban yang optimal (sehat) adalah sekitar
4070% kelembaban yang lebih Dari 70% akan berpengaruh terhadap
kesehatan penghuni rumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik
karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban merupakan media yang baik untuk bakteri - bakteri patogen
(penyebab penyakit).
3. membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri
yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.
4. lingkungan perokok akan menyebabkan udara mengandung nitrogen
oksida sehingga menurunkan kekebalan pada tubuh terutama pada saluran
napas karena berkembang menjadi makrofag yang dapat menyebab infeksi.
c. Cahaya matahari cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya
matahari ini dapat diperoleh dari ventilasi maupun jendela/genting kaca. Suhu
udara yang ideal dalam rumah antara 18-30C. Suhu optimal pertumbuhan
24
pelayanan kesehatan yang layak juga menjadi problem bagi golongan sosial
ekonomi rendah.26
Dengan garis kemiskinan yang pada dasarnya ditentukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan utama, maka rumah tangga yang tergolong
miskin tidak akan mempunyai daya beli yang dapat digunakan untuk
menjamin ketahanan pangan keluarganya. Pada saat ketahanan pangan
mengalami ancaman (misal pada saat tingkat pendapatan mendekati suatu
titik dimana rumah tangga tidak mampu membeli kebutuhan pangan) maka
status gizi dari kelompok rawan pangan akan terganggu.27
14 Kriteria Rumah Tangga Miskin Versi BPS (Biro Pusat Statistik) oleh
Departemen Komunikasi dan Informatika: 28
1. Luas lantai bangunan kurang dari 8 m persegi per orang.
2. Lantai rumah dari tanah, bambu, kayu murahan.
3. Dinding rumah dari bambu, rumbia, kayu kualitas rendah, tembok tanpa
plester.
4. Tidak memiliki fasilitas jamban atau menggunakan jamban bersama.
5. Rumah tidak dialiri listrik.
6. Sumber air minum dari sumur atau mata air tak terlindungi, sungai, air
hujan.
7. Bahan baker memasak dari kayu bakar, arang, minyak tanah.
8. Hanya mengonsumsi daging, ayam dan susu sekali seminggu.
9. Hanya sanggup membeli baju sekali setahun.
10. Hanya sanggup makan dua kali sehari atau sekali sehari.
26
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
studi
analitik
cross
sectional
untuk
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pelajar sekolah dasar di Desa
Singkuang. Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi. Sampel dipilih dengan teknik Cluster Sampling.
3.4.
sampel untuk uji hipotesis pada satu populasi. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan power 80%.
dimana:
n
Po
Pa
3.6.
Etika Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin dari Komite Etik
Sampel
Inklusi
Dilakukan
partisipan
uji
mantoux
pada
Identifikasi Variabel
30
Variabel bebas
Skala
- Suhu
Nominal
- Ventilasi
- Kepadatan hunian rumah
Nominal
Nominal
Variabel Tergantung
Skala
Uji tuberkulin
Nominal
4. Definisi Operasional
a. Kepadatan hunian rumah :
Perbandingan antara luas ruangan yang tersedia dengan penghuni atau
anggota keluarga yang berada dalam rumah tersebut. Diukur pada tempat
dimana penghuni menghabiskan sebagian waktunya dirumah.
Skala nominal, untuk analisa maka variabel diklasifikasikan sebagai berikut :
Klasifikasi variabel :
- memenuhi syarat (kepadatan 9 m2)
-Tidak memenuhi syarat (kepadatan <9 m2)
b. Suhu Adalah suhu udara di dalam ruangan yang diukur pada tempat
dimana penghuninya menghabiskan sebagian waktunya dirumah. Skala
nominal, untuk analisa maka variabel diklasifikasikan sebagai berikut:
Klasifikasi variabel :
31
awal
di
Sekolah
Dasar
Singkuang.
Kemudian
melaksanakan
32
pengecekan
kelengkapan
data,
kesinambungan
data
dan
dilanjutkan
dengan
tabulasi,
kemudian
data
dianalisa
dengan
KERANGKA KONSEP
34
Karakteristik individu
1.Status gizi
2.Penghasilan
3.Pekerjaan
Sanitasi lingkungan
rumah
1.kepadatan hunian
2.ventilasi
3.suhu
Perilaku:
1.Pengetahuan
2.Sikap
3.Tindakan
Delayed Type
Hipersensitivity
Sel dendritik /
langerhans
Sel T (produksi
sitokin)
Molekul adhesi
endotel
Makrofag dan
PMN
Uji tuberkulin
positif
Sel
Imunisasi
35