Anda di halaman 1dari 3

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pustaka
1. Remaja
Remaja

(adolescence)

adalah

tahapan

dari

pertumbuhan

dan

perkembangan manusia setelah anak-anak dan sebelum dewasa, dari usia 10


sampai 19 tahun (WHO, 2015). Pada masa remaja ini berbagai perubahan terjadi
baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan fisik yang
menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadinya pacu
tumbuh, serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya.
Selain itu juga terdapat perubahan psikososial anak, baik dalam tingkah laku,
hubungan dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis (Batubara,
2010).
Menurut Soetjiningsih dan Ranuh dalam Dhamayanti (2013) menyatakan
bahwa masa remaja dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu masa remaja awal (10-14
tahun), tengah (15-16 tahun), dan akhir (17-20 tahun). Menurut Batubara (2010)
periode pertama atau disebut juga early adolescent akan terjadi pada usia usia
12-14 tahun. Ketika masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh
yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh
disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Ciri khusus pada fase ini adalah
remaja hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan, sedangkan
secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi
masih bermain berkelompok, dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti
masturbasi.
Periode kedua adalah middle adolescent terjadi pada usia 15-17 tahun.
Pada periode middle adolescent, remaja mulai tertarik akan intelektualitas dan

karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan


sering berganti-ganti pacar, serta perhatian terhadap lawan jenis. Pada saat
periode ini sudah mulai mempunyai konsep role model dan mulai konsisten
terhadap cita-cita. Sedangkan periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun
ditandai oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Pada fase remaja akhir
lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang diinginkan nantinya.
Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima
tradisi dan kebiasaan lingkungan (Batubara, 2010).
2. Natrium
Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral penting bagi tubuh.
Kadar natriumdi dalam tubuh sekitar 2 persen dari total mineral. Tubuh orang
dewasa sehat mengandung 256gram senyawa natrium klorida (NaCl) yang setara
dengan 100 gram unsur natrium. Kadar natrium normal pada serum 310-340
mg/dL. Natrium atau sodium adala hunsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki simbol Na dan nomor atom 11.
Natrium adalah logam reaktif yang lunak, keperakan, dan seperti lilin,
yang termasuk ke logam alkali yang banyak terdapat dalam senyawa alam
(terutama halite). Kebutuhan tubuh akan natrium telah banyak diteliti oleh
ilmuwan yang bergerak dibidang gizi dan kesehatan. Kita memerlukan minimum
200-500 miligram natrium setiap hariuntuk menjaga kadar garam dalam darah
tetap normal, yaitu 0,9 persen dari volume darah didalam tubuh. Natrium adalah
kation utama dalam cairan ekstraselular. 30-40% natrium ada di dalam kerangka
tubuh.

Di dalam tubuh, Na terdapat di dalam sel (intra selular) dan terutama


terdapatdalam cairan di luar sel ( cairan ekstra selular ). Antara lain cairan
saluran cerna, seperti cairan empedu dan pangkreas mengandung banyak natrium

Natrium merupakan mineral yang ditemukan dalam tubuh dan dalam


banyak makanan. Natrium merupakan nutrisi penting untuk mempertahankan
volume darah, mengatur keseimbangan air dalam sel, dan menjaga fungsi saraf.
Ginjal

mengontrol

keseimbangan

natrium

dengan

meningkatkan

atau

menurunkan natriumdalam urin.


Satu sendok teh garam mengandung sekitar 2.300 miligram natrium, lebih
dari empat kali jumlah yang dibutuhkan tubuh setiap hari. Asupan natrium
berlebih merupakan satu faktor yang diketahui mempengaruhi tekanan darah
tinggi, namun tidak semua orang memiliki kerentanan yang sama. Sensitivitas
terhadap natrium sangat individual dan biasanya meningkat dengan usia.
3.

Anda mungkin juga menyukai