TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi (termasuk preeklampsi) pada wanita hamil terjadi pada sekitar 10% dari
kehamilan di seluruh dunia dan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada ibu dan bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan 50.000-60.000 ibu melahirkan di seluruh
dunia meninggal karena preeklampsi, dimana insiden preeklampsi meningkat 25% dalam dua
dekade terakhir. 1Diestimasikan sekitar 13 persen angka kematian ibu disebabkan oleh
kondisi hipertensi pada kehamilan.2Diperkirakan pula terjadi peningkatan kejadian hipertensi
dan kematian akibat hipertensi pada wanita hamil dari tahun ke tahun. Menurut riset
kesehatan dasar(Riskesdas) tahun 2013, hipertensi pada wanita hamil di Indonesia berjumlah
sebesar 6,3%.
Pengertian dari hipertensi itu sendiri ialah tekanan darah sistolik dan diastolik
140/90 mmHg. Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik 15
mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi.
Klasifikasi
Menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologist pada tahun 2000, hipertensi
dalam kehamilan di klasifikan menjadi 4 kategori :
1. Pre eklamsia-eklamsia
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Sedangkan eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang
dan/atau koma.
2.hipertensi kronik
hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
3.kronik hipertensi dengan superimposed preeklamsia
Hipertensi kronik yang disertai dengan adanya proteinuria sebelum atau sesudah umur
kehamilan 20 minggu.
4.hipertensi gestational
Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang muncul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan
tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
Faktor resiko
Terdapat banyak faktor resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat
dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut:
1.Gemeli
2.usia 40 tahun
3.diabetes
4.obesitas
5.primipara
6.riwayat keluarga preeklamsia
Patofisiologi (jurnal abal abal)
Adapun hipotesis yang diajukan diantaranya adalah :
1) Genetik Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan turut
berperanan dalam patogenesis preeklampsia dan eklampsia. Telah dilaporkan
adanya peningkatan angka kejadian preeklampsia dan eklampsia pada wanita
yang dilahirkan oleh ibu yang menderita preeklampsia preeklampsia dan
eklampsia. 21 Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada kejadian
preeklampsia dan eklampsia adalah peningkatan Human Leukocyte Antigene
(HLA) pada penderita preeklampsia. Beberapa 20 peneliti melaporkan hubungan
antara histokompatibilitas antigen HLADR4 dan proteinuri hipertensi. Diduga ibuibu dengan HLA haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko lebih tinggi
terhadap perkembangan preeklampsia eklampsia dan intra uterin growth
restricted (IUGR) daripada ibu-ibu tanpa haplotipe tersebut. Peneliti lain
menyatakan kemungkinan preeklampsia eklampsia berhubungan dengan gen
resesif tunggal.21 Meningkatnya prevalensi preeklampsia eklampsia pada anak
perempuan yang lahir dari ibu yang menderita preeklampsia eklampsia
mengindikasikan
adanya
pengaruh
genotip
fetus
terhadap
kejadian
dan
miometrium
dalam
dua
tahap.
Pertama,
sel-sel
trofoblas
serta mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid. Proses ini selesai pada
akhir trimester I dan pada masa ini proses tersebut telah sampai pada
deciduomyometrial junction. 22 Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi
tahap kedua dari sel trofoblas di mana sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi
arteri spiralis lebih dalam hingga kedalaman miometrium. Selanjutnya 21 terjadi
proses seperti tahap pertama yaitu penggantian endotel, perusakan jaringan
muskulo-elastis serta perubahan material fibrionid dinding arteri. Akhir dari
proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk
seperti kantong yang memungkinkan terjadi dilatasi secara pasif untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan aliran darah yang meningkat pada kehamilan.
Pada preeklampsia, proses plasentasi tersebut tidak berjalan sebagaimana
mestinya disebabkan oleh dua hal, yaitu : (1) tidak semua arteri spiralis
mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas; (2) pada arteri spiralis yang mengalami
invasi, terjadi tahap pertama invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi
tahap kedua tidak berlangsung sehingga bagian arteri spiralis yang berada
dalam miometrium tetapi mempunyai dinding muskulo-elastis yang reaktif yang
berarti masih terdapat resistensi vaskuler. Disamping itu juga terjadi arterosis
akut (lesi seperti atherosklerosis) pada arteri spiralis yang dapat menyebabkan
lumen arteri bertambah kecil atau bahkan mengalami obliterasi. Hal ini akan
menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta dan berhubungan dengan
luasnya daerah infark pada plasenta. Pada preeklampsia, adanya daerah pada
arteri spiralis yang memiliki resistensi vaskuler disebabkan oleh karena
kegagalan invasi trofoblas ke arteri spiralis pada tahap kedua. Akibatnya, terjadi
gangguan aliran darah di daerah intervilli yang menyebabkan penurunan perfusi
darah ke plasenta. Hal ini dapat menimbulkan iskemi dan hipoksia di plasenta
yang berakibat terganggunya pertumbuhan bayi intra uterin (IUGR) hingga
kematian bayi.
3) Prostasiklin-tromboksan Prostasiklin merupakan suatu prostaglandin yang
dihasilkan di sel endotel yang berasal dari asam arakidonat di mana dalam
pembuatannya
dikatalisis
oleh
enzim
sikooksigenase.
Prostasiklin
akan
meningkatkan cAMP intraselular pada sel otot polos dan trombosit dan memiliki
efek vasodilator dan anti agregasi trombosit.21 Tromboksan A2 dihasilkan oleh
trombosit, berasal dari asam arakidonat dengan bantuan enzim siklooksigenase.
Tromboksan memiliki efek vasikonstriktor dan agregasi trombosit prostasiklin dan
tromboksan A2 mempunyai efek yang berlawanan dalam mekanisme yang
mengatur interaksi antara trombosit dan dinding pembuluh darah
Pada
kehamilan normal terjadi kenaikan prostasiklin oleh jaringan ibu, plasenta dan
janin. Sedangkan pada preeklampsia terjadi penurunan produksi prostasiklin dan
kenaikan tromboksan A2 sehingga terjadi peningkatan rasio tromboksan A2 :
prostasiklin.21
Pada
preeklampsia
terjadi
kerusakan
sel
endotel
akan
dari endotel vaskuler.21 Akibat dari stress oksidatif akan meningkatkan produksi
sel
makrofag
lipid
laden,
aktivasi
dari
faktor
koagulasi
mikrovaskuler
Patofisiologi (wiliam)
1. Invasi trofoblas yang tidak normal
1. Implantasi plasenta dengan invasi trofoblas yang abnormal pada pembuluh darah
di uterus.
Implantasi normal ditandai dengan remodeling dari arteriol spiralis dalam desidua
basalis.trofoblas endovaskular mengganti lapisan endotel dan otot pembuluh darah untuk
memperbesar diameter pembuluh darah. Namun, perubahan terhadap vena hanya secara
superfisial. Dalam beberapa kasus preeklamsia, mungkin ada
inkomplit. Dengan ini, pembuluh darah desidua, tetapi tidak pembuluh darah miometrium,
menjadi dilapisi dengan trofoblas endovascular.Arteriol miometrium yang lebih dalam tidak
kehilangan lapisan tndothelial dan jaringan musculoelastic, dan rata-rata diameter eksternal
hanya setengah dari yang sesuai kapal di plasenta normal. Secara umum, besarnya kegagalan
invasi trofoblas diduga berkorelasi dengan keparahan gangguan hipertensi Menggunakan
mikroskop elektron, De Wolf,
menyelesaikan pemeriksaan plasenta di lebih dari 1200 wanita dengan preeklamsia. Peneliti
ini melaporkan bahwa lesi vaskular termasuk spiral arteri menyempit, atherosis, dan infark
lebih umum pada plasenta dari wanita yang didiagnosis dengan preeklamsia sebelum 34
minggu. Dengan demikian, lumen arteriol spiralis yang sempit cenderung merusak aliran
darah plasenta. McMahon dan rekan (2014) telah memberikan bukti bahwa penurunan
soluble antiangiogenic growth factors
2. Imunologi toleransi yang maladaptif antara ibu, plasenta, dan jaringan janin.
Disregulasi dari faktor imunologi merupakan salah satu teori yang diduga menyebabkan
preeclampsia.Perubahan histologis pada maternal-placenta dapat menyebabkan reaksi
penolakan yang akut oleh tubuh maternal.beberapa faktor mungkin berhubungan dengan
disregulasi ini, salah satunya adalah imunisasi dari kehamilan sebelumnya yaitu, human
leukocyte antigen (HLA) dan reseptor haplotype sel NK. Risiko preeklampsia ditingkatkan
dalam keadaan dimana blokir antibodi ke antigen plasenta terganggu. Kehamilan pertama
akan memiliki risiko yang lebih tinggi. Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi
trofoblas janin dari lisis oleh sel NK ibu.
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan
desidua ibu, jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu. Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi penurunan ekspresi HLA-G
sehingga menghambat invasi trofoblas ke desidua, invasi trofoblas berperan penting dalam
membuat jaringan desidua menjadi lunak sehingga memudahkan dilatasi arteri spiralis. HLAG juga merangsang produksi sitokin yang memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.7
3. Teori adaptasi kardiovaskular
pada kehamilan yang normal pembulih darah refrakter terhadap bahan-bahan
vasopressor, hal ini diakibatkan oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh
darah. Pada hipertensi dalam kehamilan krhilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopressor, hal ini
yang mengakibatkan pembuluh darah sangat peka terhadap bahan vasopressor.5
4. Faktor genetik termasuk gen predisposisi diwariskan.
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklampsia,26% anak
perempuannya akan mengalami preeclampsia juga.5
5. Teori Defisiensi Gizi
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Penelitian terakhir membuktikan konsumsi asam lemak tidak jenuh dapat menghambat
produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, dan mencegah vasokonstriksi
pembuluh darah.7
Vasokonstriksi
merupakan
dasar
patogenesis
preeklampsia
dan
eklampsia.
serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase
lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga
dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar
dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai ke semua
komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain: 6
trombosit.
Produksi prostasiklin terhenti.
Terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan.
Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
arus
darah
efektif
ginjal
rata-rata berkurang
20%,dari 750 ml menjadi 600 ml/menit, dan filtrasi glomerulus berkurang rata-rata 30%,
dari 170
menjadi
120 ml/menit,
sehingga
akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis tubular dan
kortikal.
Plasenta
ternyata
membentuk
renin
dalam
jumlah
besar,
yang
yang
disebabkan oleh hipovolemia maka aliran darah ginjal menurun yang mengakibatkan
menurunnya filtrasi glomerulus sehingga terjadi penurunan sekresi kreatinin dan peningkatan
kreatinin plasma. 5,6
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut5,6 :
bahkan anuria.
Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membrane
plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang berkurang.
hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, yang
mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga meningkatkan
kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain (angiotensin, aldosteron)
Manifestasi klinis
1. Tekanan darah yang tinggi, yakni 140-160 untuk sistole atau 90-110 untuk diastole.
2. rasa tidak nyaman di kepala seperti sakit kepala terutama pada bagian depan.
3.pandangan kabur
4. edema pulmonal
Diagnosis