Anda di halaman 1dari 3

Ereksi, emisi, dan ejakulasi

Ereksi merupakan peristiwa neurofisiologis yang komplek, Hal ini terjadi ketika
darah dengan cepat mengalir kedalam penis dan terperangkap di dalam rongga
spongiosanya. Ada tiga sistem yang terlibat langsung pada ereksi penis, yaitu (i)
korpus kavernosum yang memiliki struktur menyerupai spons, (ii) persarafan otonom
pada penis, dan (iii) pasokan darah ke penis. Jalur sensoris, perifer, dan sistem saraf
pusat mengitegrasikan respons ini.
Walaupun terdapat tiga badan erektil di dalam penis, namun dua buah korpus
kavernosum memiliki tanggung jawab utama untuk kekakuan penis selama ereksi.
Korpos spongiosum menjadi kencing selama ereksi, namun tidak kaku. Korpus
spongiosum berfungsi untuk mendistribusikan kembali tekanan intrauretral sehingga
uretra tetap paten dan efektif untuk mengalirkan ejakulasi.
Fisiologi dasar ereksi paling dapat dimengerti jika setiap korpus kavernosum
dibanyangkan sebagai ruang lakunar secara terpisah. Arteri yang kecil mengalirkan
darah kedalam rongga lakunar, yang dikelilingi oleh otot polos di dalam dinding
trabekular. Arteri ini memiliki dinding muskular yang kaku. Vena kecil yang keluar
dari rongga lakunar berubah menjadi venula (subtunuka) yang lebih besar. Venula
subtunika mengalirkan darah ke tunika albuginae dan membentuk vena emisaria.
Tidak seperti arteri, vena memiliki dinding sangat fleksibel dan dapat dikompresi.
Saat penis dalam keadaan tidak ereksi, otot polos pada dinding lakunar berada
dalam keadaan kontraksi. Kontraksi ini dipertambahkan oleh serat simpatis
noradrenergik. Tonus noradrenergik ditolak akibat aktivasi sistem parasimpatis
sehingga otot polos intralakunar berelaksasi. Darah dengan mudah masuk kedalam
rongga lakular yang berelaksasi melalui arteri helikan. Keadaan ini memperluas
rongga lakunar dan venula subtuika serta vena emisaria terkompresi oleh lakuna yang
melebar. Yang penting, rongga lakunar menjadi wadah vaskular yang luas. Darah
langsung mengalir ke wadah ini, namun tidak mampu keluar melalui sistem vena
penis. Pelebaran semakin meningkat sehingga tekanan intralakunar sama dengan
tekanan rekanan rerata arteri.
Regulasi otot polos kavernosus merupakan pusat pengaturan ereksi, aktivasi
jalur neural parasimpatis yang simultan dan inhabisi aliran simpatis dibutuhkan untuk

relaksasi otot polos yang yang menyebabkan darah mengalir kedalam rongga
sinusoid. Persarafan parasimpatis berjalan ke penis melalui nervus pelvikus
sementara

persarafan simpatis berjalan melalui nervus hipogastrikus. Berbagai

neurotransmitor terlibat dalam modulasi parasimpatis pada relaksasi otot polos


kavernosus.

Nitrat

oksida

merupakan

neurotransmitor

proereksi

utama.

Neurotransmitor ini berlokasi bersama dengan asetilkolin dan peptida intestinal


vasoaktif ( vasoactive intestinal peptide, VIP ) pada serat saraf yang berakhir pada
trabekula korpus kavernosum dan pada arteri helikan. Kontraksi otot polos
kavernosus tampaknya sebagian besar berada di bawah kendali noradrenergik.
Norepinefrin merupakan agen antiereksi utama.
Refleks ereksi dapat dibangkitkan oleh sinyal aferen dari ujung saraf sensoris
pada glans; refleks ini dimediasi pada lokasi setinggi medula spinalis. Komponen
aferen refleks dibawa oleh nervus pudenbus interna, yang juga dapat diaktivasi oleh
rangsangan taktil pada perineum di dekat testis dan strotum. Ereksi dapat dimodulasi
oleh pengaruh supraspinal pada sistem saraf pusat. Misalnya, jalur serotonergik
dalam inti rafe otak tengah dapat menghambat ereksi. Amigdala dan daerah preoptik
medial hipotalamus tampaknya merupakan pusat itegritasi lebih tinggi yang penting.
Dopamin merupakan kandidat neurotransmitor pada pengaruran ereksi setinggi level
ini.
Pentingnya testosteron pada fungsi ereksi belum diketahui. Ereksi nokturnal,
yang terjadi selama episode tidur repid eye movement (REM), merupakan keadaan
yang tergantung testosteron. Sebaliknya ereksi yang terjadi akibat respons terhadap
rangsangan visual tidak tergantung pada testosteron dan akan terjadi pada pria yang
mengalami hipogonadisme.
Saat ejakulasi hampir terjadi, turgor penis meningkat lebih kuat lagi. otot
polos didalam prostat , vas deferens, dan vesikula seminalis berkontraksi secara
berurutan untuk mengeluarkan plasma semen dan spermatozoa ke dalam uretra pada
suatu proses yang disebut emisi. Proses emisi dimediasi oleh serat-serat simpatis
adrenergik yang berjalan melalui nervus hipogastrikus. Ejakulasi berbeda dengan
emisi dan ditandai oleh ejeksi semen dari uretra posterior. Ejakulasi membutuhkan
kontraksi otot polos uretra dan otot lurik bulbokavernosus dan iskiokavernosus.

Ejakulasi dini
Ini merupakan gangguan yang ditandai oleh ejakulasi yang terjadi pada stimulasi
seksual minimal setelah penetrasi dan sebelum pria tersebut menginginkan ejakulasi.
Keadaan ini harus terjadi berkali-kali sepanjang waktu untuk menetapkan diagnosis
ejakulasi dini. Saat menegakkan diagnosis, usia pria tersebut, adanya suatu yang baru
pada pasangan seksual dan lingkungan sekitar, dan frekuensi dini dilaporkan terjadi
aktivitas seksualnya harus ditanyakan. Ejakulasi dini dilaporkan terjadi pada 10-30 %
pria yang berobat untuk masalah disfungsi seksual. Tidak seperti ED, yang meningkat
sesuai usia, ejakulasi dini jutru menurun sesuai usia.
Penyebab pasti ejakulasi dini tidak diketahui. Satu-satunya keadaan fisiologis
yang berhubungan dengan ejakulasi dini adalah pria yang mengalami gangguan ini
ejakulasi dini adalah pria yang mengalami gangguan ini berejakulasi pada gairah
seksual yang lebih rendah dibandingkan dengan pria yang tidak memiliki gangguan.
Ejakulasi retrograd
Pada pria dengan ejakulasi retrogad, semen mengalir kembali ke kandungan kemih
dan tidak keluar melalui penis saat ejakulasi. Leher kandung kemih tidak menutup
dengan sempurna setelah proses emisi akibat berbagai keadaan organik. Disfungsi
neurologis merupakan mekanisme yang paling sering menyebabkan ejakulasi
retrogad. Tiga penyebab disfungsi neurologis yang paling sering adalah: kerusakan
persarafan penis selama operasi prostat, neuropati diabetik, dan obat-obat
antikolinergik. Ejakulasi retrograd tidak memerlukan intervensi kecuali pasien
mengininkan kesuburan.

Anda mungkin juga menyukai